Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun oleh:
Marsella Setiawan - 07120120049
Pembimbing:
dr. Waskita Roan, Sp.KJ
: 116.04.xx
: 15 May 2016
Riwayat Perawatan
:1
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. S
Jenis Kelamin
: Perempuan
Umur
: 45 tahun
Bangsa/Suku
: Indonesia/Melayu
Agama
: Islam
Pendidikan
: Mahasiswi
Pekerjaan
Status Pernikahan
: Sudah menikah
Alamat
RIWAYAT PSIKIATRIK
Anamnesis diperoleh dari:
Nama
Pekerjaan
Tanggal Wawancara
: 13 Juni 2016
A. Keluhan Utama
Pasien dirawat atas permintaan keluarga pasien karena pasien kabur dari rumah 3 hari
yang lalu tanpa tujuan dan tanpa sebab. Selain itu, pasien sering mendengar suara-suara
2
yang tidak terlihat, terlihat curiga dan terkadang dapat tertawa sendiri dan tiba-tiba
menangis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa sejak 15 Mei 2016. Menurut laporan
yang tertulis, pasien dirawat atas permintaan keluarga pasien karena pasien kabur dari
rumah 3 hari yang lalu tanpa tujuan dan tanpa sebab. Kemudian , pada pagi hari, pasien
tiba-tiba pulang ke rumah dengan sendirinya dan adiknya langsung membawa pasien ke
Sanatorium Dharmawangsa. Pasien dikatakan mulai berubah sejak 10 hari yang lalu
dimana pasien menjadi pemarah dan memecahkan barang-barang. Selain itu, pasien terlihat
curiga, berbicara sendiri, dan terkadang suka tiba-tiba tertawa dan menangis
Berdasarkan autoanamnesa, pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa karena
kabur dari rumah. Dari pengakuan pasien, pasien kabur dari rumah karena ingin pulang ke
Riau untuk bertemu dengan ketiga anaknya yaitu Budi , Dede dan Intan. Tetapi, pasien
tidak mempunyai uang untuk membeli tiket pulang ke Riau. Pasien mengatakan bahwa ia
tidak mempunyai uang karena ibu pasien telah mengambil semua uang pasien dan suka
menghambur-hamburkan uang dengan belanja serta berpergian ke luar negeri. Pasien
mengeluhkan bahwa ibu tidak pernah memberi uang sepersen pun untuk keperluan seharihari dan sering memarahi serta membentak pasien.
Pasien mengatakan bahwa semua orang di Riau sangat takut pada ibu karena ibu sangat
galak. Menurut pasien, Ibu mulai menjadi pemarah dan galak akibat dari meninggalnya
sang ayah 2 tahun 6 bulan yang lalu. 10 hari yang lalu, pasien sudah tidak kuat dimarahi
serta merasa sangat tertekan dan menjadi marah besar. Pasien memecahkan semua piringpiring di dapur. Menurut pasien, kejadian tersebut baru terjadi pertama kalinya dan
biasanya, ketika ribut dan dimarahi oleh ibu pasien, pasien hanya diam dan memendam
perasaanya sendiri. Pasien sudah menikah dan mempunyai tiga anak yang bernama Budi,
Dede dan Intan. Namun, pasien sudah bercerai sejak 12 tahun 6 bulan yang lalu. Pasien
adalah anak 1 dari 4 bersaudara. Semua saudaranya masih sehat.
Berdasarkan alloanamnesis dengan perawat dan catatan rekam medis, didapatkan
informasi bahwa pasien masuk ke Sanatorium Dharmawangsa diantar oleh saudara
kandung/ keluarga terdekatnya. Ibunya sangat baik dan suka mengantar makanan untuk
3
pasien. Sebelumnya, pasien sudah keluar masuk beberapa rumah sakit jiwa dengan gejala
suka marah serta suka berbicara sendiri. Di rumah, pasien suka kabur ke asrama Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo dan berbicara sendiri serta mendengar suara-suara yang tidak
terlihat. Di rumah sakit, pasien sangat terkendali dan bahagia. Ia sangat suka menyapa dan
berinteraksi dengan dokter muda tetapi ia tidak suka bergaul dengan teman-teman
disekitarnya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Berdasarkan alloanamnesis, diketahui pasien sudah beberapa kali keluar masuk
rumah sakit jiwa. Pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit dan mengatakan bahwa ia
dibawah ke rumah sakit jiwa karena bertengkar dengan ibu. Menurut pasien, 2 tahun 6
bulan yang lalu, pasien dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol satu kali, kemudian keluar
dan masuk kembali ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 2 kali diakibatkan
adanya gejala marah dan suka bicara sendiri. Kemudian, ia keluar dan dirawat kembali
di RS Dharmawangsa karena pasien kabur dari rumah serta suka mendengar suarasuara yang tak terlihat, curiga dan dapat tiba-tiba tertawa dan menangis.
Pasien juga menceritakan bahwa 1 tahun yang lalu, pasien merasa bahwa ibu serta
kedua adik pasien yaitu Ujang dan Azan bersengkokol untuk memukuli pasien dan hal
ini menyebabkan pasien menderita hernia umbilikalis dan harus melakukan tindakan
operasi. Namun, sekarang adik-adik pasien sudah tidak memukuli pasien dan hanya
diam saja ketika ibu memarahi pasien. Kemudian, ia juga mengatakan bahwa dahulu
kala ia adalah wanita yang sangat cantik dan langsing dimana terdapat 50 orang pria
yang sudah mengejarnya. 50 pria tersebut secara bergantian datang ke rumah untuk
meminta persetujuan pada ibu, namun ibu tidak menyetujuinya.
Ketika ditanyakan mengenai kedua orang tua, pasien mengaku bahwa 2 tahun 6
bulan yang lalu, ayah kandung nya telah meninggal akibat stroke dan hal ini membuat
pasien merasa sangat sedih sampai membuat pasien menjadi tidak semangat, tidak mau
merias diri dan tidak memakai hijab.
E. Riwayat Keluarga
Keterangan:
Pasien (Ny.S) adalah anak ke-1 dari 4 bersaudara yang terdiri dari 2 orang laki-laki
dan 2 orang perempuan. Ayah pasien telah meninggal karena stroke. Tidak diketahui
adanya riwayat psikiatrik/ gangguan jiwa pada keluarga pasien.
F. Situasi Sosial Ekonomi Sekarang
Keadaan ekonomi keluarga pasien menengah ke atas. Pasien merupakan pasien
kelas III di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien mengatakan bahwa ibu pasien bekerja
dalam bidang jual, beli dan sewa rumah. Biaya perawatan pasien ditanggung oleh ibu
pasien
III.
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan berusia 45 tahun, tampak sesuai dengan usianya dan
bersih. Pakaian sehari-hari pasien adalah daster. Postur tubuh gemuk dengan kulit sawo
matang. Rambut berwarna hitam, tersisir rapi dengan panjang rambut kurang lebih sebahu
7
dan suka diikat dengan karet berwarna pink. Pasien kadang-kadang berdandan dengan
menggunakan pensil mata serta lipstik berwarna pink.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara
Pasien terlihat jarang mengobrol dengan pasien lain, lebih banyak menyendiri,
menonton TV dan hanya menonton teman-teman yang lain yang sedang karaoke.
Selama wawancara
Pasien terlihat bahagia dan sangat kooperatif. Saat diajak berinteraksi, pasien cukup
aktif dan responsif. Saat sedang berbincang-bincang sambil duduk, pasien menatap
langsung ke mata pewawancara.
Sesudah wawancara
Pasien akan langsung makan siang dan jarang mengajak orang-orang disekelilingnya
bicara.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien sangat kooperatif dan terbuka terhadap pemeriksa. Pasien juga tidak sungkan
apabila diajak untuk wawancara. Pasien juga bersikap sopan, ramah dan menghormati
pemeriksa.
B. Pembicaraan
Kuantitas
Kualitas
: spontan, lancar, cepat, artikulasi kurang jelas dan ide cerita banyak.
: Hiperthym / Manik.
2. Afek
: Normal.
3. Keserasian : Serasi.
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
: Tidak ada
2. Ilusi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi
: Tidak ada
4. Derealisasi
: Tidak ada
E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas
b. Kontinuitas
: Koheren
c. Hendaya Berbahasa
: Tidak terganggu
2. Isi Pikir
a. Preokupasi
: Tidak ada
b. Waham
Waham Paranoid
Pasien menyatakan bahwa ia sering dimarahi, di bentak, dipukuli, dan diambil
semua uang oleh ibunya sendiri.
Waham Kebesaran
Pasien menyatakan bahwa dahulu kala ia sangat langsing dan cantik sehingga
banyak pria, sekitar 50 orang, yang mengejar pasien dan datang ke rumah secara
bergilir untuk meminta persetujuan pada ibu, namun ibu tidak menyetujui
semuanya.
: Rata- rata
3. Orientasi
Orientasi waktu
: Tidak terganggu
Pasien mengetahui hari serta tanggal dan waktu pada saat wawancara dilakukan
(siang).
Orientasi tempat
: Tidak terganggu
Orientasi orang
: Tidak terganggu
Pasien dapat mengingat dokter yang merawatnya, nama pasien lain, suster dan juga
nama pewawancara dengan baik.
4. Memori
Jangka Panjang
: Tidak terganggu
Pasien dapat mengingat kejadian-kejadian tentang masa lalunya seperti masa SMA
dan kuliah serta nama anggota keluarganya dengan baik
Jangka Menengah
: Tidak terganggu
Jangka Pendek
: Tidak terganggu
: Tidak terganggu
10
11
G. Pengendalian Impuls
Tidak Terganggu.
H. Daya nilai dan Tilikan
Derajat Tilikan
PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Interna
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran
: Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah
: 130/80
b. Nadi
: 88x/menit
c. Suhu
: afebris
d. Frekuensi Pernapasan
: 18x/menit
: 161 cm dan 85 kg ( BMI : 32,82 kg/m2)
d. Telinga
e. Mulut
f. Jantung
: tidak dinilai
g. Paru-paru
: tidak dinilai
h. Abdomen
: tidak dinilai
i. Ekstremitas atas
j. Ekstremitas bawah
Sistem Kardiovaskular
Sistem Respiratori
Sistem Gastrointestinal
Sistem Muskuloskeletal
Sistem Urogenital
Sistem Dermatologi
: tidak dinilai
2. Meningeal Signs
: tidak dinilai
: tidak dinilai
4. Mata
normal.
5. Pupil
V.
6. Pemeriksaan oftalmoskopik
: tidak dilakukan
7. Motorik
8. Sensorik
: Tidak dilakukan
: Tidak ditemukan.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 Mei 2016.
13
JENIS PEMERIKSAAN
HASIL
NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin
13.1 g/dL
12-14 g/dL
Jumlah Leukosit
6 ribu/L
5-10 ribu/L
Basofil
0%
< 1%
Eosinofil
2%
1-3 %
Neutrofil Batang
2%
2-6 %
Neutrofil Segmen
59 %
50-70 %
Limfosit
35 %
20-40 %
Monosit
3%
2-8%
18 mm/jam
< 20 mm/jam
Hitung Jenis :
Jumlah Trombosit
250 ribu/L
150-400ribu/L
KIMIA DARAH
Fungsi Hati
SGOT
30 /L
< 31 /L
SGPT
20 /L
< 31 /L
Protein Total
7.7 g/dL
6 - 8.4g/dL
Albumin
4.5 g/dL
Globulin
3.2 g/dL
Gamma GT (GGT)
15 U/L
7 - 32 U/L
Lemak
14
Trigliserida
164 mg/dL
<200 mg/dL
Kolesterol Total
247 mg/dL
<200 mg/dL
Kolesterol HDL
50 mg/dL
45-65 mg/dL
Kolesterol LDL
164 mg/dL
<130 mg/dL
Ureum
23 mg/dL
10-50 mg/dL
BUN
11 mg/dL
7-22 mg/dL
Kreatinin
0.74 mg/dL
0,5-1,1 mg/dL
Asam Urat
5.5 mg/dL
2.4-5.7 mg/dL
Glukosa Puasa
106 mg/dL
70-110 mg/dL
FUNGSI GINJAL
VI.
15 Mei 2016 dirawat atas permintaan keluarga pasien karena pasien kabur dari rumah 3 hari yang
lalu tanpa tujuan dan tanpa sebab. Selain itu, pasien sering mendengar suara-suara yang tidak
terlihat, terlihat curiga dan terkadang dapat tertawa sendiri dan tiba-tiba menangis. Pasien
dikatakan mulai berubah sejak 10 hari yang lalu dimana pasien menjadi pemarah dan
memecahkan barang-barang.
Berdasarkan autoanamnesa, pasien kabur dari rumah karena ingin pulang ke Riau untuk
bertemu dengan ketiga anaknya yaitu Budi , Dede dan Intan. Tetapi, pasien tidak mempunyai
uang untuk membeli tiket pulang ke Riau. Pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai uang
karena ibu pasien telah mengambil semua uang pasien dan suka menghambur-hamburkan uang
dengan belanja serta berpergian ke luar negeri. Pasien mengeluhkan bahwa ibu tidak pernah
memberi uang sepersen pun untuk keperluan sehari-hari dan sering memarahi serta membentak
pasien. 10 hari yang lalu, pasien sudah tidak kuat dimarahi serta merasa sangat tertekan dan
menjadi marah besar. Pasien memecahkan semua piring-piring di dapur. Menurut pasien,
15
kejadian tersebut baru terjadi pertama kalinya dan biasanya, ketika ribut dan dimarahi oleh ibu
pasien, pasien hanya diam dan memendam perasaanya sendiri.
Berdasarkan alloanamnesa, perawat mengatakan bahwa ibu pasien sangat baik dan suka
mengantar makanan dan kadang pasien terlihat berbicara sendiri. Pasien sangat terkendali dan
bahagia. Ia sangat suka menyapa dan berinteraksi dengan dokter muda tetapi ia tidak suka bergaul
dengan teman-teman disekitarnya. Diketahui bahwa pasien sudah beberapa kali keluar masuk
rumah sakit jiwa. Pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit dan mengatakan bahwa ia dibawah ke
rumah sakit jiwa karena bertengkar dengan ibu. Menurut pasien, 2 tahun 6 bulan yang lalu, pasien
dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol satu kali, kemudian keluar dan masuk kembali ke Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 2 kali diakibatkan adanya gejala marah dan suka bicara
sendiri.
Pasien juga menceritakan bahwa 1 tahun yang lalu, pasien merasa bahwa ibu serta kedua
adik pasien yaitu Ujang dan Azan bersengkokol untuk memukuli pasien dan hal ini menyebabkan
pasien menderita hernia umbilikalis dan harus melakukan tindakan operasi. Kemudian, ia juga
mengatakan bahwa dahulu kala ia adalah wanita yang sangat cantik dan langsing dimana terdapat
50 orang pria yang sudah mengejarnya. 50 pria tersebut secara bergantian datang ke rumah untuk
meminta persetujuan pada ibu, namun ibu tidak menyetujuinya. Ketika ditanyakan mengenai
kedua orang tua, pasien mengaku bahwa 2 tahun 6 bulan yang lalu, ayah kandung nya telah
meninggal akibat stroke dan hal ini membuat pasien merasa sangat sedih sampai membuat pasien
menjadi tidak semangat, tidak mau merias diri dan tidak memakai hijab.
Pasien memiliki halusinasi auditorik, waham paranoid, waham kebesaran dan episode
manik. Fungsi sosial pasien terganggu. Pemeriksaan laboratorium rutin menunjukkan adanya
kenaikan pada Total Kolesterol serta LDL-Kolesterol. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma
kepala dan epilepsi. Riwayat NAPZA dan merokok disangkal pasien. Perkembangan pasien dari
masa bayi sampai dewasa normal dan pemeriksaan fisik juga dalam batas normal. Pada status
mental menunjukkan bahwa pasien terlihat bahagia, kooperatif, aktif, responsif, kuantitas bicara
banyak, kualitas pembicaraan spontan, lancer, cepat, artikulasi kurang jelas dan ide cerita banyak.
Mood hiperthym/ manik serta produktivitas arus pikir banyak ide / Logorrhea. Konsentrasi dan
perhatian terganggu.
16
VII.
FORMULASI DIAGNOSTIK
-
Aksis I
PPDGJ III, pasien masuk ke dalam golongan gangguan Skizoafektif tipe Manik
(F25.0) karena memenuhi kriteria umum ada gejala skizofrenia dan gangguan afektif
tipe manik yang sama-sama menonjol, yang antara lain:
1. Gejala skizofrenia, yakni:
a. Halusinasi auditorik seperti berbicara dengan seseorang
b. Waham Paranoid dimana pasien mengatakan bahwa ibunya sangat galak dan
suka memarahi, membentak, memukuli serta merampas semua uang pasien.
c. Waham Kebesaran dimana pasien merasa bahwa dahulu ia merupakan
seseorang yang sangat langsing dan paling cantik. Banyak pria, sekitar 50
orang, yang menyukai dan mengejar pasien.
d. Gejala ini semua telah berlangsung lebih dari satu bulan.
2. Adanya episode manik pada pasien, yakni:
a. Pasien sangat aktif, responsif, bicara cepat, ide cerita banyak, logorrhea, dan
sangat suka menyapa dan berinteraksi dengan dokter muda.
b. Melakukan high risk activity ( kabur dari rumah ( Tebet) ke Riau )
-
Aksis II
Aksis V
memiliki skala GAF 60-51 ( gejala sedang atau kesulitan sedang fungsi sosial,
pekerjaan, atau sekolah) karena :
17
o Fungsi psikologis
episode manik
o Fungsi sosial
EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis IV
IX.
Aksis V
: GAF 60-51
DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 Mei 2016 ditemukan bahwa pasien
memiliki kadar total kolesterol dan LDL-kolesterol yang tinggi tetapi pasien tidak
mengakui bahwa ia mempunyai kolesterol yang tinggi.
2. Psikologik
Halusinasi auditorik
Waham paranoid
Waham Kebesaran
Episode manik
3. Sosial/Keluarga/Budaya
Pasien sudah bercerai dari suaminya 6 tahun yang lalu dimana pasien tidak mau
mengatakan alasan mengapa ia bercerai, ia hanya mengatakan penceraian terjadi
karena disuruh oleh ibunya. Pasien juga berkata bahwa hubungan ia dengan ibunya
18
tidak baik dimana ia sering dimarahi, di bentak, diambil semua uang, dan dipukuli
tanpa sebab yang jelas.
X.
PROGNOSIS
Faktor faktor yang mendukung kearah prognosis baik:
a. Penyakit yang diderita pasien bukan karena gangguan mental organik atau retardasi
mental.
b. Selama perawatan pasien cenderung kooperatif.
c. Pasien tidak menolak untuk minum obat.
d. Pasien tidak menggunakan obat-obatan terlarang maupun merokok.
e. Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
f. Emosi pasien sudah lebih terkontrol dibanding sebelum dirawat.
g. Fungsi kognitif pasien secara umum masih baik
Kesimpulan prognosis:
XI.
Ad vitam
: bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia ad malam
TERAPI
1. Psikofarmaka
a. Obat yang diberikan di Sanatorium Dharmawangsa :
Persidal ( Risperidone)
2 mg 2x1 tab
Remital ( Olanzapine)
Rendapid ( Simvastatin)
200 mg 2x1
19
o Lithium
bekerja
dengan
mengurangi
dopamine
receptor
menghambat
cyclic
AMP
(adenosine
Pasien dimotivasi untuk tetap patuh untuk mengkonsumsi obat secara rutin meskipun
tidak diawasin.
Pasien dimotivasi untuk mengurangi isolasi sosial dan mencoba untuk berteman
3. Sosioterapi
Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai gejala dan keadaan afektif yang
berbeda-beda agar keluarga dapat lebih siap menghadapi perubahan yang akan terjadi
dan memenuhi kebutuhan pasien.
Keluarga harus mendukung pasien dalam proses pengobatan baik secara psikologis
maupun finansial seperti rutin menjenguk pasien sehingga pasien merasa diperhatikan
dan tidak ditinggalkan begitu saja.
Pasien disarankan untuk aktif dalam beraktivitas seperti karaoke dan senam agar pasien
tidak terlalu fokus pada wahamnya dan pikiran lainnya yang mengganggu.
XII.
Efek samping : Heartburn, nyeri otot, kulit kemerahan, insomnia, nyeri tenggorokan
DISKUSI
Diagnosis penyakit pada pasien ini menurut PPDGJ III dan ICD-10 adalah gangguan
skizoafektif tipe manik ( F25.0) . Namun, menurut DSM-V, diagnosis penyakit pada pasien ini
adalah gangguan skizoafektif tipe Bipolar.
Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
Bila seorang pasien skizofrenik menunjukan gejala depresif setelah megalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4. beberapa pasien dapat mengalami
episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1)
atau campuran dari ekduaya (F.25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif (F30-F33).
Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.
Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
21
and
duration
of
the
schizophrenic
and
affective
symptoms.
G1. The disorder meets the criteria for one of the affective disorders of moderate or
severe
degree,
as
specified
for
each
category.
G2. Symptoms from at least one of the groups listed below must be clearly present for
most of the time during a period of at least 2 weeks (these groups are almost the same
as for schizophrenia):
1. Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting (Criterion
G1[1]a for paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia);
2. Delusions of control, influence, or passivity, clearly referred to body or limb
movements or specific thoughts, actions, or sensations (Criterion G1[1]b for
paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia);
3. Hallucinatory voices giving a running commentary on the patient's behavior or
discussing the patient among themselves, or other types of hallucinatory voices
coming from some part of the body (Criterion G1[1]c for paranoid, hebephrenic,
or catatonic schizophrenia);
4. Persistent delusions of other kinds that are culturally inappropriate and completely
impossible, but not merely grandiose or persecutory (Criterion G1[1]d for
paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia), e.g., has visited other worlds;
can control the clouds by breathing in and out; can communicate with plants or
animals without speaking;
5. Grossly irrelevant or incoherent speech, or frequent use of neologisms (a marked
form of Criterion G1[2]b for paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia);
23
prominent
in
the
clinical
picture.
24
salah satunya yaitu agranulositosis. Clozapine dapat digunakan pada kasus-kasus berat dengan
gejala refrakter.
Obat antidepresan pilihan pertama yang biasa digunakan adalah golongan selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI) karena tidak berisiko menimbulkan efek samping
gangguan irama jantung dan tidak menimbulkan ketergantungan. Antidepresan trisiklik dapat
diberikan kepada pasien dengan agitasi dan insomnia.4
Obat-obatan mood stabilizer yang biasa digunakan untuk penanganan gangguan
bipolar berperan juga dalam penanganan gangguan skizoafektif. Lithium merupakan obat
pilihan utama untuk meredakan Sindrom Mania Akut atau profilaksis terhadap Sindrom
Mania yang kambuhan pada Gangguan Afektif Bipolar. Sebuah penelitian yang
membandingkan antara lithium dengan carbamazepine menemukan bahwa carbamazepine
lebih efektif digunakan pada gangguan skizoafektif tipe depresif dan tidak ada perbedaan
antara keduanya dalam penggunaan untuk tipe bipolar. Namun, dalam situasi klinis kedua
obat tersebut banyak digunakan sebagai kombinasi satu sama lain maupun dengan obat
antipsikotik.4
Terdapat 2 atipikal antipsikotik yang diberikan pada pasien antara lain Risperidone (
Persidal) dan Olanzapine ( Remital). Dosis maksimal untuk Risperidone adalah 2-8 mg/ hari,
sedangkan sediaan Persidal adalah tab 1 mg; 2 mg; 3 mg. Lalu, Olanzapine memiliki dosis
pengobatan anjuran 10-30 mg/hari, sedangkan sediaan Remital adalah tab 5-10 mg. Efek
samping Olanzapine minimal dibandingkan dengan obat-obatan antipsikotik tipikal sehingga
lebih dipilih sesuai dengan prinsip pengobatan antipsikotik dimana yang ini dicapai adalah
optimal response with minimal side effects. Pasien juga diberikan Trihexyphenydyl HCL (
Hexymer), yaitu obat yang diberikan untuk gejala ekstrapiramidal yang mungkin disebabkan
oleh obat-obatan antipsikotik. Simvastatin ( Rendapid) diberikan untuk mengontrol kadar total
kolesterol dan LDL-kolesterol pasien. 5
XIII.
TINDAK LANJUT
25
Subjective
: Pasien tenang dan kadang terlihat berbicara sendiri dan mengaku sudah
tidak mendengar suara-suara yang tak terlihat. Pasien sudah tidak merasa ingin kabur dan
episode manik mulai berkurang
Objective
Assesment
Plan
26
DAFTAR PUSTAKA
27