Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global,
sehingga mendapat perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan
masyarakat. Letusan penyakit akibat pangan (foodborne disease) dan kejadian
wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai negara berkembang
dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-negara
maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta
mempelajari sebab timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk
tujuan pencegahan maupun penanggulangannya.
Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka kejadian luar biasa
(KLB) penyakit menular dan keracunan yang cukup tinggi. Kondisi ini
menyebabkan perlunya peningkatan sistem kewaspadaan dini dan respon terhadap
KLB tersebut dengan langkah-langkah yang terprogram dan akurat, sehingga
proses penanggulangannya menjadi lebih cepat dan akurat pula. Untuk dapat
mewujudkan respon KLB yang cepat, diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan yang cukup dari para petugas yang diterjunkan ke lapangan.
Kenyataan tersebut mendorong kebutuhan para petugas di lapangan untuk
memiliki pedoman penyelidikan dan penanggulangan KLB yang terstruktur,
sehingga memudahkan kinerja para petugas mengambil langkah-langkah dalam
rangka melakukan respon KLB.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh
suatu penyakit di wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian
yang mengejutkan dan membuat panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum
kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB), sedangkan yang
dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang dapat
menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan
B. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kejadian Luar Biasa (KLB)?
2. Apa saja kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB)?
3. penyakit-penyakit apa saja yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB)?
4. Bagaimana klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB)?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun
waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih
dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya
dalam kurun waktu yang sama.
C. Penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa
(KLB)
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1501/MENKES/PER/X/2010, penyakit menular tertentu yang menimbulkan
wabah adalah:
1.
Kholera
2.
Pes
3.
Demam berdarah
4.
Campak
5.
Polio
6.
Difteri
7.
Pertusis
8.
Rabies
9.
Malaria
10. Avian Influenza H5N1
11. Antraks
12. Leptospirosis
13. Hepatitis
14. Influenza H1N1
15. Meningitis
16. Yellow Fever
17. Chikungunya
Penyakit-penyakit berpotensi Wabah/KLB:
1.
2.
3.
4.
frambosia,
influenza,
anthrax,
hepatitis,
typhus
jalan
napas,
tangan,
tinja,
air
seni,
muntahan
seperti:
adalah herd immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah
kekebalan yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi
penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu. Makin
tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut.
2.
Patogenesitas
dan
terulangnya
KLB
di
masa
yang
akan
datang
(pengendalian).
Langkah-langkah yang harus dilalui pada penyelidikan KLB, sebagai berikut:
1. Mempersiapkan penelitian lapangan
2. Menetapkan apakah kejadian tersebut suatu KLB
3. Memastikan diagnosa etiologis
4. Mengidentifikasikan dan menghitung kasus atau paparan
5. Mendeskripsikan kasus berdasarkan orang, waktu, dan tempat
6. Membuat cara penanggulangan sementara dengan segera (jika diperlukan)
7. Mengidentifikasi sumber penularan dan keadaan penyebab KLB
8. Merencanakan penelitian lain yang sistematis
9. Menetapkan saran cara pengendalian dan penanggulangan
10. Melaporkan hasil penyelidikan kepada instansi kesehatan setempat dan kepada
sistim pelayanan kesehatan yang lebih tinggi
(CDC, 1979; Barker, 1979; Greg, 1985; Mausner and Kramer, 1985; Kelsey et al.,
1986; Goodman et al., 1990 dalam Maulani, 2010)
Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus
dikerjakan secara berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan
secara serentak. Pemastian diagnosa dan penetapan KLB merupakan langkah awal
yang harus dikerjakan (Mausner and Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989
dalam Maulani, 2010).
keracunan makanan identifikasi paparan ini secara awal perlu dilakukan untuk
penanggulangan sementara dengan segera (CDC, 1979 dalam Maulani, 2010).
5. Deskripsi KLB
a.
Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB
berlangsung) digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah
suatu grafik yang menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit
(onset of illness) selama periode wabah. Penggunaan kurva epidemik untuk
menentukan cara penularan penyakit. Salah satu cara untuk menentukan cara
penularan penyakit pada suatu KLB yaitu dengan melihat tipe kurva epidemik,
sebagai berikut:
1)
Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal dari
satu sumber). Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar
dalam waktu yang sama dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit
yang ditularkan melalui air dan makanan (misalnya: kolera, typoid).
2)
Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada KLB
dengan cara penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa
puncak. Jarak antara puncak sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata
rata penyakit tersebut.
3)
Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated.
Tipe kurva ini terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh
paparan suatu sumber secara bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari
orang ke orang (kasus sekunder).
b.
tempat
pekerjaan).
Hasil
analisis
ini
dapat
digunakan
untuk
kontak dari orang ke orang atau melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980
dalam Maulani, 2010).
c.
Penanggulangan sementara
Kadang-kadang cara penanggulangan sementara sudah dapat dilakukan atau
b. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat
dipastikan, maka belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih diperlukan
penyelidikan yang lebih luas untuk mencari sumber dan cara penularannya.
Sebagai contoh: KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan
telah
diketahui
etiologinya
(Salmonella).
Walaupun
demikian
cara
a.
8.
merupakan kejadian yang alami (natural), oleh karenanya selain untuk mencapai
tujuan utamanya penyelidikan epidemiologi KLB merupakan kesempatan baik
untuk melakukan penelitian.
Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi KLB selalu
dilakukan:
a. Pengkajian terhadap sistem surveilans yang ada, untuk mengetahui
kemampuannya yang ada sebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan
informasi dan pemenuhan kewajiban pelaksanaan sistem surveilans.
b. Penelitian faktor risiko kejadian penyakit KLB yang sedang berlangsung.
c. Evaluasi terhadap program kesehatan.
9.
Penyusunan Rekomendasi
a. Program Pengendalian
Program pengendalian dilakukan oleh institusi kesehatan dalam upaya
menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular
dan penyakit tidak menular.
Tahapan tahapan program, yaitu:
1)
Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis situasi masalah, penetapan
masalah prioritas, inventarisasi alternatif pemecahan masalah, penyusunan
dokumen perencanaan. Dokumen perencaan harus detail terhadap target/tujuan
yang ingin dicapai, uraian kegiatan dimana, kapan, satuan setiap kegiatan,
volume, rincian kebutuhan biaya, adanya petugas penanggungjawab setiap
kegiatan, metode pengukuran keberhasilan.
2)
Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan implemantasi dokumen perencanaan,
menggerakan dan mengkoordinasikn seluruh komponen dan semua pihak yang
terkait.
3)
Pengendalian (Monitoring/Supervisi)
Supervisi dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan benar-benar
dilaksanakan sesuai dengan dokumen perencanaan. (Pickett dan John, 2009).
b. Penanggulangan KLB
Penanggulanagn dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi:
1)
Penyelidikan epidemilogis
orang-orang yang belum sakit, tetapi mempunyai resiko terkena penyakit agar
jangan sampai terjangkit penyakit.
4)
persuasif edukatif tentang penyakit yang dapat menimbulkan wabah agar mereka
mengerti sifat-sifat penyakit, sehingga dapat melindungi diri dari penyakit
tersebut dan apabila terkena, tidak menularkannya kepada orang lain. Penyuluhan
juga dilakukan agar masyarakat dapat berperan serta aktif dalam menanggulangi
wabah.
7)
berwenang baik secara lisan maupun secara tertulis. Laporan secara lisan kepada
instansi kesehatan setempat berguna agar tindakan penanggulangan dan
pengendalian KLB yang disarankan dapat dilaksanakan. Laporan tertulis
diperlukan agar pengalaman dan hasil penyelidikan epidemiologi dapat
dipergunakan untuk merancang dan menerapkan teknik-teknik sistim surveilans
yang lebih baik atau dipergunakan untuk memperbaiki program kesehatan serta
dapat dipergunakan untuk penanggulangan atau pengendalian KLB.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
DAFTAR PUSTAKA
Bustan, 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Effendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba
Medika.
Maulani, Novie Sri. 2010. Kejadian Luar Biasa, Catatan Kuliah. Program Studi
S1 Kesehatan Masyarakat STIKES HAKLI Semarang.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit
Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Jakarta: (tidak diterbitkan).
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip Prinsip Dasar.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Pickett, George., dan John J Hanlon. 2009. Kesehatan Masyarakat : Administrasi
dan Praktik, Edisi 9. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Reingold , Arthur L. 1998. Outbreak InvestigationsA Perspective. Emerging
Infectious Diseases.Vol. 4, No. 1 : 21-27.
Timmreck, Thomas C. 2005. Epidemiologi Suatu Pengantar, Edisi 2. Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Wuryanto, M.Arie. Aspek Sosial Dan Lingkungan Pada Kejadian Luar Biasa
(KLB) Chikungunya (Studi Kasus KLB Chikungunya di Kelurahan Bulusan
Kecamatan Tembalang Kota Semarang). Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.
Vol. 4 No. 1: 68-54.