Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Nama Klien
Ruang/Kamar
Tanggal Masuk
Tanggal pengkajian
Diagnosa Medik
I.
: Ibu K
: Lantai 2 RSUS Blok G kamar 09
: 16 Oktober 2015
: 26 Oktober 2015
: Sindrom Nefrotik
Biodata
A. IdentitasKlien
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Nama (Inisial)
Jeniskelamin
Umur/tanggallahir
Status Perkawinan
Agama
Suku/ kewarganegaraan
Pendidikanterakhir
Pekerjaan
Alamat
Tangerang
: Ibu K
: Perempuan
: 25 tahun/ 26 September 1990
: Menikah
: Islam
: Sunda/ Indonesia
: SMP
:IbuRumah Tangga
: Kampung Kemiri, Desa Klebet, Kec. Kemiri, Kab.
B. Identitaspenanggung
1.
2.
3.
4.
5.
Namalengkap (Inisial)
Jeniskelamin
Pekerjaan
Hubungandenganklien
Alamat
Tangerang
: Bpk. G
: Laki-laki
: Buruh Pabrik
: Suami
: Kampung Kemiri, Desa Klebet, Kec. Kemiri, Kab.
II. RiwayatKesehatan
1. Keluhanutama
Perut, serta gatal pada area perut. Klien juga merasa kram dan nyeri pada kaki kanan.
e. Faktor pencetus yang menimbulkan serangan :
Klien menyatakan memiliki riwayat DM dan penyakit kuning (liver) sekitar 4 tahun yang lalu.
f. Apakah keluhan bertambah/berkurang pada saat-saat tertentu (saat-saat mana):
Klien mengatakan sebelum dirawat di RSUS, sebelumnya klien berobat ke klinik dan RS lain,
tetapi tidak ada perubahan, bahkan perutnya terus membesar serta tidak dapat beraktifitas.
g. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan:
Klien menyatakan pergi ke Klinik dan Rumah Sakit
3. Alergi : tidak
IV. PemeriksaanFisik
a.
Tanda-tanda vital
Tekanandarah
Nadi
Pernapasan
Suhubadan
: 100/ 70 mm/Hg
: 84 x/menit
: 18 x/menit
: 36 derajat celcius
b. Kepaladanleher
-
Kepala:
Rambut terlihat berwarna total hitam, tipis, berminyak, lengket dan kotor. Klien mengatakan
kepala terasa gatal. Klien juga mengatakan sudah seminggu ia tidak keramas.
Penglihatan:
Klien mengatakan dapat melihat dengan jelas dan tidak memiliki keluhan. Klien menyatakan
tidak menggunakan kacamata dan tidak memiliki gangguan penglihatan.
Pendengaran:
Klien mengatakan terkadang pendengarannya tidak baik dan sedikit berdengung.
Hidung:
c.
Pernapasan
Klien tidak mengeluhkan akan adanya sesak napas, batuk dan nyeri dada. Namun, sebelum
dirawat di RSUS, klien mengatakan bahwa ia merasa sangat sesak semenjak adanya
pembengkakan pada perutnya dan semakin sesak dengan pembengkakan pada perut yang
semakin bertambah. Hidung klien tampak simetris. Warna membran mukosa merah muda. Tidak
terdapat nikotin stained dan clubbing finger pada kuku klien. Bentuk dada klien tampak simetris .
Frekuensi pernapasan klien normal (12-20 x/ mnt). Pada saat dilakukan taktil fremitus terdapat
getaran pada seluruh permukaan dada. Pada saat diperkusi, suara paru sonor/ resonan. Pada saat
diauskultasi, terdengar bunyi napas vesikuler di semua lapang paru. Pada saat pengkajian pola
napas terlihat baik, tidak terlihat menggunakan otot bantu dada dan tidak terlihat terengah-engah.
d. Pencernaan
Pada saat diinspeksi, kontur abdomen klien terlihat distended, umbilikus terlihat di midline,
namun pada abdomen klien terlihat adanya scars.Pada saat dipalpasi, kulit di area perut klien
teraba hangat. Pada saat diperkusi, abdomen klien terdengar bunyi dullnes. Bising Usus tidak
terdengar jelas karenamasih banyaknya cairan didalam perut. Klien mengatakan pernah memiliki
masalah pencernaan seperti maag.
e.
Kardiovaskuler
Pada saat diinspeksi, klien tidak tampak pucat ataupun berkeringat. CRT klien < 2 detik. Pada
saat nadi dipalpasi kekuatan nadi klien normal (2+), ritme nadi reguler, denyut nadi klien normal
(60-100 x/mnt). Pada saat diauskultasi, terdengar bunyi S1 dan S2. Tidak terdengar bunyi
tambahan S3 atau S4, tidak terdengar adanya suara murmur.
f.
Persarafan
Tingkat kesadaran klien Compos Mentis. GCS klien 15.
N. 1
N. 2
N. 3, 4, 6
penuh
Bola mata pasien dapat bergerak ke segala arah. Ukuran pupil pasien 3mm,
g.
N. 5
N. 7
N. 8
N. 9, 10
N. 11
N. 12
Muskuloskeletal
Saat pengkajian fisik didapatkan hasil kekuatan otot tangan dan kaki klien baik dengan nilai:
5 5
5 5 pada saat kelompok meminta klien mendorong tanggan dari pengkaji. Tetapi klien
mengatakan memiliki kesulitan dalam menggerakkan kedua kakinya lebih lagi dikarenakan kaki
masih terasa berat dan klien mengatakan merasa nyeri pada kaki sebelah kanan ketika diminta
untuk membentuk sudut900 pada lutut. Dari hasil observasi, klien masih sulit menggerakkan
ekstremitasnya terutama pada kaki hal tersebut dikarenakan masih adanya penumpukan cairan
pada kaki karena edema, edema pad kaki tersebut membuat klien kesulitan dalam melakukan
aktifitasnya, klien juga tampak masih dibantu dalam melakukan ADLs. Ekstremitas bawah klien
juga teraba dingin yang disebabkan karena aliran darah klien yang kurang baik.
h. Kulit/ Integumen
Warna kulit klien merata, hanya pada bagian abdomen terlihat adanya scar dan strech mark post
pembengkakan. Tidak tampak adanya lesi atau luka tekan. Terdapat sedikit keringat di area
ketiak dan area lipatan lainnya. Suhu tubuh klien dalam rentang normal (36-38 derajat celcius).
Kulit klien tampak kering dengan tekstur sedikit kasar. Kulit pada kedua kaki tampak adanya
pitting edema dengan grade 2+ (4mm). Kulit klien juga tampak kotor. Turgor kulit klien buruk.
i.
Reproduksi
Klien mengatakan selama empat bulan terakhir ini klien tidak menstruasi dan sebelum empat
bulan tersebut klien mengatakan pernah mengalami pendarahan pervagina yang tidak berhenti.
V.
A. Nutrisi
Klien mengatakan, sebelum masuk RS, pola makan klien teratur. Namun, makanan yang klien
makan adalah mie dan bakso, serta klien juga senang minum-minuman bersoda. Klien juga
mengatakan pola makannya di RS jarang menghabiskan makanannya, serta merasa mual.Klien
juga menyatakan jarang minum susu. Klien menyatakan BB klien sebelum masuk rumah sakit
adalah 62 kg diakibatkan oleh adanya edema. Namun, pada saat di RS, BB klien menurun
menjadi 60 kg.
B. Eliminasi
1. Buang air kecil (BAK)
Klien mengatakan pola BAK sebelum masuk RS adalah klien jarang berkemih, serta urine yang
keluar sedikit dengan warna kuning. Setelah masuk RS, klien mengatakan pola berkemihnya
semakin meningkat daripada sebelum masuk RS. Warna urine tampak kuning bening. Urine dari
pukul 06.00-12.00 300 ml. Klien menyatakan bahwa ia minum sekitar 100 ml dan infus yang
terpasang dari pukul 08.00-12.00 tersisa 400 ml dari 1 kolf (500 ml/ 12 jam).
2. Buang air besar (BAB)
Klien menyatakan sebelum masuk RS, pola BAB klien lancar. Setelah masukRS, klien
menyatakan setiap pagi melakukan eliminasi dengan warna kuning, konsistensi padat.
C. Olah raga dan Aktivitas
Klien mengatakan kegiatan klien sehari-hari hanya membersihkan dan membereskan rumah.
Klien juga menyatakan bahwa ia tidak pernah berolahraga.
D. Istirahat dan tidur
Klien menyatakan pola istirahat di rumah baik, tidur cukup 8 jam per hari. Namun, setelah di RS
klien mengatakan tidak dapat tidur karena pasien lain berisik dan mengganggu. Klien juga
menyatakan selama di RS, klien hanya dapat tidur sekitar 5 jam dalam sehari.
VI.
VII.
Kegiatan Sosial
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan sosial apapun di dalam masyarakat dimana dia
tinggal.
VIII.
Kegiatan Keagamaan
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan keagamaan apapun.
IX.
Glukosa
Keton
Urobilinogren
Bilirubin
Occult Blood
Hasil
Kuning
Slightly Cloudy
6,00
Negatif
Negatif
(2+) 100 mg/dL
*Duplo
dengan
silfosalisilat
0,20
(1+) 25
Rentang Normal
Clear
4,5-8,00
Negative
Negative
Negative
asam
Negative
0,10-1.00
Negatif
b.
16/10/2015
Jenis Tes
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
Albumin
Ureum
GFR
Glukosa POCT
Hasil
21
26
1.00 g/dL
87.0 mg/dL
74.4 ml/mnt/1.73
49.0 mg/dL
Rentang Normal
5-34
0-55
3.50-5.00 g/dL
< 50.00 mg/dL
60 ml/mnt/1.73
<200.00 mg/dL
Elektrolit
Sodium
Potasium
Chlorida
Hasil
135
4,6
113 mmol/ L
Rentang Normal
137-145
3,6-5,0
98- 107 mmol/L
Immunologi/ serologi
HbsAg
Anti HCV
AFP
Haemoglobin
Hasil
0,35
7.10 g/dL
Rentang Normal
0.000-10.000
11.70-15.50
Eritrosit
2.62
WBC
17.38
/L
3.80-5.20
/L
3.60-11.00
24/10/2015
Complete Blood Count
Hasil
Rentang Normal
(CBC)
Haemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
WBC
Platelet Count
12.27 g/dL
39.16 %
4.68 /L
10.59 /L
150.50 /L
11.70-15.50 g/dL
35-47 %
3.80-5.20 /L
3.60-11.00 /L
150.00-440.00 /L
83,68 FL
26.23 pg
31.35 g/dL
8.00-100.00 FL
26.00-34.00 pg
32.00-36.00 g/dL
Ureum
Kreatinin
eGFR
95.0 mg/dL
0.71 mg/dL
106.6 ml/mnt/1.73
<50.00 mg/dL
0.5-1.1 mg/Dl
7.60 ml/mnt/1.73
Elektrolit
Sodium
Potasium
Chlorida
Urine Feme
Warna
Appearance
pH
Leukosit Esterase
Nitrit
Protein
Glukosa
Keton
Urobilinogren
Bilirubin
Occult Blood
Hasil
146
2.9
116 mmol/ L
Hasil
Kuning
Slightly Cloudy
6,00
(2+) 125 cells/ L
Negatif
(3+) 300 mg/dL
*Duplo dengan
silfosalisilat
0,20
Negative
(3+) 200 cells/ L
Rentang Normal
137-145
3,6-5,0
98- 107 mmol/L
Rentang Normal
Clear
4,5-8,00
Negative
Negatif
Negatif
asam
0,10-1.00
Negative
Negatif
/L
/L
Specific Gravity
1.020
1.000-1.030
Microscopic
Eritrosit
Leukosit
Epitel
Casts
Crystal
Others
Many cells/L
Many cells/L
(1+)
Silindre granula (4-5)/LPK
Negative
Bacteria (1+)
0-3
0-10
(1+)
25/10/2015
Albumin : 1.87 g/dL (Normal: 3.50-5.50 g/dL)
c.
-
Diagnostik
17/10/15
Hasil Thorax AP/ PA
Tampak perselubungan pada basal kedua paru menutupi sinus costophrenicus dan diafragma
bilateral.
Cor
: CTR sulit dinilai
Aorta
: Baik
Pulmo
: Corakan bronkho vasc paru meningkat ke arah kranial. Tampak infiltrat
pada suprahiller dan perihiller bilateral
Kesan
: Efusi Pleura bilateral
Awal bendungan paru
- Complete Abdominal USG
a. Hepar
Besar dan bentuk normal, permukaan rata, Struktur vaskular dan biliaris intra/ ekstra hepatik
b.
c.
d.
e.
f.
g.
normal.
Vesica Fellea
Besar, bentuk dan dinding normal, tidak tampak batu/sludge/ SOL
Renal dextra
Ukuran +/- 11.1 x 4,73 cm, tampak gambaran inhomogen parencymal hyperechogenesitas.
Renal sinistra
Ukuran +/- 12, 3 x 5, 82 cm, tampak gambaran inhomogen parencymal hyperechogenesitas.
Spleen
Besar dan bentuk normal, tepi tumpul, tak tampak SOL. Vena lienalis dalam batas normal.
Pankreas
Besar, bentuk dan permukaan normal, ekoparenkim homogen, tak tampak SOL. Tak tampak
pelebaran duktus pankreatikus mayor.
Vesica urinaria
Besar dan bentuk normal, dinding baik, tak tampak batu/ SOL. Trabekulasi dalam batas normal.
XI.
obat
dosis
rute
waktu
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Valsartan
Albumin
Metilprednison
Levofloxacin
KSR
Cavit D3
Omeprazole
Ceftriaxon
Lasix
40 mg
25 %
750 mg
750 mg
2 tab
1 tab
4 mg
2 gr
10mg
oral
IV
IV
IV
Oral
Oral
IV
IV
IV
BD
OD
OD
OD
TDS
tds
bd
bd
1 jam
Analisa Data
Nama Klien/Umur
Ruang/No Kamar/ Bed
Nomor Med. Record
Tgl
1.
: Ibu K
: 2G09
: kelompok tidak mencatat
keluarga)
Klien mengatakan bahwa perut
laboratorium, diagnostik)
Hasil lab : Cl 116 mmol/ L
Masalah Keperawatan
(Kesimpulan DS dan DO)
Kelebihan volume cairan.
infus
dari
Pk.
08.00-12.00
2.
Ketidakseimbangan nut
Tangan serta bagian atas tubuh klien kurang dari kebutuhan tubuh
tampak kurus
Klien menyatakan tidak dapat Terlihat adanya scars pada perut pasien
bergerak selama dirawat karena
Diagnosa Keperawatan
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan didalam jaringan, gangguan
mekanisme regulasi retensio sodium, natrium dan air yang ditandai dengan edema pada
2.
3.
strech
mark
pada
abdomen.
penumpukan cairan (edema) yang ditandai dengan keterbatasan rentang pergerakan sendi.
No.
DiagnosaKeperawtan
DK
1.
2.
3.
4.
ggal/ Waktu
Catatan Perkembangan
No. DK
Catatan Perkembangan
0/15
3.
Bed making. Respon Klien: DS: Klien menyatakan bahwa ia merasa nyaman
untuk tidur di tempat tidur. DO: Tidak tampak adanya kerutan pada tempat
tidur klien.
mengedukasi klien untuk menggunakan pakaian longgar. Respon klien: DS:
Klien menyatakan paham mengapa ia harus menggunakan pakaian longgar.
DO: Klien masih menggunakan pakaian yang tidak longgar karena stok
pakaian yang terbatas.
Memandikan klien dan memberikan lotion pada klien. Respon klien: DS:
Klien menyatakan bahwa kulitnya terasa bersih dan lembab. DO: Kulit klien
4.
tampak lebih bersih dari sebelumnya dan kulit klien tampak lembab.
Memberikan latihan untuk menggeser badan serta kedua kaki pada pasien pada
saat memandikan pasien. Respon klien: DS: Klien menyatakan merasa sakit di
paha sebelah kanan ketika diberi perintah untuk menekuk kaki kanannya. DO:
Klien tampak belum bisa menggeser perut dan kedua kakinya dan masih
dibantu dalam menggeser perut dan kedua kakinya.
Nama dan Ta
Tangan
1.
Memberikan lasix via IV 10 mg kepada klien. Respon klien: DS: Klien
menyatakan ia sudah mulai berkemih sedikit, klien menyatakan merasakan
efek samping seperti merasa mual. DO: Klien tampak tidak menghabiskan
2.
1.
hanya sedikit serta makan bubur yang tidak asin dan puding.
Mengkaji luas edema. Setelah dikaji, edema pada klien dimulai dari abdomen
hingga ke kedua kaki dengan pitting edema 2+ (4mm).
Mengedukasi klien untuk miring kiri miring kanan setiap dua jam. Setelah 2
jam Respon klien: DS: Klien mengerti mengapa ia harus miring kiri dan miring
2.
kanan setiap 2 jam. DO: Klien dengan dibantu oleh keluarganya tampak sedang
merubah posisi.
4.
2.
bawah sedikit demi sedikit. Respon klien: Klien merasa tidak mampu untuk
menggeser kedua kakinya. DO: Klien tampak masih harus dibantu untuk dapat
menggerakkan
kedua
kakinya.
ggal/ Waktu
0/15
0
0/15
0
banyak untuk membeli makanan seperti susu, keju, daging. DO: Tidak tampak
adanya makanan lain selain makanan dari Rumah Sakit
Evaluasi
No. DK
1.
EVALUASI
S: Klien mengatakan sudah mulai berkemih
O: Klien tampak tidak terlalu banyak minum. Tampak edema. Urine output
dari pk.06.00-14.00 sebanyak 300 ml.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan seluruh intervensi (no. 1,2,3,4,5)
2.
0/15
0
3.
0/15
0
4.
Nama dan Ta
Tangan
Bab IV
Pembahasan
Ibu K dirawat di RSU Siloam dengan keluhan Pembengkakan pada perut dan kedua kaki
sejak 8 bulan yang lalu, demam, pinggang kiri terasa nyeri, sulit buang air kecil selama 8 bulan
sampai sekarang, BAK sedikit, BAB sekitar 10 kali/ hari. Mual (+) Muntah (-) p ada tanggal 16
Oktober 2015. Setelah tiba di RSU Siloam klien didiagnosa Sindrom Nefrotik. Hal tersebut didukung
dengan adanya riwayat DM dan penyakit kunig (liver) 4 tahun yang lalu dan didukung dengan
rendahnya nilai albumin (Albumin : 1.87 g/dL (Normal: 3.50-5.50 g/dL) serta tes diagnostik dari
keluhan klien, riwayat klien serta tes lab.
Hal diatas, seperti riwayat, manifestasi yang terdapat dan diungkapkan oleh klien sesuai
dengann teori yang ada tentang sindrom nefrotik, meski tidak semua dialami oleh klien namun hampir
sebagain besar dari teori terdapat dan terjadi pada klien.
Teori tentang sindrom nefrotik sendiri menggungkapkan karena kebocoran atau ketidak
mampuan glomerulus yang mengakibatkan adanya pembuangan protein melalui urin juga telah
dibuktikan oleh klien yang mengalami sindrom nefrotik sendiri, dimana pada hasil lab yang telah
dilampirkan diatas hasil urin menujukkan adanya kandungan protein (+) pada urin klien. Sesuai
dengan teori yang ada etiologi dari munculnya sindrom nefrotik ini diperlihatkan oleh klien memalui
riwayat penyakit yang pernah diderita serta kebiasaan atau pola hidup sehari-hari dari klien.
Diagnosa yang diangkat oleh kelompok tidak semuanya sesuai dengan teori karena kelompok
mengangkat diagnosa ini sesuai dengan kondisi klien pada saat dikaji. Masalah utama yang dialami
oleh klien adalah edema sesuai dengan teori yang ada sehingga kelompok menggangkat diagnosa
Kelebihan volume cairan diagnosa tersebut sesuai dengan teori yang tertulis didalam laporan
pendahuluan. Diagnosa yang kedua dan selanjutnya yang kelompok angkat adalah : (2)
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, (3) Kerusakan integritas kulit, dan
(4) hambatan mobilitas fisik. Dignosa medis yang tercantum di dalam laporan pendahuluan
tidak sesuai dengan diagnosa yang kelompok angkat, hal terebut dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor serta dapat juga dipengaruhi oleh kondis klien yang telah mengalami
perubahan kondisi dan yang sedang dalam masalah pumilihan.
Bab V
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, kelompok menyimpulkan kasus yang dikaji oleh
kelompok sesuai dengan teori yang ada. Namun, ada beberapa hal yang kelompok kaji tidak
sama dengan teori dikarenakan adanya faktor dari luar yang mempengaruhi kondisi klien
seperti lingkungan, respon tubuh klien dan persepsi dari klien sendiri juga mempengaruhi
tanda gejala serta etiologi yang dimunculkan oleh klien. Klien dengan sindrom nefrotik
dalam teori lebih banyak dibahas dan terjadi pada anak-anak namun pada kasusu ini yang
mengalami sindrom nefrotik adalah orang dewasa, hal ini menujukkan sedikitnya angka
kesakitan yang disebabkan oleh sindrom nefrotif pada dewasa, tetapi penyakit inipun tidak
menutup kemungkinan dialami oleh orang dewasa.
Orang yang mengalami sindrom nefrotik ini memiliki ciri khas dari serangannya yaitu
dengan adanya pembengkakan yang disebabkan karena adanya penumpukan cairan pada
seluruh tubuh (edema sistemik). Selain itu seperti yang tertulis selain edema, ciri khas dari
penyakit sindrom nefrotis ini adalah adanya protein dalam urin (proteinuria) yang
mengakibatkan turunnya kadar albumin dalam darah sehingga memberikan hasil nilai
albumin yang rendah. Akibat kurangnya protein dalam darah maka proses metabolisme akan
terganggu sehingga dapat memunculkan masalah baru yang dapat diangkat oleh perawat
terhadap respon dari klien yang mengalami sindrom nefrotik ini.
Perawat juga memiliki peranana yang penting dalam memberikan asuhan keperwatannya
yang dapat membantu klien dalam pemulihannya. Perawat dapat memberikan asuhannya dan melihat
perkembangan dari klien yang dapat dilihat melalui catatan perkembangan dan evaluasi yang tertulis.
Hal tersebut menujukkan pentingnya manajemen keperawatan dalam penangan klien ynag sedang
dirawat di RS.
Reference:
Black, J., Hawks J. (2009). Keperawatan Medikal Bedah, ed 8. Singapura: ELSEVIER.
Luxner, K. (2005). Delmars Pediatric Nursing Care Plans, ed 3. USA: THOMSON
EBM. (2014). Nephrotic Syndrome. Italia: SICS
Foreign Medical Book. (2006). The Complete Encyolopedio of Medicine & Health. Foreign Medical Group Inc.
Kodner, C. (2009). Nephrotic Syndrome in Adults : Diagnosis & Manajemen. USA: University of Loisville School
Medicine.
Park, S.J., Shin, JI. (2011). Complicatioans of Nephrotic Syndrome. Korea: Korean Jurnal Pediatric.
The Royal Childrens Hospital Melbourene.Nephrotic Syndrome. Diakses pada 26 oktober 2015 pada
www.rch.org.au/dinicalguide/guideline_index/nephrotic_syndrome/
Brunner, Suddarath. (2010). Textbook of Medical Surgical Nursing. Edisi 12 Volume I. Cina: Lippincott Company.
Diakses
pada
tanggal
November
2015
pada
https://books.google.co.id/books?
id=SmtjSD1x688C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false
Nephcure Kidney International. (unknown). Nephrotic Syndrome. Italia: King of Prussia. Diakses tanggal 4
November 2015 pada http://nephcure.org/wp-content/uploads/2014/08/Nephrotic-Syndrome-FactSheet.pdf
Rosita, I. R., Muryawan, M. H. (2012). Perbedaan Kualitas Hidup Anak dengan Sindrom Nefrotik Resisten Steroid
dan Sindrom Nefrotik Relaps. Semarang: Universitas Diponegoro. Diakses tanggal 4 November 2015
pada http://medicahospitalia.rskariadi.co.id/index.php/mh/article/view/39/31
Timby, B. K. and Smith, N. E. (2004) Essentials of nursing: Care of adults and children. Philadelphia: Lippincott
Williams and Wilkins.
Santulli, G. (2013). Epidemiology of Cardiovascular Disease in the 21st Century: Updated Numbers and
Updated Facts. Vol 1. (online) http://researchpub.org/journal/jcvd/number/vol1-no1/vol1no1-1.pdf .Di akses pada 5 November 2015
Hull, R., P. (2008). Nephrotic Syndrome in Adults. BMJ Journal. (online)
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2394708/, Diakses pada 5 November 2015.
Chen, M., dkk. (2010). The Renal Histopathological Spectrum of Patients with N ephrotic Syndrome: an
Analysis of 1523 Patiens in a Single Chinese Centre. Vol 26. Oxford Jornals. (online)
http://ndt.oxfordjournals.org/content/26/12/3993.full, Diakses pada 5 November 2015