Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Klien Phimosis dengan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Sistem Perkemihan juga dapat
memberikan kami wawasan yang luas akan pentingnya kesehatan dalam
kehidupan bermasyarakat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Tia Amestiasih, S.Kep.,Ns, selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem
Perkemihan.
Dan seluruh pihak-pihak yang telah ikut membantu menyusun makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna dan kami menginginkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca yang kritis demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami
mohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.
KATA PENGANTAR..
ii
DAFTAR ISI.
iii
BAB I
A.
B.
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Tujuan Penulisan......
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian.. ..
B.
Etiologi..
C.
Manifestasi Klinis..
D.
Pathway...
E.
Penatalaksanan..
F.
BAB III
Pengkajian.
B.
Analisa Data.
C.
Prioritas DiagnosaKeperawatan....
D.
E.
A.
4
5
6
6
7
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
BAB IV
11
20
22
23
27
PEMBAHASAN
Pengkajian.
B.
Diagnosa Keperawatan.
C.
Perencanaan...
46
47
48
D.
Implementasi/Pelaksanaan....
E.
Evaluasi.
BAB V
4.1
48
49
PENUTUP
Kesimpulan...
4.2
Saran..
50
50
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LatarBelakang
Kelainan pada genitalia eksternal sangat menggangu bagi penderita terutama untuk
orang tua penderita, yang secara tak sadar telah menggangu emosional mereka,
baik dari segi struktur alat reproduktif ini dan mungkin juga akibat yang akan
ditimbul digenerasi masa depan mereka. Pada janin laki-laki, tubercle memperbesar
untuk membentuk penis lipatan genital menjadi batang dari penis dan lipatan
labioscrotal memadukan untuk membentuk scrotum. Pembentukan terjadi selama
12-16 minggu kehamilan dan testicular hormon yang berperan besar dalam
keadaan ini. Testosterone dan metabolite aktifnya, dihydrotestosterone,
menentukan stabilisasi dan pembentukan penuh genitalia internal dan eksternal.
Kelainan pada fase ini dapat menyebabkan kelainan kongenital yang dapat
berpengaruh besar pada perkembangan fisik maupun psikologis dari si anak sendiri
maupun orang tua mereka. Disini kami mencoba membahas tentang beberapa
kelainan congenital pada alat kelamin luar pria dan penangannya.
Pada kasus fimosis pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit prepusium
kebelakang sulkus glandularishanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak lakilaki; hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis
adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16
sampai 18 tahun. Dan pada kasus hipospsdia Angka kejadian penderita hipospadia
di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi dari hasil penelitian pakar
kedokteran di sejumlah negara, kelainan ini terjadi pada satu dari 125 bayi laki-laki
kelahiran hidup. Salah satu penyebab kelainan ini adalah karena keturunan.
Penyebabnya dari fimosis itu sendiri bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat,
misalnya karena infeksi atau benturan. Bagaimana gejalanya? Untuk menandai
apakah anak memang mengalami funosis, orang tua sebaiknya mencermati
beberapa gejala berikut : Kulit penis anak takbisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan. Anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing
diujung tertutup. Biasanya ia menangis dan pada ujung penisnya tampak
menggembung. Air seni yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga. Begitu juga kasus hipospadia disebabkan
factor lingkungan dan pola hidup yang kurang sehat, akibatnya marak penggunaan
pestisida serta tingginya kandungan polusi di udara. Zat polutan dari pabrik, limbah
dan menumpuknya sampah bisa menimbulkan hipospadia.
Upaya yang diberikan dengan tindakan sirkumsisi (sunat) adalah jaian keluarnya,
apalagi jika fimosisnya menetap dan terjadi infeksi. Untuk melakukan sirkum sisi
pada anak juga harus dipertimbangkan masalah pembiusannya karena akan
mempengaruhi kondisi kejiwaannya kelak kemudian hari. Selain itu akan
membahayakan, karena dapat melukai penisnya dan jahitan kulit penis tidak dapat
dikerjakan secara sempurna.(AMA,1999)
Dari data di atas, maka kami tertarik untuk membahas kasus mengenai fimosis ini
untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kelainan ini. Dengan
dibahasnya fimosis ini diharapkan masyarakat memahami apa dan bagaimana
fimosis itu sendiri, sehingga masyarakat tidak memandang dan mengait-ngaitkan
kelainan ini dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan dan hal-hal yang
berbau mistis. Seperti yang kita ketahui masyarakat Indonesia sering kali
menghubung-hubungkan hal-hal yang mereka anggap tidak lazim pada hal-hal di
atas. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan masyarat apabila mereka beranggapan
seperti itu karena dilihat dari latarbelakang Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku, adat, dan kepercayaan. Maka dari itu dengan dibahasnya kasus ini diharapkan
masyarakat bisa lebih tebuka cara berfikir dan cara pandangnya.
B.
Tujuan
1). TujuanUmum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran
umum tentang asuhan keperawatan klien khususnya pada klien dengan Phimosis
dan mampu menyusun asuhan keperawatan pada kasus klien yang mengalami
Phimosis.
2). Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian Phimosis.
b)
c)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Phimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) keproksimal
sampai kekoronaglandis. Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering
ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, karena terdapat adesialamiah
antara prepusium dengan glans penis. Dan biasanya pada masa pubertas akan
menghilang dengan sendirinya. Pada pria yang lebihtua, fimosis bisa terjadi akibat
iritasi menahun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual.
Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). (Johns
Hopkins University Press, 1956)
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan
oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahanlahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat prepusium terdi latasi perlahan-lahan sehingga prepusium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90%
prepusium sudah dapat diretraksi.
B.
Etiologi
1.
Konginetal (fimosisfisiologis)
hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia5-13 tahun yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
2. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)
timbul kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin
yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis
kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis
kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat
bagian kulit preputium yang membuka.
C.
a.
Manifestasi Klinis
Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
b.
Balloning yakni kulit preputium mengenbang saat berkemih karena desakan
pancaran ari seni yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung praputium.
c.
d.
Sulit kencing
e.
D.
Pathway
E.
Penatalaksanaan
Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis,
karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai
fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba
diberikan salep Deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan
setelah pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi spontan. Pada
fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium
pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan
indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau prostitis harus
diberi antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi.
F. Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan
1.
Perawatan Rutin
2.
Kebersihan penis
Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring
dengan popok basah untuk waktu yang lama.
3.
Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi
obstruksi terhadap aliran keluar.
4.
Sirkumsisi
Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk
mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah.
5.
6.
Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap untuk
pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap
komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis
amonia dan jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
a. Pengkajian
1)
Fisik
a)
Pemeriksaan genetalia
b)
Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran
pada ginjal.
c)
d)
e)
f)
g)
Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
dysuria, drinage.
2)
Mental
a)
b)
c)
Tingkat kecemasan
d)
b. Diagnosa
1)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan prepusium
dipunggung penis
2)
3)
4)
5)
c. Intervansi
Diagnosa 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan
prepusium dipunggung penis
Tujuan: dalam 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
TTV normal
nyeri berkurang dalam 1x24 jam
wajah tidak menyeringai
pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi:
1)
pantau TTV
Pantau TTV
TTV normal
Intervensi:
1)
pantau TTV
2)
3)
Memberi penjelasan pada px dan keluarga tentang pentingnya kebutuhan
nutrisi bagi tubuh
4)
e. Evaluasi
1)
Ajarkan tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi dengan
disimulasikan.
2)
Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan lapor segera ke dokter
atau perawat.
3)
up).
Jelaskan pemberian obat antibiotik dan tekankan untuk kontrol ulang (follow
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang anak laki-laki berinisial An. A berumur 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit
Respati pada tanggal 2 Oktober 2012. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu
menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu
An.A juga mengatakan bahwa An.A deman sejak 2 hari yang lalu.Saat dilakukan
pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang. An. A tampak gelisah, dan
sulit tidur pada malam hari karena nyeri yang dirasakannya. Terlihat adanya edema
pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan.
Wajah An. A tampak pucat dan An.A terlihat lemas.
Dari Pemereriksaan Fisik: BB : 15 kg,TB :120cm,
TTV:TD: 80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X diberikan
terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.
A.
Pengkajian
Nama Perawat
: Ns. Fera
Tanggal Pengkajian
: 2 Oktober 2012
Jam Pengkajian
: 09.00 WIB
1)
Biodata
Pasien
Nama
: An. A
Usia/jenis kelamin
: 3 Tahun/Laki-laki
Agama
: Islam
Pendidikan
: Belum Sekolah
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Alamat
Diagnosa Medis
: Phimosis
Jam/Tanggal Masuk RS
No. RM
: 081916
Penanggung Jawab
Nama
: Ny. X
Usia
: 28 Tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMK
Pekerjaan
Status Pernikahan
: Menikah
Alamat
: Ibu
2)
Keluhan Utama
An. A mengatakan sakit pada penisnya terutama pada prepusiumnya dan terasa
nyeri saat mau kencing.
Riwayat Kesehatan :
a.
An. A datang ke RS. Soeradji diantar oleh keluarganya pada tanggal 2 Oktober
2012 dengan keluhan nyeri saat akan kencing akibat air kencing yang sulit keluat.
Ny. X mengatakan bahwa An.A sudah merasakan sakitnya sejak 3 hari yang lalu.
An.A sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan An. X diberikan terapi obat Salep
Deksametasone 0,1%.
b.
1.
Sebelum sakit, kegiatan sehari-hari klien adalah bermain selayaknya nak berumur 3
tahun. Perawatan diri /personal hygiene An. A dibantu ibuny. Saat sakitpun
kebutuhan ADL klien tergantung dengan ibunya. Saat diarawat di rumah sakit, An.A
terlihat tidak bersemangat, An.A hanya duduk di ranjang.
2.
Ny. X mengatakan bahwa sebelum sakit, An.A biasanya tidur selama 11 jam di
malam hari dan tidur siang selama 2 jam. Setelah dirawat di rumah sakit An.A
kesulitan untuk tidur karena nyeri yang dirasakannya. An. A hanya tidur 6 jam pada
malam hari dan 1 jam di siang hari. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A sering
terbangun di malam hari.
3.
Ibu An.A mengatakan anaknya tidak menangis setelah ia diberikan obat dan
menangis saat nyerinya bertambah ketika ia melakukan gerak. Setelah dikaji, An.A
mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
4.
Nutrisi
Sebelum sakit kebutuhan nutrisi An.A dibantu oleh ibunya. An.A biasanya makan 3 x
sehari. Berat badan An.A 15 kg. Namun, sejak An.A sakit berat badannya turun
hingga 14 kg. Bapak An.A mengatakan bahwa An.A suka jika diberikan makanan
ringan dan minuman bersoda. Sejak kecil An.A alergi terhadap udang. Sebelum
sakit nafsu makan An.A sangat baik. Akan tetapi setelah sakit An.A susah makan,
hanya menghabiskan porsi dari makanan yang di sediakan RS. An.A sering mual.
An.A belum bisa memenuhi kebutuhan makannya sendiri.
5.
Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya minum air putih 1 liter sehari dan 250 cc
susu. An.A juga sering minum minuman dingin. Setelah sakit An.A hanya minum
500 cc sehari. Turgor kulit klien elastis.
6.
Oksigenasi
Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau
sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum.
7.
Eliminasi urine
Ny.X mengatakan frekuensi berkemih An.A adalah 250 cc per hari. Warna urine
An.A keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang
purulen dan terasa gatal. An.A merasakan nyeri saat berkemih. An. A berkemih 2x
dalam sehari. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.A dibantu oleh ibunya. An.
A tidak terpasang kateter untuk menguangi terjadinya risiko infeksi pada penis.
8.
Eliminasi fekal/bowel
Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari.
Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas. Kebutuhan pemenuhan
eliminasi An.A dibantu oleh ibunya. Setelah sakit ibu An.A mengatakan bahwa An.A
jarang BAB, kadang-kadang hanya 2 hari sekali.
9.
Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun kognitif.
4)
Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan Umum
TD
RR
: 80/50 mmHg
: 24x/menit
: 38,50 C
: 90x/menit
Kepala
Keadaan kepala An. A tidak ditemukan kelainan yaitu tidak terdapat hematoma,
lesi maupun kotor, keadaan mata tidak anemis, sklera anikterik. Keadaan hidung,
tidak ada septum dan epistaksis, telinga simetris, bersih dan pendengaran klien
baik. Tidak terdapat gangguan pada mulut yang ditandai dengan: tidak terdapat
caries dentis, tidak menggunakan gigi palsu dan pada bibir tidak terjadi sianosis
atau stomatitis, mukosa bibir kering karena kurangnya intake cairan.
c.
Leher
Tidak ada gangguan pada leher yang ditandai dengan; tidak terdapat pembesaran
tiroid, tidak ada pelebaran JVP dan lesi. Tidak ada gangguan pada Tenggorokan yang
ditandai dengan tidak terdapat pembesaran tonsil dan hiperemis.
d.
Dada
Abdomen
I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen tidak sikatrik, tidak terdapat benjolan ataupun
lesi.
A: Pada saat auskultasi, peristaltic usus 16x/menit
P: Pada palpasi tidak ada hepatomogali dan nyeri tekan.
P: Pada perkusi timpani tidak ada hypertimpani atau pekak
f.
Genetalia
Klien mengalami phimosis, prepusium tidak bisa ditarik. Tidak terdapat hypospadia,
epispadia, hernia, hydrocell dan tumor.
g.
Rektum
Psikologis :
An.A belum mengerti tentang penyakitnya. An.A merasa tak nyaman dengan
penyakitnya ditandai dengan seringnya An.A menangis. Ny.X mengatakan An.A
sering menangis karena nyeri dan sakit. An.A mendapat dukungan dan bantuan dari
keluarga khususnya dari ibunya. Saat di rumah sakit klien tampak tidak tenang dan
sering menangis, selalu mengeluh ingin pulang.
Sosial :
An.A sehari-harinya bermain dan diasuh oleh ibunya. Kebiasaan lingkungan yang
tidak disukai An.A adalah banyaknya pemulung yang sering mencari sampah di
depan rumahnya. Pada saat di rumah sakit An.A tidak terlihat kooperatif, An.A
hanya diam di tempat tidur karena sakit yang dirasakannya sehingga An.A merasa
kurang nyaman dengan kondisinya.
Budaya :
Suku bangsa An.A adalah Sunda. Sedangkan kebudayaan yang diikuti An.A adalah
budaya Jawa. Ada beberapa kebudayaan An.A yang merugikan kesehatannya. Salah
satunya yaitu adanya kebiasaan dalam keluarganya makan makanan serba manis.
Spiritual :
An.A belum mengerti tentang ibadah. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A senang jika
diajak mengikuti pengajian di kelurahan. An.A belum mengerti dengan penyakit
yang sedang dialaminya. Namun saat di rumah sakit An.a terlihat diam dan tidak
bersemangat.
6)
Pemeriksaaaan Penunjang
a.
Darah Lengkap
Hb
AL (angka leukosit)
AE (angka eritrosit)
AT (angka trombosit)
HMT
Albumin
Natrium
Kalium
Klorida
13,1
13,5
5,20
402
41,4
3,5
132,0
3,5
98,3
Hasil Satuan
13-17
4-11
4,5-5,5
150-450
42-52
3,5-5,5
135-148
3,5-5,3
98-107
Normal
Naik
Normal
Normal
Turun
Normal
Normal
Normal
Normal
b.
7)
Terapi Medis
Saat di UGD An. A dilakukan pemeriksaan fisik dan diberikan terapi obat:
Obat Salep Deksametasone 0,1%.
B.
Analisa Data
Nama Klien
: An. A
No. Register
: 081916
Umur
: 3 tahun
TGL/JAM
PROBLEM
2-10-12/
09.10 DS :
1.
Ny. X mengatakan anaknya sudah 2 hari merasakan sakit perut bagian bawah
dan mual.
2.
3.
Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis dan tampak gelisah,
dan sulit tidur pada malam hari
4.
5.
1.
DO :
An. A Tampak menahan nyeri (meringis) dan terkadang menangis
2.
Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang Skala
nyeri 6
3.
TTV :
S = 38,80C
RR = 24x/mnt
N = 90x/mnt
Nyeri Akut
DS :
1.
Ibu An.A mengataan bahwa An.a selalu menangis jika akan kencing karena
nyeri akibat air kencing yang sulit keluar.
2.
DO :
1.
2.
Warna urine An.A keruh
Urine
Obstruksi Anatomik
Gangguan Eliminasi
DS :
1.
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A mengalami deman sejak 2 hari yang lalu.
DO :
1.
2.
S= 38,50C.
Penyakit
Hipertermia
DS :
1.
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A hanya tidur 6 jam tiap malam dan 1 jam di
siang hari
2.
Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering terbangun pada malam hari
DO :
1.
2.
3.
DS :
1.
Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing karena
nyeri akibat air kencing yang sulit keluar
DO :
1.
2.
Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien
juga tampak kemerahan.
3.
Adanya cairan eksudat yang purulen pada urine klien.
Pertahanan Tubuh
primer yang tidak adekuat (destruksi jaringan)
Risiko Infeksi
C.
1.
2.
3.
4.
5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak
Adekuat (destruksi jaringan)
D.
RENCANA TINDAKAN
Nama Klien
No. Register
: An. A
: 081916
Umur
: 3 tahun
Diagnosa Medis
: Phimosis
Ruang Rawat : Anggrek
: Jl. Sudirman 58, Bantul,
Yogyakarta
Keperawatan
No.
Diagnosa
Tujuan &
Alamat
Nama/
1.
Nyeri Akut b.d Agen Cedera Biologis
Setelah dilakuakn tindakan
keperawatan kepada klien selama 3x24 jam nyeri dapat terkontrol dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
1.
Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan indicator sangat nyeri menjadi
ringan (Skala 5 menjadi skala 1)
2.
3.
4.
Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik
secara tepat.
5.
Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
6.
TTV dalam batas normal (TD= 80-120 mmHG, N=90-100x/mnt, S= 36,537,50C)
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, urine
dapat keluar dengan normal dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang benar.
7.
Fera
3.
Hipertermia b.d Penyakit Setelah dilakukan tindakan keprawatan selama 3 x
24 jam kepada klien, suhu tubuh klien dalam batas normal atau klien menunjukan
termoregulasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
4.
Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi
Setelah dilakuakn tindakan
keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, klien dapat tidur dengan nyaman
dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Klien dapat tidur sepanjang malam dengan konsisten.
dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.
2.
Tindakan yang
3.
4.
5.
5.
Risiko Infeksi b.d Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi
Jaringan)
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24
jam, klien tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
1.
2.
3.
Klien dan keluarga tahu perineal hygiene yang benar.
dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.
E.
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien
No. Register
: An. A
: 081916
Umur
: 3 tahun
Diagnosa Medis: Phimosis
Tindakan yang
Jam
Implementasi
Evaluasi
Nama/
TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis
02-10-2012 09.15
09.20
09.25
09.30 1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut
bagian bawah.
O : N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
2.
3.
S: Ibu klien mengatakan bahwa ananknya terlihat tidak nyaman dengan posisi yang
sekarang.
O: Klien tampak tidak nyaman.
4.
02-10-2012/14.00
S:
1.
Bapak klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah.
2.
Ibu klien megatakan bahwa klien terkadang tidak mau minum obat.
O:
1.
2.
3.
Skala nyeri 5
2.
3.
4.
5.
6.
02-10-2012 09.20
2.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc) dalam sehari dan
An.A kencing 2x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.
02-10-2012/14.00
S:
1.
O:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang benar.
7.
Fera
09.30
09.40
1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
S :-.
O : N=90x/mnt, S=38,50C,
RR=24x/mnt
02-10-2012/14.00
1.
2.
Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum liter per hari.
O:
1.
2.
3.
4.
S=38,50C
1.
2.
3.
4.
5.
02-10-2012 09.15
09.20
09.25
09.30
09.40
1.
1.
2.
O:
1.
2.
3.
2.
3.
4.
5.
Risiko Infeksi b.d Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi Jaringan)
02-10-2012 09.15
09.20
09.25
09.30
09.40
1.
S:Ibu klien mengatakan bahwa klien sering terbangun pada malam hari.
O: Wajah klien tampak pucat.
5.
2.
Ibu klien mengatakan masih belum mengerti bagaimana perawatan perineal
yang benar.
O:
1.
2.
2.
3.
4.
Fera
Hari KeduaNo Dx
Tanggal
Jam
Implementasi
TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis
07.20
07.25
03-10-2012 07.15
Evaluasi
Nama/
07.30
07.40
08.00 1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut
bagian bawah.
O : N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt
2.
3.
03-10-2012/14.00
S:
1.
Ibu klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah.
2.
O:
1.
2.
3.
Skala nyeri 4
2.
3.
4.
5.
6.
03-10-2012 07.15
07.20
07.25
07.30
07.40 1.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc) dalam sehari dan
An.A kencing 3x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.
03-10-2012/14.00
S:
1.
O:
1.
2.
3.
4.
5.
Fera
Hipertermia b.d Penyakit 02-10_2012 07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
S :.
O : N=85x/mnt, S=380C,
RR=22x/mnt
S: Ibu klien mengatakkn bahwa ananknya sering menangis pda malam hari.
O: Klien terlihat lemas dan pucat
5.
03-10-2012/14.00
S:
1.
2.
Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum 3/4 liter per hari.
3.
Bapak klien mengatakan klien tidur 9 jam di malam hari dan 1 jam pada siang
hari.
O:
1.
2.
3.
37,50C.
2.
3.
4.
5.
Fera
02-10-2012 09.15 1.
2.
O:
1.
2.
3.
2.
Ciptakan
3.
4.
5.
03-10-2012 07.15
07.20
07.25
07.30
1.
2.
O:
1.
2.
3.
2.
3.
4.
Fera
Hari KetigaNo Dx
Tanggal
Jam
Implementasi
Evaluasi
Nama/
TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis
04-10-2012 07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
07.45
1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut
bagian bawah.
O : N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2.
3.
04-10-2012/14.00
S:
1.
Ibu klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah.
2.
O:
1.
2.
3.
Skala nyeri 3
2.
3.
4.
5.
6.
03-10-2012 07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
1.
S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 5gelas (1000 cc) dalam sehari dan
An.A kencing 4x sehari.
O: Urine An.A sedikit llebih jernih
4.
03-10-2012/14.00
S:
1.
O:
1.
P : Intervensi dilanjutkan.
1.
2.
3.
4.
5.
S : Bapak klien mengatakan bahwa klien tidur 10 jam pada malam hari dan 1 jam di
siang hari.
O : Klien tidak tampak lemas.
5.
S:
1.
2.
Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum 2 liter per hari.
3.
Bapak klien mengatakan klien tidur 10 jam di malam hari dan 1 jam pada
siang hari.
O:
1.
2.
2.
3.
04-10-2012 07.10
07.20
07.25
07.30
07.40
1.
04-10-2012/14.00
S:
1.
2.
O:
1.
2.
3.
2.
3.
4.
04-10-2012 07.15
04-10-2012/14.00
S:
1.
2.
Ibu klien mengatakan sudah bisa melakukan perawatan perineal yang benar.
O:
1.
2.
3.
2.
3.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada An A dengan penyakit
Phimosis. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan
A.
Pengkajian
Proses pengkajian yang dilakukan pada An.A dengan Phimosis di UGD RS. Respati
dilakukan dengan melakukan wawancara, dengan ayah dan ibu klien dan
melakukan obsrvasi serta pemeriksaan fisik langsung ke An A. Pelaksanaan
pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi An.A saat
dikaji.
Pada saat dilakukan pengkajian, keluarganya cukup terbuka sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan An.A dan
keluarganya mau menjawab pertanyaan dan menerima saran yang diberikan oleh
penulis. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi
masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya
dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kondisi klinis klien.
Dari hasil laboratorium yang di dapat, terdapat beberapa hasil yang abnormal,
yaitu : RR : 24x/menit (tinggi), S : 38,50 C (tinggi), N
: 90x/menit (tinggi).
B.
Diagnosa Keperawatan
2.
3.
4.
5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak
Adekuat (destruksi jaringan)
Prioritas diagnose An.A Adalah
1.
2.
3.
4.
5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak
Adekuat (destruksi jaringan)
Alasan kelompok mengambil diagnosa yang pertama Nyeri b.d agens cedera fisik
ditandai dengan klien menanunjukkan tanda-tanda menahan nyeri dengan meringis
dan menangis saat mau BAK. Klien memberikan tanda pada skala nyeri sedang
(skala 6). Klien tampak pucat dan tampak gelisah saat tidur. Kemudian kelompok
mengangkat diagnose kedua Gangguan Eliminasai Urine b.d ditandai dengan klien
sulit berkemih dan warna urine keruh. Dan kelompok mengambil diagnose tiga yaitu
Hipertermia b.d Penyakit ditandai dengan suhu klien mencapai 38,50C, sehingga
hipertermia harus diatasi agar tidak menimbulkan kejang pda anak. Kemudian
diagnose keempat adalah Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang
privasi/kendali tidur ditandai dengan klien sering terbangun pada malam hari, klien
tidur 6 jam pada malam hari dan 1 di siang hari. Wajah klien terlihat pucat,
matanya cekung karena kurang tidur. Dan diagnose terakhir adalah Risiko Infeksi
berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi
jaringan) ditandai dengan Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, terlihat adanya
edema pada area kemaluan An. A dan di sekitar kemaluan klien juga tampak
kemerahan. Jika tidak segera diatasi, dapat mengkibatkan infeksi pada klien.
C.
Perencanaan
D.
Implementasi /Pelaksanaan
E.
Evaluasi
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan
konginetal atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan
ditambahnya produksi hormon dan pertumbuhan.
Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa
diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk
mencegah infeksi karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai
tempat terbaik bagi pertumbuhan bakteri.
B.
Saran
Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala pimosis untuk segera mendapat
penanganan untuk mencegah terjadi infeksi saluran kemih dan tidak memandang
kelainan tersebut sebagai suatu hal yang mistis.
DAFTAR PUSTAKA
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
T. Heather Herdman, PhD, RN. 2012.Doagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-Phimosis
http://www.blogspot.com/askep-Phimosis
http://bedahumum.wordpress.com/2008/11/18/sirkumsisi-pada-phimosis/
http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/kelainan-pada-penis-fimosis.html
Poskan Komentar
Posting Lama
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Arsip Blog
2013 (3)
Januari (3)
asuhan keperawatan fhimosis
Tren dan Isu Keperawatan Komunitas
Chain of Infection TUBERCULOSIS
2012 (2) Mengenai Saya
muhammad tahiruddin
muhammad tahiruddin lahir di lombok 12 september 1992 menempuh pendidikan
s1 ilmu keperawatan fik unriyo,aktif dalam aktivis mahasiswa diantaranya ketua
kmm 2013-2014,wakil ketua himika 2013-2014,infokom ilmiki iv