Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Balqis Toda
1102011060
Pasal 187 (c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat
pendpat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi kepadany.
Keduanya termasuk ke dalam alat bukti yang sah sesuai
dengan ketentuan KUHAP. Pasal 184(1) alat bukti yang sah adalah
1. Keterangan saksi
2. keterangan ahli
3. surat
4. petunjuk
5. keterangan terdakwa.
Dari pasal-pasal di atas nampak bahwa yang dimaksud
dengan keterangan ahli maupun surat (butir c) dalam KUHAP adalah
sepadan dengan VER dalam STB no 35 tahun 1937. Perbedannya
adalah bahwa keterangan ahli adalah keterangan atau pendapat
yang dibuat oleh ahli (dokter) berdasarkan keilmuannya, tidak
hanya terbartas pada apa yang dilihat dan ditemukan oleh si
pembuat. Oleh karena berdasarkan keilmuannya, maka keterangan
ahli atau surat tersebut yang dibuat oleh dokter harus dibuat atas
dasar pemeriksaan medik.
VER adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana
tertulis dalam pasal 184 KUHAP. Oleh karena VER dibuat atas
kehendak undang-undang, maka dokter tidak dapat dituntut karena
membuka rahasia pekerjaan sebagaimana yang diatur dalam pasal
322 KUHP, meskipun dokter membuatnya tanpa seizin pasien. Pasal
50 KUHP mengatakan bahwa barangsiapa melakukan perbuatan
untuk melaksanakn ketentuan undang undang, tidak dipadana,
sepanjang VER tersebut hanya diberikan kepada isntasni penyidik
yang memintanya, untuk selanjutnya diberikan dalam proses
peradilan
2. Jelaskan mengenai asal kata forensik dan apa manfaat ilmu
kedokteran forensik bagi individu, masyarakat, dan negara?
Ilmu Kedokteran Forensik adalah cabang spesialistik dari ilmu
kedokteran, yang mempelajari pemanfaatan ilmu kedokteran untuk
kepentingan penegakan hukum serta keadilan.
Diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang terkait untuk
membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan
yang satu dengan yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut.
Dalam hal terdapat korban, baik yang masih hidup maupun yang
meninggal akibat suatu peristiwa, diperlukan seorang ahli dalam
bidang kedokteran untuk memberikan penjelasan bagi para pihak
yang menangani kasus tersebut. Dokter yang diharapkan
membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan
kedokteran yang dimilikinya yang terhimpun dalam kazanah Ilmu
Kedokteran Forensik.
a) Adanya kelalaian;
b) Adanya wujud perbuatan;
c) Adanya akibat: luka yang menimbulkan penyakit; luka yang
menjadikan halangan menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian selama waktu tertentu;
d) Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan akibat.
8. Apakah yang dimaksud dengan kematian dalam kacamata
kedokteran forensik, apakah berbeda dengan kematian dari
kacamata hukum, yaitu sesuai dengan undang-undang tentang
kesehatan?
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu
Mati somatis (mati klinis) terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga
sistem penunjang kehidupan yaitu susunan saraf pusat, sistem
kardiovaskular, dan sistem pernapasan yang menetap (irreversible).
Secara klinis tidak ditemukan refleks-refleks, nadi tidak teraba,
denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan
suara napas tidaj terdengar pada pemeriksaan auskultasi. Mati suri
(suspended animation, apparent death) adalah terhentinya ketiga
sistem kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat kedokteran
sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat
dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri
sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran
listrik dan tenggelam. Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu
kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat
setelah kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ
atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler
pada tiap organ tidak bersamaan. Mati serebral ialah suatu
kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak yang irreversible
kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem
lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler masih berfungsi
dengan bantuan alat. Mati otak (mati batang otak) ialah kematian
dimana bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial
yang irreversible, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan
diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan
seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi,
sehingga alat bantu dapat dihentikan.
Sedangkan definisi kematian menurut UU no.36 tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 117, kematian didefinisikan sebagai:
Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantungsirkulasi dan sistem pernapasan terbukti telah berhenti secara
permanen, atau apabila kematian batang otak telah dibuktikan
Kedokteran forensik menjelaskan secara lengkap tanda
kematian yang dibagi menjadi dua yaitu tanda pasti dan tidak pasti,
sedangkan dalam Undang-Undang Kesehatan kematian hanya
mendefinisikan bahwa tanda kematian apabila fungsi sistem tubuh
Pembukaan
kata pro justitia yang diletakan di bagian atas. kata ini
menjelaskan bahwavisum et repartum khusus di buat utntuk
tujuan peradilan .
2.
pendahuluan
bagian ini menerangkan nama dokter pembuat visum et repartum
dan instansi kesehatannya, unstasi penyidik pemintanya berikut
nomor dan tanggal surat permintaanya, tempat dan waktu
pemeriksaan, serta identitas korban yang diperiksa.
3.
pemberitaan
bagian ini berisi hasil pemeriksaan medis tentang keadaan
kesehatan atau sakit atau luka korban yang berkaitan dengan
perkaranya . Apa yang dilihat, dan ditemukan sepanjang
pengetahuan kedokteran, tindakan medis yang dilakukan. bila