Sunteți pe pagina 1din 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yangberdampak pada produktivitas
dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia.
Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatansuatu negara. Walaupun
belum ada survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita
DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status
sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama
dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar
antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata
dan ginjal.
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut
berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi
atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas.
Ada 2 macam type DM :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat
kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang
menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering
haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada
usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang
ada

tidak

dapat

bekerja

dengan

baik,

kadar

insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme
glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia,
75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui
DM setelah usia 30 tahun.

DM tipe III atau disebut Diabetes mellitus gestasional (bahasa Inggris: gestational diabetes,
insulin-resistant type 1 diabetes, double diabetes, type 2 diabetes which has progressed to require
injected insulin, latent autoimmune diabetes of adults, type 1.5" diabetes, type 3 diabetes, LADA)
atau diabetes melitus yang terjadi hanya selama kehamilan dan pulih setelah melahirkan, dengan
keterlibatan interleukin-6 dan protein reaktif C pada lintasan patogenesisnya. GDM mungkin dapat
merusak kesehatan janin atau ibu, dan sekitar 2050% dari wanita penderita GDM bertahan hidup
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dinamakan diabetes mellitus ?
2. apa penyebab diabetes mellitus ?
3. Tanda dan gejala ada diabetes mellitus ?
4. Bagaimana cara pengobatannya ?
5. Komplikasi ?
1.3 Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan pada pasien diabetes mellitus

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI PANKREAS
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki fungsi utama yakni untuk
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Kalenjar pankreas terletak pada bagian belakang lambung dan berhubungan erat dengan duodenum
(usus dua belas jari). Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti pulau pada peta,
karena itu acapkali disebut pulau-pulau Langerhans. Dinamakan Langerhans atas penemunya, Paul
Langerhans pada tahun 1869. Setiap pulau berisikan sel beta yang berfungsi mengeluarkan hormon

insulin. Dimana hormon insulin memegang peran penting dalam mengatur kadar glukosa darah.
Tiap pankreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau Langerhans dan tiap pulau berisi 100 sel beta.
Disamping sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja sebaliknya dari insulin
yaitu mengingkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang mengeluarkan somatostatin.
(www.klikdokter.com)
Selain itu terdapat sel f menghasilkan polipeptida pankreatik, yang berperan mengatur fungsi eksokrin
pancreas.(dr Jan Tamboyang,:2001:75)
1. Glucagon
Sasaran utama glikagon adalah hati, dengan;
a) Merombak glikogen menjadi glukosa(glikogenolisis)
b) Sintesis glukosa dari asam laktat dan dari molekul non-karbohidrat seperti asam lemak dan asam
amino(glukoneogenesis)
c) Pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati, sehingga gula darah naik
Sekresi glucagon dirangsang turunnya kadar gula darah, juga naiknya kadar asam amino darah(setelah
makan banyak protein). Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang tinggi oleh somatosmatin.
2. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan molekul 5808 untuk insulin manusia. Insulin terdiri
atas dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide.
Sebelum insulin dapat berfungsi dia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar didalam
membrane sel.(Guyton,699)

Efek insulin yang paling jelas adalah setelah makan. Efek utamanya adalah menurunkan
kadar gula darah, juga mempengaruhi metabolism protein dan lemak. Penurunan kadar gula darah
terjadi karena transport membrane terhadap glukosa ke dalam sel meningkat, khususnya ke dalam selsel otot. Insulin menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi asam amino atau
asam lemak menjadi glukosa; jadi menghambat aktivitas metabolic yang dapat meningkatkan glukosa
darah. Setelah glukosa masuk kedalam sel-sel sasaran, insulin mempengaruhi
a) Oksidasi glukosa menghasilkan ATP
b) Menggabungkan glukosa membentuk glikogen
c) Mengkonversi glukosa menjadi lemak.
Kebutuhan energy didahulukan, baru deposit glikogen; bila masih ada glukosa, terjadi deposit lemak.
Sekresi insulin dirangsang naiknya kadar gula darah, juga kadar asam amino dan asam lemak darah.
(dr Jan Tamboyang,:2001:75)
2.2. PENGERTIAN DIABETES MELLITUS
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin
baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh
karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif
(Noer, 2003 dalam www.trinoval.web.id). Diabetes mellitus adalah penyakit dimana penderita tidak
bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu kekurangan ataupun kelebihan gula
sehingga

mengganggu

system

kerja

tubuh

secara

keseluruhan

(FKUI,

2001

dalam

www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon
terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas.
Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic
akut seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya
komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga
berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit
vaskuler perifer.(brunner and suddarth, 2002: 109)

2.3. JENIS DIABETES MELLITUS


1. Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)
Diabetes ini dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin, namun kedua tipe
ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidens tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya
dan dapat dibagi dalam dua subtype yaitu autoimun akibat disfungsi autoimun dengan kekurangan selsel beta dan idiopatik tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Sub tipe ini lebih
sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
Diabetes

tipe

banyak

ditemukan

pada

balita,

anak-anak

dan

remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang
dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan
sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah
diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula
darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi,
sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.
2. Tipe 2: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
a) 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe 2. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin
b) Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika kenaikan kadar glukosa darah menetap,
suplemen dengan preparat hipoglikemia(suntikan insulin dibutuhkan jika preparat oral tidak dapat
mengontrol hiperglikemia)
c) Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang obesitas.
3. Diabetes gestasional (GDM )
GDM dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan.
Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan
riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena tejadi peningkatan sekresi berbagai hormone yang
mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah suatu keadaan
diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai presdisposisi diabetes secara genetic mungkin akan
memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada kehamilan.
4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.
Dalam skala yang lebih kecil, ada beberapa kasus diabetes oleh syndrome genetic tertentu
( perubahan fungsi sel beta dan perubahan fungsi insulin secara genetis ), gangguan pada pancreas
yang didapati pada pecandu alcohol, dan penggunan obat ataupun zat kimia. Beberapa kasus tersebut
dapat memicu gejala yang sama dengan diabetes. ( Pearce, 2007 )

2.4. ETIOLOGI
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka penyebabnyapun pada
setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan beberapa penyebabdari penyakit
diabetes mellitus:
1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau
kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan
normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
(Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe 2 muncul
seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan diabetes tipe 2.
Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level yang tinggi.
Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras memompa darah
keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering kali dikaitkan dengan
perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko berkembangnya diabetes
tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang tua menderita
diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan sekitar 90% pasti membawa
carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:

a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil


b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang setelah
melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut setelah
hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan pembuluh darah
perifer.
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan jumlah.
Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil,
peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin dalam
mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal terhadap insulin
yang disebut sebagai insulin resistance.
Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula dalam darah
pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita diabetes
gestasional.
2.5. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek
utama akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel sel tubuh yang mengakibatkan naiknya konsentrasi
glukosa darah setinggi 300 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien pasien yang mengalami defisiensi insulin
tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan.
Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal ( konsentrasi glukosa darah
sebesar 160 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena tubulus tubulus renalis tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai kehilangan
sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami keseimbangan protein
negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau
kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk

energi. Hiperglikemia yang lama akan menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan
perubahan pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
Gangren Kaki Diabetik
Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu teori
sorbitol dan teori glikosilasi.
a. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu
dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisasi
habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan enzim aldose reduktase
akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel / jaringan tersebut dan menyebabkan
kerusakan dan perubahan fungsi.
b. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama
yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal dapat
menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.Terjadinya Kaki Diabetik (KD)
sendiri disebabkan oleh faktor factor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama yang berperan
timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan faktor penting untuk
terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya gangguan sensorik maupun
motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau menurunnya sensasi nyeri pada kaki,
sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki
gangguan motorik juga akan mengakibatkan terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu
yang menyebabkan ulsetrasi pada kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran
darah ke kaki. Apabila sumbatan darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita
akan merasa sakit tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari, denyut
arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan menyebabkan
terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika sehingga menyebabkan luka
sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi yang menyertai KD akibat
berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati dan infeksi berpengaruh terhdap
penyembuhan atau pengobatan dari KD.

2.6. TANDA DAN GEJALA


Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah
mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula
(glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak
semua
dialami oleh penderita :
1.

Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2.

Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3.

Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4.

Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5.

Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6.

Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7.

Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8.

Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9.

Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu
ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit
diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai
gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1.

Katarak

2.

Glaukoma

3.

Retinopati

4.

Gatal seluruh badan

5.

Pruritus Vulvae

6.

Infeksi bakteri kulit

7.

Infeksi jamur di kulit

8.

Dermatopati

9.

Neuropati perifer

10. Neuropati visceral


11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat
ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus
diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM,
pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan
glukosa darah plasma vena. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen
kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh
kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang
dianjurkan. Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Ada perbedaan
antara uji diagnostic DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan untuk mereka
yang menunjukan gejala atau tanda DM. Sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk
mengidenfikasi mereka yang tidak bergejala tetapi memilliki resiko DM.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk DM,
yaitu :
1. kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
2. kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)
3. tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
4. riwayat keluarga DM
5. riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6. riwayat DM pada kehamilan
7. dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
8. pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)
Pemeriksaan penyaring yang dapat dilakukan:
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar Glukosa darah puasa
3. Tes Toleransi Glukosa

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah Kapiler

Bukan DM

Belum pasti DM

DM

< 100
<80

100-200
80-200

>200
>200

<110
<90

110-120
90-100

>126
>100

Cara pelaksanaan TTGO :


1. 3 hari sebelumnya makan seperti biasa
2. Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
3. puasa semalam, selama 10-12 jam
4. Kadar glukosa darah puasa diperiksa
5. Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum
selama/dalam waktu 5 menit
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan subyek
yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

2.8. PENGOBATAN DIABETES MELLITUS

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa terjadinya
hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi
5. Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002: 1226)
a). Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)
Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar
yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat(60-70%), protein
(10-15%), lemak (20-25%),. Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 7075% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori
disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai
berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol <300mg/hari. Jumlah kandungan serat kurang lebih 25
g/hari, diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat
digunakan secukupnya.
Cara menghitung kalori pada pasien DM
Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal pasien DM. Cara
termudah adalah perhitungan menurut Bocca :
BB ideal=(TB dalam cm 100)x 1 kg
Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori
yang dibutuhkan seorang pasien DM.
1) Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalihkan berat badan ideal dengan 30 untuk laki-laki
dan 25 untuk wanita. Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai dengan kegiatan seharihari(lihat table 2)

Table 2 daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktifitas

Ringan
100 200 kkal/jam

Sedang
200-350 kkal/jam

Berat
400-900 kkal/jam

Mengendarai mobil

Rumah tangga

Aerobic

Memancing

Bersepeda

Bersepeda

Kerja laboratorium

Bowling

Memanjat

Kerja sekretaris

Jalan cepat

Menari

Mengajar kerja

Berkebun

Lari

Golf

Sepak bola

2)

Sepatu roda
tenis
Kebutuhan basal dihitung seperti 1, tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori basal.

a)

Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal

b)

Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal

c)

Kerja berat, ditambah 40-100% dari kalori basal

d)

Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui, ditambah

20-30%
3)

Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan table 3

Table 3. kebutuhan kalori


Dewasa

Kkal/BB ideal

Gemuk

Kerja santai
25

Kerja sedang
30

35

Normal

30

35

40

Kurus
35
40
4) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
a) Pasien kurus

= 2300-2500 kkal

b) Pasien normal

=1700-2100 kkal

c) Pasien gemuk

=1300-1500 kkal

kerja berat

40-50

b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5 jam yang sifatnya
sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval, Progresiv, endurance training). Latihan dilakukan terus
menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang seling antara gerak
cepat dan lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan
bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adlah jalan kaki, jogging, lari,
renang, bersepeda, dan mendayung.
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75%-85% denyut nadi
maksimal.Denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut:
DNM= 220 umur (dalam tahun)

Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum
makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan
hipoglikemia, harus selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
c. Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur tapi kadar glukosa
darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal. Preparat yang ada dan
normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk(IMT>30) sebagai obat tunggal.
Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase di dalam saluran cerna,
sehingga menurunkan penyerapan glukos.
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi meningkatkan
sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah resistensi insulin tanpa menyebabkan
hipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia.
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah:
1)

DM dengan berat badan menurun cepat/kurus

2)

Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar

3)

DM yang mengalami stress berat

4)

Dm dengan kehamilan

5)

DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau

kontraindikasi obat tersebut.

Tabel 3. Preparat insulin yang tersedia


Jenis Kerja
Kerja pendek

Preparat
Actrapid human 40/humulin

Actrapid human 100


Kerja Sedang

Monotard human 100


Insulatard
NPH

Kerja panjang

PZL

Campuran kerja pendek dan sedan/panjang

Mixtard

Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan-lahan sesuai
dengan hasil glukosa darah apsien. Jika pasien sudah diberikan sulfonylurea dan metformin sampai
dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum mencapai sasaran dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dengan metformin. Jika cara ini tidak berhasil juga, dipakai kombinasi
sulfonilaria dan metformin.

2.9. KOMPLIKASI DIABETES MELLITUS


Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan sebagai akut dan kronis
1. komplikasi Akut

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa
darah.Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan gangguan
keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut adalah: Hipoglikemia,
ketoasidosis diabetic, dan sindrom HHNK(juga disebut koma hiperglikemik hiperosmolar nonketotik)
a. Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50 60 mg/dl. Keadaan ini dapat
terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu
sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat pada siang atau
malam hari. Kejadian ini bias dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu makan tertunda atau
bila pasien lupa makan camilan. Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori:
Gejala adrenergic dan gejala system saraf pusat.
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, dan kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada
system saraf pusat mencakupi ketidakmampuan konsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan
daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, perubahan
emosional, perilaku yang tidak rasional, pengluhatan ganda, dan perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikea berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang dideritanya. Gejala
dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur,
atau bahkan kehilangan kesadaran.
Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia. Rekomendasi biasanya pemberian 10
15 gram gula yang bekerja cepat per oral:
1) 2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di apotik
2) Teh yang manis
3) 6-10 butir permen
4) 2-3 sendok the sirup atau madu
2.

Kompilkasi Kronis

Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua system organ dalam tubuh. Kategori
diabetes yang lazim digunakan adalah
a. Komplikasi Makrovaskuler
1) Penyakit arteri Koroner
Perubahan ateroskerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi peda diabetes. Perunahan
aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan peningkatan insidens infark miokard pada
penderita. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang diderita oleh pasien-pasien diabetes
adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. Jadi, pasien mungkin tidak memperlihatkan tanda-

tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat mengalami infark miokard asimptomatik ini
hanya dijumpai melalui pemeriksaan EKG. Kurangnya gejala iskemik ini disebabkan oleh neuropati
otonom
2) Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus di tempat lain
dalam system pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh
darah serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas dan stroke. Gejala penyakit
serebrovaskuler ini dapat menyerupai gejala pada komplikasi akut diabetes. Gejala tersebut mencakup
keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, bicara pelo dan kelemahan.
3) Penyakit Vaskuler Perifer
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah merupakan penyebab
meningkatnya insidens penyakit oklusif arteri perifer pada pasien-pasien diabetes. Bentuk penyakit
oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah ini merupakan utama meningkatnya insidens
gangrene dan amputasi pada pasien-pasien diabetes.
Para peneliti diabetes masih terus menyelidiki hubungan antara diabetes dan penyakit makrovaskuler.
Ada factor-faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan percepatan ateroslerosis. Faktor-faktor ini
mencakup kenaikan kadar lemak darah, hipertensi, kebiasaan merokok, obesitas, kurangnya latihan
dan riwayat keturunan.
Diet merupakan terapi penting dalam menangani obesitas, hipertensi dan hiperlipidemia. Latihan
teratur merupakan terapi yang sangat penting pula.
Apabila komplikasi makrovaskuler terjadi, penanganannya sama dengan penanganan pada pasien
nondiabetik. Disamping itu pengendalian kadar glukosa darah juga harus diperhatikan.

BAB III
KONSEP KEERAWATAN
3.1. Pengkajian

a. Identitas
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, umur, pekerjaan orang
tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat.Dalam identitas data/ petunjuk yang dapat kita
prediksikan adalah Umur, karena seseorang memiliki resiko tinggi untuk terkena diabetes mellitus
tipe II pada umur diatas 40 tahun.
b. Keluhan Utama
Pasien diabetes mellitus dating kerumah sakit dengan keluhan utama yang berbeda-beda.
Pada umumnya seseorang dating kerumah sakit dengan gejala khas berupa polifagia, poliuria,
polidipsia, lemas, dan berat badan turun.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu akan didapatkan informasi apakah terdapat factorfaktor resiko terjadinya diabetes mellitus misalnya riwayat obesitas, hipertensi, atau juga
aterosclerosis
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian pada RPS berupa proses terjadinya gejala khas dari DM, penyebab terjadinya DM
serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya riwayat keluarga yang terkena diabetes mellitus, hal ini berhubungan dengan
proses genetic dimana orang tua dengan diabetes mellitus berpeluang untuk menurunkan penyakit
tersebut kepada anaknya.
d. Pola Aktivitas
1) Pola Nutrisi
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah
tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita.
2) Pola Eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik yang menyebabkan pasien
sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif
tidak ada gangguan.
3) Pola Istirahat dan Tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur dan
istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur penderita Pola Aktivitas

Adanya kelemahan otot otot pada ekstermitas menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan
aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
4) Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan pengobatan
menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
5) Pola sensori dan kognitif
Pasien dengan diabetes mellitus cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada kaki
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma.
6) Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme.
7) Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah
tersinggung dan lain lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu menggunakan mekanisme
koping yang konstruktif / adaptif.
e. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda
tanda vital.
2) Head to Toe
a) Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga kadang-kadang
berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa
mata keruh.
b) Sistem integumen
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji pula adanya
luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan
gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.

c) Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes ketoasidosis, kaji juga adanya
batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.

d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis. Hal ini berhubungan erat dengan adanya komplikasi
kronis pada makrovaskuler
e) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.Kelebihan
glukosa akan dibuang dalam bentuk urin.
f) Sistem muskuloskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran masa otot,berubah. Pasien
juga cepat lelah, lemah.
g) Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system neurologis pasien sering
mengalami penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa >120 mg/dl dan dua jam
post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( +
+ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis kuman.

3.2. Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosa keperawatan pada pasien dengan Diabetes mellitus (Doenges, 1999) adalah :

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik, berlebihan
diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan
insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
3) Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.
4)

Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik, perubahan kimia darah,

insufisiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi, status hipermetabolisme/infeksi.


5)

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan

salah interpretasi informasi / tidak mengenal sumber informasi.


3.3. Intervensi dan implementasi
Intervensi dan implementasi keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus (Doenges, 1999)
meliputi :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastric
, berlebihan (diare, muntah) masukan dibatasi (mual, kacau mental).
Tujuan : Kondisi tubuh stabil, tanda-tanda vital, turgor kulit, normal.
Kriteria Hasil : - pasien menunjukan adanya perbaikan keseimbangan cairan, dengan kriteria ;
pengeluaran urine yang adekuat (batas normal), tanda-tanda vital stabil, tekanan nadi perifer jelas,
turgor kulit baik, pengisian kapiler baik dan membran mukosa lembab atau basah.
1) Intervensi / Implementasi :
a) Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan tekanan darah ortestastik.
R : Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
b) Kaji pola napas dan bau napas.
R : Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang menghasilkan kompensasi
alkosis respiratoris terhadap keadaan ketoasidosis.
c)Kaji suhu, warna dan kelembaban kulit.
R : Demam, menggigil, dan diaferesis merupakan hal umum terjadi pada proses infeksi. Demam
dengan kulit yang kemerahan, kering, mungkin gambaran dari dehidrasi.
d)

Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.

R : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi atau volume sirkulasi yang adekuat.
e)Pantau intake dan output. Catat berat jenis urine.
R : memeberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi ginjal dan keefektifan dari terapi
yang diberikan.
f) Ukur berat badan setiap hari.

R Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan yang sedang berlangsung dan
selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
g) Kolaborasi pemberian terapi cairan sesuai indikasi
R : tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respon pasien secara
individual.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan

insulin,

penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran :
status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress.
Tujuan : berat badan dapat meningkat dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
Kriteria Hasil :
1) pasien mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyalahgunaan zat, penurunan jumlah intake
( diet pada status nutrisi).
2) mendemonstrasikan perilaku, perubahan gaya hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan
berat badan yang tepat.
Intervensi / Implementasi :
1) Timbang berat badan setiap hari sesuai indikasi
R : Mengetahui pemasukan makan yang adekuat.
2) Tentukan program diet dan pola makanan pasien dibandingkan dengan makanan yang dapat
dihabiskan pasien.
R: Mengindentifikasi penyimpangan dari kebutuhan.
3) Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,muntah, pertahankan
puasa sesuai indikasi.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
4) Observasi tanda-tanda hipoglikemia, seperti perubahan tingkat kesadaran, dingin/lembab, denyut
nadi cepat, lapar dan pusing.
R : secara potensial dapat mengancam kehidupan, yang harus dikali dan ditangani secara tepat.
5)

Kolaborasi dalam pemberian insulin, pemeriksaan gula darah dan diet.

R : Sangat bermanfaat untuk mengendalikan kadar gula darah.

c. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan
sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi.


Kriteria Hasil :
1)

mengindentifikasi faktor-faktor risiko individu dan intervensi untuk mengurangi

potensial infeksi.
2)

pertahankan lingkungan aseptik yang aman.

Intervensi / Implementasi
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan seperti demam, kemerahan, adanya pus pada luka ,
sputum purulen, urin warna keruh dan berkabut.
R : pasien masuk mungkin dengan infeksi yang biasanya telah mencetus keadaan ketosidosis atau
dapat mengalami infeksi nosokomial.
2)

Tingkatkan upaya pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang baik, setiap

kontak pada semua barang yang berhubungan dengan pasien termasuk pasiennya
sendiri.
R : mencegah timbulnya infeksi nosokomial.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif (seperti pemasangan infus, kateter folley, dsb).
R : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Pasang kateter / lakukan perawatan perineal dengan baik.
R : Mengurangi risiko terjadinya infeksi saluran kemih.
5) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh. Masase daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit tetap kering, linen kering dantetap kencang (tidak berkerut).
R : sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada penigkatan risiko terjadinya
kerusakan pada kulit / iritasi dan infeksi.
6) Posisikan pasien pada posisi semi fowler.
R : memberikan kemudahan bagi paru untuk berkembang, menurunkan terjadinya risiko hipoventilasi.
7) Kolaborasi antibiotik sesuai indikasi.
R : penenganan awal dapat membantu mencegah timbulnya sepsis.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula
dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormon insulin baik absolut maupun relatif. Absolut
berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi
atau daya kerjanya kurang.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyakit Diabetes Militus (DM) ini
sangat brrbahaya dan menakutkan. Banyak sekali faktor yang menyebabkan seseorang menderita
penyakit Diabetes Militus. Seperti conohnya, Obesitas(berat badan berlebih),faktor genetis, pola
hidup yang tidak sehat (jarang berolah raga), kurang tidur, dan masih banyak yang lainnya.
4.2 Saran
1. selalu berhati hatilah dalam menjaga pola hidup. Sering berolah raga dan istirahat yang cukup

2. Jaga pola makan anda. Jangan terlalu sering mengkonsumsi makanan atau minuman yang
terlalu manis. Karena itu dapat menyebabkan kadar gula melonjak tinggi

DAFTAR PUSTAKA

1. Baughman, DC & Hackley, JC.2000. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.Jakarta:
EGC
2. Buku ajar Fisiologi Guyton.
3. Lewis M Sharon, RN, PhD, Heitkemper MC faan. 2000. Medical Surgical Nursing Ed.5.Mosby
4. Martinus, Adrian.2005.1001 Tentang Diabetes.Bandung:Nexx Media
5. Pearce, Evelyn C.2007.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT Gramedia Pustaka
Utama
6. Price, Sylvia A.2005.Patofisiologi volume Edisi 6.Jakarta:EGC
7. Smeltzer, Suzzanne C.2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
Ed.8.Jakarta: EGC
8. Tambayong, Jan dr. 2001. Anatomi dan fisiologi untuk keperawatan. EGC
9.www.trinoval.web.id
10. www.klikdokter.com

S-ar putea să vă placă și