Sunteți pe pagina 1din 5

Pada saat ini banyak sekali kita menemui kejadian atau kasus kehamilan pada remaja

putri, bahkan kasus tersebut paling banyak dialami pada saat para remaja putri belum
menikah alias hamil di luar nikah. Padahal, kehamilan di usia muda memiliki resiko yang
tinggi , tidak hanya merusak masa depan remaja yang bersangkutan, tetapi juga sangat
berbahaya untuk kesehatannya. Kehamilan di bawah umur memuat risiko yang tidak
kalah berat. Pasalnya, emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang. Sementara
kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, adanya rasa
penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya. (1)
Dalam keadaan tersebut para calon ibu muda belum siap dengan pendidikan tentang cara
menjaga kehamilan ataupun cara merawat anak ketika sudah melahirkan. Itu juga
menyebabkan Anak-anak dari ibu yang kurang berpendidikan umumnya memiliki angka
kematian yang lebih tinggi daripada mereka yang lahir dari ibu yang lebih berpendidikan.
(2). Masalah tersebut menyebabkan tingginya Angka Kematian Bayi (AKB), Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Umur Harapan Hidup (UHH). Angka Kematian Bayi dapat
didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun
yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. AKB merupakan
indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.(3)
Selama kurun waktu 1998-2007, angka kematian bayi pada anak-anak dari ibu yang tidak
berpendidikan adalah 73 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada
anak-anak dari ibu yang berpendidikan menengah atau lebih tinggi adalah 24 per 1.000
kelahiran hidup. Perbedaan ini disebabkan oleh perilaku dan pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik di antara perempuan-perempuan yang berpendidikan (2).
Sebuah penelitian di Amerika Latin dan Karibia menunjukkan bahwa 29%wanita muda
menikah saat mereka berusia 18 tahun. Pravalensi tinggi kasus pernikahan usia dini
tercatat di Negeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Banglades (51%).
Pernikahan usia dini paling banyak terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Data di Asia
Tenggara didapatkan bahwa sekitar 10 juta anak usia dibawah 18 tahun telah menikah.
Hasil dari penelitian UNICEF di Indonesia menemukan angka kejadian pernikahan anak
berusia 15 tahun berkisar 11% sedangkan yang menikah disaat usia tepat 18 tahun sekitar
35%. Analisis Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2012 dari Badan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) didapatkan angka pernikahan diperkotaan lebih rendah

dibandingkan di pedesaan, untuk kelompok umur 15-19 `tahun perbedaannya cukup tinggi
yaitu 5,28% di perkotaan dan 11,88% di pedesaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
wanita usia muda dipedesaan lebih banyak yang melakukan perkawinan pada usia muda
dan mengalami kejadian AKB dab AKI yang cukup tinggi.(2)
Dalam sambutan Menteri Kesehatan RI yang dibacakan Wakil Menteri Kesehatan RI,
Prof. Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD, Menkes mengatakan bahwa masih diperlukan kerja
keras untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia. Mengutip data hasil
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB)
mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah
yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang
meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang.
Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012
mencapai 160.681 anak.
Menurut survey yang sudah dilakukan di provinsi Bali : Kabupaten/Kota dengan AKB
terendah adalah Kabupaten Buleleng (3,05 per 1000 KH), Kota Denpasar (3,82 per 1000
KH) serta Kabupaten Tabanan (5,37 per 1000 KH). Sedangkan AKB tertinggi terdapat di
Kabupaten Bangli (14,28 per 1000 KH) dan Kabupaten Gianyar (13,10 per 1000 KH).(3)
Kematian ibu dan anak terjadi pada perempuan yang TERLALU MUDA untuk hamil, ada
juga yang TERLALU TUA untuk hamil, jarak kehamilan yang TERLALU
BERDEKATAN, serta kehamilan yang TERLALU SERING. Angka kematian anak dan
angka kematian ibu juga semakin meningkat dikarenakan kurangnya pendidikan dari
perempuan yang menikah usia dini.
Upaya yang dapat dilakukan di tingkat hulu, antara lain: Meningkatkan status gizi
perempuan dan remaja; Meningkatkan pendidikan kesehatan reproduksi remaja dimulai
dari lingkup keluarga; Meningkatkan konseling pranikah untuk calon pengantin;
Meningkatkan peran aktif suami, keluarga, tokoh agama, tokoh adat, kader dan
masyarakat dalam menjaga mutu kesehatan keluarga (terutama calon ibu) sebelum dan
saat hamil, termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi atau P4K serta
pemenuhan kebutuhan pelayanan Keluarga Berencana (KB). Di provinsi Bali juga sudah
melaksanakan upaya tersebut dalam rangka menurunkan AKB AKB di Provinsi Bali dari

tahun 1986 sampai dengan tahun 2010 menunjukan kecenderungan menurun dan sudah
lebih rendah dari angka kematian bayi secara nasional. Data kematian bayi belum bisa
dibedakan per jenis kelamin karena sementara data tersebut belum ada pada program
terkait, maupun di Kabupaten/Kota.
Solusi yang diberikan untuk masyarakat khususnya orang tua yang memiliki remaja
putrid, agar dapat memberikan informasi, pendidikan dan pengetahuan mengenai dampak
dari pernikahan usia dini, dengan mencari informasi sebanyak mungkin. Rendahnya
tingkat pendiddikan orang tua bukan menjadi alasan untuk tidak mendapatkan sumber
informasi. Jangan pernah merasa malu untuk mencari informasi, sehingga diharapkan
kejadian pernikahan usia dini dapat diminimalkan.
Untuk tenaga kesehatan supaya dapat melakukan promosi kesehatan yang dapat
meminimalkan angka pernikahan usia dini dikalangan remaja.terutama promosi kesehatan
yang dilakukan dikhalangan pedesaan.
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota Denpasar Tahun 2010-2015 adalah dokumen
perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan yang merupakan penjabaran dari Visi, Misi
dan Program Dinas Kesehatan Kota Denpasar yang berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah kota Denpasar dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Bidang Kesehatan. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kota
Denpasar tahun 2010-2015 diharapkan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan penilaian upaya kesehatan Dinas Kesehatan yang dapat diukur dan
dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan kinerja tahunan Dinas Kesehatan.
Semoga upaya Dinas Kesehatan sampai tahun 2015 dapat lebih terarah dan terukur.
Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan 2010-2015 melibatkan stakolder terkait. Kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Renstra ini diucapkan terimakasih. Tentunya
Renstra ini dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya bila dilakukan dengan dedikasi
yang tinggi dan kerja keras dari segenap aparatur kesehatan, baik di Dinas Kesehatan
maupun jajarannya.(4)

DAFTAR PUSTAKA
1.

Hamil R. Bahaya kehamilan di bawah umur. 2000;36.

2.

Unicef. Kesehatan Ibu & Anak. UNICEF Indones [Internet]. 2012;(Gambar 2):12.
Available from: http://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf

3.

Dusun P, Desa K, Kecamatan G, Kabupaten S. Issn: 2085 - 0204 jurnal ilmiah kesehatan
politeknik kesehatan majapahit. Ilm Kesehat Politek Kesehat Majapahit. 2011;3(1):1-.

4.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 2015;156.

1.

Hamil R. Bahaya kehamilan di bawah umur. 2000;36.

2.

Unicef. Kesehatan Ibu & Anak. UNICEF Indones [Internet]. 2012;(Gambar 2):12.
Available from: http://www.unicef.org/indonesia/id/A5__B_Ringkasan_Kajian_Kesehatan_REV.pdf

3.

Dusun P, Desa K, Kecamatan G, Kabupaten S. Issn: 2085 - 0204 jurnal ilmiah kesehatan
politeknik kesehatan majapahit. Ilm Kesehat Politek Kesehat Majapahit. 2011;3(1):1-.

4.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. 2015;156.

S-ar putea să vă placă și