Sunteți pe pagina 1din 27

LAPORAN KASUS ILMU KEDOKTERAN JIWA

Skizoafektif tipe Manik

Disusun oleh:
Marsella Setiawan - 07120120049
Pembimbing:
dr. Waskita Roan, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
SANATORIUM DHARMAWANGSA
PERIODE 23 MAY 2016 25 JUNI 2016

LAPORAN KASUS PSIKIATRI


No. Rekam Medis

: 116.04.xx

Tanggal Masuk Rumah Sakit

: 15 May 2016

Riwayat Perawatan

:1

I.

II.

IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. S

Jenis Kelamin

: Perempuan

Umur

: 45 tahun

Bangsa/Suku

: Indonesia/Melayu

Agama

: Islam

Pendidikan

: Mahasiswi

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan

: Sudah menikah

Alamat

: Tebet Mas Indah, Jakarta Selatan

RIWAYAT PSIKIATRIK
Anamnesis diperoleh dari:

Autoanamnesis Ny.S yang dilakukan pada 25 May 13 Juni 2016

Alloanamnesa diperoleh dari :

Nama

: Sr. T dan Sr.U

Pekerjaan

: Perawat Sanatorium Dharmawangsa

Tanggal Wawancara

: 13 Juni 2016

A. Keluhan Utama
Pasien dirawat atas permintaan keluarga pasien karena pasien kabur dari rumah 3 hari
yang lalu tanpa tujuan dan tanpa sebab. Selain itu, pasien sering mendengar suara-suara
2

yang tidak terlihat, terlihat curiga dan terkadang dapat tertawa sendiri dan tiba-tiba
menangis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa sejak 15 Mei 2016. Menurut laporan
yang tertulis, pasien dirawat atas permintaan keluarga pasien karena pasien kabur dari
rumah 3 hari yang lalu tanpa tujuan dan tanpa sebab. Kemudian , pada pagi hari, pasien
tiba-tiba pulang ke rumah dengan sendirinya dan adiknya langsung membawa pasien ke
Sanatorium Dharmawangsa. Pasien dikatakan mulai berubah sejak 10 hari yang lalu
dimana pasien menjadi pemarah dan memecahkan barang-barang. Selain itu, pasien terlihat
curiga, berbicara sendiri, dan terkadang suka tiba-tiba tertawa dan menangis
Berdasarkan autoanamnesa, pasien dirawat di Sanatorium Dharmawangsa karena
kabur dari rumah. Dari pengakuan pasien, pasien kabur dari rumah karena ingin pulang ke
Riau untuk bertemu dengan ketiga anaknya yaitu Budi , Dede dan Intan. Tetapi, pasien
tidak mempunyai uang untuk membeli tiket pulang ke Riau. Pasien mengatakan bahwa ia
tidak mempunyai uang karena ibu pasien telah mengambil semua uang pasien dan suka
menghambur-hamburkan uang dengan belanja serta berpergian ke luar negeri. Pasien
mengeluhkan bahwa ibu tidak pernah memberi uang sepersen pun untuk keperluan seharihari dan sering memarahi serta membentak pasien.
Pasien mengatakan bahwa semua orang di Riau sangat takut pada ibu karena ibu sangat
galak. Menurut pasien, Ibu mulai menjadi pemarah dan galak akibat dari meninggalnya
sang ayah 2 tahun 6 bulan yang lalu. 10 hari yang lalu, pasien sudah tidak kuat dimarahi
serta merasa sangat tertekan dan menjadi marah besar. Pasien memecahkan semua piringpiring di dapur. Menurut pasien, kejadian tersebut baru terjadi pertama kalinya dan
biasanya, ketika ribut dan dimarahi oleh ibu pasien, pasien hanya diam dan memendam
perasaanya sendiri. Pasien sudah menikah dan mempunyai tiga anak yang bernama Budi,
Dede dan Intan. Namun, pasien sudah bercerai sejak 12 tahun 6 bulan yang lalu. Pasien
adalah anak 1 dari 4 bersaudara. Semua saudaranya masih sehat.
Berdasarkan alloanamnesis dengan perawat dan catatan rekam medis, didapatkan
informasi bahwa pasien masuk ke Sanatorium Dharmawangsa diantar oleh saudara
kandung/ keluarga terdekatnya. Ibunya sangat baik dan suka mengantar makanan untuk
3

pasien. Sebelumnya, pasien sudah keluar masuk beberapa rumah sakit jiwa dengan gejala
suka marah serta suka berbicara sendiri. Di rumah, pasien suka kabur ke asrama Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo dan berbicara sendiri serta mendengar suara-suara yang tidak
terlihat. Di rumah sakit, pasien sangat terkendali dan bahagia. Ia sangat suka menyapa dan
berinteraksi dengan dokter muda tetapi ia tidak suka bergaul dengan teman-teman
disekitarnya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
1. Riwayat Gangguan Psikiatri
Berdasarkan alloanamnesis, diketahui pasien sudah beberapa kali keluar masuk
rumah sakit jiwa. Pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit dan mengatakan bahwa ia
dibawah ke rumah sakit jiwa karena bertengkar dengan ibu. Menurut pasien, 2 tahun 6
bulan yang lalu, pasien dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol satu kali, kemudian keluar
dan masuk kembali ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 2 kali diakibatkan
adanya gejala marah dan suka bicara sendiri. Kemudian, ia keluar dan dirawat kembali
di RS Dharmawangsa karena pasien kabur dari rumah serta suka mendengar suarasuara yang tak terlihat, curiga dan dapat tiba-tiba tertawa dan menangis.
Pasien juga menceritakan bahwa 1 tahun yang lalu, pasien merasa bahwa ibu serta
kedua adik pasien yaitu Ujang dan Azan bersengkokol untuk memukuli pasien dan hal
ini menyebabkan pasien menderita hernia umbilikalis dan harus melakukan tindakan
operasi. Namun, sekarang adik-adik pasien sudah tidak memukuli pasien dan hanya
diam saja ketika ibu memarahi pasien. Kemudian, ia juga mengatakan bahwa dahulu
kala ia adalah wanita yang sangat cantik dan langsing dimana terdapat 50 orang pria
yang sudah mengejarnya. 50 pria tersebut secara bergantian datang ke rumah untuk
meminta persetujuan pada ibu, namun ibu tidak menyetujuinya.
Ketika ditanyakan mengenai kedua orang tua, pasien mengaku bahwa 2 tahun 6
bulan yang lalu, ayah kandung nya telah meninggal akibat stroke dan hal ini membuat
pasien merasa sangat sedih sampai membuat pasien menjadi tidak semangat, tidak mau
merias diri dan tidak memakai hijab.

2. Riwayat gangguan medis


Pasien tidak pernah mengalami gangguan medis lainnya, penyakit berat lainnya.
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun benturan/trauma pada kepala.
Kejang disangkal. Pasien pernah melakukan operasi laparotomi diakibatkan penyakit
hernia umbilikalis yang dideritanya dan telah melakukan operasi caesarian section
sebanyak tiga kali.
Pemeriksaan laboratorium rutin di pada Sanatorium Dharmawangsa juga
menunjukkan adanya kenaikan pada Total Kolesterol serta LDL-Kolesterol. Tetapi,
pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat kolesterol.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif (NAPZA)
Pasien tidak pernah mengonsumsi alkohol, rokok ataupun obat-obat terlarang
lainnya.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara, pasien memiliki 2 saudara
laki-laki dan satu saudara perempuan. Pasien lahir di Pekan Baru pada tanggal 20
Februari 1971. Pasien lahir cukup bulan secara pervaginam. Persalinan dibantu oleh
dokter kebidanan di rumah sakit. Tidak dijumpai adanya komplikasi kehamilan pada
ibu pasien dan pasien.
2. Riwayat masa bayi dan balita (0-3 tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tua kandungnya. Pertumbuhan dan perkembangan
pada masa bayi dan kanak-kanak normal.
3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai dengan usianya dan bergaul
dengan teman-teman seusianya.

4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja


Pasien tidak memiliki masalah pada saat remaja. Pasien tumbuh dan berkembang
dengan normal sesuai dengan usianya. Pasien bergaul baik dengan teman seusianya.
5. Riwayat Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien menjalani pendidikan dari TK sampai SMA dan kuliah di Universitas
Islam Indonesia jurusan hukum namun hanya sampai semester 7. Pasien tidak
melanjutkan kuliah dengan alasan menikah. Prestasi pasien pada masa sekolah
biasa-biasa saja namun tidak pernah gagal ataupun tinggal kelas. Pasien mengakui
hubungan dengan teman-teman semasa sekolah dan kuliah baik.
b. Riwayat Pekerjaan
Setelah menikah, pasien tidak bekerja dan menjadi ibu rumah tangga.
c. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Pasien mengaku rajin sholat lima waktu baik pada saat
di rumah tetapi ia tidak sholat sejak dirawat di Sanatorium Dharmawangsa karena
tidak membawa perlengkapan sholat.
d. Riwayat kehidupan sosial/aktivitas
Pasien mengaku memiliki hubungan yang baik antar sesama teman-temannya
sejak kecil dan tidak pernah memiliki konflik yang serius. Pada saat kuliah, Pasien
sering jalan-jalan bersama dengan teman-temannya untuk berkumpul, belanja serta
makan bersama-sama.
e. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien mengaku tidak pernah memiliki permasalahan dengan hukum.
6. Riwayat Psikoseksual / Pernikahan
Pasien sudah bercerai dengan suaminya pada tahun 2010. Pasien mempunyai 2
anak laki-laki bernama Budi dan Dede yang berumur 24 tahun dan 17 tahun serta
1 anak Perempuan bernama Intan yang sudah berumur 15 tahun.
6

E. Riwayat Keluarga

Keterangan:
Pasien (Ny.S) adalah anak ke-1 dari 4 bersaudara yang terdiri dari 2 orang laki-laki
dan 2 orang perempuan. Ayah pasien telah meninggal karena stroke. Tidak diketahui
adanya riwayat psikiatrik/ gangguan jiwa pada keluarga pasien.
F. Situasi Sosial Ekonomi Sekarang
Keadaan ekonomi keluarga pasien menengah ke atas. Pasien merupakan pasien
kelas III di Sanatorium Dharmawangsa. Pasien mengatakan bahwa ibu pasien bekerja
dalam bidang jual, beli dan sewa rumah. Biaya perawatan pasien ditanggung oleh ibu
pasien
III.

STATUS MENTAL ( 9 JUNI 2016)

A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan berusia 45 tahun, tampak sesuai dengan usianya dan
bersih. Pakaian sehari-hari pasien adalah daster. Postur tubuh gemuk dengan kulit sawo
matang. Rambut berwarna hitam, tersisir rapi dengan panjang rambut kurang lebih sebahu
7

dan suka diikat dengan karet berwarna pink. Pasien kadang-kadang berdandan dengan
menggunakan pensil mata serta lipstik berwarna pink.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara
Pasien terlihat jarang mengobrol dengan pasien lain, lebih banyak menyendiri,
menonton TV dan hanya menonton teman-teman yang lain yang sedang karaoke.
Selama wawancara
Pasien terlihat bahagia dan sangat kooperatif. Saat diajak berinteraksi, pasien cukup
aktif dan responsif. Saat sedang berbincang-bincang sambil duduk, pasien menatap
langsung ke mata pewawancara.
Sesudah wawancara
Pasien akan langsung makan siang dan jarang mengajak orang-orang disekelilingnya
bicara.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien sangat kooperatif dan terbuka terhadap pemeriksa. Pasien juga tidak sungkan
apabila diajak untuk wawancara. Pasien juga bersikap sopan, ramah dan menghormati
pemeriksa.
B. Pembicaraan

Kuantitas

: banyak, aktif, menjawab semua pertanyaan dengan baik dan jelas.

Kualitas

: spontan, lancar, cepat, artikulasi kurang jelas dan ide cerita banyak.

C. Mood dan Afek


1. Mood

: Hiperthym / Manik.

2. Afek

: Normal.

3. Keserasian : Serasi.

D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi

: Tidak ada

2. Ilusi

: Tidak ada

3. Depersonalisasi

: Tidak ada

4. Derealisasi

: Tidak ada

E. Proses Pikir
1. Arus Pikir
a. Produktivitas

: Banyak ide, Logorrhea

b. Kontinuitas

: Koheren

c. Hendaya Berbahasa

: Tidak terganggu

2. Isi Pikir
a. Preokupasi

: Tidak ada

b. Waham

Waham Paranoid
Pasien menyatakan bahwa ia sering dimarahi, di bentak, dipukuli, dan diambil
semua uang oleh ibunya sendiri.

Waham Kebesaran
Pasien menyatakan bahwa dahulu kala ia sangat langsing dan cantik sehingga
banyak pria, sekitar 50 orang, yang mengejar pasien dan datang ke rumah secara
bergilir untuk meminta persetujuan pada ibu, namun ibu tidak menyetujui
semuanya.

F. Sensorium dan Kognisi


1. Kesadaran
a. Kesadaran Neurologis : Compos Mentis
9

b. Kesadaran Psikiatrik : Terganggu


2. Inteligensia

: Rata- rata

3. Orientasi

Orientasi waktu

: Tidak terganggu

Pasien mengetahui hari serta tanggal dan waktu pada saat wawancara dilakukan
(siang).

Orientasi tempat

: Tidak terganggu

Pasien mengetahui bahwa ia sedang dirawat di Sanatorium Dharmawangsa dan


berada di kamar saat di wawancara.

Orientasi orang

: Tidak terganggu

Pasien dapat mengingat dokter yang merawatnya, nama pasien lain, suster dan juga
nama pewawancara dengan baik.
4. Memori

Jangka Panjang

: Tidak terganggu

Pasien dapat mengingat kejadian-kejadian tentang masa lalunya seperti masa SMA
dan kuliah serta nama anggota keluarganya dengan baik

Jangka Menengah

: Tidak terganggu

Pasiem mampu menceritakan kegiatan yang dilakukan 1 minggu sebelumnya

Jangka Pendek

: Tidak terganggu

Pasien dapat menceritakan apa yang dia lakukan kemarin di Sanatorium


Dharmawangsa dengan baik.

Daya ingat segera

: Tidak terganggu

Pasien dapat mengulangi 6 angka ( 256890) dengan baik.

10

5. Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu


Pasien tidak dapat melakukan 7 jump test dengan mengurangi 100 dengan 7 dan
seterusnya ( sampai 65).
6. Kemampuan membaca dan menulis : Tidak Terganggu
Pasien dapat membaca apa yang pemeriksa tulis dan dapat menulis nama sendiri
dengan baik.

7. Kemampuan visuospasial : Tidak terganggu


Pasien dapat menggambar 2 pentagon yang tumpang tindih dengan 2 sisi nya saling
bersinggungan dan dapat menggambarkan jam 14.15 dengan benar.

8. Pikiran abstrak : Tidak terganggu


Pasien dapat mengartikan peribahasa air susu dibalas air tuba dengan arti kebaikan
dibalas dengan kejahatan dan ada udang dibalik batu dengan arti ada maksud
tersembunyi.
9. Kemampuan menolong diri sendiri : Tidak terganggu
Pasien dapat melakukan kegiatan sehari-hari seperti makan dan mandi tanpa bantuan
orang lain.

11

G. Pengendalian Impuls
Tidak Terganggu.
H. Daya nilai dan Tilikan
Derajat Tilikan

: 1 ( Pasien menyangkal bahwa dirinya sakit).

I. Taraf dapat dipercaya


Dapat dipercaya
IV.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Status Interna
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran

: Compos Mentis

c. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan Darah

: 130/80

b. Nadi

: 88x/menit

c. Suhu

: afebris

d. Frekuensi Pernapasan

: 18x/menit
: 161 cm dan 85 kg ( BMI : 32,82 kg/m2)

d. Tinggi dan berat badan


e. Status Generalis

a. Kepala : bentuk normal, rambut sebahu lurus dan hitam


b. Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
c. Hidung

: bentuk normal, tidak ada sekret.

d. Telinga

: bentuk normal, fungsi pendengaran baik.

e. Mulut

: mukosa bibir tidak kering, tonsil T1/T1 tidak hiperemis.

f. Jantung

: tidak dinilai

g. Paru-paru

: tidak dinilai

h. Abdomen

: tidak dinilai

i. Ekstremitas atas

: tidak ada kelainan

j. Ekstremitas bawah

: tidak ada kelainan


12

k. Review of System ( Tidak Diperiksa)

Sistem Kardiovaskular

Sistem Respiratori

Sistem Gastrointestinal

Sistem Muskuloskeletal

Sistem Urogenital

Sistem Dermatologi

l. Kelainan khusus lain : Tidak ada.


B. Status Neurologik
1. Saraf Kranialis

: tidak dinilai

2. Meningeal Signs

: tidak dinilai

3. Gejala tekanan intrakranial

: tidak dinilai

4. Mata

: Gerakan bola mata ke segala arah dalam batas

normal.
5. Pupil

: bulat, isokor 3 mm/3 mm, refleks cahaya langsung

dan tidak langsung (+/+)

V.

6. Pemeriksaan oftalmoskopik

: tidak dilakukan

7. Motorik

8. Sensorik

: Tidak dilakukan

9. Sistem saraf otonom

: Tidak ada gangguan

10. Fungsi luhur

: Bahasa dan Kognitif tidak terganggu.

11. Gangguan khusus lainnya

: Tidak ditemukan.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 Mei 2016.

13

JENIS PEMERIKSAAN

HASIL

NILAI NORMAL

HEMATOLOGI
Hemoglobin

13.1 g/dL

12-14 g/dL

Jumlah Leukosit

6 ribu/L

5-10 ribu/L

Basofil

0%

< 1%

Eosinofil

2%

1-3 %

Neutrofil Batang

2%

2-6 %

Neutrofil Segmen

59 %

50-70 %

Limfosit

35 %

20-40 %

Monosit

3%

2-8%

Laju Endap Darah

18 mm/jam

< 20 mm/jam

Hitung Jenis :

Jumlah Trombosit

250 ribu/L

150-400ribu/L

KIMIA DARAH
Fungsi Hati
SGOT

30 /L

< 31 /L

SGPT

20 /L

< 31 /L

Protein Total

7.7 g/dL

6 - 8.4g/dL

Albumin

4.5 g/dL

3.5 - 5.2 g/dL

Globulin

3.2 g/dL

2.3 - 3.5 g/dL

Gamma GT (GGT)

15 U/L

7 - 32 U/L

Lemak

14

Trigliserida

164 mg/dL

<200 mg/dL

Kolesterol Total

247 mg/dL

<200 mg/dL

Kolesterol HDL

50 mg/dL

45-65 mg/dL

Kolesterol LDL

164 mg/dL

<130 mg/dL

Ureum

23 mg/dL

10-50 mg/dL

BUN

11 mg/dL

7-22 mg/dL

Kreatinin

0.74 mg/dL

0,5-1,1 mg/dL

Asam Urat

5.5 mg/dL

2.4-5.7 mg/dL

Glukosa Puasa

106 mg/dL

70-110 mg/dL

FUNGSI GINJAL

VI.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pasien berinisial Ny.S berusia 45 tahun datang ke Sanatorium Dharmawangsa pada tanggal

15 Mei 2016 dirawat atas permintaan keluarga pasien karena pasien kabur dari rumah 3 hari yang
lalu tanpa tujuan dan tanpa sebab. Selain itu, pasien sering mendengar suara-suara yang tidak
terlihat, terlihat curiga dan terkadang dapat tertawa sendiri dan tiba-tiba menangis. Pasien
dikatakan mulai berubah sejak 10 hari yang lalu dimana pasien menjadi pemarah dan
memecahkan barang-barang.
Berdasarkan autoanamnesa, pasien kabur dari rumah karena ingin pulang ke Riau untuk
bertemu dengan ketiga anaknya yaitu Budi , Dede dan Intan. Tetapi, pasien tidak mempunyai
uang untuk membeli tiket pulang ke Riau. Pasien mengatakan bahwa ia tidak mempunyai uang
karena ibu pasien telah mengambil semua uang pasien dan suka menghambur-hamburkan uang
dengan belanja serta berpergian ke luar negeri. Pasien mengeluhkan bahwa ibu tidak pernah
memberi uang sepersen pun untuk keperluan sehari-hari dan sering memarahi serta membentak
pasien. 10 hari yang lalu, pasien sudah tidak kuat dimarahi serta merasa sangat tertekan dan
menjadi marah besar. Pasien memecahkan semua piring-piring di dapur. Menurut pasien,

15

kejadian tersebut baru terjadi pertama kalinya dan biasanya, ketika ribut dan dimarahi oleh ibu
pasien, pasien hanya diam dan memendam perasaanya sendiri.
Berdasarkan alloanamnesa, perawat mengatakan bahwa ibu pasien sangat baik dan suka
mengantar makanan dan kadang pasien terlihat berbicara sendiri. Pasien sangat terkendali dan
bahagia. Ia sangat suka menyapa dan berinteraksi dengan dokter muda tetapi ia tidak suka bergaul
dengan teman-teman disekitarnya. Diketahui bahwa pasien sudah beberapa kali keluar masuk
rumah sakit jiwa. Pasien tidak merasa bahwa dirinya sakit dan mengatakan bahwa ia dibawah ke
rumah sakit jiwa karena bertengkar dengan ibu. Menurut pasien, 2 tahun 6 bulan yang lalu, pasien
dirawat di Rumah Sakit Jiwa Grogol satu kali, kemudian keluar dan masuk kembali ke Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo sebanyak 2 kali diakibatkan adanya gejala marah dan suka bicara
sendiri.
Pasien juga menceritakan bahwa 1 tahun yang lalu, pasien merasa bahwa ibu serta kedua
adik pasien yaitu Ujang dan Azan bersengkokol untuk memukuli pasien dan hal ini menyebabkan
pasien menderita hernia umbilikalis dan harus melakukan tindakan operasi. Kemudian, ia juga
mengatakan bahwa dahulu kala ia adalah wanita yang sangat cantik dan langsing dimana terdapat
50 orang pria yang sudah mengejarnya. 50 pria tersebut secara bergantian datang ke rumah untuk
meminta persetujuan pada ibu, namun ibu tidak menyetujuinya. Ketika ditanyakan mengenai
kedua orang tua, pasien mengaku bahwa 2 tahun 6 bulan yang lalu, ayah kandung nya telah
meninggal akibat stroke dan hal ini membuat pasien merasa sangat sedih sampai membuat pasien
menjadi tidak semangat, tidak mau merias diri dan tidak memakai hijab.
Pasien memiliki halusinasi auditorik, waham paranoid, waham kebesaran dan episode
manik. Fungsi sosial pasien terganggu. Pemeriksaan laboratorium rutin menunjukkan adanya
kenaikan pada Total Kolesterol serta LDL-Kolesterol. Pasien menyangkal adanya riwayat trauma
kepala dan epilepsi. Riwayat NAPZA dan merokok disangkal pasien. Perkembangan pasien dari
masa bayi sampai dewasa normal dan pemeriksaan fisik juga dalam batas normal. Pada status
mental menunjukkan bahwa pasien terlihat bahagia, kooperatif, aktif, responsif, kuantitas bicara
banyak, kualitas pembicaraan spontan, lancer, cepat, artikulasi kurang jelas dan ide cerita banyak.
Mood hiperthym/ manik serta produktivitas arus pikir banyak ide / Logorrhea. Konsentrasi dan
perhatian terganggu.

16

VII.

FORMULASI DIAGNOSTIK
-

Aksis I

: Berdasarkan Ikhtisar Penemuan Bermakna, kasus ini menurut menurut

PPDGJ III, pasien masuk ke dalam golongan gangguan Skizoafektif tipe Manik
(F25.0) karena memenuhi kriteria umum ada gejala skizofrenia dan gangguan afektif
tipe manik yang sama-sama menonjol, yang antara lain:
1. Gejala skizofrenia, yakni:
a. Halusinasi auditorik seperti berbicara dengan seseorang
b. Waham Paranoid dimana pasien mengatakan bahwa ibunya sangat galak dan
suka memarahi, membentak, memukuli serta merampas semua uang pasien.
c. Waham Kebesaran dimana pasien merasa bahwa dahulu ia merupakan
seseorang yang sangat langsing dan paling cantik. Banyak pria, sekitar 50
orang, yang menyukai dan mengejar pasien.
d. Gejala ini semua telah berlangsung lebih dari satu bulan.
2. Adanya episode manik pada pasien, yakni:
a. Pasien sangat aktif, responsif, bicara cepat, ide cerita banyak, logorrhea, dan
sangat suka menyapa dan berinteraksi dengan dokter muda.
b. Melakukan high risk activity ( kabur dari rumah ( Tebet) ke Riau )
-

Aksis II

: Tidak ada diagnosis

Aksis III : Pada pemeriksaan laboratorium darah pada tanggal 16 Mei


2016,ditemukan adanya peningkatan kadar total kolesterol dan LDL. Hal ini
menunjukkan kemungkinan adanya hiperkolesterolemia.

Aksis IV : Masalah Psikososial dan Lingkungan pada kasus ini berupa :

Z63.1 Problem dengan hubungan dengan orang tua atau mertua

Z63.4 Kehilangan dan kematian dari anggota keluarga

Z63.5 Kekacauan Keluarga oleh perpisahan dan perceraian

Aksis V

: Berdasarkan skala Global Assessment of Functioning (GAF), pasien

memiliki skala GAF 60-51 ( gejala sedang atau kesulitan sedang fungsi sosial,
pekerjaan, atau sekolah) karena :
17

o Fungsi psikologis

: Pasien masih terdapat waham, halusinasi dan

episode manik
o Fungsi sosial

: Pasien masih berkomunikasi dan berinteraksi

dengan keluarga dan lingkungan sekitar, tetapi lebih cenderung menyendiri.


o Fungsi perawatan diri
VIII.

; pasien masih dapat merawat dirinya sendiri.

EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I

: F25.0 Skizoafektif tipe manik

Aksis II

: Tidak ada diagnosis

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV

o Z63.1 Problem dengan hubungan dengan orang tua atau mertua


o Z63.4 Kehilangan dan kematian dari anggota keluarga
o Z63.5 Kekacauan Keluarga oleh perpisahan dan perceraian

IX.

Aksis V

: GAF 60-51

DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Pada pemeriksaan laboratorium pada tanggal 16 Mei 2016 ditemukan bahwa pasien
memiliki kadar total kolesterol dan LDL-kolesterol yang tinggi tetapi pasien tidak
mengakui bahwa ia mempunyai kolesterol yang tinggi.
2. Psikologik

Halusinasi auditorik

Waham paranoid

Waham Kebesaran

Episode manik

3. Sosial/Keluarga/Budaya
Pasien sudah bercerai dari suaminya 6 tahun yang lalu dimana pasien tidak mau
mengatakan alasan mengapa ia bercerai, ia hanya mengatakan penceraian terjadi
karena disuruh oleh ibunya. Pasien juga berkata bahwa hubungan ia dengan ibunya
18

tidak baik dimana ia sering dimarahi, di bentak, diambil semua uang, dan dipukuli
tanpa sebab yang jelas.
X.

PROGNOSIS
Faktor faktor yang mendukung kearah prognosis baik:
a. Penyakit yang diderita pasien bukan karena gangguan mental organik atau retardasi
mental.
b. Selama perawatan pasien cenderung kooperatif.
c. Pasien tidak menolak untuk minum obat.
d. Pasien tidak menggunakan obat-obatan terlarang maupun merokok.
e. Pasien masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan mandiri.
f. Emosi pasien sudah lebih terkontrol dibanding sebelum dirawat.
g. Fungsi kognitif pasien secara umum masih baik

Faktor faktor yang mendukung ke arah prognosis buruk:

Tilikan derajat I, pasien menyangkal dirinya sakit.

Penyakit skizoafektif sulit untuk sembuh

Kesimpulan prognosis:

XI.

Ad vitam

: bonam

Ad functionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad malam

TERAPI
1. Psikofarmaka
a. Obat yang diberikan di Sanatorium Dharmawangsa :

Persidal ( Risperidone)

2 mg 2x1 tab

Hexymer ( Trihexyphenydyl) 2 mg 2x1 tab

Remital ( Olanzapine)

5 mg 1x1 tab Malam

Rendapid ( Simvastatin)

10 mg 1x1 tab Malam

b. Obat sesuai teori : ( tidak diberikan )

Lithium (Mood stabilizer)

200 mg 2x1
19

o Lithium

bekerja

dengan

mengurangi

dopamine

receptor

supersensitivity dengan meningkatkan cholinergic-muscarinic


activity,dan

menghambat

cyclic

AMP

(adenosine

monophosphate) dan phosphoinositides.


o Dosis maksimal : 250-500 mg/ hari dengan sediaan Frimania : 200
mg tablet dan 400 mg tablet.
o Efek samping: mulut kering, haus, gastrointestinal distress ( mual,
muntah, diare, feces lunak), kelemahan otot, poli-uria, tremor halus
( fine tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan
bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan)
c. Kontrol efek samping lithium dengan memeriksa fungsi tiroid, ginjal, kadar
serum NA dan K, dan pemeriksaan EKG.
2. Psikoterapi

Pasien dimotivasi untuk tetap patuh untuk mengkonsumsi obat secara rutin meskipun
tidak diawasin.

Pasien dimotivasi untuk mengurangi isolasi sosial dan mencoba untuk berteman

Pasien dapat menjalani cognitive-behavioral therapy.

Edukasi tentang pentingnya hidup bersih dan perawatan diri.

3. Sosioterapi

Edukasi kepada keluarga dan pasien mengenai gejala dan keadaan afektif yang
berbeda-beda agar keluarga dapat lebih siap menghadapi perubahan yang akan terjadi
dan memenuhi kebutuhan pasien.

Keluarga harus mendukung pasien dalam proses pengobatan baik secara psikologis
maupun finansial seperti rutin menjenguk pasien sehingga pasien merasa diperhatikan
dan tidak ditinggalkan begitu saja.

Pasien disarankan untuk aktif dalam beraktivitas seperti karaoke dan senam agar pasien
tidak terlalu fokus pada wahamnya dan pikiran lainnya yang mengganggu.

4. Terapi Problem Organobiologik:


20

Rendapid ( Simvastatin) 10 mg 1x1 tab Malam

XII.

Mekanisme Kerja : menghambat HMG-CoA reduktase

Efek samping : Heartburn, nyeri otot, kulit kemerahan, insomnia, nyeri tenggorokan

DISKUSI
Diagnosis penyakit pada pasien ini menurut PPDGJ III dan ICD-10 adalah gangguan

skizoafektif tipe manik ( F25.0) . Namun, menurut DSM-V, diagnosis penyakit pada pasien ini
adalah gangguan skizoafektif tipe Bipolar.

Pedoman Diagnostik Skizoafektif menurut PPDGJ III adalah 1

Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya


skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan, atau
dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi
kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.

Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan
gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.

Bila seorang pasien skizofrenik menunjukan gejala depresif setelah megalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4. beberapa pasien dapat mengalami
episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1)
atau campuran dari ekduaya (F.25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif (F30-F33).

Kriteria diagnosis gangguan skizoafektif tipe manik menurut PPDGJ-III, yakni: 1

Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal
maupun untuk gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe
manik.

Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu
menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.

Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua,
21

gejala skizofrenia yang khas.

Kriteria diagnosis gangguan skizoafektif menurut DSM-V, yakni: 2


A. An uninterrupted period of illness during which there is a major mood episode
(major depressive or manic) concurrent with Criterion A of schizophrenia.
Note : The major depressive episode must include Criterion A1 : Depressed mood.
B. Delusions or hallucinations for 2 or more weeks in the absence of a major mood
episode (depressive or manic) during the lifetime duration of the illness.
C. Symptoms that meet criteria for a major mood episode are present for the majority
of the total duration of the active and residual portions of the illness.
D. The disturbance is not attributable to the effects of the substance ( e.g., a drug abuse,
a medication) or another medical condition.
Specify whether :
295.70 ( F25.0) Bipolar type : This subtype applies if a manic episode is a part of the
presentation. Major Depressive episodes may also occur.
295.70 ( F25.1) Depressive Type : This subtype applies if only major depressive
episodes are part of the presentation.
Specify if :
With catatonia
Coding note : Use additional code 293.89 ( F06.1) catatonia associated with
schizoaffective disorder to indicate the presence of comorbid catatonia.
Specify if :
The following course specifiers are only to be used after a 1-year duration of the
disorder and if they are not in contradiction to the diagnostic course criteria.
First episode, currently in acute episode
First episode, currently in partial remission
First episode, currently in full remission
Multiple episode, currently in acute episode
Multiple episode, currently in partial remission
22

Multiple episode, currently in full remission


Continuous
Unspecified

Kriteria diagnosis gangguan skizoafektif menururt ICD-10, yakni:3


Note: This diagnosis depends upon an approximate balance between the number,
severity,

and

duration

of

the

schizophrenic

and

affective

symptoms.

G1. The disorder meets the criteria for one of the affective disorders of moderate or
severe

degree,

as

specified

for

each

category.

G2. Symptoms from at least one of the groups listed below must be clearly present for
most of the time during a period of at least 2 weeks (these groups are almost the same
as for schizophrenia):
1. Thought echo, thought insertion or withdrawal, thought broadcasting (Criterion
G1[1]a for paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia);
2. Delusions of control, influence, or passivity, clearly referred to body or limb
movements or specific thoughts, actions, or sensations (Criterion G1[1]b for
paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia);
3. Hallucinatory voices giving a running commentary on the patient's behavior or
discussing the patient among themselves, or other types of hallucinatory voices
coming from some part of the body (Criterion G1[1]c for paranoid, hebephrenic,
or catatonic schizophrenia);
4. Persistent delusions of other kinds that are culturally inappropriate and completely
impossible, but not merely grandiose or persecutory (Criterion G1[1]d for
paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia), e.g., has visited other worlds;
can control the clouds by breathing in and out; can communicate with plants or
animals without speaking;
5. Grossly irrelevant or incoherent speech, or frequent use of neologisms (a marked
form of Criterion G1[2]b for paranoid, hebephrenic, or catatonic schizophrenia);
23

6. Intermittent but frequent appearance of some forms of catatonic behavior, such as


posturing, waxy flexibility, and negativism (Criterion G1[2]c for paranoid,
hebephrenic, or catatonic schizophrenia).
G3. Criteria G1 and G2 above must be met within the same episode of the disorder,
and concurrently for at least part of the episode. Symptoms from both G1 and G2 must
be

prominent

in

the

clinical

picture.

G4. The disorder is not attributable to organic mental disorder, or to psychoactive


substance-related intoxication, dependence, or withdrawal.
Schizoaffective disorder, manic type
A. The general criteria for schizoaffective disorder must be met.
B. Criteria for a manic disorder must be met

Schizoaffective disorder, unspecified


Tatalaksana
Tatalaksana untuk pasien dengan gangguan skizoafektif mencakup kombinasi antara terapi
medikamentosa dengan psikoterapi.
Medikamentosa
Terapi medikamentosa pada gangguan skizoafektif meliputi obat-obatan antipsikotik untuk
gejala psikotik dan antidepresan serta mood stabilizer untuk gejala gangguan afektif. Pada
subtipe depresif, digunakan kombinasi antidepresan dengan antipsikotik, sedangkan pada tipe
manik/bipolar digunakan kombinasi mood stabilizer dengan antipsikotik. 4
Saat ini belum ada konsensus yang jelas mengenai obat antipsikotik yang menjadi pilihan
utama. Obat antipsikotik yang biasa digunakan yaitu haloperidol, risperidone, olanzapine, atau
aripiprazole. Clozapine adalah antipsikotik yang paling efektif, namun penggunaannya
sebagai obat lini pertama tidak dianjurkan karena menyebabkan efek samping yang berat,

24

salah satunya yaitu agranulositosis. Clozapine dapat digunakan pada kasus-kasus berat dengan
gejala refrakter.
Obat antidepresan pilihan pertama yang biasa digunakan adalah golongan selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI) karena tidak berisiko menimbulkan efek samping
gangguan irama jantung dan tidak menimbulkan ketergantungan. Antidepresan trisiklik dapat
diberikan kepada pasien dengan agitasi dan insomnia.4
Obat-obatan mood stabilizer yang biasa digunakan untuk penanganan gangguan
bipolar berperan juga dalam penanganan gangguan skizoafektif. Lithium merupakan obat
pilihan utama untuk meredakan Sindrom Mania Akut atau profilaksis terhadap Sindrom
Mania yang kambuhan pada Gangguan Afektif Bipolar. Sebuah penelitian yang
membandingkan antara lithium dengan carbamazepine menemukan bahwa carbamazepine
lebih efektif digunakan pada gangguan skizoafektif tipe depresif dan tidak ada perbedaan
antara keduanya dalam penggunaan untuk tipe bipolar. Namun, dalam situasi klinis kedua
obat tersebut banyak digunakan sebagai kombinasi satu sama lain maupun dengan obat
antipsikotik.4
Terdapat 2 atipikal antipsikotik yang diberikan pada pasien antara lain Risperidone (
Persidal) dan Olanzapine ( Remital). Dosis maksimal untuk Risperidone adalah 2-8 mg/ hari,
sedangkan sediaan Persidal adalah tab 1 mg; 2 mg; 3 mg. Lalu, Olanzapine memiliki dosis
pengobatan anjuran 10-30 mg/hari, sedangkan sediaan Remital adalah tab 5-10 mg. Efek
samping Olanzapine minimal dibandingkan dengan obat-obatan antipsikotik tipikal sehingga
lebih dipilih sesuai dengan prinsip pengobatan antipsikotik dimana yang ini dicapai adalah
optimal response with minimal side effects. Pasien juga diberikan Trihexyphenydyl HCL (
Hexymer), yaitu obat yang diberikan untuk gejala ekstrapiramidal yang mungkin disebabkan
oleh obat-obatan antipsikotik. Simvastatin ( Rendapid) diberikan untuk mengontrol kadar total
kolesterol dan LDL-kolesterol pasien. 5
XIII.

TINDAK LANJUT

Memantau efek samping obat

Memantau perkembangan gejala psikiatrik pasien

Mengubah dosis obat bila diperlukan

Terus memberikan dukungan moral dan semangat

25

Subjective

: Pasien tenang dan kadang terlihat berbicara sendiri dan mengaku sudah

tidak mendengar suara-suara yang tak terlihat. Pasien sudah tidak merasa ingin kabur dan
episode manik mulai berkurang
Objective

: Masih terdapat waham paranoid dan episode manik

Assesment

: Skizoafektif tipe Mania dalam perbaikan

Plan

Obat antipsikosis, psikoterapi, sosioterapi dan terapi organobiologik dilanjutkan.

Meninjau kembali perkembangan waham dan episode manik pasien

Memantau efek samping obat anti psikotik

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa Indonesia. Indonesia:


Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; 1993.
2. American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoder.
5th ed. Washington, DC: American Psychiatric Publishing; 2013.
3. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 9th ed. Lippincott Williams & Wilkins; 2009.
4. Sadock B, Sadock V, Ruiz P. Kaplan and Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioural
Sciences/ Clinical Psychiatry. 11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2014.
5. Maslim R. Obat Antipsikosis. Panduan Praktis: Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. 3rd
ed. Jakarta: FK UNIKA Atma Jaya; 2007.

27

S-ar putea să vă placă și