Sunteți pe pagina 1din 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Salah satu tujuan pernikahan yaitu memiliki keturunan. Keturunan

merupakan sesuatu hal yang sangat diinginkan dalam pernikahan, tetapi banyak
sekali pasangan yang memiliki berbagai masalah dalam memperoleh keturunan.
Banyak solusi yang akan dipilih seperti adopsi, poligami, dan inseminasi buatan
dengan membeli sperma di bank sperma. Penggunaan sperma dari bank sperma
merupakan permasalahan etika kedokteran dan penentuan hukum Islam terutama
dalam hal perkawinan sehingga harus ditanggapi serius mengingat pesatnya
kemajuan teknologi dalam bidang kedokteran.
Pada tahun 1790, seorang wanita dengan sperma suaminya berhasil
melakukan inseminasi buatan. Namun, butuh berabad-abad untuk masyarakat
menerima ide menggunakan sperma dari seorang pria selain suami untuk
mendapatkan kehamilan. Kehamilan manusia sukses dengan sperma beku pertama
kalinya terjadi pada tahun 1953 dan ini memicu terbentuknya bank sperma
(Pavelic, 2016).
Kehadiran bank sperma didirikan pertama kali di Amerika serikat (AS).
Bank sperma menjadi pengaruh yang sangat besar terhadap pasangan suami-istri
atau juga pada seorang wanita yang tidak mau menikah tetapi ingin mempunyai

keturunan. Mereka pergi ke bank sperma dengan membeli jenis air mani
berdasarkan etnik, bentuk fisik, latar belakang pendidikan dan kesehatan
penderma sperma. Bank sperma dibangun dengan tujuan komersialisasi dan juga
bersifat sebagai sarana penyimpanan sperma yang akan digunakan untuk
inseminasi buatan dikemudian hari (Walters, 2009).
Dalam pandangan Islam, bank sperma dan inseminasi buatan menjadi
masalah baru yang memang tidak terjadi pada zaman Rasullulah SAW. Oleh
karena itu masalah ini harus dicarikan jawabannya demi kemaslahatan dan
menegakkan hukum Islam yang harus berkembang mengikuti perkembangan
zaman supaya umat Islam tidak menyimpang dari kebenaran
Maka dari itu etika kedokteran dan agama Islam akan menjadi jawaban
dalam masalah isu moral tersebut bagi masyarakat umum dan tenaga medis
khususnya yang beragama Islam, bukan tentang kemungkinan keberhasilan dari
proses tersebut tetapi tentang nilai, norma, legalitas, dan kerancuan pada status
dan nasab dari proses tersebut dilakukan.
1.2.

Permasalahan
1. Apa yang dimaksud dengan bank sperma ?
2. Bagaimana pandangan etika kedokteran mengenai bank sperma dan
komersialisasinya?
3. Apa yang menjadi dasar pengecualian dari pelegalan penyimpanan sperma
di bank sperma?
4. Bagaimana pandangan

Islam

mengenai

bank

sperma

dan

komersialisasinya?

5. Bagaimana status anak hasil inseminasi dari bank sperma tersebut dalam
Islam?
1.3.

Tujuan
A. Tujuan Umum
Agar dokter muslim dan masyarakat lebih mengetahui nilai dan norma

serta legalitas tentang bank sperma dari pandangan kedokteran dan Islam.

B. Tujuan Khusus
1. Mendapatkan informasi tentang cara pengambilan sperma
2. Mendapatkan informasi tentang cara penyimpanan di bank sperma
3. Mendapatkan informasi tentang cara komersialisasi sperma di bank
sperma
4. Mendapatkan informasi tentang pandangan etika kedokteran mengenai
bank sperma dan komersialisasinya
5. Mendapatkan informasi tentang pandangan Islam mengenai bank sperma
1.4.

Manfaat
1. Bagi penulis, diharapkan menambah pengetahuan tentang bank sperma
ditinjau dari etika kedokteran dan Islam, sehingga dapat menambah
pengetahuan bagi penulis tentang cara pembuatan karya ilmiah yang baik
dan benar
2. Bagi Universitas YARSI, untuk menambah karya tulis terutama mengenai
bank sperma ditinjau dari kedokteran dan Islam, sehingga bermanfaat
untuk civitas akademika, khususnya mahasiswa kedokteran
3. Bagi masyarakat, diharapkan skripsi ini bermanfaat untuk mengetahui

mengenai nilai dan norma serta legalitas bank spema ditinjau dari etika
kedokteran dan Islam serta dapat mengaplikasikannya

S-ar putea să vă placă și