Sunteți pe pagina 1din 97

PEMERIKSAAN THORAX

NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/ 2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Melakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar x pada bagian
dada sehingga menghasilkan gambaran rongga dada seperti paru paru,
jantung dan tulang iga.
1. Sebagai acuan pemeriksaan rontgen Cranium untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnose
2. Mengetahui anatomi thorax / dada
3. Mengetahui adanya kelainan abnormal congenital ( jantung,
vaskuler )
4. Mengetahui adanya trauma ( pneumothorax, haemothorax )
5. Mengetahui adanya infeksi ( Tuberculosis/ TB ).
6. Sebagai acuan pemeriksaan roentgen Thorax untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnosa sebelom tindak lanjut terapi dam perawaratan.
1
2
3

4
5
6

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi
lainnya dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik

8
9
PROSEDUR

Unit Terkait

Depkes RI
No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang Penik RS-Umdik
/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang Kesehatan
Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.

A. Pasien Tegak
1. Lepaskan perhiasan dan aksesoris yang dapat menimbulkan
artefak pada foto
2. Pasien posisi PA tegak menghadap film
3. Pasien tolak pinggang dan diatur sehingga scapula tidak
menutupi daerah paru
4. Eksposi dilakukan pada saat pasien tahan nafas setelah full
inspirasi
B. Pasien Supine
Pasien posisi supine di atas meja pemeriksaan
Kedua tangan di samping tubuh
3. Eksposi dilakukan pada saat pasien tahan nafa setelah full
inspirasi
C. Pasien Lateral ( Miring ) R/ L
1. Pasien pada kondisi berdiri/ tibudur dengan posisi badan miring
kanan / kiri di atas meja pemeriksaan dengan kedua tangan ada
di atas kepala
FFD
: 120 cm
CR
: Tegak lurus kaset
CP
: Columna Vertebralis VI-VII
Grid
: (-)
Kondisi : kV = 45-55
mAs = 2,00 3,20
Ekposis pada saat pasien tahan napas setelah ekspirasi penuh
Marker R / L
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN BNO ( Blass Nier Oversich )


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan dengan menggunakan sinar x pada bagian
Perut / abdomen untuk hingga menghasilkan gambaran Tracus
urinarius dari ginjal ( Nier ) sampai blass ( Kadung Kemih ) dan
kelainan pada daerah tersebut khususnya sistem urinaria.
1. Sebagai acuan pemeriksaan rontgen BNO untuk mendapatkan
hasil yang akurat dan dapat menegakkan diagnose
2. Untuk Melihat gambaran adanya batu ginjal
3. Untuk melihat kelainan pada sistem urinaria.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes
RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang PenikRSUmdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89
tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap
Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di
Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan

RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

A. Posisi AP ( Anterio posterior ) Supine


1. Pasien supine di atas meja pemeriksaan/brankart
2. Kedua tangan di samping tubuh,
3.kaset dipasang membujur dengan batas atas processus
xypoideus dan batas bawah symphisis pubis
4. Ekposi pada saat pasien tahan napas setelah inspirasi
penuh
FFD
: 90 cm
CR
: tegak lurus film
CP
: pada Pertengahan sias / setinggi lumbal 3
Grid
: (+)
Kondisi
: kV = 65-70 mAs = 16
Marker R / L
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN ABDOMEN POLOS


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

PENGERTIAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan dengan menggunakan sinar x pada bagian Perut /
abdomen untuk menghasilkan gambaran Gastro intestinal

TUJUAN

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Sebagai acuan pemeriksaan rontgen BNO untuk mendapatkan


hasil yang akurat dan dapat menegakkan diagnose.
2. Untuk melihat gambaran ada tidaknya udara bebas dalam
rongga.
3. Untuk melihat gambaran adanya tidaknnya ileus obstruksi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
PROSEDUR

A. Posisi Posisi AP ( Anterio posterior ) Supine


A. Pasien supine di atas meja pemeriksaan/brankart
B. Kedua tangan di samping tubuh,
C. kaset dipasang membujur dengan batas atas processus
xypoideus dan batas bawah symphisis pubis
D. Ekposi pada saat pasien tahan napas setelah inspirasi penuh
FFD
: 90 cm
CR
: tegak lurus film
CP
:Pertengahan sias / Lumbal 3
Grid
: (+)
Kondisi
: kV = 65-70 mAs = 16-20
Marker R / L

Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN ABDOMEN 3 POSISI

NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

RS CITAMA

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.

Dr. Yustitia, MARS


Teknik pemeriksaan dengan menggunakan sinar x pada bagian
Perut / abdomen untuk menghasilkan gambaran Tracus urinarius dari
ginjal
( Nier ) sampai blass ( Kadung Kemih ) dan mampu
memberikan informatif sesuai klinis.
1. Sebagai acuan pemeriksaan rontgen abdomen 3 posisi untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnose.
2.Untuk melihat adanya gambaran udara bebas ( fluid level )
3.Untuk melihat adanya gambaran obstruksi letak rendah
4.Untuk melihat gambaran perforasi ( free Air )
5. Untuk membedakan adanya gambaran meteorismus
( kembung ) dengan obsstruksi

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang

Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat


Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

RS CITAMA

A. Abdomen 3 Posisi
1. Posisi AP ( Antero-Posterior )
a. Pasien supine di atas meja pemeriksaan/brankart
b. Kedua tangan di samping tubuh
c. Kaset di pasang membujur dengan batas atas procesus
xypoideus dan batas bawah sympisis xypoideus
2. Posisi Setengah Duduk ( Semi erect ).
a. Penderita duduk dan kedua kaki lurus dan kedua tangan
sebagai penyangga tubuh
b. Bidang Sagital tubuh tegak lurus kaset
c. Bidang atas prosesus xypoideus dan batas bawah SIAS
3. LLD (Left Lateral Decubitus)
a. Posisi pasien true lateral dengan sisi kiri menempel film
dan sisi kanan diatas.
b. Pasien berbaring ke kiri dengan tangan kiri dengan tangan
kiri sebagai bantalan kepala dan kedua lutut di flexikan.
c. Posisi kaset dibelakang tubuh dengan lisolum menempel
pada kaset dan atur sedemikian rupa hingga tepat pada
pertengan objek
d. Batas atas prosesus xypoideus dan batas bawah symphisis
pubis
FFD
: 90 cm
CR
: tegak lurus film
CP
: difragma
Grid
: (+)
Kondisi
: kV = 65-70 mAs = 16-20
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN CRANIUM

NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAAN
RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan dengan menggunakan sinar x pada bagian kepala
/ Cranium
1. Sebagai acuan pemeriksaan rontgen Cranium untuk mendapatkan
hasil yang akurat dan dapat menegakkan diagnose
2.
Untuk
melihat
gambaran
keseluruhan kepala
3.
Untuk melihat ada tidaknya
gambaran fraktur

KEBIJAKAN

2.
3.

4.
5.
6.

7.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes
RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89
tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap
Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di
Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan
RI

8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang


penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

RS CITAMA

1.Posisi AP (Antero-Posterior) / PA ( Posterior anterior )


a. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, Mid Sagital Plane
tepat di garis tengah meja pemeriksaan
b. Kepala ditundukkan sehingga Orbito Meatal Line (OML)
tegak lurus dengan bidang film
c. Lakukan fiksasi pada bagian kepala dengan menggunakan
spondan juga sanbag untuk mencegah pergerakan ada objek
kepala dan tidak ada torsi (miring)
d. Gunakan lysolem / grid agar gambaran yang dihasilkan baik
dan atus luas kolimasi / batas lapangan penyinaran sesuai
objek
2. Posisi Lateral
a. Pasien semi prone di atas meja pemeriksaan dengan MSP
tubuh tepat pada Mid line Meja pemeriksaan
b. Kepala di rotasi ke arah yang akan diperiksa sehingga MSP
kepala sejajar dengan film. Untuk menjaga agar bagian
kepala belakang tidak terpotong maka dagu ditarik kea rah
dalam.
c. Guna lysolem / grid agar gambaran yang dihasilkan baik dan
atur luas kolimasi / batas lapangan penyinaran sesuai objek.

FFD
: 90 cm

CR
: Tegak lurus kaset

CP
: Sella Tursica

Grid
: (+)

Kondisi : kV = 65
mAs = 18

Marker R / L
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL

NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan radiologi dengan menggunakan sinar x untuk
memperlihatkan bagian bagian atau struktur dari sinus

TUJUAN

a. Untuk melihat rongga berisi udara yang terletak pada tulang


frontal, etmoidal, sphenoidala dari tulang tengkorak serta tulang
maxilla dari tulang wajah.
b. Untuk melihat peradangan pada mukosa sinus paranasal, diman
mukosa tampak oedema ( bengkak ) dab adanya bendungan

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes
RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang PenikRSUmdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89
tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap
Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di
Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan
RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

A.

Proyeksi Waters
1.
Pasien prone di atas meja pemeriksaan,
Mid sagital plane tepat segaris tengah meja pemeriksaan
2.
Kepala diekstensikan (ditengadahkan),
dagu menempel meja pemeriksaan, Orbito Meatal Line
(OML) membentuk sudut 37 derajat terhadap meja
pemeriksaan
B. Posisi Face Bone Lateral
1. Pasien semi prone di atas meja pemeriksaan, sisi yang sakit
dekat dengan meja pemeriksaan
2. Kepala dirotasikan sehingga posisi kepala parallel dengan film
C. Posisi AP
a. Pasien supine di atas meja pemeriksaan, Mid Sagital Plane
tepat di garis tengah meja pemeriksaan
b. Kepala ditundukkan sehingga Orbito Meatal Line (OML)
tegak lurus dengan bidang film
c. Lakukan fiksasi pada bagian kepala dengan menggunakan
spondan juga sanbag untuk mencegah pergerakan ada objek
kepala dan tidak ada torsi (miring)
d. Gunakan lysolem / grid agar gambaran yang dihasilkan baik
dan atus luas kolimasi / batas lapangan penyinaran sesuai
objek
FFD
: 90 cm
CR
: Tegak lurus kaset
CP
: obyek yang akan difoto
Grid
: (+)

Kondisi : kV = 70
mAs = 12,5
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN COLUMNA VERTEBRAE CERVICAL


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen Columna Vertebrae Cervical dengan
menggunakan sinar x untuk menegakkan diagnose.
a. Untuk melihat CV. Cervical III sampe Thoracal II
b. Diskus Intervertebralisnya terbuka
c. Untuk Melihat adanya fraktur CV. Cervical
d. Untuk melihat Prosesus Spinosus.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

RS CITAMA

Pasien Antero-Posterior
1.
Pasien Erect
2. MSP leher tegak lurus kaset , batas atas kaset 5-7 cm di
atas MAE
Posisi Lateral
1. Pasien erect, salah satu sisi (R/L) dekat kaset dagu
tengadah
2. MSP leher sejajar kaset, batas atas 5-7 cm di atas MAE
Posisi Oblique (RPO/LPO)
1.
Pasien erect, MSP tubuh membentuk sudut 45 derajat
2.
Sisi yang akan diperiksa dekat kaset
3.
Batas atas 5-7 cm di atas MAE
FFD
: 90 cm
CR
: Tegak lurus kaset
CP
: 5 cm arah lateral setinggi cricord
Grid
: (+)
Kondisi
: kV = 70
mAs = 12,5
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN VERTEBRAE THORACALIS

NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan roentgen Vertebrae Thoracal dengan
menggunakan sinar x untuk menegakkan diagnose.
a. Untuk melihat seluruh tulang prosesus spinosus berada ditengah
colum vertebrae berada ditengah Nampak ribs, shoulder, paru dan
diafragma
b. Untuk melihat vertebra secara jelas melalui ribs dan paru, kedua
belas tulang vertebra berada di tengah gambaran.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang

standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan


Kesehatan.
PROSEDUR

A.

Posisi Antero-Posterior
Pasien supine pada meja

1.
pemeriksaan
2.

Mid sagital plane tubuh tepat


pada garis tengah kaset

B.

Posisi Lateral
1.
Pasien tidur menyimpang
dalam posisi lateral kanan/kiri
2.
Posisi kaki recumbent gar
kecembungan vertebrae Thoracal berkurang
3.
Mid axillary plane tubuh tepat
pada pertengahan kaset

C.

Posisi Oblique (RPO/LPO)


1. Pasien supine dengan sisi yang akan diperiksa dekat
dengan kaset
2. MSP tubuh membentuk sudut 45 derajat terhadap kaset
3. Batas atas setinggi C7 dan batas bawah setinggi L1
FFD
: 90 cm
CR
: tegak lurus kaset
CP
: Vertebrae Thoracal VI
Grid
: (+)
Kondisi : kV = 70
mAS = 16
Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN VERTEBRAE LUMBO-SACRAL


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN
TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik roentgen Vertebrae Lumbo-Sacral dengan menggunakan sinar
x untuk menegakkan diagnose
a. Untuk melihat tulang belakang terutama lumbal dan sacrum
b. Untuk melihat adanyanya penyempitan dan pengapuran tulang

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan

Kesehatan.
PROSEDUR

A.

B.

Unit Terkait

AnteroPosterior
1.
Pasien
supine di atas meja pemeriksaan, MSP tepat di garis
tengah meja pemeriksaan
2. Batas atas Prosesus xypoideus dan batas bawah
simphisis pubis

Lateral
1. Pasien tidur dengan posisi true lateral dengan lutut
kaki flexi
2. Vertebrae Lumbo-Sacral tepat di garis tengah meja
pemeriksaan
FFD
: 90 cm
CR
: Tegak lurus kaset
CP
: Columna Vertebra IV-V
Grid
: (+)
Kondisi
: AP
kV = 70
mAs = 20
Lateral kV = 80
mAs = 40
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN OSSA MANUS


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen Ossa Manus dengan menggunakan
sinar x untuk mendapatkan hasil gambaran tulang telapak tangan
yang akurat dan dapat menegakkan diagnosa

TUJUAN

a. Mengetahui anatomi tulang os. Manus / telapak tangan.


b. Melihat adanya kelainan dan fraktur pada tulang Os. Manus.
c. Mengetahui apakah ada dislokasi pada sendi telapak tangan.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen

2.
3.

4.
5.
6.

7.

Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
PROSEDUR

Postero-Anterior
1.
Pasien duduk di samping meja pemeriksaan
2.
Tangan (Manus) di letakkan PA di atas kaset
3.
Telapak tangan menempel kaset
4.
Jari-jari lurus
Oblique Postero-Anterior
1. Tangan diletakkan lateral di atas kaset
2. Diputar endorotasi 45 derajat terhadap kaset
3. Jari-jari diatur renggang
4. Ujung jari-jari menempel kaset
FFD
: 90 cm
CR
: Tegak lurus kaset
CP
: Metacarpophlangeal digiti III
Kondisi : kV = 45
mAs = 10

Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN ARTICULATIO CUBITI


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen Arteculatio Cubiti dengan
menggunakan sinar x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan
dapat menegakkan diagnosa.
a. Untuk melihat ada tidaknya kelainan pada tulang cubiti
b. Untuk melihat adanya pengapuran / fraktur pada tulang cubiti.

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang

standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan


Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

B. Posisi Antero-Posterior
1. Pasien duduk menyamping di ujung meja pemeriksaan,
tepi tangan yang difoto di atur telentang pada film
2. Elbow joint Ekstensio penuh dan diposisikan di atas
kaset
C. Posisi Lateral
1. Pasien duduk menyamping di ujung meja pemeriksaan,
tepi tangan yang difoto di atur telentang pada kaset
2. Elbow joint fleksi 90 derajat, antebrachii dan manus
diposisikan lateral dengan tepi ulnaris menempel meja
pemeriksaan
3. Elbow joint diatur true lateral di tengah-tengah kaset
FFD
: 90 cm
CR
; Tegak lurus kaset
CP
: Epiconylus lateralis
Kondisi
: kV =
55
mAs = 2
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN OSSA ANTEBRACHI


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

TANGGAL TERBIT
.

Dr. Yustitia, MARS


PENGERTIAN
Teknik pemeriksaan rontgen Antebrachi dengan menggunakan sinar
x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnosa.
TUJUAN
Untuk melihat kelainan / fraktur pada tulang lengan tangan.
Untuk Mengetahui anatomi tulang lengan.
KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang

standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan


Kesehatan.
PROSEDUR

A. Postero-Anterior
1.
Pasien duduk menyamping di meja
pemeriksaan, tepi tangan yang difoto diatur telentang pada
film
2.
Lengan bawah terlentang, pergelangan
tangan dan sendi siku masuk film
Lateral
1. Pasien duduk menyamping di ujung meja pemeriksaan,
tepi tangan diatur agar os ulna dekat dengan kaset
2. Siku diatur 90 derajat, sendi bahu direndahkan
FFD
: 90 cm
CP
: Pertengahan antebrachii tepi radialis
Kondisi
: kV = 50
mAs = 2,5

Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN WRIST JOINT


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen wrist Joint dengan menggunakan sinar
x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnosa.

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Untuk melihat anatomi tulang tulang metacarpal, Carpal


( Schapoid, Lunatum, Triquetrum, Phisiform, Trapezium,
Trapezoid, Capitatum dan Hamatum ) dan os. Radius, Ulna pada
telapak tangan.
Untuk melihat kelainan / fraktur pada tulang tangan .
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen

Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

Posisi Antero-Posterior
1. Pasien duduk menyamping di meja pemeriksaan
2. Lengan bawah dan tangan prone
3. Wrist joint diatur true postero-anterior di tengah-tengah
kaset
Posisi Lateral
1. Pasien duduk mewnyamping di meja pemeriksaan
2. Sendi siku fleksi 90 derajat lengan bawah dan tangan
diletakkan lateral di atas meja pemeriksaan dengan tepi
ulnaris menempel meja pemeriksaan
3. Wrist joint diatur true lateral di tengah-tengah kaset
4. Kaset horizontal di atas meja pemeriksaan
FFD
: 90 cm
CP
: Prosesus styloideus radius
Kondisi
: kV = 50
mAs = 2
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN OS HUMERUS
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
1/1

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen Os. Humerus dengan menggunakan
sinar x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat
menegakkan diagnosa.

PENGERTIAN

TUJUAN

Untuk melihat kelainan / fraktur pada tulang lengan tangan.


Untuk Mengetahui anatomi tulang lengan atas / humerus
.

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

A.

Posisi Antero-Posterior
1.
Pasien supine/erect
2.
Os humerus dan antebrachii lurus dan
sedikit abduksi
3.
Telapak tangan menghadap ke anterior
4.
Os hunerus memanjang pada
pertengahan kaset denagan batas atas shoulder joint dan
batas bawah elbow joint
FFD
: 90 cm
CP
: pertengahan os humerus
CR
: tegak lurus kaset
Kondisi : kV = 55
mAs = 2,5
B. Posisi Lateral
1.
Pasien supine atau
erect
2.
Lengan endorotasi
sehingga telapak tangan menghadap ke radial
3.
Elbow joint fleksi
4.
Telapak tangan
diletakkan diantara perut
FFD
: 90 cm
CP
: pertengsahan os humerus
CR
: tegak lurus kaset
Kondisi ; kV = 55
mAs = 2,5
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN OS. CRURIS


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen Os. Cruris dengan menggunakan sinar
x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnosa.

PENGERTIAN

TUJUAN

Untuk melihat kelainan / fraktur pada tulang Tungkai bawah ada


tulang tibia dan fibula. .
Untuk Mengetahui anatomi tulang pada tungkai bawah.

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan

Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi


lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
PROSEDUR

A.

Posisi Antero-Posterior
1. Pasien supine atau duduk
2. Tungkai bawah (cruris) diatur true Antero-Posterior
3. Malleolus lateralis dan medialis pada ankle joint berjarak
sama terhadap film/kaset
4. Kaset diletakkan horisontal
B.
Posisi Lateral
1. Pasien tidur miring
2. Tungkai yang difoto lurus, tungkai yang lain diletakkan di
belakang tungkai yang difoto
3. Tungkai bawah (ossa Cruris) diatur true lateral
4. Ankle joint dan knee joint diatur true lateral
5. Kaset horizontal
FFD
: 90 cm
CR
: tegak lurus kaset
CP
: pertengahan ossa cruris
Grid
: (-)
Kondisi : kV = 50-55
mAs = 2,5

Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN ARTICULATIO GENU


NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN

RS CITAMA

2/2
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen Art. Genu dengan menggunakan sinar
x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnosa.

PENGERTIAN

TUJUAN

Untuk melihat kelainan / fraktur pada tulang art. Genu


Untuk Mengetahui anatomi tulang pada Art. Genu

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen

Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

Posisi Antero-Posterior
1. Pasien supine
2. Articulatio Genu yang akan difoto diletakkan di atas
kaset true AP
B.
Posisi Lateral (medio Lateral)
1.
Pasen semi prone
2. Tungkai dan tepi yang akan difoto dekat meja
pemeriksaan
3. Tungkai yang lain fleksi diletakkan di depan tungkai
yang akan difoto
4. Articulatio Genu yang difoto sedikit fleksi untuk
memudahkan pengaturan true lateral, dengan cara
mengatur Condylus medialis
FFD
: 90 cm
CR
: Tegak lurus kaset
CP
; Condylus medialis
Grid
: (-)
Kondisi : kV = 50-55
mAs = 2,5
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN OS FEMUR
NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN

RS CITAMA

2/2
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik pemeriksaan rontgen Os. Femur dengan menggunakan sinar
x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnosa.

PENGERTIAN

TUJUAN

Untuk melihat anatomi pada os femur


Untuk melihat adanya kelainan / fraktur pada os. Femur.

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
PROSEDUR

Antero-Posterior
1.
Pasien supine di atas meja pemeriksaan
, kedua tungkai lurus
2.
Tungkai atas yang difoto diatur agar
sejajar meja pemeriksaan, SIAS kanan dan kiri berjarak
sama terhadap meja pemeriksaan
3.
Lutut diatur lurus sehingga condylus
lateral dan medial berjarak sama terhadap meja
pemeriksaan
B.
Lateral
1. Pasien tidur miring di atas meja pemeriksaan dengan tepi
yang difoto menempel di kaset, lutut sedikit ditekuk
persendian kaki diganjal spon dan di atas tungkai bawah
diletakkan sandbag untuk immobilisasi
FFD
: 90 cm
CR
: tegak lurus kaset
CP
: Pertengahan os Femur
Grid
: (-)
Kondisi
: kV = 65
mAs = 5

Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN OS. PEDIS


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

TANGGAL TERBIT
.

Dr. Yustitia, MARS


PENGERTIAN
Teknik pemeriksaan rontgen Os. Pedis dengan menggunakan sinar
x untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat menegakkan
diagnosa
TUJUAN
Untuk melihat anatomi pada os. Pedis
Untuk mengetahui adanya kelainan / Fraktur pada os. Pedis.
KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi

9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang


standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
PROSEDUR

Posisi Dorsi-Plantar
1.
Pasien duduk/supine di atas meja
pemeriksaan
2.
Genu fleksi, telapak kaki diletakkan di
atas kaset yang horizontal pada meja pemeriksaan
3.
Tungkai yang difoto diatur agar tidak
condong ke medial ataupun lateral, tungkai yang difoto
lurus
Posisi Medio-Lateral
1.
Pasien semiprone
2. Telapak kaki diatur vertical dengan tepi medialnya
menempel kaset dan diatur pada pertengahan film
3.
Kaset horizontal di atas meja pemeriksaan
FFD
CR
CP
Grid
Kondisi

Unit Terkait

: 90 cm
: tegak lurus kaset
: Pertengahan os Femur
: (-)
: kV = 55
mAs = 2,5

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN APPENDICOGRAM
DENGAN BARIUM SULFAT
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN
TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik yang dilakukan untuk melakukan sebuah pemeriksaan
rontgen appendicogram dengan cara meminum larutan barium sulfat.
Sebagai acuan pemeriksaan rontgen APPENDICOGRAM untuk
mendapatkan hasil yang akurat, Melihat gambaran appendix / usus
buntu, untuk menegakkan diagnosa yang dilakukan minimal 30 jam .

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen

Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

petugas memberikan penjelasan kepasien tentang


persyaratan pemeriksaan dan memberikan barium sulfat.
Pasien mencampurkan barium dengan air 250 ml air putih
hangat di gelas belimbing ( muk ) di aduk sampe rata
terus diminum langsung habis.
setelah itu pasien boleh tetap makan dan minum dan
tidak boleh BAB sampe waktu yang di tentukan minimal
10 jam setelah minum barium sulfat

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN BNO IVP DENGAN KONTRAS


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Teknik yang dilakukan untuk melakukan sebuah pemeriksaan
rontgen bno-ivp dengan cara memasukan / menyuntikan media
kontras ke pemuluh darah
Sebagai acuan pemeriksaan rontgen BNO IVP untuk mendapatkan
hasil yang akurat, Melihat fungsi ginjal, saluran kemih untuk
menegakkan diagnose yang dilakukan minimal 1 jam

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
PROSEDUR

1.
2.

3.

4.
5.

Unit Terkait

RS CITAMA

Melakukan pemeriksaan darah di Laboratorium untuk melihat


fungsi ginjal (pemeriksaan Ureum dan Kreatin).
Mulai Jamhanya boleh makan bubur dengan kecap atau
dengan air kaldu/sup. Tidak boleh makan daging, sayur, atau
buah. Bubur harus benar-benar hancur. Dianjurkan banyak
minum air bening/teh/sirup.
Jam :............ makan terakhir, setelah itu puasa tidak boleh makan
dan merokok, diusahakan jangan banyak berbicara hingga
pemeriksaan selesai dilakukan esok harinya.
Jam :............ 7 tablet dulcolax diminum sebelum tidur, banyak
minum air agar usus besar dapat tercuci bersih.
Tanggal :.. ; Jam :. Datang ke Bagian
Radiologi RS.CITAMA masih dalam keadaan puasa untuk
dilakukan pemeriksaan.

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN USG ABDOMEN

NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pemeriksaan pencitraan yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk membuat serial gambar dari bagian bagian tubuh yang
diperiksa.
Sebagai acuan pemeriksaan Usg Abdomen untuk mendapatkan hasil
yang akurat, Melihat organ dalam tubuh dan menegakkan diagnosa
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan

Kesehatan.
PROSEDUR

Unit Terkait

RS CITAMA

Paien Puasa makan Minimal 6 Jam sebelum pemeriksaan


dilakukan, Untuk anak < 3 tahun Cukup Puasa 4 jam.
Pasien Boleh minum air putih
Sebelum Pemeriksaan dilakukan Pasien perlu banyak minum
air putih
Tidak boleh buang air kecil minimal jam sebelum
pemeriksaan dilakukan, agar kandung kemih terisi penuh
Bila pasien di pasang kateter harap di klem / distop 2 Jam
sebelum di periksa
Pasien puasa minimal dar jamwib makan terakhir
Diharapkan datang kebagian radiologi pada :
Hari / Tanggal :
Jam
: .
Pasien datang 30 Menit sebelum pemeriksaan
dilakukan

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN USG MAMAE

NOMOR DOKUMEN

NOMOR

HALAMAN

REVISI
2/2
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pemeriksaan pencitraan yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk membuat serial gambar dari bagian bagian tubuh yang
diperiksa terutama mamae
Sebagai acuan pemeriksaan Usg mamae untuk mendapatkan hasil
yang akurat, Melihat organ soft tisue dan menegakkan diagnosa

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

PROSEDUR

a.

Pasien datang keradiologi untuk pemeriksaan usg


mamae

b.

Unit Terkait

Pasien melakukan perjanjian untuk pemeriksaan usg


mamae diradiologi
c. Pemeriksaan usg mamae dikerjakan langsung dokter radiologi
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN USG THORAX


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pemeriksaan pencitraan yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk membuat serial gambar dari bagian bagian tubuh yang
diperiksa terutama dada dalam
Pemeriksaan usg thorax diradiologi untuk melihat adanya kelainan
pada paru paru ada tidaknya kelainan seperti Efusi pleura, hamatoe
thorax dan jantung ada tidaknya kelainan yang tak terdeteksi / tak
tampak di foto thorax

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan

PROSEDUR

Unit Terkait

a. Pasien datang keradiologi untuk pemeriksaan usg thorax


b. Pasien melakukan perjanjian untuk pemeriksaan usg thorax
diradiologi
c. Pemeriksaan usg thorax dikerjakan langsung dokter radiologi
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN USG TESTIS


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA
TEKNIK

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

TANGGAL TERBIT

Ditetapkan Oleh

Direktur RS CITAMA
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN

.
Dr. Yustitia, MARS
Pemeriksaan pencitraan yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk membuat serial gambar dari bagian bagian testis yang
diperiksa.
Pemeriksaan usg testis untuk melihat ada tidaknya kelainan pada
testis kanan dan kiri

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

PROSEDUR

a. Pasien datang keradiologi untuk pemeriksaan usg thorax


b. Pasien melakukan perjanjian untuk pemeriksaan usg thorax
diradiologi
c. Pemeriksaan usg thorax dikerjakan langsung dokter radiologi

Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN USG TYROID


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

TANGGAL TERBIT
.

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PENGERTIAN

TUJUAN

Dr. Yustitia, MARS


Pemeriksaan pencitraan yang menggunakan gelombang ultrasound
untuk membuat serial gambar dari bagian bagian leher yang
diperiksa.
Pemeriksaan usg tyroid untuk melihat kelenjar tyroid pada leher

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

PROSEDUR

Unit Terkait

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

a. Pasien datang keradiologi untuk pemeriksaan usg thorax


b. Pasien melakukan perjanjian untuk pemeriksaan usg thorax
diradiologi
c. Pemerikssan usg thorax dikerjakan langsung dokter radiologi
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PEMERIKSAAN RADIOLOGI PASIEN


INSTALASI GAWAT DARURAT
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

PROSEDUR
TETAP
OPERASIONA
L

TANGGAL TERBIT
.

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PENGERTIAN
TUJUAN

Dr. Yustitia, MARS


Pasien instalasi gawat darurat yang membutuhkan pemeriksaan
radiologi.
Sebagai acuan bagi dokter dan perawat instalansi gawat darurat,
apabila pasien IGD membutuhkan pemeriksaan radiologi.

KEBIJAKAN

1.

Pelayanan radiologi RS.

CITAMA buka 24 jam


2. Sebagai acuan bagi dokter, perawat dan pasien dalam
melakukan permintaan pemeriksaan radiologi yang benar.

PROSEDUR

Unit Terkait

1.
2.
3.

Pasien dating ke instalansi gawat darurat dan melakukan


pendaftaran di bagian pendaftaran.
Dokter IGD melakukan pemeriksaan kepada pasien apabila
pasien memerlukan pemeriksaan radiologi kemudian dokter
menjelaskan ke pasien bahwa akan dilakukan pemeriksaan
radiologi.
Bila Pasien telah setuju maka dokter membuat pengantar
radiologi lalu perawat igd memberitahukan kekeluarga pasien
untuk melakukan pembayaran langsung di kasir.
Setelah pembayaran / pelunasan pemeriksaan radiologi
keluarga pasien kembali ke igd untuk memberikan pengantar
yang di sertain cap lunas.
Perawat lalu langsung membawa pasiennya ke ruang
radiologi untuk di lakukan pemeriksaan rontgen sesuai apa
yang di minta dokter igd.

Hasil foto bisa ditunggu 5 menit dengan hasil basah ( pasien


CITO ) dan bila pasien rawat inap dan rawat jalan hasil bisa
ditinggal nunggu hasil tertulis dari dokter radiologi.

Instalasi Gawat darurat


Instalasi Radiologi
Kasir

PENGGUNAAN MARKER
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

TANGGAL TERBIT
.

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PENGERTIAN

Dr. Yustitia, MARS


Menberikan tanda / identitas lokasi pada setiap foto rontgen.

TUJUAN

Supaya tidak ada kesalahan pada setiap foto yang akan di buat dan
membaca hasil expertise

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

PROSEDUR

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Letakkan Marker pada bidang yang tidak menutupi obyek


Letakkan marker pada bagian kaset yang terkena sinar x
Letakkan marker pada perekat ( Plester )
Letakkan marker sesuai posisi pasien
Gunakan marker yang sesuai jenis pemeriksaan
Marker R untuk pemeriksaan extremitas kanan, posisi
lateral kanan atau posisi tubuh bagian kanan.
7. Marker L Untuk pemeriksaan extremitas kiri, posisi lateral
kiri atau posisi tubuh bagian kiri
8. Marker Angka untuk identitas pasien atau penunjuk waktu
pada pemeriksaan IVP.

Unit Terkait

Unit Radiologi RS. CITAMA

PENGGUNAAN CASSETTE
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA
L

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS

PENGERTIAN

Pemakaian tempat film rontgen

TUJUAN

Untuk menghasilkan foto rontgen yang optimal dan akurat

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89
tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap
Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di
Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan
RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

PROSEDUR

1. Isi kaset dengan film yang sesuai cassette dan ukuran


2. Gunakan kaset dengan sisi yang bertuliskan TUBE SIDE
menghadap tabung sinar x
3. Bersihkan kaset apabila terkena kotoran terutama bila terkena
media kontras
4. Letakkan kaset pada tempat yang aman, jgan sampai jatuh atau
terbentur
5. Isis dengan film dan tutuplah kaset apabila tidak terpakai
6. Gunakan film yang sesuai dengan jenis screen

Unit Terkait

Unit Radiologi RS. CITAMA

PEMAKAIAN APRON
( BAJU PELINDUNG SINAR X )
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
HALAMAN
REVISI
RS CITAMA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA
L
PENGERTIAN
TUJUAN

2/2
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Rompi / baju untuk melindungi badan dari sinar x
Menahan / melindungi sianr hambur pada waktu ada sinar x / pada
saat pemeriksaan foto rontgen

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

PROSEDUR

Unit Terkait

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89
tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap
Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di
Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan
RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

1. Ambil apron dari tempat penyimpanan


2. Kenakan / di pakai ketubuh, pemekaian tidak boleh terbalik
3. Penggunaan apron tidak boleh membelakangi arah berkas
radiasi / sinar x
4. Kancingkan apron yang sudah terpakai
5. Letakkan kembali ketempat penyimpanan dan jangan sampai
terlipat
6. Bersihkan apabila terkena kotoran
7. Untuk pasien wanita hamil, gunakan apron untuk menutupi
daerah abdomen yang menghadap tabung sinar x
Unit Radiologi RS. CITAMA

PENERIMAAN,PENGGANTIAN DAN PENGARSIPAN


FILM TLD HASIL PAPARAN RADIASI
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
HALAMAN
REVISI
RS CITAMA

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA
L
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

2/2
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Suatu alat untuk mengukur seberapa besar dosis yang diterima tubuh
petugas radiologi / radiolografer dan membuat cacatan paparan
radiasi secara rutin
Untuk mengetahui seberapa besar dosis radiasi yang ada ditubuh
petugas radiasi dan mencatat, mengarsipan hasil paparan secara
berkala.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009

2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

PROSEDUR

tentang Rumah Sakit


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89
tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap
Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di
Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan
RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.
1.
2.
3.
4.

Terima Film TLD baru catat di bagian umum rumah sakit


Terima film TLD di Unit radiologi
Catat dibagin arsip radiologi
Nilai hasil paparan dicatat pada masing masing kartu pada
tempat semula

5.
Unit Terkait
Unit Radiologi RS. CITAMA

PEMERIKSAAN RADIOLOGI TANPA KONTRAS


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TEKNIK
PEMERIKSAA
N RADIOLOGI

PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pemeriksaan radiology tanpa kontras adalah pemeriksaan radiology
yang dilaksanakan tanpa menggunakan media kontras
Sebagai pedoman dalam melaksanakan pemeriksaan radiology
extremitas dan abdominalis tanpa kontras oleh radiografer
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau

4.
5.
6.

7.

8.
9.

UNIT ERKAIT

sumber radiasi lannya.


Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan

1. Instalasi Radiologi

ALUR PELAYANAN RADIOLOGI


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

PROSEDUR
TETAP ALUR
PELAYANAN
PASIEN

PENGERTIAN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
1/1

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pelayanan yang baik akan memberi kesan yang baik pula pada pasien.
Oleh karena itu perlu prosedur pelayanan yang mudah dilaksanakan
mulai dari pendaftaran, tindakan sampai hasil tindakan.

TUJUAN

Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan di Instalasi


Radiologi agar sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan
mulai dari pendaftaran, tindakan sampai hasil tindakan (foto rontgen)

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan

4.
5.
6.

7.

8.
9.

Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber


radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

PROSEDUR

1. Pasien kekasir menyerahkan form rontgen dan bayar


2. Permintaan rontgen & kwitansi pembayaran tersebut diserahkan
ke bagian radiologi
3. Petugas membuat label foto
4. Petugas memberikan nomor foto di lembar permintaan rontgen
sesuai dengan nomor di label foto
5. Selanjutnya kepada penderita / pasien dilakukan tindakan sesuai
dengan permintaan dokter
6. Petugas pelaksana memberitahukan kapan hasil pemeriksaan
dapat diambil

Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PELAYANAN RADIOLOGI
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

KEBIJAKAN
TENTANG
PELAYANAN
RADIOLOGI

PENGERTIAN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Instalasi Radiologi memberikan pelayanan rutin yaitu pasien dari
Rujukan Luar , rawat jalan maupun rawat inap dan pelayanan gawat
darurat.

TUJUAN
Sebagai pedoman dalam menyelenggarakan pelayanan radiologi
KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga

5.
6.

7.

8.
9.
PROSEDUR

Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

MEDICAL CHECK UP UNTUK PETUGAS RADIOLOGI


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA
PEMERIKSAA
N KESEHATAN
BAGI
PETUGAS
RADIOLOGI
(MEDIS DAN
PARAMEDIS
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
1/1

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Bekerja di lingkungan radiasi bisa menimbulkan efek negative bagi
kesehatan. Oleh karena itu petugas radiology yang bertugas pada
lingkungan radiasi harus selalu memantau kondisi tubuhnya dengan
jalan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin
Sebagai acuan bagi petugas radiology untuk mengetahui kondisi
tubuhnya yang telah bekerja di lingkungan radiasi dengan cara
pemeriksaan kesehatan secara berkala
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang

6.

7.

8.
9.

Penyelenggaraan pelayanan Radiologi


Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan
bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89 tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan
Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi
lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen
Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan

PROSEDUR

1. Setiap pegawai radiology yang bekerja langsung dengan sumber


radiasi (medis dan paramedic) wajib memeriksakan kesehatan
berkala (Check Up)
2. Pemeriksaan yang dilakukan adalah :

Pemeriksaan fisik bila diperlukan

Pemeriksaan laboratorium dilakukan satu kali dalam


setahun

Darah rutin (Hb, Al, HJL, LED, Alkali fosfatase)

Darah untuk fungsi lever (SGOT, SGPT, Protein,


Billirubin, Alkali)

Darah untuk fungsi ginjal (Ureum Creatinin)

Pemeriksaan foto harus dilakukan 3 tahun sekali atau


bila diperlukan
3. Hasil pemeriksaan kesehatan disimpan dan diarsip Instalasi
Radiologi, dokumen dan evaluasi radiasi

Unit Terkait

Penunjang Medis

KEADAAN DARURAT PESAWAT RADIOLOGI


NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN

RS CITAMA

1/1

PROSEDUR
TETAP
KEADAAN
DARURAT
PESAWAT
RADIOLOGI

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS

PENGERTIAN
Keadaan darurat adalah keadaan dimana ada kerusakan pada pesawat
yang dikuatirkan akan membahayakan pasien atau petugas
TUJUAN
Sebagai acuan/pedoman dalam penanganan keadaan darurat pesawat
rontgen di Instalasi Radiologi sehingga terhindar dari kesalahan
prosedur
KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga

5.
6.

7.

8.
9.
PROSEDUR

Unit Terkait

Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan

1. Hentikan pemeriksaan
2. Turunkan pasien dari meja pemeriksaan
3. Segera matikan saklar daya listrik PLN, sehingga semua aliran
listrik ke pesawat rontgen terputus
4. Hubungi Instalasi Pemeliharaan Sarana untuk memeriksa pesawat
rontgen
Penunjang Medis Radiologi
Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

PENGOPERASIAN ALAT AUTOMATIC


PROCESSOR CENTURIA LD-101
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PROSEDUR
TETAP
PENCUCIAN
FILM
RADIOLOGI
PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Cara Pengoperasian Automatic Processor untuk pencucian film secara
benar.
Sebagai pedoman dalam menggunakan automatic processor agar
terhindar dari kesalahan prosedur.

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi

Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang


kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
PROSEDUR

Menggunakan Alat :
1. Hubungkan Kabel dengan PLN
2. Tekan tombol hitam untuk menyalakan alat ( ON )
3. Film dimasukan setelah ada tanda bunyi.
4. Setelah itu alat sudah bisa di operasikan.

Unit Terkait

Penunjang Medis Radiologi

PENCUCIAN FILM DENGAN AUTOMATIC PROCESSOR


CENTURIA LD-101
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

PROSEDUR
TETAP
PENCUCIAN
FILM
RADIOLOGI
PENGERTIAN

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Prosesing automatic film adalah Alat proses pencucian film, yang
telah diekspose sehingga akan tercipta gambaran yang permanent pada
film roentgen yang automatis tercetak dengan sendirinya.

TUJUAN

Sebagai acuan/pedoman dalam melaksanakan prosesing film di kamar


gelap agar terhindar dari kesalahan prosedur dan mendapatkan hasil
foto yang baik dan akurat.

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang

kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.


627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
PROSEDUR

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengambil cassette yang telah diekspose


Mematikan lampu penerangan kamar gelap
Membuka cassette, ambil filmnya
Cetak identitas pasien yang telah ditulis pada label
Masukkan film tersebut ke dalam processing automatic
Isi cassette dengan film yang baru dan tutup kembali cassette
Letakkan cassette dengan posisi tegak, siap untuk dipakai kembali
Film yang sudah dimasukkan ke dalam Automatic Prosesor keluar
dengan sendirinya

Unit Terkait
Penunjang Medis Radiologi

PROTEKSI RADIASI
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

PROSEDUR
TETAP
PROTEKSI
RADIASI

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Proteksi Radiasi adalah upaya yang dilakukan oleh petugas radiasi
agar dalam melaksanakan tugasnya dan dapat menekan dosis radiasi
serendah mungkin
Untuk mengetahui sejauhmana tindakan proteksi yang dilakukan oleh
pengguna radiasi dalam upaya mengurangi tingkat paparan radiasi
yang diterima
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat

Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang


Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

1. Mempergunakan baju pelindung


2. Mempergunakan alat monitoring personil
3. Berdiri sejauh mungkin dari sumber radiasi
4. Berdiri di belakang tabir pelindung / shelding.
5. Bekerja sesingkat mungkin
Penunjang Medis Radiologi
K3 Rumah Sakit
Penunjang Medis Laboratorium

EXPERTISE RADIOLOGI
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

TUJUAN

HALAMAN
1/1

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PEMBACAAN
HASIL
RADIOLOGI

PENGERTIAN

NOMOR
REVISI

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Untuk lebih memudahkan diagnosa dan untuk dasar tindakan medik
selanjutnya. Pembacaan hasil rontgen, USG, CT Scan dilaksanakan
oleh dokter ahli radiology setiap hari
Sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembacaan hasil rontgen, USG,
CT Scan sehingga dalam pelaksanaannya akan tertib dan teratur

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang

Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI


8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

1.

Hasil rontgen, USG dan CT Scan yang akan dibaca harus


diserahkan ke ahli radiology. Hasil yang akan dibaca dilampiri
lembar bacaan oleh petugas administrasi
2. Hasil yang sudah dibaca oleh dokter ahli radiology dapat diambil
pada bagian administrasi
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan
Rujukan luar

PENGOPERASIAN PESAWAT MOBILE


MEDITRONICS DIAGNOX- 100 MA
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
HALAMAN
REVISI
RS CITAMA

2/2
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PENGOPERASIA
N PESAWAT
MOBILE
MEDITRONIC
100 MA
PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pesawat Mobile Meditronic adalah Pesawat Rontgen Yang bisa di
pindah pindah dan dibawa kemana saja yang di peruntukan pasien
NICU, ICU, HCU dan Pasien KLL
Sebagai pedoman dalam pengoperasian pesawat Meditronic agar
terhindar dari kesalahan prosedur

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun


2009 tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang
praktik kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89
tentang
Pendelegasian
Wewenang
Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau
Sumber radiasi lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN
kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
PROSEDUR

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Unit Terkait

Hubungkan kabel pesawat dengan PLN


On kan tombol control table
Siapkan kaset dan asesoris sesuai pemeriksaan
Atur posisi pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
Atur kondisi kV dan mAs
Kemudian eksposi, kaset diambil untuk diprosesing di kamar
gelap
Setelah selesai pemeriksaan, pasien dapat meninggalkan
ruang pemeriksaan
Penunjang Medis Radiologi

MEMATIKAN PESAWAT MOBILE


MEDITRONICS DIAGNOX- 100 MA
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
HALAMAN
REVISI
RS CITAMA

1/1
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

MEMATIKAN
PESAWAT
MOBILE
MEDITRONIC
100 MA
PENGERTIAN

TUJUAN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pesawat Mobile Meditronic adalah Pesawat Rontgen Yang bisa di
pindah pindah dan dibawa kemana saja yang di peruntukan pasien
NICU, ICU, HCU dan Pasien KLL
Sebagai pedoman dalam pengoperasian pesawat Meditronic agar
terhindar dari kesalahan prosedur

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi

9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar


pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

Mematikan Pesawat :
1. Turunkan leher pesawat sampai keadaan terkunci.
2. Turunkan factor exposi KV dan MaS sampai titik terendah
3. Tekan tombol Off Pada pesawat
Penunjang Medis Radiologi

PENGOPERASIAN PESAWAT
KONVESIONAL SHANGHAI 300 MA
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
HALAMAN
REVISI
RS CITAMA

PENGOPERASIA
N PESAWAT
KONVESIONAL
SHANGHAI 300

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

2/2
Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pesawat Rontgen Shanghai 300 adalah Pesawat Rontgen Yang
tetap/ ada diruangan yang bisa digunkaan untuk pemeriksaan
rontgen .
Sebagai pedoman dalam pengoperasian pesawat Meditronic agar
terhindar dari kesalahan prosedur
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang
praktik kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89
tentang
Pendelegasian
Wewenang
Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau
Sumber radiasi lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN
kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

Hubungkan kabel pesawat dengan PLN


On kan tombol control table
Siapkan kaset dan asesoris sesuai pemeriksaan
Atur posisi pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
Atur kondisi kV dan mAs
Kemudian eksposi, kaset diambil untuk diprosesing di
kamar gelap
Setelah selesai pemeriksaan, pasien dapat meninggalkan
ruang pemeriksaan
Penunjang Medis Radiologi

PEMELIHARAAN ALAT RADIOLOGI


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

PEMELIHARAA
N ALAT MEDIS
(PESAWAT
RONTGEN, USG)

PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pemeliharaan alat medis pesawat rontgen dan pesawat USG
mutlak dilaksanakan. Dengan pemeliharaan, diharapkan akan
memperpanjang pemakaian dan menjaga keselamatan kerja. Dalam
pemeliharaan alat medis ini ada beberapa prosedur yang harus
dilaksanakan.
Sebagai acuan dalam pemeliharaan alat medis (pesawat rontgen,
USG) untuk memperpanjang umur pemakaian dan menjaga
keselamatan kerja.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang
praktik kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89
tentang
Pendelegasian
Wewenang
Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau
Sumber radiasi lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN
kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

1.

Pemeliharaan alat-alat medis adalah mutlak untuk


memperpanjang umur pemakaian dan menjaga keselamatan
kerja.
2. Di Instalasi Radiologi pemeliharaan sederhana dilakukan tiap
minggu pada hari Jumat oleh petugas Radiologi
3. Setiap jumat dilakukan pembersihan kaset, grid, hanger, meja
pesawat, pesawat dan control table
4. Service rutin pesawat seharusnya dilakukan setiap setahun
sekali
5. Apabila kerusakan ringan, tidak menyangkut system
pembangkit X-Ray ditunjuk tenaga IPSRS. Apabila kerusakan
lebih berat yang dirasa tidak dapat ditanggulangi rumah sakit
maka ditunjuk rekanan/teknisi luar, tidak harus teknisi dari
agen pesawat yang bersangkutan
Penunjang Medis Radiologi
Penunjang non medis Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit

OPERASIONAL LINEN
NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PROSEDUR
TETAP
PEMELIHARAA
N LINEN

TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS

PENGERTIAN
Kebersihan alat-alat linen harus tetap terjaga, oleh karena itu
ketersediaan linen yang bersih selalu tersedia.
TUJUAN
Sebagai acuan dalam pemeliharaan linen sehingga linen yang
bersih selalu tersedia
KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang
praktik kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen
BATAN
No.525Menkes/VII/1989
/VIII/1989No
01.01./94/DJ/89
tentang
Pendelegasian
Wewenang
Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau
Sumber radiasi lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN
kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang

penyelenggaraan pelayanan radiologi


9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan
PROSEDUR

Unit Terkait

RS CITAMA

1.

Yang termasuk linen di Instalasi Radiologi adalah handuk, lap


tangan (wash lap), sprei, sarung bantal, taplak meja, gordyn,
lap pel dan baju pasien
2. Semua linen di Instalasi Radiologi dicuci, disetrika di Laundry
Penunjang Medis Radilogi
Laundry

ALUR PELAYANAN RADIOLOGI RAWAT JALAN

NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
2/2

ALUR
PELAYANAN
RADIOLOGI
PASIEN
RAWAT
JALAN
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Agar dokter, perawat dan pasien mengetahui langkah langkah
pemeriksaan radiologi
Agar dokter, perawat dan pasien yang membutuhkan pemeriksaan
radiologi mengetahui prosedur yang akan dilaksanankan.
1.
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.
PROSEDUR

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.

Pasien datang di bagian pendaftaran Untuk didaftarkan


Pasien langsung kekasir untuk melakukan pembayaran

Unit Terkait

RS CITAMA

pemeriksaan radiologi.
Pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan
radiologi tapi sebelomnya menunggu dahulu.
Petugas radiologi menginput dikomputer dan menulis di buku
register radiologi.
Petugas mempersiapkan alat alat yang digunakan untuk
pemeriksaan radiologi.
Petugas memanggil pasien untuk masuk kedalam ruang
pemeriksaan
Selanjutnya petugas melakukan tindakan sesuai dengan
permintaan dokter.
Petugas radiologi mencuci dahulu film rontgen dikamar gelap
Petugas radiologi memberitahukan kapan hasil foto rontgen
selesai dan kapan pengambilannya.
Setelah itu pasien kembali kedokter untuk di konsulkan
kembali
Penunjang medis
Pelayanan medis
Kasir

ALUR PELAYANAN RADIOLOGI RAWAT INAP


NOMOR DOKUMEN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
1/1

ALUR
PELAYANAN
RADIOLOGI
PASIEN
RAWAT INAP
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA
TANGGAL TERBIT
.
Dr. Yustitia, MARS
Pelayanan yang baik akan memberi kesan yang baik pula pada pasien.
Oleh karena itu perlu prosedur pelayanan yang mudah dilaksanakan
mulai dari pendaftaran, tindakan sampai hasil tindakan.
Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan di Instalasi
Radiologi agar sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan
mulai dari pendaftaran, tindakan sampai hasil tindakan (foto rontgen)
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
1.Parawat datang keradiologi untuk penyerahan form rontgen
2. Petugas radiologi mendata dikomputer untuk registrasi nama
dan pemeriksaan yang dilakukan.

Unit Terkait

3. Petugas menulis nama, umur, pemeriksaan, asal pasien dan


harga dibuku register radiologi
4.Petugas mempersiapkan peralatan untuk pemeriksaan radiologi
5. Petugas menelpon ruangan rawat inap untuk di antar keruang
radiologi
6. Perawat dan Pasien datang kembali ke radiologi untuk
dilakukan pemeriksaan radiologi
7. Petugas radiologi memberitahukan kapan hasil pemeriksaan
dapat diambil oleh petugas perawatnya..
8.Setelah itu perawat dan pasien kembali keruang.
Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

ALUR PELAYANAN RADIOLOGI RUJUKAN


NOMOR DOKUMEN
RS CITAMA
ALUR
PELAYANAN

NOMOR
REVISI

HALAMAN
1/1

TANGGAL TERBIT

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

RADIOLOGI
PASIEN
RUJUKAN
PENGERTIAN

TUJUAN

.
Dr. Yustitia, MARS
Pelayanan yang baik akan memberi kesan yang baik pula pada pasien.
Oleh karena itu perlu prosedur pelayanan yang mudah dilaksanakan
mulai dari pendaftaran, tindakan sampai hasil tindakan.
Sebagai acuan dalam memberikan pelayanan kesehatan di Instalasi
Radiologi agar sesuai dengan alur pelayanan yang telah ditetapkan
mulai dari pendaftaran, tindakan sampai hasil tindakan (foto rontgen)

KEBIJAKAN

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
3. Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau sumber
radiasi lannya.
4. Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
5. Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
6. Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya dibidang
kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No.
627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991
tentang
PenikRSUmdik/VII/1985
7. SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89 tentang
Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat
Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di Bidang
Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan RI
8. KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
9. KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang standar
pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.

PROSEDUR

1. Pasien datang kependaftaran untuk di daftarkan ke radiologi.


2. Pasien datang keradiologi untuk penyerahan form rontgen
3. Petugas menulis nama, umur, pemeriksaan, asal pasien dan harga
dibuku register radiologi
4. Petugas mendata dikomputer untuk registrasi nama dan
pemeriksaan yang dilakukan dengan menulis di bukti tindakan

radiologi.
5. Pasien kekasir dengan membawa form pemeriksaan dan form
bukti tindakan untuk dibayarkan terlebih dahulu kekasir.
6. Pasien datang kembali ke radiologi untuk memberikan form
pemeriksaan yang telah di cap lunas dan menunjukan bukti
pembayaran.
7. Petugas menulis nama, umur, pemeriksaan, asal pasien dan harga
dibuku register radiologi
8. Petugas memberikan nomor foto di lembar permintaan rontgen
sesuai dengan nomor di buku register radiologi
9. Selanjutnya kepada penderita / pasien dilakukan tindakan sesuai
dengan permintaan dokter
10. Pasien kembali kedokter yang merujuk untuk radiologi.
Unit Terkait

Penunjang Medis
Pelayanan Medis
Keperawatan

PENGISIAN FORMULIR PERMINTAAN


PEMERIKSAAN RADIOLOGI
NOMOR
NOMOR DOKUMEN
HALAMAN
REVISI
RS CITAMA
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONA
L

1/1
TANGGAL TERBIT
.

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

PENGERTIAN
TUJUAN

Dr. Yustitia, MARS


Menulis surat pengantar foto dengan jelas
Surat permintaan foto bisa terbaca secara jelas

KEBIJAKAN
2.
3.

4.
5.
6.

7.

8.
9.

PROSEDUR

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tentang praktik
kedokteran
Peraturan pemerintah No.12 tahun 1975, tentang keselamatan
Kerja terhadap Radiasi izin pemakaian zat radioaktif atau
sumber radiasi lannya.
Peraturan pemerintah no 32 tahun 1992 tentang Tenaga
Kesehatan.
Peraturan MENKES No. 366.MENKES/PERV/1997, tentang
Penyelenggaraan pelayanan Radiologi
Surat Edaran
Dirjen Yan Medik Depkes
RI no
943/Yanmed/RSUmdik/VII/1985,tentang
rekomendasi
Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber radiasi lainnya
dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik
Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang
PenikRS-Umdik/VII/1985
SuratKeputusan bersama Menteri Kesehatan dan Dirjen BATAN
No.525Menkes/VII/1989 /VIII/1989- No 01.01./94/DJ/89
tentang Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap
Pemakaian Zat Radio Aktif dan atau Sumber radiasi lainnya Di
Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan
RI
KepMenKes RI No. 780/MENKES/PER/VII2008 Tentang
penyelenggaraan pelayanan radiologi
KepMenkes RI No. 1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang
standar pelayanan Radiologi Diagnostik di Sarana Pelayanan
Kesehatan.

1. Dokter ruangan/ Poli / UGD


a. Ambil formulir permintaan pemeriksaan radiologi sesuai
asal pasien dan sifat permintaan.
b. Isis formulir permintaan radiologi dengan lengkap,
meliputi :
- Nama
- Jenis kelamin
- Alamat
- Poli/ UGD/ Ruangan
- No. register
- Klinis
- Jenis pemeriksaan
- Tanda tanagn dokter dan nama terang
2. Petugas radiologi

Unit Terkait

a. Beri tanda baru untuk pasien dengan pemeriksaan baru


b. Beri tanda pada kolom ulang untuk foto control
c. Isi nomor register pasien radiologi dan tahun pemeriksaan.
Apabila foto control isi dengan pemeriksaan yang terakhir
d. Isi kolom pemakaian film setelah mengerjakan pemeriksaan
sesuai film yang dipakai.
Unit Radiologi Rs. Citama

UNIT RADIOLOGI
ALUR PELAYANAN PASIEN DI UNIT RADIOLOGI RS. CITAMA

VISI, MISI, FALSAFAH DAN TUJUAN RADIOLOGI


NOMOR DOKUMEN

HALAMAN
1/1

RS CITAMA
VISI, MISI,
FALSAFAH
DAN TUJUAN
RADIOLOGI

NOMOR
REVISI

TANGGAL TERBIT

Ditetapkan Oleh
Direktur RS CITAMA

Dr. Yustitia, MARS


VISI
Menjadi Rumah Sakit dengan pelayanan radiologi yang bermutu tinggi sesuai
harapan pasien, keluarga dan masyarakat sehingga menjadi radiologi yang terbaik di
kabupaten bogor dengan sumber daya manusia yang bekerja secara professional, Ramah,
Peduli, Jujur, Profesional, Kerjasama, inovatif , serta didukung sarana dan prasarana yang
memadai, mengikuti perkembangan teknologi.
MISI
Memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya manusia yang bekerja
profesional, ramah, jujur, kerjasama dan inovatif serta didukung sarana dan prasananyang
memadai mengikuti perkembangan teknologi yang berorientasi kepada kepuasan pasien.
FALSAFAH
Memberikan pelayanan radiodiagnostik yang bermutu, efektif, efisien dan
terjangkau masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan permintaan masyarakat yang berasal
baik dari dalam rumah sakit maupun dari luar rumah sakit berdasarkan etik dalam rangka
menunjang fungsi pelayanan kesehatan.
TUJUAN
`
Terpenuhinya kebutuhan pelayanan radiodiagnostik secara rutin, regular maupun
gawat darurat sesuai sarana dan prasarana yang ada dengan memperhatikan unsur bahaya
radiasi, keamanan penggunaan radiasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan cepat, tepat,
tuntas, akrab dalam memberikan pelayanan radiologi yang efisien sesuai kebutuhan
pelanggan / pasien.

S-ar putea să vă placă și