Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
2.1 Pengertian
o Pneumonia adalah proses nifeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya
pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa
disebut bronchopneumonia).
o Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain
gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson, 2006)
o Pnemonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
o Pneumonia adalah suatu radang paru-paru yang ditandai oleh adanya konsolidasi exudat yang
mengisi alveoli dan bronchioles.
o Pnemonia adalah radang parenkim paru
2.2 Etiologi
Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri). Dan
sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak tanah, bensin, atau sejenisnya)
dan masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernapasan (aspirasi).
Berbagai penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur,
berat ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi). Mikroorganisme
tersering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, terutama Respiratory Syncial Virus
(RSV) yang mencapai 40%. Sedangkan golongan bakteri yang ikut berperan terutama
Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenzae type b (Hib).
Awalnya, mikroorganisme masuk melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjadi
penyebaran mikroorganisme dari saluran napas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru dan
sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah (Setiowulan, 2000).
Umumnya disebabkan oleh bakteri yaitu bakteri streptococcus pneumoniae dan
haemophillus influenza. Pada bayi dan anak kecil ditemukan straphylococcus aureus sebagai
penyebab pneumonia yang berat, serius dan sangat progresif engan mortalitas tinggi.
Klasifikasi pneumonia pada anak menurut etiologi
Jenis
Bakteri
Mikroorganisme
Pneumokokus,
streptokokus,
Infeksi lain
mycoplasma
pneumoniae
pneumonia,
koksidioi
domikosis,
klomidia
Jamur
Aspergilus,
Aspirasi
Sindrom leoffer
Pneumonia hepustatik
Pneumonia oleh obat/radiasi
Pneumonia hipersensitivitas
Etiologi pneumonia pada balita sulit untuk ditegakkan karena dahak biasanya sukar
diperoleh, sedangkan prusedur pemeriksaan imunologi belum memberikan hasil yang
memuaskan untuk menentukan adanya bakteri sebagai penyebab pneumonia. Hanya gerakan
spesimen fungsi atau aspirasi paru serta pemeriksaan spesimen darah yang dapat diandalkan
untuk membantu menegakkan diagnosis etiologi pneumonia.
Pemeriksaan cara ini sangat efektif untuk mendapatkan dan menentukan jenis bakteri
penyebab pneumonia pada balita, namun disisi lain dianggap prosedur yang berbahaya dan
bertentangan dengan etika terutama jika semata untuk tujuan penelitian.
Dengan pertimbangan tersebut, diagnosa bakteri, penyebab pneumonia bagi balita di
Indonesia berdasarkan pada hasil penelitian asing (melalui publikasi WHO), bahwa
streptococcus, pneumonia dan hemophylus influenza merupakan bakteri yang selalu
ditemukan pada penelitian etiologi di negara berkembang.
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2004)
antara lain:
a.
Penelitian status gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck. 2000 : 1).
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu Menuju Sehat adalah :
1. Gizi Lebih
2. Gizi Baik
3. Gizi kurang
4. Gizi buruk
b.
Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya pneumonia adalah ketuban pecah dini dan
persalinan preterm (Setiowulan. 2000).
c.
Keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,
belum mampu melaksanakan ibadah berdasarkan agamanya masing-masing, memenuhi
kebutuhan makan minimal dua kali sehari, pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja,
sekolah, dan bepergian, memiliki rumah yang bagian lantainya bukan dari tanah, dan belum
mampu untuk berobat di sarana kesehatan modern (BKKBN, 2002).
d.
e.
Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi imunitas bayi, bayi yang diberi ASI
secara eksklusif akan memiliki daya tahan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi
yang tidak diberi ASI secara eksklusif.
2.3 Patogenesis
Bakteri penyebab terisap keparu perifer melalui saluran nafas menyebabkan reaksi
jaringan berupa edema yang mempermudah proliferasi dan menyebabkan kuman. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi yaitu terjadi sebukan sel PMN Polimortonuklear
fibrin, eritrosit, cairan edema dan kuman de alveoli proses ni termasuk dalam stadium
hepatitis merah. Sedangkan stadium kelabu adalah kelanjutan proses infeksi berupa deposisi
fibrin ke permukaan pleura, ditemukan pula fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan proses
fagositosis yang cepat. Dilanjutkan stadium resolusi, dengan peningkatan jumlah sel
makrofag di alveoli, degenerasi sel dan menipisnya fibrin, serta menghilangnya kuman dan
febris.
Proses kerusakan yang terjadi dapat dibatasi dengan pemberian antibiotik sedini
mungkin agar sistem bronkopulmonal yang tidak terkena dapat diselamatkan.
2.4 Manifestasi Klinis
Secara umum dapat dibagi menjadi :
a) Manifestasi nonspesifik infeksi dan toksisitas berupa demam, sakit kepala, iritable, gelisah,
malaise, nafsu makan berkurang, keluhan gasroinlestinal.
b) Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu ekspektorasi, sputum, napas
cuping hidung, sesak napas, air hunger merintih dan sianosis, anak yang lebih besar dengan
pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri
dada.
c)
Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bagian bawah kedalam saat
bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas). Perkusi pekak, fremitus melemah,
suara napas melemah dan ronchi.
d) Tanda efusi pleura atau empiema berupa gerak ekskursi dada tertinggal di daerah efusi,
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat diatas
batas cairan, frietion rub, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri berkurang bila efusi
bertambah dan berubah menjadi nyeri tumpul). Kaku kuduk /meningismus (iritasi meningen
tanpa inflamasi) bila terdapat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila
iritasi mengenai diafragma pada pnemonia lobus kanan bawah). Pada neonetus dan bayi kecil
tanda pnemonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
e) Tanda infeksi ekstrapulmonal
Pada bronkopnemonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik sangat mendadak 39-40 0C dan mungkin disertai
kejang karena demam tinggi. Anak sangat gelisah, dispnu, pernafasan cepat dan dangkal
disertai pennafasan hidung dan mulut. Kadang-kadang disertai muntah dan diare. Batuk
biasanya ditemukan pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk setelah beberapa hari.
Mula-mula kering kemudan menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis pemeriksaan fisis dengan adanya
nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar mulut dan hidung
harus dipikirkan lagi pnemonia. Pada bronkopnemonia hasil pemeriksaan fisis tergantung
daripada luas daerah yang terkena. Pada perkusi toraks sering ditemukan kelainan. Pada
auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah nyaring halis atau sedang. Bila srang
bronkopnemonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkui terdengar keredupan dan
suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronki terdengar
lagi. Tanpa pengobatan biasanya penyembuhan dapat terjadi sesudah 2-3 minggu.
2.5 Komplikasi
Abses kulit, abses jaringan lunak, otitis media, sinusitis, meningitis purulenta,
perikarditis dan epiglotis kadang ditemukan pada infeksi H.influenza tipe B
2.6 Klasifikasi dan Diagnosis
1. Klasifikasi Pneumonia
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi pneumonia sebagai berikut:
a.
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia (Rasmailah, 2004).
2.
1. Pnemonia berat : didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas disertai nafas
sesak atau penarikan dinding dada sebelah kanan bawah kedalam.
2. Pnemonia
3. Bukan pnemonia
b. Kelompok umur < 2 bulan. Klasifikasi dibagi atas :
1. Pnemonia berat
Ditandai dengan adanya nafas cepat (frek pernafasan 60 kali/menit atau lebih) atau adanya
penarikan yang kuat pada dinding dada sebelah bawah kedalam.
2. Bukan pnemonia
3. Diagnosis pnemonia pada balita didasarkan pada batuk dan atau kesukaran bernafas
disertai peningkatan frekwensi nafas (nafas cepat) sesuai umur.
Penentuan nafas cepat dilakukan dengan cara menghitung frekwensi pernafasan dengan
menggunakan sound timer. Batas nafas cepat adalah:
a.
b. Pada anak usia 1 tahun - <5 tahun frek pernafasan sebanyak 40 x/menit atau lebih
c.
Pada anak usia < 2 bln frek pernafasan sebanyak 60 x/menit atau lebih
Rujukan penderita pnemonia berat dilakukan dengan gejala batuk atau kesukaran
bernafas yang disertai adanya gejala tidak sadar dan tidak dapat minum. Pada klasifikasi
bukan pnemonia maka diagnosisnya adalah : batuk pilek biasa (common cola), pharyngitis,
tonsiktis, otitis atau penyakit non-pnemonia lainnya.
Pneumonia
sangat
bervariasi,
tergantung
golongan
umur,
Napas Normal
0 2 Bulan
2-12 Bulan
2.8 Penatalaksanaan
Oksigen 1-2 liter/menit
IVFD dextrose 10 % : NACL 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan
sesuai BB, kenaikan suhu dan status hidrasi
Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang
nasogastrik dengan feeding drip.
Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta
agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pnemonia community base :
-
Mikroorganisme
Antibiotika
Steptokokus dan
stafilokokus
100
mg/kgBB/hari
atau
M.pneumoniac
3.
H.influenzae
P.aeruginosa
sefalosforin
Catatan :
-
Pnemonia ringan tidak memerlukan perawatan dan diberikan antibiotika oral golongan
derivatnya atau kontromoksazol.
Perawatan di rumah yang dapat dilakukan pada bayi atau anak yang menderita pneumonia
antara lain :
a.
Mengatasi demam
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus segera dirujuk.
Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi
sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan
menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).
b.
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
c.
Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari
biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
d.
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya.
Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit
yang diderita.
e.
Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, lebihlebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna untuk
mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan
lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap.
Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk
membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik,
selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar
setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang
(Rasmailah, 2004).
2.9 Prognosis
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat mortalitas dapat diberikan
sampai kurang dari 1 %. Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang
terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
2.10 Pencegahan
Mengingat Pneumonia adalah penyakit beresiko tinggi yang tanda awalnya sangat mirip
dengan Flu, alangkah baiknya para orang tua tetap waspada dengan memperhatikan tips
berikut :
a. Menghindarkan bayi (anak) dari paparan asap rokok, polusi udara dan tempat keramaian
yang berpotensi penularan.
b. Menghindarkan bayi (anak) dari kontak dengan penderita ISPA.
c. Membiasakan pemberian ASI.
d. Segera berobat jika mendapati anak kita mengalami panas, batuk, pilek. Terlebih jika
disertai suara serak, sesak napas dan adanya tarikan pada otot diantara rusuk (retraksi).
e. Periksakan kembali jika dalam 2 hari belum menampakkan perbaikan. Dan segera ke RS
jika kondisi anak memburuk.
f. Imunisasi Hib (untuk memberikan kekebalan terhadap Haemophilus influenzae, vaksin
Pneumokokal Heptavalen (mencegah IPD= invasive pneumococcal diseases) dan vaksinasi
influenzae pada anak resiko tinggi, terutama usia 6-23 bulan. Sayang vaksin ini belum dapat
dinikmati oleh semua anak karena harganya yang cukup mahal.
g. Menyediakan rumah sehat bagi bayi yang memenuhi persyaratan :
1) Memiliki luas ventilasi sebesar 12 20% dari luas lantai.
2) Tempat masuknya cahaya yang berupa jendela, pintu atau kaca sebesar 20%.
3) Terletak jauh dari sumber-sumber pencemaran, misalnya pabrik, tempat pembakaran dan
tempat penampungan sampah sementara maupun akhir (Menkes, 1999).
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN
PAD A B AYI N y I U S I A 6 H A R I
DENGAN PNEMONIA
D I RU AN G NE O N ATU S
No. Register
: 06-31-61
Tanggal MRS
: 02-12-2011
Jam
I.
: 12.35 WIB
Tanggal pengkajian
: 07-12-2011
Jam pengkajian
: 05.30 WIB
PENGKAJIAN
A. Identitas / Biodata
1.
Nama Bayi
Umur
Tanggal/jam lahir
: By Ny I
: 6 hari
: 02 Desember 2011/12.35 WIB
Jenis kelamin
: Laki-laki
: 2630 gram
Panjang badan
: 47 cm
2.
3.
Lingkar Kepala
: 32 cm
Nama Ibu
: Ny I
Umur
: 20 th
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTP
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Sembung, Sukorame-Lamongan
Nama ayah
: Tn J
Umur
: 27 th
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
: Sembung, Sukorame-Lamongan
B. Anamnesa
1.
Keluhan Utama
-
2.
Riwayat Kesehatan
a.
b.
c.
3.
Riwayat Kehamilan
- Hamil ke
: 1 (pertama)
- Usia Kehamilan
: 38 minggu
- Antenatal Care
Bidan.
- Keluhan selama hamil
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
: tidak ada
Pre eklampsia
: tidak ada
Eklamsi
: tidak ada
Penyakit kelamin
: tidak ada
Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, menu nasi, lauk pauk,
sayur mayur, buah dan susu. Ibu tidak ada pantangan makanan selama hamil.
Minun
Obat-obatan/jamu
Merokok
4.
Riwayat persalinan
Pada tanggal 02 Desember 2011, pukul 12.35 WIB, bayi lahir spontan dan tidak langsung
menangis.
Persalinan
ong oleh
: Bidan S
Kelamin
: Laki-laki
PB
: 2630 gram/ 47 cm
ar Kepala
: Kala I
Kala II
: 32 cm
: jam 18.30-11.35 tanggal 01-12-2011 sampai 02-12-2011 (17 jam)
: jam 11.35-12.35 tanggal 02-11-2011
linan
-
Ibu
: tidak ada
Bayi
: sesak napas
5.
: ada
Keadaan BBL
Lahir
BB/PB
: 2630 gram/ 47 cm
Lk
: 32 cm
ASI/PASI
:-/-
Tangisan
: lemah
Tonus Otot
: (+)
Gerakan
: lemah
Down Score
Laju pernapasan
Merintih
: (1)
Retraksi
: (1)
Sianosis
: (1)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:3
Apgar Score
Nilai apgar
Jumlah
Nilai
Menit 1
Menit 5
Frekuensi
Usaha bernafas
Tonus otot
Reflek
Warna
tidak ada
tidak ada
lumpuh
tidak bereaksi
biru / pucat
< 100
lambat tidak teratur
eksflexy tidak aktif
gerakan tidak aktif
tubuh kemerahan
> 100
menangis kuat
gerakan aktif
menangis
kemerahan
Frekuensi
Usaha bernafas
Tonus otot
Reflek
Warna
tidak ada
tidak ada
lumpuh
tidak bereaksi
biru / pucat
< 100
lambat tak teratur
ekstremitas flexy sedikit
gerakan sedikit
tubuh kemerahan
> 100
menangis kuat
gerakan aktif
menangis
kemerahan
Resusitasi
Penghisapan Lendir
: (+)
Ambubag
:-
Masase Jantung
:-
: (+), O2 nasal
:-
Riwayat Imunisasi
Hb Unijek
:-
BCG
:-
Polio
:-
DPT/Hb
:-
Campak
:-
C. Data Obyektif
Keadaan Umum
Pemeriksaan Umum
: cukup
TTV
Suhu
: 36,1 oC
Pernapasan
: 56 x/menit
HR
: 154x/ menit
Saturasi O2 100 %
CRT < 2 detik
Down Score
-
Laju pernapasan
Merintih
: (1)
Retraksi
: (1)
Sianosis
: (-)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:2
Sesak berkurang
Pernapasan Cuping Hidung
: 3590 gram
Panjang badan
: 47 cm
Lingkar Kepala
: 32 cm
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kepala
: simetris, kulit rambut agak kotor, rambut hitam, tidak ada benjolan
Ubun-bun
: normal, datar
Muka
Mata
simetris,
tidak
ada
odema,
tidak
pucat,
tidak
icterus
Leher
Dada/thorax
: simetris, putting susu datar, warna coklat, terdapat tarikan dinding dada
Ketiak
Abdomen
Tali pusat
Punggung
Genetalia
Ekstriminitas atas
: simetris, tidak ada lesi, tidak ada kelainan gerak, tidak oedema,
gerakan aktif, tidak ada kelainan seperti polidaktili, sindaktili, Amelia, mikroamelia, pada
tangan kanan terpasang infuse
Ekstremitas Bawah
: simetris, tidak ada lesi, tidak ada kelainan gerak, tidak oedema,
gerakan aktif, tidak ada kelainan seperti polidaktili, sindaktili, Amelia, mikroamelia
-
Palpasi
Kepala
: tidak teraba benjolan, UUB datar, UUK belum menutup, teraba denyut ubun-
ubun.
Leher
Abdomen : tidak teraba benjolan, tidak teraba masa dan pembesaran hepar
-
Auskultasi
Dada
: Jantung
: normal
Paru-paru
Perkusi
Abdomen : tidak kembung
Reflek
x moro
: (+) , bayi terkejut saat petugas menepuk tempat tidur bayi secara mendadak
x rooting
: (+) bayi mencari kearah sumber rangsangan halus pada daerah disekitar pipi
x sucking
: (+) lemah , bayi menghisap kuat pada saat disusukan ke kedua payudara ibunya
owing Reflex : (+) bayi menelan saat di kasih cairan pada bagian dalam lidah bayi.
k babinsky
: (-) kaki bayi menendang tangan petugas kesehatan ketika disentuh telapak kakinya.
k Graphs
neck reflek
: (-) kepala bayi kembali ke keadaansemula saat bayi ditidurkan terlengang lalu kepala bayi
dimiringkan
Eliminasi
BAK
BAB
Pemeriksaan Penunjang
- Hematologi
DL
Hemoglobin
: 17,9 gr/dl
Leukosit
: 17.100/ cmm
Hematokrit
: 54,8 %
Trombosit
: 208.000/ cmm
- Golongan Darah
Golongan Darah Ibu
:O
: Menyokong adanya proses pneumonia kanan bawah, besar dan bentuk masih
- Terapi Dokter
Pemberian O2 1 Lpm
Pemberian Cairan Infus D10%, 1/5 NS 0,18 (300cc/ Jam)
Injeksi Meixam 3x150 mg
Injeksi Viccilin SX 2x375 mg
Pemberian Sonde 5ccx12
II.
: 36,1 oC
Pernapasan
: 56 x/menit
HR
: 154x/ menit
Saturasi O2 100 %
CRT < 2 detik
Down Score
-
Laju pernapasan
Merintih
: (1)
Retraksi
: (1)
Sianosis
: (-)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:2
Sesak berkurang
Pernapasan Cuping Hidung
Laboratorium
Hemoglobin
: 17,9 gr/dl
Leukosit
: 17.100/ cmm
Hematokrit
: 54,8 %
Trombosit
: 208.000/ cmm
: 2370 gram
Panjang badan
: 47 cm
Lingkar Kepala
: 32 cm
Masalah
Kebutuhan :
-
Pemberian O2
Observasi TTV
Asi Eksklusif
PASI
III.
IV.
Posisi Ekstensi
2.
3.
Pemberian O2
4.
Observasi TTV
5.
Jaga kehangatan
6.
Pemberian nutrisi
7.
Pemberian antibiotic
3x 150 mg
Dx
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2x24 jam diharapkan pernapasan normal dan
riteria
Suhu
: 36,5 0C 37, 5 0C
Nadi
RR
: 40 x/menit- 60x/menit
VI.
IMPLEMENTASI
Hari/tgl/jam
Rabu
Implementasi
Melakukan pendekatan pada Ibu dan keluarga dengan
07-12-2011
06.00
06.10
dengan
baik
ungkapan
yang
disampaikan,
06.20
PASI, dll
Melakukan cuci tangan menggunakan sabun dan air bersih
mengalir (12 langkah ) :
- melepas perhiasan dan meninggikan lengan baju.
- membuka kran air
- membasahi kedua tangan dengan air mengalir
TTD
06.25
06.30
06.40
06.45
06.50
06.55
RR : 40 x/menit
Monitoring intake cairan
-
Kamis 08-12-2011
14.00
14.15
-
16.00
VII. Evaluasi
1. Tanggal : 08-12-2011
S
: -
O : K/U Cukup
TTV
: Suhu : 36,8 0C
RR
: 56 x/menit
Sesak Berkurang
CRT < 2 detik
Down Score
-
Laju pernapasan
Merintih
: (-)
Retraksi
: (1)
Sianosis
: (-)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:1
- Lanjutkan Intervensi
Observasi TTV
Jaga kehangatan
Pemberian nutrisi
- Latihan ASI
- Lakukan advis dokter dalam pemberian terapi antibiotic
2. Tanggal : 09-12-2011
S
: -
O : K/U Cukup
TTV
: Suhu : 37,1 0C
RR
: 52 x/menit
Sesak Berkurang
CRT < 2 detik
Down Score
-
Laju pernapasan
Merintih
: (-)
Retraksi
: (1), berkurang
Sianosis
: (-)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:1
- Lanjutkan Intervensi
Observasi TTV
Jaga kehangatan
Pemberian nutrisi
- Latihan ASI
- Lakukan advis dokter dalam pemberian terapi antibiotic
: -
O : K/U Cukup
TTV
: Suhu : 36,7 0C
RR
: 48 x/menit
Laju pernapasan
Merintih
: (-)
Retraksi
: (-)
Sianosis
: (-)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:0
- Lanjutkan Intervensi
Observasi TTV
Jaga kehangatan
Pemberian nutrisi
- Latihan ASI
- Lakukan advis dokter dalam pemberian terapi antibiotic
4. Tanggal : 11-12-2011
S
: -
O : K/U Cukup
TTV
: Suhu : 36,3 0C
RR
: 52 x/menit
Laju pernapasan
Merintih
: (-)
Retraksi
: (-)
Sianosis
: (-)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:0
- Lanjutkan Intervensi
Observasi TTV
Jaga kehangatan
Pemberian nutrisi
- Latihan ASI
- Lakukan advis dokter dalam pemberian terapi antibiotic
5. Tanggal : 12-12-2011
S
: -
O : K/U Baik
TTV
: Suhu : 37,10C
RR
: 46 x/menit
Laju pernapasan
Merintih
: (-)
Retraksi
: (-)
Sianosis
: (-)
Air Entry
: (-)
Jumlah
:0
- Lanjutkan Intervensi
Observasi TTV
Jaga kehangatan
- Latihan ASI
- Kolaborasi dengan dokter
Foto Thorax ke 2
- Rencana KRS