Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
1.1 Latar Belakang
Asma adalah gangguan inflamasi pada jalan napas. Pasien-pasien mengalami episode
batuk, mengi, dada terasa seperti diikat dan atau dispnea (sesak napas), yang sering
memburuk saat malam atau pagi hari. Terdapat variasi keparahan dan frekuensi serangan.
1.2 Tujuan Penulisan
a. Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata ajar KMB I Sistem Respirasi Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Asma
b. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa/i dapat mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Asma
1.3 Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini diharapkan agar kita dapat memahami tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Asma
1.4 Metode Penulisan
Pada penulisan karya tulis ini kami menggunakan satu metode, yaitu dengan angket.
Di mana angket akan kami sebarkan dengan jumlah 40 lembar. Di mana angket itu berisi
pertanyaan-pertanyaan mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Asma
1.5 Ruang Lingkup Penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah hanya membahas tentang Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Asma
1.6 Sistematika Penulisan
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I.PENDAHULUAN yang terdiri dari : latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, metode penulisan, ruang lingkup penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS yang terdiri dari : Konsep Dasar, Definisi Asma,
Anatomi dan Fisiologi Asma, Etiologi, Patofisiologi, Manifestasi Klinis, Klasifikasi
Amsa, Penatalaksanaan , Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Prognosis
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana
Keperawatan, Evaluasi
BAB IV PENUTUP terdiri dari : kesimpulan dan saran
Daftar pustaka.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar
Istilah asma berasal dari bahasa yunani yang artinya terengah-engah dan
berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan untuk
menyatakan gambaran klinis napas pendek tanpa memandang sebabnya, sekarang
istilah ini hanya ditunjukkan untuk keadaan-keadaan yang menunjukkan respon
abnormal saluran napas terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan
penyempitan jalan napas yang meluas.
Perubahan patologis yang menyebabkan obstruksi jalan napas terjadi pada
bronkus ukuran sedang dan bronkiolus yang berukuran 1 mm. Penyempitan jalan
b. Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan.
Terdapat dibawah dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut
setelah depan ruas tulang leher.
c. Trakea
Trakea atau bantang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang terbentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk
seperti kuku kuda (huruf C) . Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang
berbulu getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak ke arah luar. Panjang
trakea 9-11 cm dan di belakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot
polos.
Sel-sel bersilia gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Yang memisahkan trakea menjadi
bronkus kiri dan kanan disebut karina.
d. Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan
bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang
lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna.
Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
2.4 Etiologi
Akademi Keperawatan Harum Jakarta
Asma adalah suatu obstruktif jalan nafas yang reversible yang disebabkan
oleh:
1. Kontraksi otot disekitar bronkus sehingga terjadi penyempitan jalan nafas
2. Pembengkakan membran bronkus
3. Terisinya bronkus oleh mukus yang kental
4. Temperatur
5. Ansietas
Dehidrasi
6.
7.
8.
2.5 Patofisiologi
Proses perjalanan penyakit asma dipengaruhi oleh dua faktor yaitu alergi
dan psikologis kedua faktor tersebut dapat meningkatkan terjadinya kontraksi otototot polos, meningkatnya sekret abnormal mukus pada bronkiolus dan adanya
kontraksi pada trakea serta meningkatnya produksi mukus jalan nafas, sehingga
terjadi penyempitan pada jalan nafas dan penumpukan udara pada jalan nafas
maka akan menimbulkan gangguan seperti ventilasi (hipoventilasi), distribusi
ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru, gangguan difusi gas di
tingkat alveoli.
Tiga kategori asma (asma akstrinsik) ditemukan pada klien dewasa yang
disebabkan alergi tertentu, selain itu terdapat pula adanya riwayat penyakit atopik
seperti eksim, dermatitis, demam tinggi dan klien dengan riwayat asma.
Sebaliknya pada klien dengan asma intrinsik (idiopatik) sering ditemukan adanya
faktor-faktor pencetus yang tidak jelas, faktor yang spesifik seperti flu, latihan
fisik, dan emosi (stress) dapat memacu serangan asma.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik pada pasien asma adalah batuk, dyspnea, dan
wheezing. Pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada, pada
penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah,
duduk dengan tangan menyanggah ke depan
Serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.
Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I
a. Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
b. Timbul bila ada faktor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan
test provokasi bronkial di laboratorium
2. Tingkat II
a. Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru
menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas
b. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3. Tingkat III
a. Tanpa keluhan
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan
nafas.
c. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang
kembali.
4. Tingkat IV
a. Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
b. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan
nafas.
5. Tingkat V
a. Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan
asma akut yang berat bersifat refrator sementara terhadap pengobatan
yang lazim dipakai.
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip umum dalam pengobatan pada asma bronhiale :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas
2. Mengenal dan menghindari faktor yang dapat menimbulkan serangan asma.
3. Memberi penerangan kepada penderita atau keluarga dalam cara pengobatan
maupun penjelasan penyakit.
Penatalaksanaan asma dapat dibagi atas :
a. Pengobatan dengan obat-obatan seperti
1. Beta agonist (beta adrenergik agent)
2. Methylxanlines (enphy bronkodilator)
3. Anti kolinergik (bronkodilator)
4. Kortikosteroid
5. Mast cell inhibitor (lewat inhalasi)
b. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :
1. Oksigen 4-6 liter/menit.
2. Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin 10
mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30
Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asma yang berat,
karena hanya reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari
adema mukasa, sehingga terlepaslah sekelompok sel sel epitel dari
perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat adanya bakteri,
diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik.
3. Pemeriksaan darah rutin dan kimia.
Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT
dan SGPT meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia
atau hiperkapnea.
4. Sel eosinofil
Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 1500
/mm3 baik asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel
eosinofil normal antara 100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai
penurunan hitung jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat.
2.10
Komplikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumothorax
c. Asidosis respiratorik
d. Gagal nafas
e. Kematian
2.11 Prognosis
Dengan kemajuan dunia farmakologi dan peralatan medis sekarang ini
dan dengan di bekali pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk penyakit
asma umumnya serta status asmatikus pada khususnya , maka angka kematian
yang dahulu tinggi sekarang dapat ditekan menjadi sangat rendah , tentunya
dengan catatan bahwa penderita datang tidak terlalu terlambat .
Walaupun pada umumnya prognosis baik, kembali perlu ditekankan
disini bahwa kecenderungan penyakit asma pada penderita itu tetap akan ada
dan setiap saat status asmatikus dapat timbul kembali bila penderita berada
dalam keadaan tidak optimal sebagaimana telah dikemukakan di atas. Makin
lama penderita bertahan dalam keadaan semacam ini, makin besar pula
kemungkinan terjadinya kembali suatu status asmatikus.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Anamnesis
Klien dengan seragam status asmatikus datang dengan keluhan sesak nafas
hebat dan mendadak diikuti dengan gejala gejala lain, yaitu wheezing, penggunaan
otot bantu nafas, kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan
darah.
b. Pemeriksaann Fisik Fokus Pernapasan
1. Inspeksi
Pada klien dengan status asmatikus terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan penggunaan otot bantu nafas, terlihat kelelahan sampai
gelisah, dan kadang didapatkan kondisi sianosis.
2. Palpasi
pada palpasi kesimetrisan, ekspansi, dan traktil fremitus biasanya normal.
3. Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor, sedangkan diagfragma
menjadi datar dan rendah.
4. Auskultasi
Ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan pertukaran gasberhubungan dengan retensi CO2.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi mukus yang
kental.
3. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan distensi dinding dada.
4. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
keletihan.
5. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
6. Kurangnya pengetahuan tentang perawatan diri berhubungan dengan kurangnya
informasi tentang penyakit dan pencegahan.
Rasional :
Karakteristik sputum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi.
2) Atur posisi semifowler.
Rasional :
Meningkatkan ekspansi dada.
3) Ajarkan cara batuk efektif .
Rasional :
Batuk yang terkontrol dan efektif dapat memudahkan perngeluaran sekret
yang melekat di jalan napas.
5) Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/ hari kecuali tidak diindikasikan
Rasional :
Hidrasi yang adekurat membantu mengecerkan sekret dan mengefektifkan
pembersihan jalan nafas
6) Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural drainase , perkusi dan fibrasi
dada
Rasional :
Fisioterapi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret
Kolaborasi :
7) Pemberian obat bronkodilator golongan B2
Rasional :
Rasional :
Bunyi napas menurun/ tak ada bila jalan napas obstruksi sekunder terhadap
perdarahan, bekuan atau kolaps jalan napas kecil (Atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan napas/ kegagalan pernapasan.
3) Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional :
Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan.
Rasional :
Memudahkan upaya pernapasan dalam dan meningkatkan drainase sekret
dari segmen paru kedalam bronkhus, dimana dapat lebih mempercepat
pembuangan dengan batuk/ penghisapan.
10)
Kriteria hasil
2) Fasilitasi klien untuk memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai
indikasi).
Rasional :
Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki intake gizi.
3) Pantau intake dan output, timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu)
Rasional :
Berguna dalam mengukur keefektifan intake gizi dan dukungan cairan.
4) Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan serta
sebelum dan sesudah intervensi/ pemeriksaan per oral.
Rasional :
Menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan, sisa sputum atau obat
pada pengobatan sistem pernapasan yang dapat merangsang pusat muntah.
5) Fasilitasi pemberian diet TKTP, berikan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional :
Memaksimalkan intake nutrisi tanpa kelelahan dan energi besar serta
menurunkan iritasi saluran cerna.
Kolaborasi
6) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi dan jenis diet
yang tepat.
Rasinal :
Rasional :
3) Berikan penjelasan tentang latihan nafas dalam dan batuk yang efektif.
Rasional :
Ekspansif paru dapat maksimal sehingga dapat mencegah dan batuk yang
efektif dapat membersihkan jalan nafas sehingga sesak nafas berkurang
dan hilang.
3.4 Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari penulisan makalah di atas, maka kami selaku penulis menarik
kesimpulan asma adalah suatu penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten
yang bersifat reversibel, ditandai dengan adanya periode bronkospasme,
peningkatan respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
menyebabkan penyempitan jalan nafas.
4.2 Saran
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8. Jakarta:EGC
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman untuk
perencanaan dan Pedokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Jeremy P.T dkk.2002. Sistem Respirasi edisi dua. Jakarta: Erlangga
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses
-proses Penyakit Edisi 6. Jakarta:EGC