Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Pneumonia
adalah penyakit infeksi akut paru yang disebabkan terutama oleh bakteri dan
paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. Pneumonia
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah
lima tahun (balita) (Said, 2010).
Pneumonia adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh bakteri, virus
atau jamur. Gejala pneumonia dapat bervariasi dari ringan sampai berat.
Pengobatannya tergantung pada penyebab, seberapa parah gejala, usia, dan
kesehatan secara keseluruhan. Kebanyakan orang yang sehat sembuh dari
pneumonia dalam satu sampai tiga minggu, namun pneumonia dapat
mengancam jiwa. Kabar baiknya adalah bahwa pneumonia dapat dicegahdengan mendapatkan vaksinasi flu tahunan (flu sering menyebabkan
pneumonia), sering mencuci tangan, dan untuk orang yang berisiko tinggi
harus mendapatkan vaksin untuk pneumonia pneumokokus (American Lung
Association, 2016).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah peradangan
pada parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa
distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution). Konsolidasi bercak
berpusat disekitar bronkus yang mengalami peradangan multifokal dan
biasanya bilateral. Konsolidasi pneumonia yang tersebar (patchy) ini biasanya
mengikuti suatu bronkitis atau bronkiolitis.
Bronkopneumonia adalah peradangan
pada
parenkim
paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau pun benda asing yang ditandai
dengan gejala panas yang tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
muntah, diare, serta batuk kering dan produktif.
B. KLASIFIKASI BRONKOPNEUMONIA
1. Berdasarkan Predileksi
2. Berdasarkan umur
a. Klasifikasikasi gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan
1) Bronkopneumonia berat, adanya nafas cepat (fast breating) yaitu
frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau
adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke
dalam (severe chest indrawing).
2) Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat atau
penarikan dinding dada.
b. Klasifikasi gejala ISPA untuk golongan umur 2 bulan 5 tahun
1) Bronkopneumonia sangat berat, adanya batuk atau kesukaran
bernafas disertai nafas sesak atau tarikan dinding dada bagian
bawah ke dalam (chest indrawing).
2) Bronkopneumonia berat, adanya batuk atau kesukaran bernafas
disertai adanya nafas cepat sesuai umur. Batas nafas cepat ( fast
breathing) pada anak umur 2 bulan - 1 tahun adalah 50 kali atau
lebih per menit dan untuk anak umur 1 - 5 tahun adalah 40 kali
atau lebih permenit.
3) Bukan bronkopneumonia, batuk tanpa pernafasan cepat atau
penarikan dinding dada
C. ETIOLOGI BRONKOPNEUMONIA
Bronkopneumonia dapat juga dikatakan suatu peradangan pada parenkim
paru yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur.20 Bakteri seperti Diplococus
pneumonia, Pneumococcus sp, Streptococcus sp, Hemoliticus aureus,
Haemophilus influenza, Basilus friendlander (Klebsial pneumonia), dan
Mycobacterium tuberculosis. Virus seperti Respiratory syntical virus, Virus
influenza, dan Virus sitomegalik. Jamur seperti Citoplasma capsulatum,
Criptococcus nepromas, Blastomices dermatides, Cocedirides immitis,
Aspergillus sp, Candinda albicans, dan Mycoplasma pneumonia.
Meskipun
hampir
semua
organisme
dapat
menyebabkan
bronkopneumonia, penyebab yang sering adalah stafilokokus, streptokokus,
H. influenza, Proteus sp dan Pseudomonas aeruginosa. 18 Keadaan ini dapat
disebabkan oleh sejumlah besar organisme yang berbeda dengan patogenitas
yang bervariasi. Virus, tuberkolosis dan organisme dengan patogenisitas yang
rendah dapat juga menyebabkan bronkopneumonia, namun gambarannya
bervariasi sesuai agen etiologinya.
D. PATOFISIOLOGI BRONKOPNEUMONIA
Dalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara
daya tahan tubuh sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
berakibat timbulnya infeksi penyakit.
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui
jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada dinding alveoli
dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli
membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu :
1. Stadium I/Hiperemia (4 12 jam pertama/kongesti)
F. MANIFESTASI KLINIS
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-400 C
dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispnue, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal
penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, pada awalnya
berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan, inspeksi : perlu diperhatikan adanya
tahipnue, dispnue, sianosis sekitar hidung dan mulut, pernapasan cuping
hidung, distensi abdomen, retraksi sela iga, batuk semula nonproduktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Palpasi : suara
redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin
meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan
(tachicardia). Perkusi : suara redup pada sisi yang sakit. Auskultasi, auskultasi
sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung/mulut
bayi. Pada anak yang bronkopneumonia akan terdengar stridor.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Foto Rongen
Interstitial pneumonia,
apabila
gambaran
infiltrat
pada
yang
berkisar
antara
15.000-
40.000/mm3
dengan
predominan
PMN.
Leukopenia
(30.000/mm3)
hampir
selalu
tingkat
pertama
ini
merupakan
upaya
untuk
mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang
yang sehat agar tidak sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat
berupa pencegahan umum dan pencegahan khusus.
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko
terhadap kejadian bronkopneumonia. Upaya yang dapat dilakukan anatara
lain :
a. Memberikan imunisasi
b. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara memberika ASI pada bayi
neonatal sampai berumur 2 tahun dan makanan yang bergizi pada
balita.
c. Mengurangi polusi lingkungan seperti polusi udara dalam ruangan dan
polusi di luar ruangan.
d. Mengurangi kepadatan hunian rumah.
2. Pencegahan Sekunder
Tingkat pencegahan kedua ini merupakan upaya manusia untuk
mencegah orang telah sakit agar sembuh, menghambat progesifitas
penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan.
Pencegahan sekunder meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat
sehingga dapat mencegah meluasnya penyakit dan terjadinya komplikasi.
Upaya yang dilakukan antara lain :
a. Bronkopneumonia berat : rawat di rumah sakit, berikan oksigen, beri
antibiotik benzilpenisilin, obati demam, obati mengi, beri perawatan
suportif, nilai setiap hari.
b. Bronkopneumonia : berikan kotrimoksasol, obati demam, obati mengi.
c. Bukan Bronkopneumonia : perawatan di rumah, obati demam.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan ini dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan
dan mengadakan rehabilitasi. Upaya yang dapat dilakukan anatara lain :
a. Memberi makan anak selama sakit, tingkatkan pemberian makan
setelah sakit.
b. Bersihkan hidung jika terdapat sumbatan pada hidung yang
menganggu proses pemberian makan.
c. Berikan anak cairan tambahan untuk minum.
d. Tingkatkan pemberian ASI.
e. Legakan tenggorok dan sembuhkan batuk dengan obat yang aman.
DAFTAR PUSTAKA
1. Susilaningrum, Rekawati, dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak.
Jakarta : Salemba Medika
2. Misnadiarly. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumonia pada Anak,
Orang Dewasa, Usia Lanjut, Pneumonia Atipik & Pneumonia Atypik
Mycobacterium. Ed 1 Jakarta, Pustaka Obor Populer
3. Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawata. Alih bahasa :
Esty Wahyuningsih, editor bahasa Indonesia, Dwi Widharti. Jakarta: EGC
4. American Lung Association. 2016. Pneumonia. Chicago