Sunteți pe pagina 1din 22

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KEHILANGAN

1). Definisi
Kehilangan yaitu suatu keadaan berpisahnya individu dengan sesuatu yang
sebelumnya dimiliki, baik itu sebagian atau seluruhnya.

2). Rentang Respon


3). Berduka
Merupakan respon alami manusia terhadap kehilangan atau ancaman
kehilangan objek yang dicintai yang melibatkan reaksi fisiologis dan psikososial.
Tahap berduka terhadap kehilangan atau respon kehilangan tersebut adalah
sebagai berikut:
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Penyangkalan Marah Tawar Menawar Depresi Penerimaan
(Denial) (Anger) (Bargaining) (Depresion) (Acceptance)
4). Penyangkalan
Reaksi pertama orang yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak
percaya atau menyangkal kenyataan bahwa kehilangan itu benar terjadi. Pada fase
ini biasanya terjadi perubahan fisik seperti letih, lemah, pucat, mual, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, reaksi fisik ini
dapat berakhir dalam waktu beberapa menit atau sampai beberapa tahun.
5). Marah
Sama dengan yang menghadapi sakratul maut, dimana orang tersebut
mulai sadar akan kenyataan terjadinya kehilangan. Pada fase ini seseorang akan
menunjukkan perasaan marah yang meningkat yang sering diproyeksikan kepada
orang yang berada di lingkungannya atau orang-orang tertentu.
6). Tawar Menawar
Seseorang yang telah mampu mengungkapkan rasa marah akan
kehilangannya maka akan maju ke tahap tawar menawar.
7). Depresi
Pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, tidak mau bicara,
atau putus asa. Gejala fisik yang sering ditampilkan adalah menolak makan, susah
tidur, letih, dorongan libido menurun.
8). Penerimaan
Seseorang yang telah menerima kenyataan akan kehilangannya secara
bertahap perhatiannya beralih pada objek baru. Pikiran yang selalu terpusat pada
objek atau orang untuk hilang akan mulai berkurang atau hilang.
Apabila individu dapat melalui fase-fase tersebut dan akhirnya masuk
pada fase penerimaan, maka ia akan dapat mengakhiri proses berduka dan
mengatasi perasaan kehilangannya dengan tuntas. Namun, apabila individu tetap
berada pada salah satu fase atau tidak sampai pada fase penerimaan, maka ia akan
sulit masuk pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi, dan mungkin
individu tersebut akan tetap berada pada fase depresi.
Lamanya proses berduka sangat individual dan dapat sampai beberapa
tahun tanpa menjadi mal adapsi. Lamanya fase akut berduka biasanya antara 6-8
minggu (pada lansia waktunya lebih lama) dan penyelesaian respon kehilangan
atau berduka secara menyeluruh dapat memerlukan waktu sampai 3 tahun.

9). Proses Keperawatan


10). Pengkajian
a. Faktor Predisposisi
Genetik, menurut para ahli genetik, individu yang
dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu
permasalahan termasuk dalam menghadapi proses kehilangan. Jadi, bila
keluarga tersebut mengalami proses kehilangan akan sulit baginya untuk
keluarg dari fase depresi.
Kesehatan jasmani, individu dengan keadaan fisik sehat,
pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stres
yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang sedang mengalami
gangguan fisik. Jadi, respon seseorang dalam menghadapi proses kehilangan
dipengaruhi juga oleh kondisi kesehatan jiwa.
Kesehatan mental, seseorang yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai
perasaan tidak berdaya, pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang
suram biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi kehilangan.
Pengalaman kehilangan di masa lalu, seseorang yang
mengalami kehilangan yang traumatis atau perpisahan dengan orang yang
berarti pada masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu
tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa, orang
tersebut akan sulit mencapai fase penerimaan.
b. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus dari perasaan kehilangan dapat berupa stres nyata, imajinasi
individu seperti kehilangan kesehatan, kehilangan fungsi seksualitas,
kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran dalam keluarga,
kehilangan posisi di masyarakat.
c. Perilaku
Seseorang yang mengalami kehilangan sering menggunakan mekanisme
koping, seperti; denial, represi, intelektualisasi, regresi, disosiasi, supresi, dan
proyeksi. Pada tahap depresi, seseorang sering menggunakan regresi dan
disosiasi secara berlebihan dan tidak tepat.
11). Masalah Keperawatan
a. Masalah keperawatan, ada 2 kategori berduka yang dikenal
sebagai diagnosa keperawatan:
b. Contoh kemungkinan diagnosa keperawatan yang mungkin
terjadi:
c. Perencanaan tindakan keperawatan:
Tujuan umum:
Klien mampu berperan aktif melalui proses berduka
secara tuntas.
Tujuan khusus:
Mengungkapkan perasaan berduka.
Menjelaskan makna kehilangan.
Membagi rasa dengan orang yang berarti.
Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan
damai.
Membina hubungan baru yang bermakna dengan
objek/orang yang baru sebagai pengganti.
12). Tindakan Keperawatan
TINDAKAN
PRINSIP RASIONAL
KEPERAWATAN
a. Bin 1. Dengarkan
a dan tingkatkan hubungan Hubungan saling percaya pembicaraan klien
saling percaya adalah dasar hubungan 2. Beri dorongan agar
terpadu yang mendukung klien mau
klien dalam mengatasi mengungkapkan
perasaan kehilangan perasaannya
3. Jawab pertanyaan
klien secara langsung
4. Tunjukkan sikap
menerima dan empati
b. Iden 1. Bersama klien
tifikasi kemungkinan Agar dapat membantu klien mendiskusikan
faktor yang menghambat mengurangi atau hubungannya dengan
proses berduka menghilangkan faktor orang atau objek yang
penghambat tersebut pergi atau hilang
2. Menggali pola
hubungan klien dengan
orang yang berarti
1. Bersama klien
c. Kur mengidentifikasi cara
angi atau hilangkan faktor Semakin kecil faktor mengatasi perasaan
penghambat proses penghambat dan semakin berduka di masa lalu
berduka banyak faktor pendukung 2. Menilai cara yang
maka semakin mudah klien efektif dan cara yang tidak
melalui fase berduka efektif
3. Perkuat dukungan
serta kekuatan yang
dimiliki klien dan
keluarga
4. identifikasi dan
menghargai sosial budaya,
agama, serta kepercayaan
yang dianut oleh klien,
keluarga dalam mengatasi
perasaan berduka
d. Beri 1. Jelaskan kepada klien
dukungan terhadap respon Klien sering takut, khawatir atau keluarga bahwa sikap
kehilangan klien terhadap reaksinya dalam mengingkari, marah,
menghadapi kehlangan tawar menawar, depresi,
dan menerima adalah
wajar dalam menghadapi
kehilangan
2. Beri gambaran tentng
cara mengungkapkan
perasaa yang bisa diterima
3. Bantu klien untuk
memperluas kesadaran
dirinya
1. Kuatkan dukungan
e. Tin Dukungan dari anggota keluarga atau orang yang
gkatkan rasa kebersamaan keluarga atau orang yang berarti
antara anggota keluarga berarti sangat membantu 2. Dorong klien agar mau
dalam mengatasi perasaan menggali perannya
berduka bersama anggota keluarga
lain
3. Jelaskan manfaat
hubungan dengan orang
lain
4. Dorong keluarga untuk
saling mengevaluasi
perasaannya dan
mendukung satu sama lain

1. Observasi perilaku
f. Tent klien
ukan kondisi klien sesuai Rencana keperawatan yang 2. Gali pikiran dan
dengan fase-fasenya efektif dapat disusun perasaan klien yang selalu
dengan mengetahui fase- timbul dalam dirinya
Fase Pengingkaran
fase kehilangan.
g. Me 1. Motivasi klien untuk
mberi kesempatan kepada mengungkapkan perasaan

klien untuk berdukanya
Pengingkaran perasaan
mengungkapkan 2. Tingkatkan kesadaran
kenyataan yang bersifat
perasaannya klien secara bertahap
sementara, pada proses
berduka bermanfaat untuk tentang kenyataan,
mengurangi dampak kehilangan apabila dia
emosional sudah siap secara
emosional
1. Dengarkan dengan
h. Me penuh pengertian apa
nunjukkan sikap yang dikatakan oleh klien

menerima, ikhlas, dan tanpa menghukum atau
Sikap menerima, penuh
mendorong klien untuk menghakimi
pengertian akan
berbagi rasa 2. Jelaskan kepada klien
mendorong klien untuk
berani mengungkapkan bahwa sikapnya itu wajar

perasaannya secara bebas terjadi pada orang yang


mengalami kehilangan
1. Observasi
dengan cermat respon
i. Me klien selama berbicara
mberi jawaban yang jujur 2. Tingkatkan

terhadap pertanyaan klien Sikap yang bijaksana dan jujur kesadaran klien akan
tentang sakit, pengobatan, dalam memberi informasi kenyataan secara bertahap
dan kematian pada klien akan membantu
klien untuk memahami
kenyataan yang dihadapi

1. Jelaskan
kepada keluarga bahwa
Fase Marah kemarahan sebenarnya
j. Me tidak ditujukan kepada
ngizinkan dan mendorong Ungkapkan rasa marah mereka
klien mengungkapkan rasa penting, karena merupakan 2. Ijinkan klien
marahnya secara verbal usaha klien untuk untuk menangis
tanpa melawan dengan mengendalikan 3. Motivasi klien
kemarahan lingkungannya, tidak untuk membicarakan rasa
mampu mencegah marahnya
terjadinya kehilangan 4. Bantu klien
menguatkan sistem
pendukung dari orang lain
5. Ajarkan terapi
asertif

Fase Tawar Menawar 1. Dengarkan


k. Me ungkapan klien engan
mbantu klien penuh perhatian dan
mengidentifikasi rasa Klien sering menunjukkan motivasi klien untuk
bersalah dan perasaan perasaan bersalah yang membicarakan rasa takut
takutnya tidak realistik maupun rasa bersalahnya
2. Bila klien
selalu mengungkapkan
kata kalau maka beri
tahu klien bahwa perawat
hanya dapat melakukan
sesuatu yang nyata
3. Bersama klien
membahas alasan dari rasa
bersalah atau takutnya

1. Observasi dan
Fase Depresi bersama klien membahas
l. Me perasaanya
ngidentifikasi tingkat 2. Tingkatkan
depresi dan resiko Dengan mengetahui tingkat harga diri klien
merusak diri klien depresi serta resiko 3. Cegah
merusak diri klien, maka tindakan merusak diri
rencana keperawatan dapat 1. Hargai
disusun dengan tepat perasaan klien
2. Bantu klien
m. Me mengidentifikasi
mbantu klien mengurangi dukungan positif yang
rasa bersalah Orang yang dalam keadaan terkait dengan kenyataan
berduka sering 3. Beri
mempertahankan perasaan kesmpatan untuk
bersalahnya terhadap menangis dan
orang yang meninggal atau mengungkapkan
pergi perasaannya
4. Bersama klien
membahas pikirannya
yang selalu timbul

1. Sediakan
Fase Penerimaan waktu untuk mengunjungi
n. Me klien secara teratur
mbantu klien untuk 2. Bantu
menerima kehilangan Kesadaran dan menerima keluarga untuk berbagi
yang tidak bisa kenyataan kehilangan rasa karena biasanya tiap
dihindarinya dengan merasakan damai, anggota keluarga tidak
dapat memutuskan tali berada pada fase yang
ikatan dengan objek/orang sama pada saat yang
yang pergi meninggal, bersamaan
klien dapat memulai ikatan 3. Diskusikan
baru yang lebih berharga rencana yang akan
dilakukan setelah masa
berkabung terlalui
4. Beri informasi
yang akurat sesuai
kebutuhan keluarga dan
klien

13). Evaluasi
a. Klien dapat mengungkapkan perasaannya secara spontan.
b. Klien dapat menjelaskan makna kehilangan tersebut terhadap
kehidupan.
c. Klien mempunyai sistem pendukung untuk mengungkapkan
perasaannya (keluarga, teman atau lembaga perkumpulan).
d. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan akan kehilangan.
e. Klien sudah dapat menilai hubungan baru dengan orang/objek
lain.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
PADA Ny. S DENGAN KEHILANGAN

Tanggal Pengkajian: 6 Juli 2005


A. Biodata
Nama : Ny. S
Umur : 75 tahun
Alamat : RT/RW 03/01 Desa Jatinom Kanigoro
Agama : Islam
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Sumber Informasi : Klien
Keluarga (Ny. T/Cucu keponakan)
Tetangga
1. Alasan Klien Mengalami Gangguan Jiwa
o Menurut keluarga (Ny. T), klien mengalami gangguan jiwa setelah
ibunya meninggal dan rumahnya dijual.
o Menurut tetangga, klien mengalami gangguan jiwa setelah rumahnya
dijual.
o Masalah keperawatan: Kehilangan

1. Faktor Predisposisi dan Presipitasi


o Keluarga mengatakan, setelah ibunya meninggal dan rumahnya dijual
klien merasa terpukul.
o Keluarga mengatakan, tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa.
o Klien merasa kehilangan setelah rumahnya dijual.
o Masalah keperawatan: berduka disfungsional

1. Pemeriksaan Fisik
2. TTV
TD: 130/80 mmHg.
N: 96 kali/menit.
: Laki-laki
5o
S: 36 C.
: Perempuan
RR: 22 kali/menit.
3. Ukuran : Meninggal
7
5
BB: 44 Kg.
: Klien
TB: 150 cm.
: Satu rumah
4. Keluhan fisik
Klien mengatakan, seluruh badannya terasa pegal-pegal.

1. Psikososial
2. Genogram
3. Konsep Diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan seluruh badannya terasa pegal-pegal
b. Identitas diri
Klien mengatakan, dulu dia adalah istri Danranil.
c. Peran
Keluarga mengatakan, klien sudah tidak melakukan perannya lagi, klien tidak
bekerja. Klien hanya jalan-jalan, makan, dan tidur setiap harinya.
d. Harga diri
Klien tidak mengalami gangguan harga diri.
4. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Keluarga mengatakan, orang yang dekat dengan klien adalah tetangganya
yang usianya sebaya dengan klien.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Keluarga mengatakan, klien tidak pernah mengikuti kegiatan-kegiatan yang
ada di masyarakat.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien sebenarnya tidak ada masalah dalam berhubungan dengan orang lain,
hanya saja para tetangga yang menjauhi dan tidak suka dengan klien. Klien
bila diajak berbicara kadang-kadang tidak sesuai temanya, sehingga kadang-
kadang sulit untuk diajak berinteraksi.
Masalah keperawatan: kerusakan interaksi sosial
5. Spiritual
a. Nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan, orang yang dekat dengan klien adalah tetangganya yang
usianya sebaya dengan klien.
b. Kegiatan ibadah
Keluarga mengatakan, klien tidak pernah melakukan ibadah sholat.
Masalah keperawatan: Distres Spiritual
6. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan klien bersih dan rapi. Menurut keluarga klien sering berganti-ganti
pakaian.
2. Pembicaraan
Klien mampu berbicara dengan lancar dan jelas, namun kadang-kadang
berbicaranya tidak sesuai dengan topik pembicaraan.
3. Aktivitas Motorik
Klien tampak sehat. Tidak ada gangguan aktivitas motorik. Kekuatan otot:
5 5
5 5
4. Afek dan Emosi
a. Afek, afek klien labil, mood klien berubah-ubah.
b. Emosi, klien akan marah jika diejek oleh orang lain dan jika ada sesuatu yang
tidak cocok dengan hatinya.
5. Interaksi Selama Wawancara
Klien sangat kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan jelas,
kadang-kadang bicaranya tidak sesuai dengan topik.
6. Persepsi Sensoris
Klien tidak mengalami gangguan persepsi sensoris.
7. Proses Pikir
a. Proses pikir, klien mampu menjawab pertanyaan dengan baik dan jelas, tetapi
kadang-kadang klien menjawab ngelantur dari satu topik ke topik lainnya.
b. Isi pikir, klien tidak mengalami gangguan isi pikir.
8. Tingkat Kesadaran
Klien tahu dimana dia tinggal, bila dia berjalan-jalan sampai jauh dari rumah,
klien bias kembali ke rumah sendiri.
9. Memori
Klien mampu mengingat kejadian di masa lalu, yaitu tahun kelahirannya, berapa
kali dia menikah, dan penyebab perceraiannya, pekerjaan suaminya, desa asalnya,
serta klien tahu dengan siapa dia tinggal sekarang.
10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Klien tidak mengenali nominal uang dan tidak mampu berhitung.
11. Kemampuan Penilaian
Klien kurang mengerti nilai mata uang. Klien sering kali menjual barang-barang
rumah sesukanya tanpa melihat nilainya.
12. Daya Tilik Diri
Klien mengatakan dirinya sakit (pegal-pegal).

7. Pola Kehidupan Sehari-hari


1. Mandi
Klien mandi 1-2 kali/hari.
2. Berpakaian/Berhias
Keluarga mengatakan klien sering berganti pakaian.
3. Makan
Klien mengatakan makan 2 kali sehari, itupun dengan porsi sedikit. Klien
mengatakan tidak suka terhadap makanan yang pedas.
4. BAB/BAK
Klien mengatakan BAB 3 hari sekali. Klien mengatakan sering BAK dan kadang-
kadang klien mengompol.
5. Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur klien tidak teratur, kalau merasa mengantuk dan capek klien
tidur.
6. Penggunaan Obat
Klien setiap harinya minum jamu.
7. Pemeliharaan Kesehatan
Klien tidak pernah berobat/memeriksakan kesehatannya.
8. Aktivitas di Dalam Rumah
Kalau pagi sampai siang klien jarang di rumah, tetapi sore sampai malam berada
di rumah. Klien di rumah hanya untuk mandi, makan, dan tidur.

9. Aktivitas di Luar Rumah


Klien pagi sampai siang hari berjalan-jalan di daerah Karangtengah dan kadang-
kadang klien ke rumah tetangganya yang usianya sebaya dengan klien.
8. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien mal adaptif.
9. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Klien kadang-kadang berkumpul
dengan tetangga-tetangganya. Klien juga sering dijadikan bahan tertawaan
tetangganya.
Saat ini klien tidak bekerja.
Klien merasa dirinya tidak sakit.
Jadi, klien tidak ingin dibawa ke Rumah Sakit.
Klien merasa bahwa dirinya tidak
punya anak dan klien menyadari bahwa klien orang tidak mampu, sehingga klien
bersedia dibawa ke Panti Werdha.
10. Daftar Masalah Keperawatan
1. Kehilangan
2. Berduka Disfungsional
3. Kerusakan Interaksi Sosial
4. Distres Spiritual
5. Gangguan Afek-Labil
11. Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan: Ketidakberdayaan b/d berduka disfungsional.
TUM: Klien dapat berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
TUK I: Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria hasil:
Hubungan saling percaya dapat terbina.
Mau membalas salam.
Mau berjabat tangan.
Mau memperkenalkan diri dengan menyebutkan namanya.
Klien diharapkan memenuhi kontrak.
Klien merasa senang dan percaya pada perawat.

Intervensi:
1. Bina hubungan saling percaya. R: Hubungan saling percaya
merupakan dasar interaksi, dengan cara:
Datangi klien dengan sopan dan ramah.
Beri salam dan berjabat tangan.
Kenalkan diri perawat dan Tanya nama klien.
Jelaskan maksud dan tujuan.
Dengarkan keluh kesal klien.
Buat kontrak untuk tindakan selanjutnya.
TUK II: Klien dapat mengidentifikasi faktor yang menghambat berduka.
Kriteria hasil:
Klien mengetahui faktor yang menghambat berduka.
Intervensi:
1. Bersama klien mendiskusikan hubungannya dengan orang atau objek
yang pergi atau hilang.
2. Menggali pola hubungan klien dengan orang yang berarti.
R: Agar dapat membantu klien mengurangi/menghilangkan faktor penghambat
tersebut.
TUK III: Klien dapat menjelaskan makna kehilangan.
Kriteria hasil:
Klien mengetahui faktor penghambat dan semakin banyak faktor pendukung.
Intervensi:
1. Bersama klien mengidentifikasi cara mengatasi
perasaan berduka.
2. Menilai cara yang efektif dengan cara yang
tidak efektif.
3. Perkuat dukungan serta kekuatan yang dimiliki
klien dan keluarga.
4. Identifikasi dan hargai social budaya, agama,
serta kepercayaan yang dianut oleh klien, keluarga dalam mengatasi perasaan
berduka.
R: Semakin kecil faktor penghambat dan semakin banyak faktor pendukung maka
semakin mudah klien melalui fase berduka.

TUK IV: Klien dapat dukungan dari keluarga/orang yang berarti.


Intervensi:
1. Kuatkan dukungan keluarga/orang yang berarti.
2. Dorong klien agar mau mengenali perannya
bersama keluarga lain.
3. Jelaskan manfaat hubungan dengan orang lain.
4. Dorong keluarga untuk saling mengevaluasi
perasaannya dan mendukung satu sama lain.
R: Dukungan dari anggota keluarga/orang yang berarti, sangat membantu dalam
mengatasi perasaan berduka.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama: Ny. S
Jenis Kelamin: Perempuan
Tanggal/Jam No. Dx Implementasi Evaluasi
5 Juli 2005 1 TUK I: S:
Klien dapat membina hubungan saling percaya. Klien diam.
1. Mendatangi klien O:
dengan ramah dan sopan. Klien lalu pergi ke kamar.
2. Memberi salam. A: Rencana belum berhasil.
P: Lanjutkan intervensi TUK I.

6 Juli 2005 S:
TUK I:
Inggih
Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Nama saya Salamah.
1. Mendatangi klien
Klien senang dengan kedatangan
dengan sopan dan ramah.
mahasiswa.
2. Memberi salam
Klien banyak berbicara tentang dirinya.
dan berjabat tangan. Selamat pagi, mbah sambil
berjabat tangan. O:

3. Memperkenalkan Klien berjabat tangan.

diri perawat. Kami (Riris, Triana, Yanuar) dari Klien menyebutkan nama.
Akper Blitar, kami akan sering berkunjung kesini 5 Klien menjawab semua pertanyaan.
hari. Klien kooperatif.
4. Menanyakan nama Ada kontak mata saat interaksi.
klien. Nama mbah siapa?
A: Rencana berhasil.
P: Lanjutkan TUK II.

5. Menjelaskan
maksud dan tujuan dating kesini. Saya ingin
bincang-bincang dengan mbah tentang apa yang
7 Juli 2005 mbah rasakan sekarang
6. Buat kontrak untuk
S:
tindakan selanjutnya. Baik, untuk sementara cukup
Klien banyak berbicara tentang diri,
sekian dulu dan besok pagi jam 10.00 WIB kita
masa lalu dan masalah yang dihadapi.
sambung diskusi kita lagi, nanti tempatnya disini aja,
O:
ya mbah?
Klien tampak bersemangat dalam
bercerita masa lalunya.
TUK II:
A: Rencana berhasil.
Klien dapat mengidentifikasi penghambat berduka.
P: Lanjutkan TUK III.
1. Diskusikan dengan
8 Juli 2005 klien tentang penghambat proses berduka.
2. Tanyakan kepada
klien tentang orang yang berarti. Mbah, siapa orang S:
yang paling mbah sayangi? Klien mengatakan sudah bias
3. Biarkan klien menerima proses kehilangan
berbicara tentang proses berdukanya. O:
4. Kontrak waktu Klien tenang.
untuk besok. A: Rencana berhasil
P: Pertahankan TUK I, II, III, lanjutkan TUK
IV.
TUK III:
9Juli 2005 Klien dapat menjelaskan makna kehilangan.
1. Bersama klien
mengidentifikasi cara mengatasi proses berduka. S:
2. Menilai cara yang efektif dan Keluarga mengatakan akan berusaha
cara yang tidak efektif.
tetap memberikan dukungan yang
3. Perkuat dukungan serta
optimal bagi kesehatan klien.
kekuatan yang dimiliki klien dan keluarga.
Klien dan keluarga sepakat untuk
4. Mengidentifikasi dan
memasukkan klien ke Panti Sosial Tuna
menghargai budaya sosial, agama, serta kepercayaan
Werdha.
yang dianut oleh klien.
5. Kontrak untuk hari kemudian.
TUK IV: O:
Klien dapat dukungan dari keluarga dan orang dekat Klien terlihat senang dengan informasi
lainnya. yang diberikan.
1. Memberikan kekuatan pada keluarga tapi Klien menceritakan rencana
terutama pada klien. keberangkatannya kepada tetangga
2. Mendorong klien agar mau menggali perannya sekitar untuk tinggal di Panti Sosial
dalam keluarga. Tresna Werdha.
3. Jelaskan kepentingannya berhubungan dengan A: Rencana berhasil.
orang lain. P: Pertahankan TUK I, II, III, dan IV.
4. Mendorong keluarga untuk saling mengevaluasi
perasaannya.

S-ar putea să vă placă și