Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini penyakit Demam berdarah Dengue (DBD) masih
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di indonesia.
Terkhusus kejadian DBD Di Provinsi Se sulawesi selatan tahun 2016
tertinggi dilaporkan terjadi 528 kasus , tercatat lebih dari 3 kali lipat
dibandingkan jumlah tahun sebelumnya. Penelitian bertujuan mengetahui
resiko
pengetahuan,
kondisi
TPA,
prakrik
menguras
TPA,
perilaku
catatan
World
Health
Organization
(WHO),
Ironisnya,
sekitar
2.5%
diantara
pasien
anak
tersebut
endemic tidak kurang dari 100 negara di Asia pasifik, amerika, Afrika,
Karibia.
Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia tahun 2010 jumlah
kasus DBD pada tahun 2010 sebanyak 156.086 kasus dengan jumlah
kematian akibat DBD sebesar 1.358 orang . inciden Rate (IR)
penyakit
DBD pada tahun 2010 adalah 65,7 per 100.000 penduduk dengan Case
Fatality Rate ( CFR ) sebanyak 0,87%. Pada tahun 2009 IR penyakit DBD
sebesar 68,22 per 100.000 penduduk dengan Case Fatality Rate (CFR)
0,86% (Kemenkes RI,2011).
Pada tahun 2009, provinsi dengan CFR tertinggi adalah kep. Bangka
Belitung 4,58%, Sedangkan CFR terendah terdapat di Provinsi Sulawesi
Barat, dimana tidak ada kasus meninggal, dan DKI Jakarta sebesar 0,11%.
Di Sulawesi Selatan, menurut laporan dari subdin P2&PL tahun
2004, telah di laporkan kejadian penyakit demam berdarah sebanyak
2.598 penderita (termasuk data Sulawesi Barat) dengan kematian 19
orang (CFR=0,7%). Pola kejadian tersebut berlangsung antara januariapril, juni, oktober dan desember (Memasuki musim penghujan ). Jumlah
kasus teringgi terjadi di Kota Makassar, Kab.Gowa dan barru. Untuk tahun
2005, tercatat jumlah penderita DBD sebanyak 2.975 dengan kematian 57
orang (CFR=1,92%). Sementara untuk tahun 2006, kasus DBD dapat
ditekan dari 3.164 kasus tahun 2005 menjadi 2.426 kasus (22,6%) pada
tahun 2006, demikian pula angka kematian (CFR) dari 1,92% turun
menjadi 0,7 % pada tahun 2006, dengan kelompok penduduk yang
terbanyak terserang adalah pada anak sekolah (5-14 tahun ) sebesar
55%, kelompok usia anak balita (1-4 Tahun) sebesar 16% dan usia di atas
45 tahun serta usia dibawah 1 tahun masing masing sebesar 2%.
Pada tahun 2007 kasus DBD kembali meningkat dengan jumlah
kasus sebanyak 5.333 kasus dan jumlah kasus yang terbesar berada di
kab.Bone
(1030)kasus,
menyusu
kota
Makassar
(452)kasus,
Kab.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MEDIK
1. Defenisi
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak yang berlangsung selama 2 7 hari. Disertai dengan
sakit kepala hebat, nyeri belakang, sakit mata, nyeri sendi otot,
mual, muntah dan ruam-ruam pada kulit. Pada keadaan yang
lebih parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita
jatuh dalam keadaan shock akibat kebocoran plasma atau biasa
disebut dengan dengue shock syndrome.
2. Etiologi
Penyebab
DBD
adalah
Virus
dengue
(arbovirus)
yang
Bila
system
komplemen
aktif
maka
tubuh
akan
darah
penyakit
sejak
permulaan
masa
demam
dan
jaringan,
kematian.
Adanya
asidosis
kebocoran
metabolic
plasma
ke
dan
berakhir
daerah
dengan
ekstravaskuler
pemberian
plasma/ekspander
plasma
yang
efektif,
pembuluh
darah
yang
destruktif
atau
akibat
radang,
singkat.
perdarahan
Sebab
hebat,
lain
yang
kematian
biasanya
pada
timbul
DHF
setelah
adalah
renjatan
dihubungkan
dengan
trombositopenia,
gangguan
hebat
dapat
terjadi
terutama
pada
traktus
gastrointestinal.
Trombositopenia yang dihubungkan dengan meningkatnya mega
karoisit muda dalam sum-sum tulang dan pendeknya masa hidup
trombosit
menimbulkan
dugaan
meningkatnya
destruksi
trombosit
terjadinya
dalam
sistem
retikuloendotelial.
4. Gambaran Klinik
a. Demam tinggi yang timbul secara mendadak tanpa sebab
yang jelas disertai dengan keluhan lemah, lesu, nafsu makan
berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung,
sendi, kepala dan perut. Gejala menyerupai influenza biasa.
Ini berlangsung selama 2-7 hari
b. Hari ke 2 dan 3, timbul demam. Uji tourniquet positif karena
terjadi perdarahan di bawah kulit (peteki, ekimosis) dan di
tempat lain seperti epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis
akibat
perdarahan
dalam
lambung,
melena
dan
juga
hematuria massif
c.
pada
umumnya
dapat
ditemukan
pada
pada
hepar
tampak
jelas
pada
anak
besar,
ini
(systole
<
80
mmHg)
disertai
kulit
yang
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Klinik
Demam mendadak, terus-menerus 2-7 hari.
Manifestasi perdarahan baik melalui uji tourniquet maupun
perdarahan spontan pada kulit (petekie, ekimosis, memar)
dan/atau di tempat lain seperti epistaksis, perdarahan
b. Laboratorium
Trombositopenia : Trombosit < 150.000/mm 3, penurunan
progresif
pada
pemeriksaan
periodik
dan
waktu
perdarahan memanjang.
Hemokonsentrasi : Hematokrit
saat
MRS>20%
atau
c. Pemeriksaan penunjang
Foto toraks lateral dekubitus kanan
Terdapat efusi pleura dan bendungan vaskuler
Darah rutin
Hb, leukosit, hitung jenis (limfosit plasma biru 6-30%)
Waktu perdarahan
Menggunakan cara LVY (N=1-7 menit)
7. Komplikasi
a. Perdarahan otak
diberikan
bila
terdapat
kekhawatiran
infeksi
sekunder
f. Perlu diobservasi teliti terhadap penemuan dini tanda renjatan
yaitu:
Fase demam
Antipiretik
diberikan
untuk
menurunkan
demam,
tetap panas
Pengobatan
merehidrasi
supportif
cairan
dapat
yang
diberikan
hilang
yaitu
untuk
dengan
b.
Fase Kritis
c.
Fase Penyembuhan
Cairan intra vena dihentikan. Bila ditemukan gejala nafsu
makan tidak meningkat atau perut terlihat kembung
maka
c.
kompres
pada
penderita
dengan
pada
pasien
dengan
ensefalopati
9. Pencegahan
Pencegahan DBD pada umumnya dapat dilakukan dengan
beberapa metode, baik secara lingkungan, biologis maupun
secara kimiawi
a. Lingkungan
Pemberantasan
Sarang
Nyamuk
(PSN)
pada
dasarnya
seminggu
sekali,
dikarenakan
terutama
pohon
bambu
ditutup
dengan
tersebut.
Mengubur
Salah satu sumber penyebaran nyamuk demam berdarah
adalah kaleng-kaleng atau wadah kosong yang berisi air,
gerakan menimbun berarti mengubur kaleng atau wadah
kosong tersebut kedalam tanah, tujuannya agar nyamuk
pengendalian
atau
sumur
yang
sudah
tidak
terpakai
atau
a.
Malaise
b.
Sirkulasi
c.
Eliminasi
Diare atau konstipasi
d.
Makanan/ cairan
punurunan
haluaran
oligouria, anuria.
e.
Neurosensori
f.
Pernapasan
urine,
Penyuluhan/ pembelajaran
Masalah kesehatan, penggunaan obat-obatan atau tindakan
3. Diagnosa
a. Peningkatan
suhu
penyakit/ viremia
b. Defisit
volume
tubuh
cairan
berhubungan
tubuh
dengan
berhubungan
proses
dengan
kebutuhan
nutrisi;
kurang
dari
anoreksia
e. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
4. Intervensi
a. DX1: Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
penyakit/ viremia
Tujuan : Klien tidak mengalami demam, suhu tubuh normal
(360 370)
Intervensi:
acuan
demam
untuk
atau
timbul.
Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan
akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
R/ Penjelasan yang diberikan akan memotivasi klien
untuk kooperatif.
Menganjurkan pasien untuk banyak minum 2,5 ltr/24
jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien.
R/ Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan
penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi
suhu tubuh.
Catat intake dan out put.
R/ Untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan cairan
tubuh.
Kolaborasi: Pemberian antipiretik
R/ Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.
untuk
Monitor
tanda-tanda
penurunan
trombosit
yang
terjadinya perdarahan.
Anjurkan klien untuk banyak istirahat
R/ Aktivitas klien yang tidak terkontrol
dapat
tanda-tanda
perdarahan
(hematemesis,melena, epistaksis)
R/ Keterlibatan keluarga akan sangat membantu klien
R/
Klien
dengan
trombositopenia
rentan
terhadap
cedera/perdarahan.
d. DX4: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi; kurang dari
kebutuhan
tubuh
sehubungan
dengan
mual,
muntah,
anoreksia.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan.
Intervensi:
klien
dan
memenuhi kebutuhannya.
Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai
dengan tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan,
eliminasi.
R/ Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada
saat kondisinya lemah tanpa membuat klien mengalami
sesuai
dengan
mengalami ketergantungan.
Letakkan barang-barang
di
tempat
yang
mudah