Sunteți pe pagina 1din 2

a.

b.

c.

1.
2.
3.

Landasan KBK
Dalam penyusunan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tentunya ada landasan
landasan yang dijadikan sebagai fondasi (dasar hukum) serta pegangan dalam
penerapannya.Adapun landasan-landasan KBK meliputi :
Pancasila sebagai landasan filosofis pengembangan kurikulum nasional. Sebagai suatu
sistem kurikulum nasional, KBK mengakomodasikan berbagai perbedaan secara tanggap
budaya dengan memadukan beragam kepentingan dan kemampuan daerah. KBK menerapkan
strategi yang meningkatkan kebermaknaan pembelajaran untuk semua peserta didik terlepas
dari latar budaya, etnik, agama, dan gender melalui pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
Dalam rekonseptualisasi kurikulum ini digunakan landasan filosofis Pancasila sebagai dasar
pengembangan kurikulum. Pancasila sangat relevan untuk penerapan filosofi pendidikan
yang mendunia seperti empat pilar belajar (learning to be, learning to know, learning to do,
dan learning to life together).
Dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999/BAB IV.E, GBHN (1999-2004) bab V tentang Arah
Kebijakan Pendidikan dan UU RI No. 22 Tahun 1999 serta peraturan pemerintah No. 25
Tahun 2000. Tentang otonomi daerah. Dimana sebagai daerah yang otonom substansinya
menuntut perubahan dalam pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke
desentralistik. Pergeseran pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pendidikan ini merupakan
upaya pemberdayaan daerah dan sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan secara
berkelanjutan, terarah dan menyeluruh.
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas : di nyatakan bahwa Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Sementara itu, agak berbeda dengan landasan-landasan di atas E. Mulyana menegaskan ada
tiga landasan teoritis yang mendasari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yaitu :
Adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok kearah pembelajaran individual.
Pengembangan konsep belajar tuntas/belajar sebagai penguasaan.
Pendefinisian kembali terhadap bakat (2003 : 40-41)

B. Tujuan Dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) disusun oleh pemerintah, karena pemerintah
menyadari bahwa masih banyak kelemahan dan kekuranan dari kurikulum yamg sebelumnya,
yakni kurikulum 1994 yang hanya memfokuskan pada penyelesaian materi pelajaran saja,
tanpa memperhatikan proses dan hasil dari pembelajaran itu sendiri. Padahal target
pemerintah secara umum adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensai yang
tinggi, yaitu lulusan yang memiliki kreatifitas, skils, kemandirian, mampu berinovasi serta
mampu bersaing dengan masyarakat global.
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang secara makro yakni membentuk
organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam
pendidikan untuk menuju suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar,
kemempuan berkomunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat
dan tangguh. Maka adanya pengembangan kurikulum ke KBK adalah upaya untuk
memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Melalui reformasi sekolah dalam dengan
partisipasi orang tua, kerjasama dengan dunia Industri, ketentuan pengelolaan sekolah,
profesionalisme guru, hadiah, dan hukuman sebagai kontrol dan lain-lain.
Selain itu, karena kurikulum pada dasarnya merupakan rencana/program tertulis untuk
mencapai tujuan pendidikan dilembaga pendidikan maka KBK bertujuan untuk membantu

dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut. Dan melihat dari sejarah
pembentukannya jelas bahwa KBK dengan berbagai keunnggulannya bertujuan untuk
menyempurnakan kurikulum yang sebelumnya. Sedangkan meninjau dari ranah yang
terkandung dalam KBK, maka KBK diharapkan mampu mengembangkan kemampuan anak,
bukan hanya aspek kognitif, tetapi sampai pada ranah avektif dan psikomotorik.
Dengan demikian, maka tujuan pendidikan nasional secara mikro dapat tercapai,
terutama dalam hal pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan beretika karena dalam KBK dalam aspek afektifnya menekankan pada
kompetensi sebagai berikut; siswa memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa sesuai dengan ajaran agamanya masing-masing, memiliki nilai-nilai etika dan
estetika, dan memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora.
Adapun tujuan umum dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah
memendirikan atau memperdayakan sekoloah dalam mengembangkan kompetensi yang akan
disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan kondisi lingkungan. Dengan otonomi
sekolah dapat melakukan pengambilan keputusan secara parsitipatif.

S-ar putea să vă placă și