Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Meningitis
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Medical di Ruang
23 Infeksi RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
Putri Rohmad Utomo
150070300011090
KELOMPOK 11
Oleh :
Putri Rohmad Utomo
NIM. 150070300011090
( ) ( )
NIP : NIP.
MENINGITIS
A. DEFINISI
tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan
oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa yang dapat terjadi secara akut dan kronis.
(Harsono, 2000).
Meningitis adalah infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus
meningitis berasal dari cairan yang berasal dari tenggorokan atau hidung. Virus tersebut
dapat berpindah melalui udara dan menularkan kepada orang lain yang menghirup
termasuk duramater, arachnoid dan piamater yang melapisi otak dan medulla spinalis
yang dapat disebabkan oleh beberapa etiologi (infeksi dan noninfeksi) dan dapat
B. ETIOLOGI
dengan meningitis mepunyai faktor prediposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,
parasit dan jamur. Mikroorganisme ini menginfeksi darah dan likour serebrospinal.
Meningitis juga dapat disebabkan oleh penyebab non-infeksi, seperti pada penyakit
AIDS, keganasan, diabetes mellitus, cedera fisik atau obat-obatan tertentu yang dapat
a. Virus
Meningitis virus umumnya tidak terlalu berat dan dapat sembuh secara alami
kasus saja yang berkembang menjadi meningitis. Infeksi virus lain, yakni :
1) Virus Mumps
4) Kasus yang lain yang agak jarang yakni LCMV (lymphocytic choriomeningitis
b. Bakteri
Salah satu penyebab utama meningitis bakteri pada anak-anak dan orang
Selama usia bulan pertama, bakteri yang menyebabkan meningitis pada bayi
normal merefleksikan flora ibu atau lingkungan bayi tersebut (yaitu, Streptococcus
group B, Basili enterik gram negatif, dan Listeria monocytogenes). Meningitis pada
disebabkan oleh influenzae tipe B dapat terjadi disegala umur tapi seringkali terjadi
c. Jamur
patogenik dan opportunistik. Jamur patogenik adalah beberapa jenis spesies yang
dapat menginfeksi manusia normal setela inhalasi atau inflantasi spora. Secara
lainnya lebi rentan terserang infeksi jamur dibandingkan manusia normal. Jamur
Kelompok ini tidak menginfeksi orang normal. Penyakit yang termasuk disini adala
nocardiosis.
Infeksi jamur pada susunan saraf pusat dapat menyebabkan meningitis akut,
subakut dan kronik. Biasanya sering pada anak dengan imunosupresif terutama
anak dengan leukimia dan asidosis. Dapat juga pada anak yang imunokompeten.
meningitis jamur pada anak imunikpmpeten. Candida sering pada anak dengan
resipien trnasplant dan neonatus kritis yang menggunakan kateter vaskular dalam
spesifik yang lemah terkait dengan umur muda. Resiko terbesar pada bayi (1-12
bulan);95% terjadi antara 1 bulan dan 5 tahun, tetapi meningitis dapat terjadi pada
setiap umur. Resiko tambahan adalah kolonisasi baru dengan bakteri patogen,
kontak erat dengan individu yang menderita penyakit invasif, perumahan padat
penduduk, kemiskinan, ras kulit hitam, jenis kelamin laki-laki dan bayi yang tidak
diberikan ASI pada umur 2 5 bulan. Cara penyebaran mungkin dari kontak orang
ke orang melalui sekret atau tetesan yang datang dari saluran pernapasan.
(Saunders, 2005)
C. PATOFISIOLOGI
atau jaringan tubuh yang lain. Virus / bakteri menyebar secara hematogen sampai ke
perkontinuitatum dari peradangan organ atau jaringan yang ada di dekat selaput otak,
misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus dan
Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan fraktur
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran sel-sel leukosit
beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan histiosit dan dalam minggu kedua selsel
plasma. Eksudat yang terbentuk terdiri dari dua lapisan, bagian luar mengandung
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks dan
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuronneuron.
kelainan kraniales. Pada Meningitis yang disebabkan oleh virus, cairan serebrospinal
dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi neuron-neuron.
serta organisasi eksudat perineural yang fibrino purulen menyebabkan kelainan nervi
kraniales (Nn. III, IV, VI, VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat
o Perkontuinitatum
yang berada diantara lapisan. Tidak jarang pula infeksi mengenai jaringan otak. Kondisi
o Hyperemia Meningens
o Eksudasi
terjadi bila eksudat (lebih sering terjadi pada infeksi bakteri) menyumbat sirkulasi cairan
cerebrospinal juga eksudat tadi dapat menetap di jaringan otak dan menyebabkan abses
otak.
D. MANIFESTASI KLINIS
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak,
letargi, muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta
rasa sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan oleh
Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh
pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada
meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,
muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya
ruam makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan
ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler
pada palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit
kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung. Meningitis bakteri biasanya
didahului oleh gejala gangguan alat pernafasan dan gastrointestinal. Meningitis bakteri
pada neonatus terjadi secara akut dengan gejala panas tinggi, mual, muntah, gangguan
pernafasan, kejang, nafsu makan berkurang, dehidrasi dan konstipasi, biasanya selalu
ditandai dengan fontanella yang mencembung. Kejang dialami lebih kurang 44 % anak
oleh Streptococcus, dan 10 % oleh infeksi Meningococcus. Pada anak-anak dan dewasa
biasanya dimulai dengan gangguan saluran pernafasan bagian bersifat akut dengan
gejala panas tinggi, nyeri kepala hebat, malaise, nyeri otot dan nyeri punggung. Cairan
Meningitis Tuberkulosa terdiri dari tiga stadium, yaitu stadium I atau stadium
prodormal selama 2-3 minggu dengan gejala ringan dan nampak seperti gejala infeksi
biasa. Pada anak-anak, permulaan penyakit bersifat subakut, sering tanpa demam,
apatis. Pada orang dewasa terdapat panas yang hilang timbul, nyeri kepala, konstipasi,
kurang nafsu makan, fotofobia, nyeri punggung, halusinasi, dan sangat gelisah.
gejala penyakit lebih berat dimana penderita mengalami nyeri kepala yang hebat dan
kadang disertai kejang terutama pada bayi dan anak-anak. Tanda-tanda rangsangan
meningeal mulai nyata, seluruh tubuh dapat menjadi kaku, terdapat tanda-tanda
peningkatan intrakranial, ubun-ubun menonjol dan muntah lebih hebat. Stadium III atau
stadium terminal ditandai dengan kelumpuhan dan gangguan kesadaran sampai koma.
Pada stadium ini penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tiga minggu bila tidak
Terjadi secara akut dengan panas tinggi, mual, muntah, gangguan pernapasan,
kejang, nafsu makan berkurang, minum sangat berkurang, konstipasi diare, biasanya
disertai septicemia dan pneumonitis. Kejang terjadi pada lebih kurang 44% anak dengan
penyebab hemofilus influenza, 25% streptokok pneumonia, 78% oleh streptokok dan
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat
disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi
kepala.
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135
(kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti
rasa nyeri.
3. Pemeriksaan Bruduzinski I
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi
kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila
4. Pemeriksaan Bruduzinski II
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
sel darah putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur positif terhadap
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya
d. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi bakteri).
i. EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalitis)
j. Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau sumber infeksi
kranial.
G. KOMPLIKASI
d. Hidochepalus yang berat dan retardasi mental, tuli, kebutaan karena atrofi nervus II
(Optikus)
e. Pada mengitis dengan septikemia menyebabkan suam kulit atau luka dimulut,
konjungtivitis
f. Epilepsi
i. Keterlambatan bicara
j. Kelumpuhan otot yang disarafi nervus III (Okulomotor), nervus IV (Toklearis), nervus
rifampisin juga dapat digunakan jika bakteri telah teridentifikasi. Antibiotik dosis tinggi
Dexametason dapat diberikan sebagai terapi tambahan pada meningitis akut dan
untuk mensupresi inflamasi dan mengefektifkan pengobatan pada orang dewasa serta
Dehidrasi dan syok dapat diatasi dengan penambahan volume cairan. Seizure
yang terjadi pada tahap awal penyakit dapat dikontrol dengan phenitoin/dilantin (Lewis,
2005).
I. PENCEGAHAN
Meningitis dapat dicegah dengan cara mengenali dan mengerti dengan baik
faktor predisposisi seperti otitis media atau infeksi saluran napas seperti TBC dimana
dapat menyebabkan meningitis serosa. Dalam hal ini yang paling penting adalah
setelah terjadinya meningitis penanganan yang sesuai harus cepat diatasi. Untuk
mengidentifikasi faktor atau jenis organisme penyebab dan dengan cepat memberikan
terapi sesuai dengan organisme penyebab untuk melindungi komplikasi yang lebih
serius.
J. PROGNOSIS
Bakteri meningitis perlu diobati dengan antibiotik, ke rumah sakit dan bahkan
kematian dalam sekitar 10 kasus. Meskipun obat beberapa anak mungkin terus
K. ASKEP MENINGITIS
1. PENGKAJIAN
1) Riwayat kesehatan sekarang : yang harus dikaji meliputi adanya keluhan sakit
pada klien untuk menjelaskan gejala yang dialami, kapan waktunya, apakah itu
2) Riwayat kesehatan masa lalu : Perawat berkata pada klien untuk mengingat
peristiwa khusus yang pernah dialami, seperti riwayat alergi, ISPA, trauma kepala
b. Sistem pernafasan: mengkaji apakah ada keluhan seperti sesak nafas, irama nafas
d. Sistem gastrointestinal: adanya muntah, menurun atau tidak adanya bising usus.
bervariasi, protein di csf cenderung meningkat, glukosa serum meningkat, sel darah
putih sedikit meningkat dengan peningkatan neutropil (infeksi bakteri), CT scan dan
MRI hasilnya akan normal pada meningitis yang tidak kompleks, sputum dan secret
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK atau edema
serebral
inefektif manajemen terapautik berhubungan dengan berbagai kondisi yang dialami yang
3. INTERVENSI
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan TIK atau edema
serebral
1) Kaji tingkat kesadaran dan tanda vital dengan menggunakan parameter neurologi secara
teratur (GCS)
2) Atur lingkungan yang aman dan tenang untuk mencegah agitasi yang dapat meningkatkan
o Berikan cairan IV sesuai program, cegah kelebihan cairan yang dapat memperburuk
edema cerebral
manajemen terapautik berhubungan dengan berbagai kondisi yang dialami yang ditandai
2) Beritahukan klien agar tidak banyak melakukan aktivitas dan memakai baju yang
5. EVALUASI
Harsono, DSS, dr, Kapita Selekta Neurologi, cetakan ketiga, Gajah Mada Univercity Press,
Yogyakarta, 2005
Lewis, S.W. at. Al. Medical Surgical Nursing, Assesment and Management of Clinical Problems.
Kozier, Technique In Chemical Nursing, a nursing approach, Addision Werky publising compani
2006.