Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
ADDISON DISEASE
MAKALAH
oleh
Kelompok 8
MAKALAH
disusun sebagai pemenuhan tugas Keperawatan Medikal dengan dosen
pengampu: Ns. Lantin Sulistyorini,S.Kep.,M.Kes.
oleh
Mega Rani Wulandari
142310101086
142310101094
142310101104
142310101120
ini
disebut
insufficiency(hypocortisolism)
sebagai
atau
primary
Addison'
adrenocortical
disease.
Apabila
1.2 Epidemiologi
Penyakit Addison adalah penyakit yang jarang dan dapat terjadi pada
pria maupun wanita. Onset penyakit ini dapat terjadi pada semua usia.
Frekuensi penyakit Addison pada populasi manusia diperkirakan 1 dari
100.000. Beberapa penelitian dan informasi mendapatkan 40-60 kasus
dalam 1 juta populasi. 5-6 kasus dalam 1 juta populasi pertahun di US dan
dilaporkan sekitar 8 dalam satu juta populasi di UK. Faktor etnis
disebutkan tidak signifikan dalam epidemiologi penyakit Addison.
Tingkat kematian untuk penyakit Addison adalah 1,4 kematian per juta
kasus per tahun. Perkiraan ini sudah usang karena insiden TB terkait
penyakit Addison lebih besar ketika data ini dikumpulkan. Sebuah studi
Swedia melaporkan bahwa tingkat relatif dari kematian pada pasien
penyakit Addison adalah 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan
sebelumnya. Keganasan, penyakit menular, dan kejadian kardiovaskular
adalah penyebab yang bertanggung jawab atas meningkatnya angka
kematian menjadi lebih tinggi. Diabetes melitus tercatat pada 12% dari
populasi ini, tetapi menyumbang hanya dalam jumlah kecil dengan tingkat
mortalitas secara keseluruhan lebih tinggi.
Berdasarkan seks Rasio laki-perempuan adalah 1:1.5-3.5. Berdasarkan
umur Addison penyakit dapat terjadi pada orang dari segala usia, namun
paling sering terjadi pada orang berusia 30-50 tahun. Ekspresi antibodi
korteks adrenal (ACAs) pada pasien tanpa gejala penyakit Addison
merupakan risiko yang signifikan terhadap pengembangan insufisiensi
adrenal. Risiko bervariasi dengan usia, anak-anak memiliki risiko tinggi
perkembangan dibandingkan dengan orang dewasa, dimana ekspresi
ACAs merupakan risiko 30% dari pengembangan menjadi penyakit
Addison (Liotta EA et all 2010).
1.3 Etiologi
Ketidakmampuan memproduksi hormon kortisol yang adekuat disebut
juga insufisiensi adrenal terjadi karena beberapa hal. Keadaan tersebut
disebabkan oleh gangguan di kelenjar itu sendiri (insufisiensi adrenal
addison
disebabkan
oleh
adrenal
yang
dapat
diperiksa
dengan
cara
kelenjar
Adrenal
akibat
tuberkulosis
tumor,
hemokromatosis.
7) Perdarahan
sarkoidosis,
penyakit
amiloid
dan
kelenjar
adrenal
mungkin
termasuk
adrenokortikal
menghasilkan
penurunan
level
aldosteron
ketidakseimbangan
menyebabkan
elektrolit.Secara
kebanyakan
normal,
aldosteron
cairan
dan
mendorong
meluasnya
gangguan
krisi
Addison
(insufisiensi
adrenal
akut).Akhirnya,
kelenjar
adrenal
atau
infeksi
pada
kedua
kelenjar
dari krisis addison. Diare kurang umum daripada nausea, vomitus dan
nyeri abdomen dan terjadi pada sekitar 20% pasien. Jika dijumpai diare,
biasanya akan disertai dengan komplikasi dehidrasi dan harus segera
dihidrasikan. Gejala flu berulang telah dilaporkan dalam beberapa kasus.
Gangguan mood termasuk depresi, iritabilitas, dan konsentrasi
menurun. Diagnosis mungkin tertunda karena depresi komorbid atau
penyakit kejiwaan lainnya (Gardner DG et all 2007). Temuan fisik
termasuk hiperpigmentasi pada kulit dan membran mukosa, berkurangnya
rambut pubis dan aksila pada wanita, vitiligo, dehidrasi, dan hipotensi.
Membran mukosa oral hiperpigmentasi merupakan patognomonik untuk
penyakit ini (Liotta EA et all 2010). Pigmentasi pada penyakit Addison
disebabkan karena timbunan melanin pada kulit dan mukosa. Pigmentasi
juga dapat terjadi pada penderita yang menggunakan kortikosteroid jangka
panjang, karena timbul insufisiensiadrenal dengan akibat meningkatnya
hormon
adrenokortikotropik.
Hormon
adrenokortikotropik
ini
atau
peningkatan
kadar
steroid
urin
setelah
BAB 2. PATHWAYS
Kerusakan
Putuitari
Kerusakan
kelenjer adrenal
Penurunan Kadar
Aldesteron
Ketidakseimbangan
elektrolit
Penurunan
sekresi ACTH
MSH
Penyerapan Na
(hiponatremia)
Peningkata
n
reabsrobi K
(hiperkalsemia)
pigmentasi
Peningkatan
ekskresi air
Hilangnya volume
ekstra seluler
(dehidrasi)
Kekurangan
Volume Cairan
Penurunan
Androgen
Kortisol
kulit
Warna kulit
menjadi
Penurunan
glikosteroid
Penurunan
glukoseogenesi
s
Penurunan
hormone
testosterone,
prgesteron
Penurunan libido
dan hilangnya
rambut pubis
Hipoglikem
Penurunan
glikogen
hati
Disfungsi
Seksualitas
kelabu
Ganggguan
Citra Tubuh
Kelemaha
n otot
Lemah
dan lelah
Intolerasi
Aktifitas
Penyemb
uhan
luka
lambat
Menurunny
a tahanan
vaskuler
veriver
Anoreksia
Penurunan
BB
Mual dan
muntah
Ketidakseimb
angan Nutrisi
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus
Ny.A datang bersama suaminya yaitu Tn.A ke RS Citra
Husada berusia 35 tahun, datang dengan keadaan lemah.
Klien mengatakan bahwa 2 hari tidak enak makan dan
merasa mual muntah dan terdapat nyeri pada abdomen
saat di tekan. Selain itu klien juga mengatakan bahwa dari
kemaren sering keluar masuk kamar mandi sekitar 5 kali
dalam sehari. Klien mengatakan bahwa tidak mampu untuk
melakukan aktivitas apapun sehingga hanya berbaring di
tempat tidur. Klien juga telihat sangat kurus dan menurut
keluarga
klien
mengalami
penurunan
berat
badan
a. Identitas Klien
Berdasarkan umur Addison penyakit dapat terjadi pada orang dari
segala usia, namun paling sering terjadi pada orang berusia 30-50
tahun. Berdasarkan seks Rasio laki-laki dan perempuan adalah 1 :
1,5-3,5
b. Riwayat Kesehatan
1) Diagnosa Medik : Addison Disease
2) Keluhan Utama
Klien mengatakan bahwa 2 hari tidak enak makan
dan merasa mual muntah dan terdapat nyeri pada
abdomen
saat
di
tekan.
Selain
itu
klien
juga
pernah
yang
mengalami
tersebut.
b) Alergi (obat, makanan, plaster, dll)
Ny.A tidak ada alergi obat atau makanan
5) Riwayat Penyakit Keluarga
penyakit
Gejala:
a) Diare sampai dengan adanya kontipasi
b) Kram abdomen.
c) Perubahan frekuensi dan karateristik urine.
Tanda: Diuresis yang diikuti dengan oliguria.
5) Makanan/cairan
Gejala:
a) Anoreksia berat (gejala utama), mual/muntah
b) Kekurangan zat garam
c) Berat badan menurun dengan cepat.
Tanda: Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
6) Neurosensori
Gejala:
a) Pusing, sinkope (pingsan sejenak), gemetar.
b) Sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti oleh diaforesis,
kelemahan otot.
c) Penurunan toleransi
terhadap
keadaan
dingin
atau
stres.
Kesemutan/baal/lemah.
Tanda:
a) Disorentasi terhadap waktu, tempat, dan ruang (karna kadar
natrium rendah), latergi, kelemahan mental, peka rangsang, cemas,
koma (dalam keadaan krisis)
b) Parastesia, paralisis (gangguan fungsi motorik akibat lesi), astenia
(pada keadaan krisis).
c) Rasa kecap/penciuman
berlebihan,
ketajaman
pendengaran
meningkat.
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala:
a) Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala.
b) Nyeri tulang belakang, abdomen, ekstermitas (pada keadaan
krisis).
8) Pernapasan
Gejala: Dipsnea
Tanda: Kecepatan pernapasan meningkat, takipnea, suara napas,
krakel, ronki (pada keadaan infeksi)
9) Keamanan
Gejala: Tidak toleran terhadap panas, cuaca (udara) panas.
Tanda:
a) Hiperpigmentasi kulit (coklat, kehitaman karena kena sinar
matahari atau hitam seperti perunggu) yang menyeluruh atau
berbintik-bintik.
b) Peningkatan suhu, demam yang diikuti dengan hipotermia
(keadaan krisis).
c) Otot menjadi kururs
d) Gangguan tidak mampu berjalan.
10) Seksualitas
Gejala:
a) Adanya riwayat menopouse dini, amenorea.
b) Hilangnya tanda-tanda seks sekunder (misal: berkurangnya
rambut-rambut pada tubuh terutama pada wanita.
c) Hilangnya libido.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Lemah
2) Tanda-Tanda Vital
Suhu : 36,8 C
Nadi : Takikardi 110x/menit
TD
: 90/70 mmHg
RR
: Takipnea 24x/menit
3) Kepala dan Wajah
Wajah pucat, tulang kepala normal, terdapat nyeri kepala karena
hipotensi
4) Mata
Simestris, konjungtiva merah muda, tidak terdapat lesi dan
benjolan, selera putih
5) Telinga
Tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan
6) Hidung
Tidak ada lesi, bentuknya simetris, tidak ada gangguan penciuman
7) Mulut
Mukosa mulut kering, lidah terlihat pucat, tidak ada lesi pada gusi
8) Leher
I : tidak ada massa, tidak ada pembesaran vena jugularis
P :tidak ada pembesaran tiroid, tidak ada nyeri tekan
9) Dada / Thorak
Pemeriksaan paru :
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi
otot bantu nafas(dipsneu), terdapat pergerakan cuping hidung
P : Terdapat pergesekan dada tinggi
P : Resonan
A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi
Pemeriksaan Jantung :
I : Ictus Cordis tidak tampak
P : Ictus Cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
P : Redup
A : Suara jantung melemah
10) Abdomen
I : Bentuk simetris
A : Bising usus meningkat
P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen
P : Timpani
11) Genatalia dan Sekitar Anus
Terdapat Hemoroid
12) Ekstremitas
Pasien tampak lemah, terdapat nyeri, penurunan tonus otot,
penurunan rentang gerak, kelemahan otot, atrofi otot
13) Kulit dan Kuku
I : kulit kering, telapak tangan dan kaki pucat
P : tidak ada nyeri tekan, turgor kering
14) Status dan neurologis
Gemetar, kesemutan, disorientasi waktu, letargi, kelelahan mental,
cemas, peka rangsangan
e. Terapi
1) Infus NaCl 0,9% 2000 cc/ 24 jam
2) Ceftriaxone 2x1 gram , IV
3) Dexamethasone 2 x1 amp, IV
4) Ranitidine 3x1 amp, IV
5) Novalgin 3x1 amp, IV
6) Neurobion 1x1 Amp, IM
7) Paracetamol 3 x 500 mg
Pada pasien
5,8 meq/L
121 meq/L
62 mg/dl
48 mg/dl
1,0 mg/dl
Normal
3,1-4,3 meq/L
135 meq/L
70-115 mg/dl
8-26 mg/dl
0,5-1,3 mg/dl
Keterangan
Meningkat
Menurun
Menurun
Meningkat
Normal
Cairan
berhubungan
dengan
dengan
penurunan
Diagnosa Keperawatan
o
1
Kekurangan
Cairan
dengan
NOC
Volume Setelah
NIC
dilakukan
klien
dapat
keseimbangan
cairan
dan
elektrolit.
Kriteria Hasil :
a. TTV
normal
dalam
Rasional
batas
(N:80-100
x/mnt S: 36-370C ,
dan
intensitas
gejala
dari
penurunan
volume
total
cairan.
b. Hipotensi postural
merupakan bagian
hipovolemia akibat
cepat,
pengisian
kapiler
mukosa
kering,
kekurangan
hormon aldosteron
dan
curah
penurunan
jantung
jam
(0,5-
kenyaman
pengobatan. Kenaikan BB
1cc/kgBB/jam)
dari cahaya atau sejenisnya.
cairan dan natrium akibat
f. Turgor kulit elastis. i. Anjurkan pasien untuk istirahat
pengobatan steroid.
g. Membran
mukosa
lebih banyak.
d. Untuk
mengindikasikan
klien baik / lembab. j. Anjurkan cairan oral > 3000
berlanjutnya hipovolemia
h. BB ideal: (TB-100)ml/hr
sesuai
dengan
dan
mempengaruhi
10%(TB-100)
kemampuan pasien.
kebutuhan pengobatan.
k. Kolaborasi pemberian cairan
e. Dehidrasi
berat
(larutan salin dan larutan
menurunkan curah jantung
glukosa).
dan perfusi jaringan otak.
l. Kolaborasi
pemberian
obat
f. Kerusakkan fungsi cairan
(kortison).
cerna
menigkatkan
m. Kolaborasi tentang pasang
kehilangan cairan dan
/pertahankan kateter.
n. Pantau
pemeriksaan
elektrolit.
g. Membantu
menurunkan
laboratorium.
rasa tidak nyaman dan
pertahankan
kerusakkan
membran mukosa.
h. Menghindari
berlebih
panas
mencegah
kehilangan cairan.
i. Mengurangi
membatasi
dan
hipotensi
penurunan
memungkinkan
pemberian cairan.
k. Sebagai cairan pengganti
untuk
mengatasi
kekurangan natrium.
l. Obat
pilihan
untuk
mengganti
kekurangan
kreatini
kerusakkan
2
Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
kebutuhan
berhubungan
hipoglikemia
tingkat
sel
karena dehidrasi.
Setelah dilakukan tindakan a. Catat adanya kulit yang dingin a. Gejala hipoglikemia dengan
dari keperawatan selama 3x24 jam
tubuh kebutuhan
nutrisi
klien
a. Adanya peningkatan BB
sesuai tujuan.
b. BB ideal sesuai TB : (TB100)-10%(TB-100).
c. Mampu mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi.
d. Tidak ada tanda-tanda mal
dan
nyeri
pemberian
kepala,
sempoyongan.
b. Berikan lingkungan
nyaman
untuk
dan
mungkin
pemberian
perlu
glukosa
dan
tambahan
yang
glukokortikoid.
makan b. Lingkungan yang nyaman
yang
menu pilihan.
disukai dapat merangsang
nutrisi.
d. Pertahankan status puasa
nafsu
makan
dan
e. Tidak terjadi penurunan
sesuai indikasi.
meningkatkan
intake
BB yang berarti
e. Lakukan
pemeriksaan
f. TTV dalam batas normal (
makanan.
terhadap kadar gula darah
d. Mengistirahatkan
Nadi: 80-100x/menit, TD:
sesuai indikasi.
gastrointestinal,
120/80 mmHg, Suhu: 36- f. Kolaborasi
dengan
mengurangi rasa tidak enak
370C, dan RR: 16memberikan glukosa IV dan
24x/menit).
berhubungan
dengan muntah.
e. Mengkaji kadar gula darah
dan kebutuhan terapi, jika
menurun
sebaiknya
pemberian
glukokortikoid
dikaji kembali
f. Memperbaiki hipoglikemia,
dan
3
Intoleransi
aktifitas Setelah
berhubungan
penurunan
energi
dilakukan
cairan
elektrolit
kelemahan otot.
batas
normal
klien
dan
kemampuan
kaji
klien
untuk beraktivitas.
b. Pantau TTV sebelum, selama,
kelemahan
tingkat
saat
beraktivitas.
b. Mampu menyeimbangkan
dan
asupan
asuhan a. Tentukan
memberikan
setelah
aktivitas
mengalami
tenaga,
penurunan
kelelahan
otot
setiap hari.
; b. Kolapsnya sirkulasi dapat
tanda
vital
tidak
dalam
terus meningkat.
c. Memastikan
sumber
tidak
dapat
ditoleransi.
c. Pantau asupan nutrisi.
dalam d. Rencanakan aktivitas bersama
kemampuan.
d. Berpartisipasi
aktivitas.
e. TTV dalam batas normal
(N:
80-100x/mnt,
120/80mmHg,
S:
energy
meningkatkan
kemandirian
dan ketahanan.
36- e. Bantu klien untuk mengubah
posisi
secara
yang
adekuat.
d. Mengurangi kelelahan dan
mencegah ketegangan pada
jantung.
pasien dan keluarga yang e. Untuk melatih
TD:
-sumber
otot-otot
berkala,
Gangguan
citra
berhubungan
hiperpigmentasi
tubuh Pasien
mengungkapkn
perasaan
peningkatan
hubungan
dan
keterbukaan
tentang
keadaannya,
Ditandai dengan :
Pasien
menunjukkan
kemampuan
terhadap
adaptasi
perubahan
yang
tidak menghakimi
b. Dorong
pasien
membuat
daftar
orang terdekat.
c. Dorong
pasien
berguna
dan
merasa
dalam
membuat
berpartisipasi
pilihan
dalam
perawatan diri.
d. Sarankan
pasien
menggunakan
management
dan
membantu
untuk
meningkatan
tingkat
ketrampilan
kepercayaan
diri,
stres,
misal:
perasaan
koping
kemampuan
dan
untuk
dan
mengendalikan diri.
kelompok e. Dapat menolong pasien
yang
telah
komprehensif
pasien
untuk
Disfungsi
seksual
penurunan
b.d Pasien
dapat
perubahan
menerima a. Bantu
struktur
tubuh
yang
ditandai yang
dialaminya
dengan
pasien
mengekspresikan
untuk
perubahan
dicapai
(seperti
kenyamanan
posisi
dalam
seksual,
yang
juga
diinginkan
dalam hubungan)
c. Berikan pendidikan kesehatan
tentang
seksual.
penurunan
fungsi
a. Mengungkapkan
permasalahan
b. Memberikan
solusi
fungsi
Diagnosa Keperawatan
Implementasi
Kekurangan
Volume
Cairan a. Mempertahankan catatan intake dan output yang
berhubungan
ketidakseimbangan
output
dengan
input
b.
dan
c.
d.
e.
f.
akurat.
Memonitor status hidrasi.
Memonitor TTV.
Memonitor masukan makanan atau cairan.
Berkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi.
Mendorong keluarga untuk membantu pasien
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
makan.
Hipovolemia management.
Memonitor status cairan.
Memonitor tingkat HB dan HT.
Memonitor berat badan.
Mendorong pasien untuk menambah intake oral.
Memberian cairan IV.
Memonitor adanya tanda dan gejala kelebihan
volume cairan.
n. Memonitor adanya tanda gagal ginjal.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang a. Mencatat adanya kulit yang dingin atau basah,
TTD
Kelompo
k8
Kelompo
dari
kebutuhan
berhubungan
tubuh
dengan
b.
hipoglikemia
k8
penurunan
produksi
mengkaji
tingkat
kemampuan
klien
untuk
beraktivitas.
b. Memantau TTV sebelum, selama, dan setelah
aktivitas ; hentikan aktivitas jika tandatanda vital
tidak dalam rentang normal bagi klien atau jika
ada tandatanda bahwa aktivitas tidak dapat
ditoleransi.
c. Memantau asupan nutrisi.
d. Merencanakan aktivitas bersama pasien dan
keluarga yang meningkatkan kemandirian dan
Kelompo
k8
ketahanan.
e. Membantu klien untuk mengubah posisi secara
berkala, bersandar, duduk, berdiri, dan ambulasi
Gangguan
berhubungan
Citra
sesuai toleransi.
Tubuh a. Memberi
kesempatan
dengan
hiperpigmentasi
mengungkapkan
pasien
untuk
Kelompo
k8
orang terdekat.
c. Mendorong pasien untuk membuat pilihan dan
berpartisipasi dalam perawatan diri.
d. Menyarankan pasien untuk menggunakan
ketrampilan management stres, misal: teknik
relaksasi, visualisasi dan bimbingan imajinasi.
e. Menyarankan untuk mengunjungi seseorang yang
penyakitkan telah terkontrol.
f. Tindakan kolaborasi dengan: rujuk ke pelayanan
sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai
kebutuhan
Disfungsi seksual b.d penurunan a. Membantu
libido/perubahan struktur tubuh
yang ditandai dengan perubahan
pasien
untuk
mengekspresikan
Kelompo
k8
dalam
seksual
mencapai
kepuasaan
kesehatan
tentang
Tanggal
Evaluasi
S
merasakan haus
O : Turgor kulit elastis
Membran
mukosa
A
P
S
O
TTD
baik/lembab
: Masalah teratasi
: Hentikan Intervensi
: Klien mengatakan nafsu
nafsu makan meningkat
: Berat badan meningkat
ok 8
Kelomp
ok 8
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
S : Klien mengatakan sudah
Kelomp
dapat melakukan aktivitas
ok 8
O : Klien tampak kuat
Saturasi Oksigen normal
TTV normal
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
S : Klien mengatakan bahwa
Kelomp
sudah menerima jika
ok 8
kulitnya
mengalami perubahan
O : Klien tampak lebih percaya
diri terhadap perubahan yang
dialaminya
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
S : Klien mengatakan lebih
Kelomp
percaya diri
O : klien sudah mengungkapkan ok 8
perasaan dan
mengekspresikan nyaman
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Behrman & Kliegman, 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta: EGC
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice C. Geisser.
2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Ganong WF. Medula dan korteks adrenal. Dalam:
Ganong WF. Editor. Fisiologi kedokteran. Edisi 10. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Harijanto, Robert. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Manuaba, Ida., dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Sabiston, David. 1995. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzzane C. dan Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah
Vol.2 Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC
http://www.lifeextension.com/protocols/metabolic-health/adrenal-disorders/page03 (diakses pada tanggal 28 Oktober 2016)
http://dokumen.tips/documents/addison-disease-558495108b06d.html(diakses
pada tanggal 28 Oktober 2016)