Sunteți pe pagina 1din 50

asuhan keperawatan fhimosis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul Asuhan
Keperawatan Pada Klien Phimosis dengan tepat waktu.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas Sistem Perkemihan juga dapat
memberikan kami wawasan yang luas akan pentingnya kesehatan dalam
kehidupan bermasyarakat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Tia Amestiasih, S.Kep.,Ns, selaku dosen pengampu mata kuliah Sistem
Perkemihan.
Dan seluruh pihak-pihak yang telah ikut membantu menyusun makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari sempurna dan kami menginginkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca yang kritis demi kesempurnaan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami
mohon maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

Yogyakarta, 17 Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.

KATA PENGANTAR..

ii

DAFTAR ISI.

iii

BAB I
A.
B.

PENDAHULUAN

Latar Belakang.

Tujuan Penulisan......

BAB II

TINJAUAN TEORI

A.

Pengertian.. ..

B.

Etiologi..

C.

Manifestasi Klinis..

D.

Pathway...

E.

Penatalaksanan..

F.

Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan

BAB III

Pengkajian.

B.

Analisa Data.

C.

Prioritas DiagnosaKeperawatan....

D.

Rencana (Intervensi) Keperawatan...

E.

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.

A.

4
5
6
6
7

ASUHAN KEPERAWATAN

A.

BAB IV

11
20
22
23
27

PEMBAHASAN
Pengkajian.

B.

Diagnosa Keperawatan.

C.

Perencanaan...

46
47
48

D.

Implementasi/Pelaksanaan....

E.

Evaluasi.

BAB V
4.1

48
49

PENUTUP
Kesimpulan...

4.2

Saran..

50
50

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LatarBelakang

Kelainan pada genitalia eksternal sangat menggangu bagi penderita terutama untuk
orang tua penderita, yang secara tak sadar telah menggangu emosional mereka,
baik dari segi struktur alat reproduktif ini dan mungkin juga akibat yang akan
ditimbul digenerasi masa depan mereka. Pada janin laki-laki, tubercle memperbesar
untuk membentuk penis lipatan genital menjadi batang dari penis dan lipatan
labioscrotal memadukan untuk membentuk scrotum. Pembentukan terjadi selama
12-16 minggu kehamilan dan testicular hormon yang berperan besar dalam
keadaan ini. Testosterone dan metabolite aktifnya, dihydrotestosterone,
menentukan stabilisasi dan pembentukan penuh genitalia internal dan eksternal.
Kelainan pada fase ini dapat menyebabkan kelainan kongenital yang dapat
berpengaruh besar pada perkembangan fisik maupun psikologis dari si anak sendiri
maupun orang tua mereka. Disini kami mencoba membahas tentang beberapa
kelainan congenital pada alat kelamin luar pria dan penangannya.
Pada kasus fimosis pada akhir tahun pertama kehidupan, retraksi kulit prepusium
kebelakang sulkus glandularishanya dapat dilakukan pada sekitar 50% anak lakilaki; hal ini meningkat menjadi 89% pada saat usia tiga tahun. Insidens fimosis
adalah sebesar 8% pada usia 6 sampai 7 tahun dan 1% pada laki-laki usia 16
sampai 18 tahun. Dan pada kasus hipospsdia Angka kejadian penderita hipospadia
di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi dari hasil penelitian pakar
kedokteran di sejumlah negara, kelainan ini terjadi pada satu dari 125 bayi laki-laki
kelahiran hidup. Salah satu penyebab kelainan ini adalah karena keturunan.
Penyebabnya dari fimosis itu sendiri bisa dari bawaan dari lahir, atau didapat,
misalnya karena infeksi atau benturan. Bagaimana gejalanya? Untuk menandai
apakah anak memang mengalami funosis, orang tua sebaiknya mencermati

beberapa gejala berikut : Kulit penis anak takbisa ditarik kearah pangkal ketika akan
dibersihkan. Anak mengejan saat buang air kecil karena muara saluran kencing
diujung tertutup. Biasanya ia menangis dan pada ujung penisnya tampak
menggembung. Air seni yang tidak lancar, kadang-kadang menetes dan memancar
dengan arah yang tidak dapat diduga. Begitu juga kasus hipospadia disebabkan
factor lingkungan dan pola hidup yang kurang sehat, akibatnya marak penggunaan
pestisida serta tingginya kandungan polusi di udara. Zat polutan dari pabrik, limbah
dan menumpuknya sampah bisa menimbulkan hipospadia.
Upaya yang diberikan dengan tindakan sirkumsisi (sunat) adalah jaian keluarnya,
apalagi jika fimosisnya menetap dan terjadi infeksi. Untuk melakukan sirkum sisi
pada anak juga harus dipertimbangkan masalah pembiusannya karena akan
mempengaruhi kondisi kejiwaannya kelak kemudian hari. Selain itu akan
membahayakan, karena dapat melukai penisnya dan jahitan kulit penis tidak dapat
dikerjakan secara sempurna.(AMA,1999)
Dari data di atas, maka kami tertarik untuk membahas kasus mengenai fimosis ini
untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kelainan ini. Dengan
dibahasnya fimosis ini diharapkan masyarakat memahami apa dan bagaimana
fimosis itu sendiri, sehingga masyarakat tidak memandang dan mengait-ngaitkan
kelainan ini dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan dan hal-hal yang
berbau mistis. Seperti yang kita ketahui masyarakat Indonesia sering kali
menghubung-hubungkan hal-hal yang mereka anggap tidak lazim pada hal-hal di
atas. Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan masyarat apabila mereka beranggapan
seperti itu karena dilihat dari latarbelakang Indonesia yang terdiri dari berbagai
suku, adat, dan kepercayaan. Maka dari itu dengan dibahasnya kasus ini diharapkan
masyarakat bisa lebih tebuka cara berfikir dan cara pandangnya.
B.

Tujuan

1). TujuanUmum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui gambaran
umum tentang asuhan keperawatan klien khususnya pada klien dengan Phimosis
dan mampu menyusun asuhan keperawatan pada kasus klien yang mengalami
Phimosis.
2). Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui pengertian Phimosis.
b)

Untuk mengetahui faktor penyebab Phimosis

c)

Untuk mengetahui manifestasi klinis Phimosis

d) Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasienPhimosis

e)

Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien Phimosis

f)

Untuk mengetahui diagnosa yang mungkin muncul pada pasienPhimosis

g)

Untuk mengetahui fokusintervensi pada pasien Phimosis

h)

Untuk mengetahui implementasi yang dapat dilakukan pada pasien Phimosis

i)

Untuk mengetahui evaluasi pada pasien Phimosis

j)

Untuk mengetahui dokumentasi asuhan keperawatan pada pasien Phimosis

BAB II
TINJAUAN TEORI
A.

Pengertian

Phimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat diretraksi (ditarik) keproksimal
sampai kekoronaglandis. Fimosis merupakan suatu keadaan normal yang sering
ditemukan pada bayi baru lahir atau anak kecil, karena terdapat adesialamiah
antara prepusium dengan glans penis. Dan biasanya pada masa pubertas akan
menghilang dengan sendirinya. Pada pria yang lebihtua, fimosis bisa terjadi akibat
iritasi menahun. Fimosis bisa mempengaruhi proses berkemih dan aktivitas seksual.
Biasanya keadaan ini diatasi dengan melakukan penyunatan (sirkumsisi). (Johns
Hopkins University Press, 1956)
Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan berkembang, dan debris yang dihasilkan
oleh epitel prepusium (smegma) mengumpul di dalam prepusium dan perlahanlahan memisahkan prepusium dari glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara
berkala membuat prepusium terdi latasi perlahan-lahan sehingga prepusium
menjadi retraktil dan dapat ditarik ke proksimal. Pada saat usia 3 tahun, 90%
prepusium sudah dapat diretraksi.
B.

Etiologi

1.

Konginetal (fimosisfisiologis)

Fimosis kongenital (fimosisfisiologis) timbul sejak lahir sebenarnya merupakan


kondisi normal pada anak-anak, bahkan sampai masa remaja. Kulit preputium selalu
melekat erat pada glans penis dan tidakdapatditarik ke belakang pada saat lahir,
namun seiring bertambahnya usia serta diproduksinya hormon dan faktor
pertumbuhan terjadi proses keratinisasi lapisan epitel dan deskuamasi antara glans
penis dan lapis glan dalam preputium sehingga akhirnya kulit preputium terpisah
dari glan penis. Suatu penelitian mendapatkan bahwa hanya 4% bayi seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis pada saat lahir, namun mencapai
90% pada saat usia 3 tahun dan hanya 1% laki-laki berusia 17 tahun yang masih
mengalami fimosis kongenital. Walaupun demikian, penelitian lain mendapatkan

hanya 20% dan 200 anak laki-laki berusia5-13 tahun yang seluruh kulit
preputiumnya dapat ditarik ke belakang penis.
2. Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya, true phimosis)
timbul kemudian setelah. Hal ini berkaitan dengan kebersihan hygiene) alat kelamin
yang buruk, peradangan kronik glans penis dan kulit preputium (balanoposthitis
kronik), atau penarikan berlebihan kulit preputium (forceful retraction) pada timosis
kongenital yang akan menyebabkan pembentukkan jaringan ikat (fibrosis) dekat
bagian kulit preputium yang membuka.
C.
a.

Manifestasi Klinis
Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang

b.
Balloning yakni kulit preputium mengenbang saat berkemih karena desakan
pancaran ari seni yang tidak diimbangi besarnya lubang di ujung praputium.
c.

Sakit saat berkemih

d.

Sulit kencing

e.

Pancaran kencing sedikit

D.

Pathway

E.

Penatalaksanaan

Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang dipaksakan pada fimosis,
karena menimbulkan luka dan terbentuk sikatriks pada ujung prepusium sebagai
fimosis sekunder. Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat dicoba
diberikan salep Deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 atau 4 kali. Diharapkan
setelah pemberian selama 6 minggu, prepusium dapat diretraksi spontan. Pada
fimosis yang menimbulkan keluhan miksi, menggelembungnya ujung prepusium
pada saat miksi, atau fimosis yang disertai dengan infeksi postitis merupakan
indikasi untuk dilakukan sirkumsisi. Tentunya pada balanitis atau prostitis harus
diberi antibiotika dahulu sebelum sirkumsisi.
F. Prinsip Terapi dan Manajemen Keperawatan

1.

Perawatan Rutin

2.

Kebersihan penis

Penis harus dibasuh secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan berbaring
dengan popok basah untuk waktu yang lama.
3.
Phimosis dapat diterapi dengan membuat celah dorsal untuk mengurangi
obstruksi terhadap aliran keluar.
4.

Sirkumsisi

Pada pembedahan ini, kelebihan kutup diangkat. Digunakan jahitan catgut untuk
mempertemukan kulit dengan mukosa dan mengikat pembuluh darah.
5.

Perawatan Pra Bedah Rutin

6.

Perawatan Pasca Bedah

Pembedahan ini bukan tanpa komplikasi dan Observasi termasuk adanya


perdarahan. Pembalut diangkat jika basah dengan urin dan lap panggul berguna
untuk membersihkan penis dan mendorong terjadinya penyembuhan. Popok perlu
sering diganti.
Komplikasi yang terjadi termasuk ulserasi meatus. Ini terjadi sebagai akibat amonia
yang membakar epithelium glans. Untuk menimbulkan nyeri pada saat berkemih
kadang-kadang adanya perkembangan perdarahan dan retensi urin. Ulserasi
meatus dapat menimbulkan stenosis meatus. Hal ini dapat diterapi dengan
meatotomi dan dilatasi.
7.

Bimbingan bagi orang tua.

Instruksi yang jelas harus diberikan pada orang tua jika bayi atau anak siap untuk
pulang kerumah. Ini termasuk hygiene dari daerah dan pengenalan setiap
komplikasi. Mereka juga harus diberikan pedoman untuk pencegahan dermatitis
amonia dan jika hal ini terjadi bagaimana untuk mengobatinya.
a. Pengkajian
1)

Fisik

a)

Pemeriksaan genetalia

b)
Palpasi abdomen untuk melihat distensi vesika urinaria atau pembesaran
pada ginjal.
c)

Kaji fungsi perkemihan

d)

Adanya lekukan pada ujung penis

e)

Melengkungnya penis ke bawah dengan atau tanpa ereksi

f)

Terbukanya uretra pada ventral

g)
Pengkajian setelah pembedahan : pembengkakan penis, perdarahan,
dysuria, drinage.
2)

Mental

a)

Sikap pasien sewaktu diperiksa

b)

Sikap pasien dengan adanya rencana pembedahan

c)

Tingkat kecemasan

d)

Tingkat pengetahuan keluarga dan pasien

b. Diagnosa
1)
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan prepusium
dipunggung penis
2)

Ganguan eliminasi urin berhubungan dengan retensi urin

3)

Gangguan kecemasan berhubungan dengan penis yang abnormal

4)

Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya benjolan

5)

Resiko injuri berhubungan dengan pancaran uri yang tidak normal

c. Intervansi
Diagnosa 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan pemumpukan
prepusium dipunggung penis
Tujuan: dalam 1x24 jam nyeri berkurang
Kriteria hasil:
TTV normal
nyeri berkurang dalam 1x24 jam
wajah tidak menyeringai
pasien mengatakan nyeri berkurang
Intervensi:
1)

observasi skala nyeri

R/ menentukan intervensi yag tepat


2)

pantau TTV

R/ mengetahui perubahan respon tubuh pasien


3)

ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi

R/ mengurangi tingkat nyeri


4)

berikan penjelasan menngenai kondisi pasien

R/ pasien lebih kooperatif dalam tindakan keperawatan


5)

kolaborasi dengan dokter

R/ mempercepat proses penyembuhan


6)

berikan posisi yang nyaman

R/ mengurangi rasa nyeri

Diagnosa 2: Gangguan eliminasi uri berhubungan dengan retensi uri


Tujuan: dalam 1x24 jam pasien dapat BAK
Kriteria hasil:
TTV normal
dalam 1x24 jam tidak ada gangguan eliminasi uri
tidak terpasang kateter
Intervensi:
1)

Pantau TTV

R/ mengetahui respon tubuh pasien


2)

Jelaskan mengenai kondisi pasien

R/ agar pasien legih kooperatif


3)

Ukur intake dan output cairan

R/ monitor keseimbangan cairan


4)

Lakukan latihan pergerakan

R/ meningkatkan fungsi blader


5)

Lakukan relaksasi dalam berkemih

R/ merelaksasi pikiran dan meningkatkan kemampuan berkemih


6)

Kolaborasi dengan tim medis

R/ mempercepat proses penyembuhan

Diagnosa 3: Gangguan kecemasan berhubungan dengan penis yang abnormal


Tujuan : dalam 1x24 jam kecemasan berkurang
Kriteria hasil:

TTV normal

Wajah pasien tidak cemas

Dalam 1x24 jam cemas berkurang

Intervensi:
1)

pantau TTV

R/ mengetahui respon tubuh pasien


2)

berikan penjelasan tentang kondisi pasien

R/ meningkatkan kerjasama pasien


3)

berikan dukungan dan motivasi

R/ mengurangi rasa cemas


4)

lakukan pendekatan pada pasien dan keluarga

R/ agar pasien lebih kooperatif


5)

kolabirasi dengan tim medis

R/ mempercepat proses penyembuhan


d. Implementasi
1)

Melakukan pendekatan pada px dan keluarga

2)

Mengkaji factor yang mempengaruhi kemampuan untuk mencerna makanan

3)
Memberi penjelasan pada px dan keluarga tentang pentingnya kebutuhan
nutrisi bagi tubuh
4)

Berkolaborasi dengan tim medis

e. Evaluasi
1)
Ajarkan tentang perawatan kateter dan pencegahan infeksi dengan
disimulasikan.
2)
Jelaskan tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan lapor segera ke dokter
atau perawat.
3)
up).

Jelaskan pemberian obat antibiotik dan tekankan untuk kontrol ulang (follow

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
Seorang anak laki-laki berinisial An. A berumur 3 tahun dibawa ke Rumah Sakit
Respati pada tanggal 2 Oktober 2012. Ibu An. A mengatakan anaknya selalu
menangis jika akan kencing karena nyeri akibat air kencing yang sulit keluar. Ibu
An.A juga mengatakan bahwa An.A deman sejak 2 hari yang lalu.Saat dilakukan
pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang. An. A tampak gelisah, dan
sulit tidur pada malam hari karena nyeri yang dirasakannya. Terlihat adanya edema
pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien juga tampak kemerahan.
Wajah An. A tampak pucat dan An.A terlihat lemas.
Dari Pemereriksaan Fisik: BB : 15 kg,TB :120cm,
TTV:TD: 80/50 mmHg, N: 90x/menit, RR: 24x/menit, S: 38,5 OC. An. X diberikan
terapi obat Salep Deksametasone 0,1%.
A.

Pengkajian

Nama Perawat

: Ns. Fera

Tanggal Pengkajian

: 2 Oktober 2012

Jam Pengkajian

: 09.00 WIB

1)

Biodata

Pasien
Nama

: An. A

Usia/jenis kelamin

: 3 Tahun/Laki-laki

Agama

: Islam

Pendidikan

: Belum Sekolah

Status Pernikahan

: Belum Menikah

Alamat

: Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta

Diagnosa Medis

: Phimosis

Jam/Tanggal Masuk RS

:09.00 / 2 Oktober 2012

No. RM

: 081916

Penanggung Jawab
Nama

: Ny. X

Usia

: 28 Tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMK

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Status Pernikahan

: Menikah

Alamat

: Jl. Sudirman 58, Bantul, Yogyakarta

Hubungan dengan Klien

: Ibu

2)

Keluhan Utama

An. A mengatakan sakit pada penisnya terutama pada prepusiumnya dan terasa
nyeri saat mau kencing.
Riwayat Kesehatan :
a.

Riwayat Penyakit Sekarang

An. A datang ke RS. Soeradji diantar oleh keluarganya pada tanggal 2 Oktober
2012 dengan keluhan nyeri saat akan kencing akibat air kencing yang sulit keluat.
Ny. X mengatakan bahwa An.A sudah merasakan sakitnya sejak 3 hari yang lalu.
An.A sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan An. X diberikan terapi obat Salep
Deksametasone 0,1%.
b.

Riwayat Penyakit Dahulu

Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun


diopname di RS sebelumnya. An.A belum pernah mengalami kecelakaan ataupun
dioperasi. An.A hanya memilki alergi terhadap makanan laut khususnya udang. An.A
pernah diimunisasi campak, polio, BCG, DPT.
c.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ny.X mengatakan dalam keluarganya, ayah An.A menderita penyakit Diabetes


Militus sejak 3 tahun yang lalu. Sedangkan kakek klien memiliki riwayat penyakit
jantung dan hipertensi. Ny.X juga mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak ada
yang pernah menderita asma maupun TBC.
GENOGRAM
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Garis perkawinan
: Garis tinggal 1 rumah
: Klien dengan Phimosis
Keluarga An.A terdiri dari kakek, nenek, ayah dan ibu. An.A merupakan anak
pertama.
3)

Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien

1.

Aktivitas dan Latihan

Sebelum sakit, kegiatan sehari-hari klien adalah bermain selayaknya nak berumur 3
tahun. Perawatan diri /personal hygiene An. A dibantu ibuny. Saat sakitpun
kebutuhan ADL klien tergantung dengan ibunya. Saat diarawat di rumah sakit, An.A
terlihat tidak bersemangat, An.A hanya duduk di ranjang.
2.

Tidur dan Istirahat

Ny. X mengatakan bahwa sebelum sakit, An.A biasanya tidur selama 11 jam di
malam hari dan tidur siang selama 2 jam. Setelah dirawat di rumah sakit An.A
kesulitan untuk tidur karena nyeri yang dirasakannya. An. A hanya tidur 6 jam pada
malam hari dan 1 jam di siang hari. Ibu An.A juga mengatakan bahwa An.A sering
terbangun di malam hari.
3.

Kenyamanan dan Nyeri

Ibu An.A mengatakan anaknya tidak menangis setelah ia diberikan obat dan
menangis saat nyerinya bertambah ketika ia melakukan gerak. Setelah dikaji, An.A
mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
4.

Nutrisi

Sebelum sakit kebutuhan nutrisi An.A dibantu oleh ibunya. An.A biasanya makan 3 x
sehari. Berat badan An.A 15 kg. Namun, sejak An.A sakit berat badannya turun
hingga 14 kg. Bapak An.A mengatakan bahwa An.A suka jika diberikan makanan
ringan dan minuman bersoda. Sejak kecil An.A alergi terhadap udang. Sebelum
sakit nafsu makan An.A sangat baik. Akan tetapi setelah sakit An.A susah makan,
hanya menghabiskan porsi dari makanan yang di sediakan RS. An.A sering mual.
An.A belum bisa memenuhi kebutuhan makannya sendiri.
5.

Cairan, elektrolit dan asam basa

Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya minum air putih 1 liter sehari dan 250 cc
susu. An.A juga sering minum minuman dingin. Setelah sakit An.A hanya minum
500 cc sehari. Turgor kulit klien elastis.
6.

Oksigenasi

Ny.X mengatakan bahwa An.A tidak mempunyai riwayat penyakit sesak nafas atau
sejenisnya. An.A tidak batuk ataupun mengeluarkan sputum.
7.

Eliminasi urine

Ny.X mengatakan frekuensi berkemih An.A adalah 250 cc per hari. Warna urine
An.A keruh. Adanya hematuria, selain itu diawal berkemih ada cairan eksudat yang
purulen dan terasa gatal. An.A merasakan nyeri saat berkemih. An. A berkemih 2x
dalam sehari. Kebutuhan pemenuhan eliminasi urine An.A dibantu oleh ibunya. An.
A tidak terpasang kateter untuk menguangi terjadinya risiko infeksi pada penis.
8.

Eliminasi fekal/bowel

Ny.X mengatakan bahwa An.A biasanya BAB sehari sekali yaitu pada pagi hari.
Warna BAB An.A coklat kekuningan dan baunya khas. Kebutuhan pemenuhan
eliminasi An.A dibantu oleh ibunya. Setelah sakit ibu An.A mengatakan bahwa An.A
jarang BAB, kadang-kadang hanya 2 hari sekali.
9.

Sensori, persepsi dan kognitif

Klien tidak memiliki gangguan pada sistem sensori, persepsi maupun kognitif.
4)

Pemeriksaan Fisik

a.

Keadaan Umum

Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapat hasil TTV :

TD
RR

: 80/50 mmHg
: 24x/menit

: 38,50 C

: 90x/menit

P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis.


Paliative : An.A mengatakan nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat analgetik
(ketorolax).
Provokative : An.A mengatakan nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q : An. A tidak kooperatif
R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong)
T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul.
Wajahnya An. A tampak menahan nyeri (meringis) dan sering menangis.
Gambar. Skala Nyeri Baker Wong
b.

Kepala

Keadaan kepala An. A tidak ditemukan kelainan yaitu tidak terdapat hematoma,
lesi maupun kotor, keadaan mata tidak anemis, sklera anikterik. Keadaan hidung,
tidak ada septum dan epistaksis, telinga simetris, bersih dan pendengaran klien
baik. Tidak terdapat gangguan pada mulut yang ditandai dengan: tidak terdapat
caries dentis, tidak menggunakan gigi palsu dan pada bibir tidak terjadi sianosis
atau stomatitis, mukosa bibir kering karena kurangnya intake cairan.
c.

Leher

Tidak ada gangguan pada leher yang ditandai dengan; tidak terdapat pembesaran
tiroid, tidak ada pelebaran JVP dan lesi. Tidak ada gangguan pada Tenggorokan yang
ditandai dengan tidak terdapat pembesaran tonsil dan hiperemis.
d.

Dada

I: Pada inspeksi, pada dada tidak lesi, oedema ataupun kemerahan.


P: Pada saat palpasi dada dan paru tidak ada pembesaran jantung dan rongga
dada.
P: Pada saat perkusi, tidak ada udara, cairan atau masa padat.

A: Pada pemeriksaan auskultasi bunyi dada kanan dan kiri vasikuler.


e.

Abdomen

I: Pada saat inspeksi, kulit abdomen tidak sikatrik, tidak terdapat benjolan ataupun
lesi.
A: Pada saat auskultasi, peristaltic usus 16x/menit
P: Pada palpasi tidak ada hepatomogali dan nyeri tekan.
P: Pada perkusi timpani tidak ada hypertimpani atau pekak
f.

Genetalia

Klien mengalami phimosis, prepusium tidak bisa ditarik. Tidak terdapat hypospadia,
epispadia, hernia, hydrocell dan tumor.
g.

Rektum

Keadaan rektum normal tidak ada hemoroid, prolaps maupun tumor.


h.

Ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah

Lengan kanan tidak terpasang infuse.


5)

Psiko Sosio Budaya dan Spiritual

Psikologis :
An.A belum mengerti tentang penyakitnya. An.A merasa tak nyaman dengan
penyakitnya ditandai dengan seringnya An.A menangis. Ny.X mengatakan An.A
sering menangis karena nyeri dan sakit. An.A mendapat dukungan dan bantuan dari
keluarga khususnya dari ibunya. Saat di rumah sakit klien tampak tidak tenang dan
sering menangis, selalu mengeluh ingin pulang.
Sosial :
An.A sehari-harinya bermain dan diasuh oleh ibunya. Kebiasaan lingkungan yang
tidak disukai An.A adalah banyaknya pemulung yang sering mencari sampah di
depan rumahnya. Pada saat di rumah sakit An.A tidak terlihat kooperatif, An.A
hanya diam di tempat tidur karena sakit yang dirasakannya sehingga An.A merasa
kurang nyaman dengan kondisinya.
Budaya :
Suku bangsa An.A adalah Sunda. Sedangkan kebudayaan yang diikuti An.A adalah
budaya Jawa. Ada beberapa kebudayaan An.A yang merugikan kesehatannya. Salah
satunya yaitu adanya kebiasaan dalam keluarganya makan makanan serba manis.

Spiritual :
An.A belum mengerti tentang ibadah. Ibu An.A mengatakan bahwa An.A senang jika
diajak mengikuti pengajian di kelurahan. An.A belum mengerti dengan penyakit
yang sedang dialaminya. Namun saat di rumah sakit An.a terlihat diam dan tidak
bersemangat.
6)

Pemeriksaaaan Penunjang

a.

Hasil labolatorium Parameter

Darah Lengkap
Hb
AL (angka leukosit)
AE (angka eritrosit)
AT (angka trombosit)
HMT
Albumin
Natrium
Kalium
Klorida

13,1
13,5
5,20
402
41,4
3,5
132,0
3,5
98,3

Hasil Satuan

Nilai normal interpretasi

13-17
4-11
4,5-5,5
150-450
42-52
3,5-5,5
135-148
3,5-5,3
98-107
Normal
Naik
Normal
Normal
Turun
Normal
Normal
Normal
Normal
b.

Analisa Urine : terdapat leukosit, eritrosit dan PH meningkat (4,7)

7)

Terapi Medis

Saat di UGD An. A dilakukan pemeriksaan fisik dan diberikan terapi obat:
Obat Salep Deksametasone 0,1%.
B.

Analisa Data

Nama Klien

: An. A

No. Register

: 081916

Umur

: 3 tahun

Ruang Rawat : Anggrek


Bantul,

Diagnosa Medis: Phimosis


Alamat

: Jl. Sudirman 58,


Yogyakarta

TGL/JAM

DATA FOKUS ETIOLOGI

PROBLEM

2-10-12/
09.10 DS :
1.
Ny. X mengatakan anaknya sudah 2 hari merasakan sakit perut bagian bawah
dan mual.
2.

An.A selalu menangis saat mau kencing (BAK)

3.
Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis dan tampak gelisah,
dan sulit tidur pada malam hari
4.

P : An. A mengatakan bahwa nyeri pada bagian sekitar penis.

Paliative : An.A mengatakan nyerinya berkurang setelah ia diberikan obat analgetik


(ketorolax).
Provokative : An.A mengatakan nyerinya bertamabh sat ia melakukan gerak
Q : An. A tidak kooperatif
R : An. A mengatakan nyeri pada bagian penisnya.
S : Skala nyeri : 5 (setelah dikaji dengan Skala Nyeri Baker Wong)
T : An. A mengatakan nyerinya hilang timbul.

5.
1.

DO :
An. A Tampak menahan nyeri (meringis) dan terkadang menangis

2.
Saat dilakukan pemeriksaan, prepusium tidak bisa ditarik ke belakang Skala
nyeri 6
3.

TTV :

S = 38,80C
RR = 24x/mnt
N = 90x/mnt

Agen Cedera Biologis

Nyeri Akut

DS :
1.
Ibu An.A mengataan bahwa An.a selalu menangis jika akan kencing karena
nyeri akibat air kencing yang sulit keluar.
2.

Ibu An. A mengatakan bahwa anaknya berkemih 2x dalam sehari.

DO :
1.

An. A sulit untuk berkemih.

2.
Warna urine An.A keruh
Urine

Obstruksi Anatomik

Gangguan Eliminasi

DS :
1.

Ibu An.A mengatakan bahwa An.A mengalami deman sejak 2 hari yang lalu.

DO :
1.

Wajah An.A terlihat pucat dn lemas.

2.

S= 38,50C.

Penyakit

Hipertermia

DS :
1.
Ibu An.A mengatakan bahwa An.A hanya tidur 6 jam tiap malam dan 1 jam di
siang hari
2.

Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering terbangun pada malam hari

DO :
1.

Mata An.A terlihat cekung.

2.

Wajah An. A tampak pucat.

3.

An.A terlihat lemas. Kurang Privasi

Gangguan Pola Tidur

DS :
1.
Ibu An. A mengatakan anaknya selalu menangis jika akan kencing karena
nyeri akibat air kencing yang sulit keluar
DO :

1.

Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang.

2.
Terlihat adanya edema pada area kemaluan An. A. Di sekitar kemaluan klien
juga tampak kemerahan.
3.
Adanya cairan eksudat yang purulen pada urine klien.
Pertahanan Tubuh
primer yang tidak adekuat (destruksi jaringan)
Risiko Infeksi
C.

Prioritas Diagnosa Keperawatan

1.

Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis

2.

Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik

3.

Hipertermi berhubungan dengan Penyakit

4.

Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi

5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak
Adekuat (destruksi jaringan)
D.

Rencana (Intervensi) Keperawatan

RENCANA TINDAKAN

Nama Klien
No. Register

: An. A
: 081916

Umur
: 3 tahun
Diagnosa Medis
: Phimosis
Ruang Rawat : Anggrek
: Jl. Sudirman 58, Bantul,
Yogyakarta
Keperawatan

No.

Diagnosa

Tujuan &

Kriteria Hasil Intervensi


TTD

Alamat

Nama/

1.
Nyeri Akut b.d Agen Cedera Biologis
Setelah dilakuakn tindakan
keperawatan kepada klien selama 3x24 jam nyeri dapat terkontrol dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
1.
Tingkat nyeri berkurang dibuktikan dengan indicator sangat nyeri menjadi
ringan (Skala 5 menjadi skala 1)
2.

Wajah Klien tidak tegang

3.

Klien tidak gelisah

4.
Menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik dan nonanalgesik
secara tepat.
5.
Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
6.
TTV dalam batas normal (TD= 80-120 mmHG, N=90-100x/mnt, S= 36,537,50C)
Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.

Kaji tanda-tanda vital klien

2.

Kaji nyeri secara komprehensif.

3.

Beri posisi nyaman.

4.

Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

5.

Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.

6.

Kolaborasi pemberian obat analgetik.

(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB


Fera
2.

Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik

Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, urine
dapat keluar dengan normal dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.

Klien tidak mengeluh/menangis saat mau BAK.

2.

Klien dapat BAK dengan lancar.

3.

Tidak ada tanda klien menahan nyeri.


Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :

1.

Pantau TTV klien

2.

Kaji tanda dan gejala retensi urine.

3.

Monitor intake dan output urine klien.

4.

Catat warna, konsistensi dan jumlah urine klien.

5.

Catat waktu pengeluaran urine terakhir.

6.

Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang benar.

7.

Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan sirkumsisi.

Fera

3.
Hipertermia b.d Penyakit Setelah dilakukan tindakan keprawatan selama 3 x
24 jam kepada klien, suhu tubuh klien dalam batas normal atau klien menunjukan
termoregulasi dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.

Suhu tubuh dalam batas normal (36,50C-37,50C).

2.

An.A tidak demam

3.

Vital sign nadi : 80x /menit, suhu : 36,50C-37,50C 0 C, RR : 20-30 x/menit.


Tindakan yang dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :

1.

Pantau TTV klien 2 jam sekali.

2.

Lakukan kompres hangat basah.

3.

Anjurkan klien untuk minum air 8-10 gelas per hari.

4.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

5.

Kolaborasi pemberian antipiretik paracetamol.Fera

4.
Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi
Setelah dilakuakn tindakan
keperawatan kepada klien selama 3x24 jam, klien dapat tidur dengan nyaman
dengan kriteria hasil sebagai berikut :
1.

Jumlah jam tidur dalam batas normal (10 jam sehari).

2.

Perasaan fresh sesudah tidur/istirahat.

3.

Pola tidur klien teratur.

4.

Klien dapat tidur di tempat yang nyaman.

5.
Klien dapat tidur sepanjang malam dengan konsisten.
dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2.

Anjurkan klien mengatur jadwal tidur

Tindakan yang

3.

Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.

4.

Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.

5.

Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB) Fera

5.
Risiko Infeksi b.d Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi
Jaringan)
Setelah dilakuakn tindakan keperawatan kepada klien selama 3x24
jam, klien tidak menunjukkan tanda dan gejala infeksi dengan kriteria hasil sebagai
berikut :
1.

Klien dapat berkemih dengan normal.

2.

Klien tidak merasakan nyeri saat berkemih.

3.
Klien dan keluarga tahu perineal hygiene yang benar.
dapat dilakukan agar tujuan tercapai antara lain :
1.

Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.

2.

Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.

3.

Ajarkan klien dn keluarga cara perineal yang benar.

4.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

5.

Kolaborasi pemberian antibiotic. Fera

E.

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Klien
No. Register

: An. A
: 081916

Umur
: 3 tahun
Diagnosa Medis: Phimosis

Tindakan yang

Ruang Rawat : Anggrek


Alamat
: Jl. Sudirman 58, Bantul,
Yogyakarta

Hari PertamaNo Dx Tanggal

Jam

Implementasi

Evaluasi

Nama/

TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis

02-10-2012 09.15

09.20
09.25
09.30 1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut
bagian bawah.
O : N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt
2.

Mengkaji nyeri secara komprehensif.


S : Klien memberikan tanda nyerinya berada pada skala nyeri 5.
O : Klien masih tampak menahan nyeri.

3.

Memberikan posisi yang nyaman pada klien

S: Ibu klien mengatakan bahwa ananknya terlihat tidak nyaman dengan posisi yang
sekarang.
O: Klien tampak tidak nyaman.
4.

Mengajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

S: O: Klien tampak tidak tenang.


5.

Menganjurkan klien minum 2 liter per hari.

S:O: Bibir klien terlihat kering.


6.

Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis 0,5 mg/kg/BB

S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.


O : Klien kesulitan minum obat.

02-10-2012/14.00

S:
1.
Bapak klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah.
2.

Ibu klien megatakan bahwa klien terkadang tidak mau minum obat.

O:
1.

N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt

2.

Klien tampak menahan nyeri.

3.

Skala nyeri 5

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dilanjutkan.
1.

Pantau TTV Klien.

2.

Kaji nyeri klien secara komprehensif.

3.

Beri posisi nyaman.

4.

Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

5.

Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.

6.

Kolaborasi pemberian obat analgetik.

(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)


Fera
Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik
09.25
09.30
09.35
09.45 1.

Mengukur TTV klien

S: O: N=90x/mnt, S=38,50C, RR=24x/mnt

02-10-2012 09.20

2.

Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.

S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.


O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
3.

Menghitung intake dan output urine klien.

S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc) dalam sehari dan
An.A kencing 2x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.

Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.

S:O: Warna urine tampak keruh dan jumlahnya 250 cc


5.

Memberikan obat antibiotic

02-10-2012/14.00

S:
1.

Ibu klien mengatakn bahwa klien masih menangis saat BAK.

O:
1.

Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis).

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dilanjutkan.
1.

Pantau TTV klien

2.

Kaji tanda dan gejala retensi urine.

3.

Monitor intake dan output urine klien.

4.

Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.

5.

Catat waktu pengeluaran urine terakhir.

6.

Ajarkan keluarga pasien cara toileting dan perawatan perinial yang benar.

7.

Kolaborasi pemberian antibiotic dan tindakan sirkumsisi.

Hipertermia b.d Penyakit 02-10-2012 09.15


09.20
09.25

Fera

09.30
09.40
1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
S :-.
O : N=90x/mnt, S=38,50C,

RR=24x/mnt

2.Melakukan kompres hangat basah.


S : Bapak klien mengatakan bahwa klien sering mengeluh badanya panas..
O : Klien tampak lemas, pucat badan teraba hangat., S=38,50C
3.Menganjurkan klien untuk minum 2 liter per hari.
S : Ibu klien mengatakan klien terkadang tidak mau minum.
O : Klien terlihat pucat dan lemas.
4.

Menganjurkan klien untuk meningkatkan isirahat.

S: Klien mengatakan sulit tidur.


O: Mata klien tampak cekung.
5.

Memberikan klien obat antipiretik paracetamol.


S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
O: Klien mau minum obat.

02-10-2012/14.00

1.

Ibu klien mengatakan klien masih demam.

2.

Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum liter per hari.

O:
1.

Klien tampak lemas,dan pucat

2.

Badan klien teraba hangat.

3.

Klien mau minum obat secara rutin.

4.

S=38,50C

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dilnjutkan.

1.

Pantau TTV klien.

2.

Lakukan kompres hangat basah.

3.

Anjurkan klien minum air 2 liter per hari.

4.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

5.

Berikan klien obat antipiretik paracetamol

Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi

02-10-2012 09.15

09.20
09.25
09.30
09.40
1.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.


O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.

Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.

S: Ibu klien mengatakan mengerti.


O: Ibu tampak mengerti.
3.

Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.

S: O: Ibu An.A mengangguk.


4.

Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.

S: O: An.A tampak gelisah.


5.

Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)

S:Ibu An.A mengatakan anaknya sulit minum obat.


O: An.A menangis. 02-10-2012/14.00
S:

1.

Klien sering terbangun pada malam hari.

2.

Klien mengatakan kurang nyaman saat bangun.

O:
1.

Klien tidur 5 jam sehari.

2.

Mata klien terlihat cekung karena kurang tidur.

3.

Wajah klien terlihat pucat.

A: Tujuan belum tercapai.


P: Intervensi dilanjutkan.
1.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2.

Anjurkan klien mengatur jadwal tidur

3.

Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.

4.

Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.

5.

Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB) Fera

Risiko Infeksi b.d Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (Destruksi Jaringan)
02-10-2012 09.15
09.20
09.25
09.30
09.40
1.

Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.

S: Ibu klien mengatakan belum tahu tentang perineal hygiene.


O: Terdapat cairn eksudat yang purulen pada proposiun klien.
2.
Menjaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab dengan penis
hygiene yang benar.
S: O: Preposium klien lembab.
3.

Menngajarkan klien dan keluarga cara perawatan perineal yang benar.

S: Ibu klien mengatakan mengerti dengan ajaran perawat.


O: Keluan klien masik terdapat cairan eksudat.
4.

Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

S:Ibu klien mengatakan bahwa klien sering terbangun pada malam hari.
O: Wajah klien tampak pucat.
5.

Memberikan obat antibiotic.

S: Ibu menanyakan tujuan pemberian obat.


O: Klien menangis saat diberikan obat. 02-10-2012/14.00
S:
1.

Ibu klien mengatakan bahwa klien masih sulit BAK.

2.
Ibu klien mengatakan masih belum mengerti bagaimana perawatan perineal
yang benar.
O:
1.

Klien menangis saat mau BAK.

2.

Wajah klien meringis menahan nyeri.

A: Tujuan belum tercapai


P: Intervensi dilanjutkan
1.

Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.

2.

Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.

3.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

4.

Kolaborasi pemberian antibiotic.

Fera
Hari KeduaNo Dx

Tanggal

Jam

Implementasi

TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis
07.20
07.25

03-10-2012 07.15

Evaluasi

Nama/

07.30
07.40
08.00 1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut
bagian bawah.
O : N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt
2.

Mengkaji nyeri secara komprehensif.


S : Klien memberikan tanda nyerinya berada pada skala nyeri 4.
O : Klien masih tampak menahan nyeri.

3.

Memberikan posisi yang nyaman pada klien

S: O: Klien masih tampak kurang nyaman.


4.

Mengajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

S: Ibu klienmengatakan anaknya masih sering menangis.


O: Klien tampak kurang tenang.
5.

Menganjurkan klien minum 2 liter per hari.

S:O: Bibir klien terlihat kering.


6.

Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis 0,5 mg/kg/BB


S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
O : Klien tidak kesulitan minum obat.

03-10-2012/14.00

S:
1.
Ibu klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah.
2.

Ibu klien megatakan bahwa klien sudah mau minum obat.

O:
1.

N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt

2.

Klien tampak menahan nyeri.

3.

Skala nyeri 4

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dilanjutkan.
1.

Pantau TTV Klien.

2.

Kaji nyeri klien secara komprehensif.

3.

Beri posisi nyaman.

4.

Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

5.

Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.

6.

Kolaborasi pemberian obat analgetik.

(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)


Fera
Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik

03-10-2012 07.15

07.20
07.25
07.30
07.40 1.

Mengukur TTV klien

S: O: N=85x/mnt, S=380C, RR=22x/mnt


2.

Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.

S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.


O: Urine An.A masih tampak keruh dan sedikit.
3.

Menghitung intake dan output urine klien.

S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 4 gelas (800 cc) dalam sehari dan
An.A kencing 3x sehari.
O: Urine An.A tampak keruh dan sedikit.
4.

Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.

S:O: Warna urine tampak keruh dan jumlahnya 280 cc


5.

Memberikan obat antibiotic

03-10-2012/14.00

S:
1.

Ibu klien mengatakn bahwa klien masih menangis saat BAK.

O:
1.

Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis).

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dilanjutkan.
1.

Pantau TTV klien

2.

Kaji tanda dan gejala retensi urine.

3.

Monitor intake dan output urine klien.

4.

Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.

5.

Kolaborasi pemberian antibiotic.

Fera
Hipertermia b.d Penyakit 02-10_2012 07.15
07.20
07.25
07.30
07.40
1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
S :.
O : N=85x/mnt, S=380C,

RR=22x/mnt

2.Melakukan kompres hangat basah.


S : Bapak klien mengatakan bahwa klien sering mengeluh kepanasan.
O : Klien tampak lemas, dan pucat. 38,50C

3.Menganjurkan klien untuk minum 2 liter per hari.


S : Ibu klien mengatakan klien sulit untuk minum.
O : Klien terlihat pucat, dan bibirnya kering.
4.

Menganjurkan klien untuk meningkatkan isirahat

S: Ibu klien mengatakkn bahwa ananknya sering menangis pda malam hari.
O: Klien terlihat lemas dan pucat
5.

Memberikan klien obat antipiretik paracetamol.


S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
O: Klien mau minum obat.

03-10-2012/14.00

S:
1.

Klien mengeluh kepanasan.

2.

Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum 3/4 liter per hari.

3.
Bapak klien mengatakan klien tidur 9 jam di malam hari dan 1 jam pada siang
hari.
O:
1.

Klien tampak lemas, pucat, bibirnya kering.

2.

Klien mau minum obat secara rutin

3.

37,50C.

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dilnjutkan.
1.

Pantau TTV klien.

2.

Lakukan kompres hangat basah.

3.

Anjurkan klien minum air 2 liter per hari.

4.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

5.

Berikan klien obat paracetamol.

Fera

Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi


lingkungan yang nyaman.

02-10-2012 09.15 1.

S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.


O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.

Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.

S: Ibu klien mengatakan mengerti.


O: Ibu tampak mengerti.
3.

Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.

S: O: Ibu An.A mengangguk.


4.

Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.

S: O: An.A tampak gelisah.


5.

Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)

S:Ibu An.A mengatakan anaknya mauminum obat.


O: An.A menangis. 02-10-2012/14.00
S:
1.

Klien masih sering terbangun pada malam hari.

2.

Ibu klien mengatakan anaknya masih menangis saat terbangun

O:
1.

Klien tidur 8 jam sehari.

2.

Mata klien terlihat cekung karena kurang tidur.

3.

Wajah klien masih terlihat pucat.

A: Tujuan belum tercapai.


P: Intervensi dilanjutkan.
1.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2.

Anjurkan klien mengatur jadwal tidur

Ciptakan

3.

Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.

4.

Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.

5.

Kolaborasi pemberian obat tidur.

(Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)


Fera
Risiko Infeksi b.d pertahanan Tubuh Primer yang tidak adekuat.

03-10-2012 07.15

07.20
07.25
07.30
1.

Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.

S: Ibu klien mengatakan sudah melakukan personal hygiene terhadap anaknya.


O: Preposiun klien tampak lebih bersih dari sebelumnya.
2.
Menjaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab dengan penis
hygiene yang benar.
S: O: Preposiun klien masih lembab.
3.

Ajarkan klien dan keluarga cara perawatan perineal yang benar.

S: Ibu klien mengatakan mengerti perkataan perawat.


O:Ibu klien terliht melakukan yang diajarkan perawat.
4.

Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 8 jam sehari.


O: Mata klien terlihat masih cekung.
5.

Memberikan obat antibiotic.

S: O: Klien masih menangis saat diberikan obat. 03-10-2012/14.00


S:
1.

Ibu klien mengatakan bahwa klien masih sulit BAK.

2.

Ibu klien mengatakan mengerti bagaimana perawatan perineal yang benar.

O:
1.

Klien menangis saat mau BAK.

2.

Wajah klien meringis menahan nyeri.

3.

Klien BAK 2x sehari.

A: Tujuan belum tercapai


P: Intervensi dilanjutkan
1.

Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.

2.

Jaga agar daerah perineum tetap bersih dan tidak lembab.

3.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

4.

Kolaborasi pemberian antibiotic.

Fera
Hari KetigaNo Dx

Tanggal

Jam

Implementasi

Evaluasi

Nama/

TTD
Nyeri akut b.d Agen Cedera Biologis

04-10-2012 07.15

07.20
07.25
07.30
07.40
07.45
1. Mengkaji tanda tanda vital klien.
S : ibu klien mengatakan anaknya sering menangis karena nyeri pada perut
bagian bawah.
O : N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2.

Mengkaji nyeri secara komprehensif.


S : Klien memberikan tanda nyerinya berada pada skala nyeri sedang(3).
O : Klien masih tampak menahan nyeri.

3.

Memberikan posisi yang nyaman pada klien

S: O: Klien masih tampak kurang nyaman.


4.

Mengajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

S: Ibu klienmengatakan anaknya masih sering menangis.


O: Klien tampak kurang tenang.
5.

Menganjurkan klien minum 2 liter per hari.

S:O: Bibir klien terlihat kering.


6.

Memberikan klien obat ketorolax dengan dosis 0,5 mg/kg/BB


S : Ibu klien menanyakan tujuan pemberian obat tersebut.
O : Klien tidak kesulitan minum obat.

04-10-2012/14.00

S:
1.
Ibu klien mengatakan bahwa klien masih mengeluh nyeri pada perut bagian
bawah.
2.

Ibu klien megatakan bahwa klien sudah mau minum obat.

O:
1.

N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt

2.

Klien masih tampak menahan nyeri.

3.

Skala nyeri 3

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dilanjutkan.
1.

Pantau TTV Klien.

2.

Kaji nyeri klien secara komprehensif.

3.

Beri posisi nyaman.

4.

Ajarkan klien cara-cara mengatasi nyeri dengan teknik relaksasi

5.

Anjurkan minum 8-10 gelas per hari.

6.

Kolaborasi pemberian obat analgetik.

(ketorolac dengan dosis 0,5 mg/Kg BB)


Fera
Gangguan Eliminasi Urine b.d Obstruksi Anatomik

03-10-2012 07.15

07.20
07.25
07.30
07.40
1.

Mengukur TTV klien

S: O: N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt


2.

Mengkaji tanda dan gejala retensi urine.

S: Ibu An.A mengatakan anaknya masih sulit berkemih.


O: Urine An.A masih tampak keruh dan sedikit.
3.

Menghitung intake dan output urine klien.

S: Ibu An.A mengatakan bahwa anknya minum 5gelas (1000 cc) dalam sehari dan
An.A kencing 4x sehari.
O: Urine An.A sedikit llebih jernih
4.

Mencatat warna, konsistensi jumlah urine klien.

S:O: Warna urine sedikit lebih jernih dan jumlahnya 300 cc


5.

Memberikan obat antibiotic

03-10-2012/14.00

S:
1.

Ibu klien mengatakn bahwa klien masih menangis saat BAK.

O:
1.

Klien menunjukkan tanda menahan nyeri (meringis).

A : Tujuan belum tercapai.

P : Intervensi dilanjutkan.
1.

Pantau TTV klien

2.

Kaji tanda dan gejala retensi urine.

3.

Monitor intake dan output urine klien.

4.

Catat warna,konsistensi dan jumlah urine klien.

5.

Kolaborasi pemberian antibiotic. Fera

Hipertermia b.d Penyakit 04-10-2012 07.15


07.20
07.25
07.30
07.40
1. Mengukur tanda-tanda vital klien.
S :-.
O : N=80x/mnt, S=37,50C, RR=22x/mnt
2. Melakukan kompres hangat basah.
S : Bapak klien mengatakan bahwa klien dapat tidur dengan nyenyak.
O : Klien tidak tampak pucat.
3. Menganjurkan klien untuk minum 2 liter per hari.
S : Ibu klien mengatakan klien tidak sulit menelan.
O : Bibir klien tampak lembab.
4.

Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

S : Bapak klien mengatakan bahwa klien tidur 10 jam pada malam hari dan 1 jam di
siang hari.
O : Klien tidak tampak lemas.
5.

Memberikan klien obat paracetamol.

S : Klien tidak mengelu kepanasan.


O: Klien mau minum obat secara rutin. 04-10-2012/14.10

S:
1.

Klien tidak mengeluh kepanasan.

2.

Ibu klien mengatakan klien bahwa klien minum 2 liter per hari.

3.
Bapak klien mengatakan klien tidur 10 jam di malam hari dan 1 jam pada
siang hari.
O:
1.

Klien tidak tampak lemas dan pucat.

2.

Klien mau minum obat secara rutin.

A : Tujuan belum tercapai.


P : Intervensi dipertahankan.
1.

Pantau TTV klien.

2.

Anjurkan klien minum air 2 liter per hari.

3.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.


Fera

Gangguan Pola Tidur b.d Kurang Privasi

04-10-2012 07.10

07.20
07.25
07.30
07.40
1.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

S: Ibu An.A mengatakan bahwa anaknya sering menangis.


O: An. A tampak terjaga saat tidur.
2.

Anjurkan klien mengatur jadwal tidur.

S: Ibu klien mengatakan mengerti.


O: Ibu tampak mengerti.
3.
S: -

Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.

O: Ibu An.A mengangguk.


4.

Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.

S: O: An.A tampak lebih nyaman.


5.

Kolaborasi pemberian obat tidur. (Dexamethasone 0,3 mg/kg BB)

S:Ibu An.A mengatakan anaknya mauminum obat.


O: An.A tampak tenang.

04-10-2012/14.00

S:
1.

Klien masih sering terbangun pada malam hari.

2.

Ibu klien mengatakan anaknya masih menangis saat terbangun

O:
1.

Klien tidur 9 jam sehari.

2.

Mata klien terlihat cekung karena kurang tidur.

3.

Wajah klien masih terlihat pucat.

A: Tujuan belum tercapai.


P: Intervensi dilanjutkan.
1.

Ciptakan lingkungan yang nyaman.

2.

Anjurkan klien mengatur jadwal tidur

3.

Batasi pengunjung anjurkan membuat jadwal kunjungan.

4.

Berikan bantal dan posisikan tubuh klien agar nyaman.


Fera

Risiko Infeksi b.d pertahanan Tubuh Primer yang tidak adekuat.


07.2007.25
1.

04-10-2012 07.15

Memantau cara klien dan keluarga tentang perineal hygiene.

S: Ibu klien mengatakan sudah melakukan perineal hygiene pada An.A.


O: Prepusium klien sudah tampak lebih kering dari sebelumnya.
2.

Menganjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

S:Ibu klien mengatakan bahwa klien tidur 9 jam sehari.


O: Klien terlihat lebih fresh.
3.

Memberikan obat antibiotic.

S: Ibu klien mengatakan bahwa klien sudaah jarang menangis.


O: Klien mau minum obat dengan teratur.

04-10-2012/14.00

S:
1.

Ibu klien mengatakan bahwa klien BAK 3x sehari.

2.

Ibu klien mengatakan sudah bisa melakukan perawatan perineal yang benar.

O:
1.

Klien menangis saat mau BAK.

2.

Wajah klien meringis menahan nyeri.

3.

Klien BAK 3x sehari dengan konsistensi tidak pekat.

A: Tujuan belum tercapai


P: Intervensi dilanjutkan
1.

Pantau cara klien dan keluarga perineal hygiene.

2.

Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.

3.

Memberikan obat antibiotik

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini di bahas tentang asuhan keperawatan pada An A dengan penyakit
Phimosis. Adapun ruang lingkup dari pembahasan kasus ini adalah sesuai dengan

proses keperawatan yaitu mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,


perencanaan (intervensi), pelaksanaan (implementasi) dan evaluasi.
Phimosis yang terjadi pada kasus An. A dikarenakan oleh personal hygiene yang
kurang baik. An. A mengalami nyeri pada bagian supra pubic karena keluhan
utama An. A pada saat pertama kali masuk rumah sakit adalah nyeri. Dan ketika
dikaji keluhan yang paling mengganggu An. A adalah nyeri. Pada kasus An. A
dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.

A.

Pengkajian

Proses pengkajian yang dilakukan pada An.A dengan Phimosis di UGD RS. Respati
dilakukan dengan melakukan wawancara, dengan ayah dan ibu klien dan
melakukan obsrvasi serta pemeriksaan fisik langsung ke An A. Pelaksanaan
pengkajian mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi An.A saat
dikaji.
Pada saat dilakukan pengkajian, keluarganya cukup terbuka sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini dibuktikan dengan An.A dan
keluarganya mau menjawab pertanyaan dan menerima saran yang diberikan oleh
penulis. Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi
masalah yang dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya
dirumuskan diagnosa atau masalah keperawatan. Tidak terdapat kesenjangan
antara teori dan kondisi klinis klien.
Dari hasil laboratorium yang di dapat, terdapat beberapa hasil yang abnormal,
yaitu : RR : 24x/menit (tinggi), S : 38,50 C (tinggi), N
: 90x/menit (tinggi).

Terapi medis yang diberikan :


Obat Salep Deksametasone 0,1%.

B.

Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang muncul pada An.A adalah


1.

Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis

2.

Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik

3.

Hipertermi berhubungan dengan Penyakit

4.

Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi

5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak
Adekuat (destruksi jaringan)
Prioritas diagnose An.A Adalah
1.

Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera Biologis

2.

Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan Obstruksi Anatomik

3.

Hipertermi berhubungan dengan Penyakit

4.

Gangguan Pola Tidur behubungan dengan Kurang Privasi

5.
Risiko Infeksi berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak
Adekuat (destruksi jaringan)

Alasan kelompok mengambil diagnosa yang pertama Nyeri b.d agens cedera fisik
ditandai dengan klien menanunjukkan tanda-tanda menahan nyeri dengan meringis
dan menangis saat mau BAK. Klien memberikan tanda pada skala nyeri sedang
(skala 6). Klien tampak pucat dan tampak gelisah saat tidur. Kemudian kelompok
mengangkat diagnose kedua Gangguan Eliminasai Urine b.d ditandai dengan klien
sulit berkemih dan warna urine keruh. Dan kelompok mengambil diagnose tiga yaitu
Hipertermia b.d Penyakit ditandai dengan suhu klien mencapai 38,50C, sehingga
hipertermia harus diatasi agar tidak menimbulkan kejang pda anak. Kemudian
diagnose keempat adalah Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan kurang
privasi/kendali tidur ditandai dengan klien sering terbangun pada malam hari, klien
tidur 6 jam pada malam hari dan 1 di siang hari. Wajah klien terlihat pucat,
matanya cekung karena kurang tidur. Dan diagnose terakhir adalah Risiko Infeksi
berhubungan dengan Pertahanan Tubuh Primer yang Tidak Adekuat (destruksi
jaringan) ditandai dengan Prepusium tidak bisa ditarik ke belakang, terlihat adanya
edema pada area kemaluan An. A dan di sekitar kemaluan klien juga tampak
kemerahan. Jika tidak segera diatasi, dapat mengkibatkan infeksi pada klien.

C.

Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,


dikelompokkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan
disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Setelah masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan
ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus
jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil
sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada

rencana keperawatan. Pada penyusunan kriteria hasil penulis menyesuaikan dengan


waktu pemberian perawatan yang dilakukan oleh penulis yaitu selama 3x24 jam.
Perencanaan yang dibuat pada An.A dengan masalah utama Nyeri Akut
berhubungan dengan agens Cedera Biologis pada dasarnya untuk meminimalkan
keluhan yang ada pada An. A saat itu. Perencanaan yang dilakukan sesuai dengan
teori karena sama-sama menggunakan NIC NOC 2009-2011, namun pada kasus,
disesuaikan dengan kondisi klien.

D.

Implementasi /Pelaksanaan

Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan


pelaksanaan. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau
tindakan yang diberikan pada An.A dengan menerapkan pengetahuan dan
kemampuan klinik yang dimilki oleh klien berdasarkan ilmu ilmu keperawatan dan
ilmu ilmu lainnya yang terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat
dapat terlaksana dengan baik.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan atau hambatan yang penulis dapatkan. Hambatan-hambatan tersebut
antara lain, keterbatasan sumber referensi buku sebagai acuan penulis dan juga
alat yang tersedia, pendokumentasian yang dilakukan oleh perawat ruangan tidak
lengkap sehingga sulit untuk mengetahui perkembangan klien dari mulai masuk
sampai sekarang secara detail, lingkungan fisik atau fasilitas rumah sakit yang
kurang memadai dan keberadaan penulis di ruang tempat klien di rawat terbatas.
Dalam implementasi di atas, perawat hanya melakukan tindakan keperawatan
dalam waktu 3x24 jam.

E.

Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi


dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data
objektif yang akan menunjukkan apakan tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai
sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang
perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana
keperawatan, menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui
perbandingan asuhan keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar
yang telah di tetapkan lebih dulu.

Adapun evaluasi dari tindakan keperawatan di atas adalah karena tindakan


yang dilakukan hanya 3X24 jam, maka tujuan keperawatan belum tercapai.

BAB V
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Pimosis adalah suatu keadaan dimana preposium tidak bisa ditarik bisa dikarenakan
konginetal atau didapat. Tetapi biasanya kondisi tersebut bisa normal dengan
ditambahnya produksi hormon dan pertumbuhan.
Pimosis dapat mengakibatkan gangguan berkemih baik nyeri atau balloning (masa
diujung penis) perlu dilakukan sirkumsisi biasanya itu merupakan indikasi untuk
mencegah infeksi karena terkumpulnya urine yang mengandung glukosa sebagai
tempat terbaik bagi pertumbuhan bakteri.

B.

Saran

Jika ada anak mengalami gejala seperti gejala pimosis untuk segera mendapat
penanganan untuk mencegah terjadi infeksi saluran kemih dan tidak memandang
kelainan tersebut sebagai suatu hal yang mistis.

DAFTAR PUSTAKA

Dochter, Joanne McCloskey, Phd dkk. 2004. Nursing Intervetion


Classification.Jakarta:Mosby Elevier
Moorhead, Sue dkk.2004. Nusing Outcomes Classification (NOC). Jakarta:Mosby
Elsevier
Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi; Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah dari Brunner &
Suddarth, Edisi 8. EGC : Jakarta.

Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
T. Heather Herdman, PhD, RN. 2012.Doagnosis Keperawatan. Jakarta:Penerbit Buku
Kedokteran EGC
http://www.google.com/asuhan-keperawatan-Phimosis
http://www.blogspot.com/askep-Phimosis
http://bedahumum.wordpress.com/2008/11/18/sirkumsisi-pada-phimosis/

http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/kelainan-pada-penis-fimosis.html

Diposkan oleh muhammad tahiruddin di 15.57 Kirimkan Ini lewat Email


BlogThis!
Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lama
Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog
2013 (3)
Januari (3)
asuhan keperawatan fhimosis
Tren dan Isu Keperawatan Komunitas
Chain of Infection TUBERCULOSIS
2012 (2) Mengenai Saya
muhammad tahiruddin
muhammad tahiruddin lahir di lombok 12 september 1992 menempuh pendidikan
s1 ilmu keperawatan fik unriyo,aktif dalam aktivis mahasiswa diantaranya ketua
kmm 2013-2014,wakil ketua himika 2013-2014,infokom ilmiki iv

S-ar putea să vă placă și