Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
rusaknya
kontinuitas
tulang tengkorak
disebabkan oleh trauma. Meskipun tengkorak sangat sulit retak dan memberikan
perlindungan yang sangat baik untuk otak, trauma yang parah atau pukulan dapat
mengakibatkan fraktur tengkorak. Ini dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan
otak. Adanya fraktur tengkorak biasanya dapat menimbulkan dampak tekanan
yang kuat. Fraktur tengkorak diklasifikasikan terbuka/tertutup. Bila fraktur
terbuka maka dura rusak dan fraktur tertutup dura tidak rusak. Fraktur kubah
kranial menyebabkan bengkak pada sekitar fraktur dan karena alasan kurang
akurat tidak dapat ditetapkan tanpa pemeriksaan dengan sinar X, fraktur dasar
tengkorak cenderung melintasi sinus paranasal pada tulang frontal atau lokasi
tengah telinga di tulang temporal, juga sering menimbulkan hemorragi dari
hidung, faring atau telinga dan darah terlihat di bawah konjungtiva. Fraktur dasar
tengkorak dicurigai ketika CSS keluar dari telinga dan hidung. Patah tulang
tengkorak bisa melukai arteri dan vena, yang kemudian berdarah ke dalam ruang
di sekitar jaringan otak. Patah tulang, terutama pada bagian belakang dan bawah
(dasar) dari tengkorak, bisa merobek meninges, lapisan jaringan yang menutupi
otak. Bakteri dapat masuk ke tengkorak melalui patah tulang tersebut,
menyebabkan infeksi dan kerusakan otak parah. Kadang-kadang, potongan tulang
tengkoraknya retak tekan ke dalam dan merusak otak. Jenis patah tulang fraktur
disebut depresi. Patah tulang tengkorak depresi mungkin mengekspos otak ke
lingkungan dan bahan asing, menyebabkan infeksi atau pembentukan abses
(pengumpulan nanah) di dalam otak.
Pathway
F. Pemeriksaan Diagnostik
Selain pemeriksaan analisa lab darah, dapat dilakukan pemeriksaan
pencitraan.Pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan adalah X-ray, CT-scan
dan MRI. Fraktur pada vertex akan lebih terlihat pada X-ray, namun kriteria
standar untuk diagnosis fraktur pada tulang kepala adalah dengan menggunakan
CT-scan. Pemeriksaan MRI digunakan apabila ada kecurigaan kelainan pada
ligamen atau pembuluh darah.
G. Penatalaksanaan Medis
Setiap pasien yang mengalami trauma kapitis harus diobservsi selama
kurang lebih 4 jam.Di bawah ini adalah kriteria minimal untuk dilakukan
pemeriksaan CT scan dan pasien masuk rumah sakit :
1. Hilang kesadaran (post-traumatic amnesia) lebih dari 10 menit
2. Rasa mengantuk yang terus-menerus
3. Deficit neurologis fokal
4. Fraktur tulang tengkorak
5. Mual atau muntah terus menerus setelah 4 jam observasi
6. Ada tanda patologis yang didapatkan dari hasil CT scan
7. Jika pasien tidak memiliki perawatan yang adekuat di rumah
Manajemen lebih lanjut untuk pasien-pasien seperti ini adalah obeservasi dengan
baik; observasi neurologis harus dicatat dalam grafik yang menampilkan Glasgow
Coma Scale.Jika terdapat periode yang signifikan dari kehilangan kesadaran, atau
jika pasien terus menerus mengantuk, tindakan di bawah ini harus dilakukan
untuk meminimalisai edema serebri :
1. Elevasi kepala 20
2. Evaluasi patologi intracranial; tindakan yag lebih lanjut dilakukan
berdasarkan hasil evaluasi.
Pada fraktur depressed gabungan terjadi, maka antibiotik profilaksis dan
tetanus profilaksis harus diberikan, dan tindakan operasi dengan general anestesi,
harus dilakukan secepat mungkin. CT scan per-operatif tidak hanya menunjukkan
fraktur pada fragmen tulang tengkorak tetapi juga adanya kelainan patologi di
intrakranial.
dengan
fraktur
depressed
terbuka
memerlukan
intervensi
bedah
H. Pengkajian keperawatan
A. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
Tanggal Masuk RS
Alasan Masuk
:
:
:
:
:
:
:
:
1. Pengkajian Primer
a. Airway (jalan napas)
Pada pemeriksaan airway usahakan jalan nafas stabil. Dengarkan
suara yang dikeluarkan pasien, ada obstruksi airway atau tidak.
Jika pasien tidak sadar lihat ada
apakah pasien
Disability (kesadaran)
Pada pemeriksaan disability, pemeriksaan kesadaran memakai
glasgow coma scale (GCS). Penilaian neorologis untuk menilai
apakah pasien sadar, memeberi respon suara terhadap rangsang
nyeri atau pasien tidak sadar. Periksa kedua pupil bentuk dan
besarnya serta catat reaksi terhadap cahaya, Periksa adanya
hemiparese/plegi, Periksa adanya reflek patologis kanan kiri,
Exposure
Tanggalkan pakaian pasien dan cari apakah ada luka atau trauma
lain secara generalis. Tetapi jaga agar pasien tidak hipotermi.
2. Pengkajian Sekunder
a Keluhan Utama
Penurunan kesadaran , nyeri kepala.
b Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengeluh mual, nyeri pada kepala, sesak napas
c
pola
nafas,
ronkhi,mengi
f
kesadaran
Sistem kardiovaskuler
nafas
berbunyi,
stridor,
tersedak,
jantung
(bradikardia,takikardia
yang
diselingi
bradikardia disritmia)
g
Sistem gastrointestinal
Penurunan fungsi kontraksi otot polos lambung, penurunan fungsi
usus dalam mengabsorbsi makanan
Sistem urinarius
Inkontensia kandung kemih
i
j
Sistem reproduksi
Sistem saraf
GCS, Penurunan fungsi kontraksi otot polos lambung(saraf vagus),
gangguan fungsi otot respirasi dan jantung(saraf pada medulla
oblongata), gangguan penglihatan, pengecapan, penciuman, kaji
fungsi motorik, fungsi sensorik, dan fungsi serebral.
Sistem musculoskeletal
Kekuatan otot skala 1-5, gangguan pergerakan ektremitas
atas/bawah, nyeri tekan, pembengkakan, kesimetrisan.
Sistem endokrin
Hipoglikemia
I. Diagnosa Keperawatan.
1. Nyeri b/d agen cedera fisik
2. Kerusakan integritas kulit b/d tekanan pada tonjolan tulang
3. Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang,
nyeri
4. Risiko syok
J. Perencanaan Keperawatan
No.
1
Diagnosa Keperawatan
Nyeri b/d agen cedera fisik
Intervensi (NIC)
Analgesic Administration
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
Cek riwayat alergi terhadap obat
Pilih analgesik yang tepat atau kombinasi dari
analgesik lebih dari satu jika diperlukan
Tentukan analgesik yang diberikan (narkotik,
non-narkotik, atau NSAID) berdasarkan tipe
dan keparahan nyeri
Tentukan rute pemberian analgesik dan dosis
untuk mendapat hasil yang maksimal
Pilih rute IV dibandingkan rute IM untuk
pemberian analgesik secara teratur melalui
injeksi jika diperlukan
Evaluasi
efektivitas
pemberian
analgesik
Kerusakan integritas kulit b/d tekanan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama NIC
pada tonjolan tulang
NOC :
jam sekali
3. Monitor kulit akan adanya kemerahan
Membranes,
4. Monitor aktivitas dan mobilasasi pasien
5. Monitor status nutrisi pasien
Hemodyalis akses
Insision site care
1. Integritas kulit yang baik bisa (sensasi, 1. Membersihkan, memantau dan meningkatkan
Tissue
Integrity
Skin
and
Mucous
kelembaban
kulit
dan
Hambatan mobilitas fisik b/d kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ...
NIC :
NOC :
Mobilitas
1. Menunjukkan kemampuan bergerak secara
bertujuan dalam lingkungan sendiri secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
2. Mampu memanfaatkan kemampuan otot untuk
bekerja bersama secara volunteer dalam
menghasilkan gerakan yang bertujuan
3. Menunjukkan kemampuan tulang untuk
yang aman
3. Bantu pasien selama proses berpindah, gunakan
sabuk penyokong bila perlu
Terapi Latihan Fisik ; Mobilitas Sendi
1. Kaji kebutuhan belajar pasien
2. Ajarkan gerakan-gerakan sederhana kepada
pasien untuk menggerakkan daerah persendian
Pengaturan Posisi
1. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana postur
dan mekanika tubuh yang benar saat
melakukan aktivitas serta cara penggunaan alat
bantu mobilitas
2. Bantu mengatur posisi pasien
3. Ubah posisi pasien minimal setiap dua jam
4. Berikan penguatan positif selama aktivitas
Risiko syok
secara drastis
3. Tidak terjadi peningkatan heart rate secara Bleeding reduction
drastis
4. CRT < 3 detik
5. Nadi teraba kuat
6. Tidak ada peningkatan RR secara drastis
7. Tidak ada sianosis
8. Tidak terjadi penurunan kesadaran
DAFTAR PUSTAKA
Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Interventions Classification
(NIC) Fourth Edition. St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition.
St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier
NANDA. 2009. Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2009-2011.
Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 2. Jakarta : EGC
Muttaqin,Arif.2011.Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi pada Praktik
Klinik Keperawatan.EGC:Jakarta
Rasjad, Chairuddin. 2009. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Jakarta: Yarsif
Watampone