Sunteți pe pagina 1din 4

Ikterus Neonatorum

Oleh Prof. Dr. Immanuel Mustadjab

Pendahuluan
Ikterus adalah warna kuning yang terlihat pada kulit dan selaput lendir
oleh karena adanya penimbunan bilirubin di jaringan bawah kulit atau
selaput lendir. Pada neonatorus ikterus pada masa neonatal dapat
merupakan manifestasi daripasa suatu penyakit atau kelainan
patologis.
Selain itu dapat pula merupakan suatu stadia maturasi fungsional.
Apapun penyebabnya, penumpukan bilirubin tersebut dapat
menimbulkan keadaan patologi pada saat dan kondisi tertentu. Angka
dan kejadian ikterus pada bayi baru lahir sangat berbeda hal ini
kemungkinan besar disebabkan oleh perbedaan dalam pengelolaan
neonatus yang pada akhir-akhir ini mengalami banyak kemajuan. Yang
dapat digolongkan di sini ialah pemberian makanan yang lebih dini,
derajat iluminasi tempat perawatan bayi yang ditingkatkan,
penggunaan beberapa tindakan profilaksis seperti luminal pada ibu
dan bayi, suntikan immunoglobulin anti D pada inkompatibilitas darah
rhesus, penghindaran faktor-faktor pencetus hemolisis pada defisiensi
ensim G5PD, pemberian obat yang lebih hati-hati pada ibu pada
kehamilan, persalinan dan pada bayi.
Perbedaan kejadian ini dapat pula disebabkan oleh perbedaan dalam
keadaan inkompatibilitas darah, kejadian defisiensi G5PD dan
perbedaan morbiditas pada neonatus di tiap klinik, di daerah dan
negara.
Ikterus fisiologik ialah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
yang tidak mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar
yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern ikterus
dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini
biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambatlambatnya 10 hari pertama.
Ikterus dikatakan fisiologik apabila:
1. Timbul pada hari kedua dan ketiga
2. Kadar bilirubin indirek tidak melebihi 10 mg% pada bayi cukup bulan
dan 12,5 mg% pada bayi kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per
hari.
4. Kadar bilirubin direk tidak melebihi 1 mg%
5. Ikterus menghilang pada 10 hari pertama.
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik.

Ikterus patologik
Ikterus patologik ialah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau
kadar bilirubinnya mempunyai suatu nilai yang disebutkan
hiperbilirubinemia. Dasar patologik ini misalnya jenis bilirubin, saat
timbulnya, dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Setiap

ikterus harus diawasi terhadap kemungkinan berkembangnya menjadi


suatu ikterus patologik.
Demikian pula kadar bilirubin yang dapat dianggap sebagai
hiperbilirubinemia ialah suatu hal yang harus diidentifikasi oleh setiap
klinik.
Ikterus yang kemungkinan dikatakan patologik:
1.?
2. Ikterus dengan kadar bilirubin indirek melebihi 10 mg% pada bayi
cukup bulan dan 12,5 mg% pada bayi kurang bulan
3. Ikterus dengan peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
4. Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu pertama.
5. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
6. Ikterus yang disertai keadaan sebagai berikut:
- berat lahir kurang dari 2000 gram
- masa gestasi kurang dari 36 minggu
- asfiksia seperti sepsis neonatorum
- trauma lahir di kepala
- hipoglikemia
- hemolisis seperti inkompatibilitas darah dan defisiensi ensim
G6PD.
Kern ikterus ialah suatu kerusakan otak akibat perlekatan bilirubin
indirek pada otak terutama pada corpus striatum, thalamus, nukleus
sub thalamus, hipokampus, nukleus rubra, dan nuklei pada dasar
ventrikulus ke IV.
Perjalanan klinik bilirubin ensefalopati:
Fase I: hipotonia dan letargi, hilangnya refleks mengisap, tidak mau
minum.
Fase II: tampak adanya epistotonus, kadang panas, hipotonisitas
adalah gejala yang terpenting dan terutama terdapat pada otot-otot
ekstensor
Fase III: Bila keadaan membaik, maka 2-3 hari kemudian hipertonisitas
menghilang setelah kira-kira 2-3 bulan tempat fase IV. Pada kasus yang
parah dan progresif, dapat terjadi hiperpireksia, kejang, perdarahan
pulmoner dan lambung kemudian meninggal
Fase IV: tampak setelah umur 2-3 bulan yaitu tanda-tanda kelaianan
ekstrapiramidal dan saraf pendengaran merupakan sekuele dari
kerusakan sel otak, anak tuli, choreo-athetoid, cerebral palsy, mental
retardasi

Hb: Fe dan
Globin
Biliverdin
Bilirubin

Eritrosit

Sumber
lain
Bilirubin
indirek

Uptake protein Y,
protein Z

Glukoronil
transferase

Konjugasi

H
bi idr
lir oli
ub si
in s

Sirkulus enterohepatik

(B
glukoronidase)

Urobilinoge
n

Sterkobilin
Metabolisme
Metabolismebilirubin
bilirubinpada
pada
neonatus
neonatus

Bi l i rub in di rek
Bi l i rub in di rek

S ep si s i n tra ut eri ne
S ep si s i n tra ut eri ne

Bi l i rub in
Bi l i rub in

C oom b te st (+ )
C oom b te st (+ )

I soi mm uni z ati on


I soi mm uni z ati on

Toxopl asm osi s


Toxopl asm osi s
C MV
C MV
Ru be ll a
Ru be ll a
He rp es
He rp es
Pe ny. hem ol i ti k b era t
Pe ny. hem ol i ti k b era t
B i li ary a tresi a
B i li ary a tresi a
G roi n cel l h ep ati ti s
G roi n cel l h ep ati ti s
C h ole do chal cyst
C h ole do chal cyst
C yst ic fi b ro sis
C yst ic fi b ro sis
G al actos emi a
G al actos emi a
l anti tr ip si n de fi ci ency
l anti tr ip si n de fi ci ency
Tyrosi ne mi a
Tyrosi ne mi a

Re ti cul osi t
Re ti cul osi t

B ert amb ah
B ert amb ah
Morf. Se l d arah m era h
Morf. Se l d arah m era h

Sp esi fi
k

Skema
pendekata
n khusus
ichterus

N ormal / re nd ah
N ormal / re nd ah

R he sus
R he sus
I nkomp . A BO
I nkomp . A BO
G ol ong an d arah l ai n
G ol ong an d arah l ai n

Sp he rocytosi s
Sp he rocytosi s
El li p tocyt osi s
El li p tocyt osi s
St omat ocytosi s
St omat ocytosi s
Pykonocy tosi s
Pykonocy tosi s
Frag e
Frag e

N on sp esi fi k
N on sp esi fi k

Defi si e nsi G6 PD
Defi si e nsi G6 PD
Tha la sem ia
Tha la sem ia
Hem ol i sis ol e h vi tam in K
Hem ol i sis ol e h vi tam in K

S-ar putea să vă placă și