Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru-paru yang didahului oleh infeksi saluran
pernafasan bagian atas (Ngastiyah, 2005).
1. Patofisiologi
1). Etiologi
Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan aspirasi makanan
yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke saluran nafas atas kemudian masuk ke
saluran nafas bagian bawah dan selanjutnya akan menginfeksi jaringan interstisial parenkim
paru. Dengan daya tahan tubuh yang menurun, terjadilah infeksi pada traktus respiratorius atau
jalan nafas. Adanya infeksi jalan nafas akan timbul reaksi jaringan berupa edema alveolar dan
pembentukan eksudat. Hal tersebut akan mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke
bronkioli, alveoli dan paru-paru. Terjadinya proliferasi mengakibatkan sumbatan dan daya
konsolidasi pada jalan nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan
terjadilah gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada alveolus
menyebabkan terjadi peningkatan tekanan CO2 dalam alveolus atau yang disebut dengan
hiperventilasi yang akan menyebabkan terjadi alkalosis respiratorik dan penurunan CO2 dalam
kapiler atau hipoventilasi yang akan menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut
menyebabkan paru-paru tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu
membuang CO2 sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan terjadilah
gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana oksigenasi ke jaringan
tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan perfusi tidak segera ditanggulangi akan
menyebabkan hipoksemia dan hipoksia yang akan menimbulkan beberapa manifestasi klinis.
Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas cuping hidung,
takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak, dimana tanda dan gejala
tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan pertukaran gas dan pola nafas tak efektif. Tanda
dan gejala lain yang timbul adalah kelemahan, keletihan, kelelahan yang akan menimbulkan
masalah intoleransi aktifitas. Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan
terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan anoreksia,
sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga
terjadi demam dan berkeringat yang dapat menimbulkan masalah risiko kekurangan volume
cairan dan hipertermia. Batuk dan pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya infeksi traktus
respiratori yang akan menimbulkan masalah bersihan jalan nafas tak efektif. Masalah risiko
penularan infeksi juga dapat terjadi jika kuman sudah masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus.
Dengan timbulnya tanda dan gejala dan disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua
sehingga keluarga bertanya-tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah kecemasan
orangtua.
4). Komplikasi
Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti meningitis, otitis media,
perikarditis, bronkiektasis, empiema dan lain-lain.
1. Pemeriksaan Diagnostik
Pada foto thoraks bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa
lobus, gambaran bronchopneumonia difus atau infiltrat interstisialis pada pneumonia
stafilokokus, bercak konsolidasi merata pada bronchopneumonia.
Pada pneumonia lobaris terlihat adanya kosolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b). Tomografi
Untuk mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada paru-paru dan
jaringan lain dari thorax.
c). Fluroskopi
d). Bronkografi
Untuk konfirmasi diagnosis bronkiektasis dan juga untuk mendeteksi bentuk kelainan bronkus
lainnya.
b). Analisa tes darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi
CO2.
c). Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin tredapat albuminoria ringan karena suhu yang
naik dan sedikit torak hialin.
(3) Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolap alveolar),
tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan menurun mungkin terjadi perembesan (hipoksemia).
(4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah dapat diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
trakheal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab.
(5) Pemeriksaan serologi misal: titer virus atau legionella, aglutinin, membantu dalam
membedakan diagnosa organisme khusus.
1. Penatalaksanaan Medis
(1) Oksigen 12 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda hipoksemia seperti: gelisah,
cyanosis, dan lain-lain.
(2) Cairan intravena (IVFD) biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan Nacl 0,9%
dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq/500ml/botol infus.
(3) Simtomatis, antipiretik diberikan bila pasien mengalami peningkatan suhu tubuh dan
mukolitik/expektoran (misal: OBH, Bisolvon, Mukopect, Flumosil) diberikan bila terdapat sekret
kental pada saluran nafas.
(4) Antibiotika diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi (misal: penisilin 50000 u/kg
BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari) atau diberikan antibiotika yang
mempunyai spectrum luas seperti ampisilin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari.
(5) Kortikosteroid diberikan pada kasus yang berat seperti infiltrat milier dengan sesak dan
cyanosis.
(7) Nebulizer untuk pemberian bronkodilator (ventolin) pada kondisi dahak yang kental.
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian
terdiri atas: pengumpulan data, analisa data, rumusan masalah, analisa masalah dan diagnosa
keperawatan.
a). Aktivitas/istirahat.
b). Sirkulasi
c). Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.
Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor buruk,
penampilan kaheksia (mal nutrisi).
d). Neurosensori
e). Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.
f). Pernafasan
Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang konsolidasi),
fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau
tidak ada), warna (pucat atau cyanosis bibir/kuku).
g). Keamanan
h). Penyuluhan/pembelajaran
b). Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler.
c). Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi.
e). Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder.
g). Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
h). Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia, peningkatan metabolisme.
i). Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral.
1. Perencanaan Keperawatan
1). Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan peningkatan sekresi sekret, inflamasi
trakeobronkial.
Rencana tindakan:
Rasional : takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
c). Auskultasi area paru setiap hari.
Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.
Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas lebih kecil.
Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu silia untuk mempertahankan
jalan nafas pasien.
Rasional : memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat serta menurunkan
ketidaknyamanan dada.
2). Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar kapiler.
Rencana tindakan:
Rasional : penurunan keadaan umum dan perubahan vital signs merupakan indikasi derajat
keparahan dan status kesehatan umum.
b). Observasi warna kulit, membran mukosa, kuku.
3). Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses inflamasi.
Rencana tindakan:
Rasional : takikardi sebagai akibat hipoksemia dan kompensasi upaya peningkatan aliran darah
dan perfusi jaringan. Gangguan irama berhubungan dengan hipoksemia.
Rasional : gelisah, bingung, disorientasi, dapat menunjukkan gangguan aliran darah, hipokia.
Rasional : adanya cyanosis menunjukkan vasokonstriksi perifer (syok) dan atau gangguan aliran
darah sistemik.
Rencana tindakan:
Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan pasien.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian ketat dan menyerap keringat.
d). Pantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen tempat tidur, sesuai indikasi.
Rasional : suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan suhu mendekati
normal.
e). Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah, dan lain-lain).
Rasional : menurunkan panas pada saat pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis.
5). Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan sekunder.
Rasional : selama periode waktu ini, potensi komplikasi fatal (hipotensi/syok) dapat terjadi.
b). Lakukan teknik cuci tangan yang baik (septik dan aseptik).
Rasional : teknik isolasi dilakukan untuk mencegah penyebaran/melindungi pasien dari proses
infeksi lain.
Rencana tindakan:
Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau menunduk ke
depan meja atau bantal.
7). Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk menetap.
Rencana tindakan:
Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia, juga dapat timbul
komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.
Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa mengalami
nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah terlihat.
8). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,
peningkatan metabolisme.
Rencana tindakan:
a). Identifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia.
Rasional : keadaan umum merupakan gambaran keseluruhan dari kondisi pasien, apakah
mengalami perubahan selama perawatan.
Rasional : bunyi usus mungkin menurunkan atau tidak ada bila proses infeksi berat atau
memanjang.
g). Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering, beri dalam keadaan hangat.
Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat untuk kembali.
9). Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral.
Rencana tindakan:
Rencana tindakan:
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan
masalah berlebihan.
Rasional : informasi dapat meningkatkan koping, membantu menurunkan ansietas dan masalah
berlebihan.
1. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat dan klien. Hal-hal
yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah implementasi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknikal. Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen, dependen
atau tidak mandiri serta inter-dependen atau sering disebut intervensi kolaborasi, (Gaffar, 1999).
Implementasi berdasarkan intervensi yang telah disusun.
1. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan rencana tujuan yaitu: