Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
TINJAUAN TEORI
1. DEFINISI
2. ETIOLOGI
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa yaitu dapat bertahan terhadap pencucian
warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam (BTA),
serta tahan terhadap zat kimia dan fisik.Kuman tuberculosis juga tahan dalam
keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan anaerob.
3. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Sudoyo, dkk (2009: hal 2234), Tanda dan gejala tuberculosis Paru, yaitu :
a. Demam
c. Sesak napas
d. nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan, nyeri dada tibul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.Terjadi gesekan
kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan napasnya.
e. Malaise
4. PATOFISIOLOGI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2232), proses perjalanan penyakit tuberculosis
Paru, yaitu :
a. Tuberkulosis primer
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju
hilus (limfangitis lokal), dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening
hilus (limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + limfadenitis
regional = kompleks primer (ranke). Semua proses ini memakan waktu 3-8
minggu. Kompleks primer ini selanjutnya menjadi :
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakini suatu granuloma yang terdiri dari
sel-sel histiosit dan sel datia-langerhans (sel besar dengan banyak inti) yang
dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi eksogen dari usia muda menjadi
TB usia tua tergantung dari jumlah kuman, virulensi nya dan imunitas pasie,
sarang dini ini dapat menjadi :
1) Sarang yang sudah sembuh, sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi.
2) Sarang aktif eksudatif. Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap
dan sempurna.
3) Sarang yang berada diantara aktif dan sembuh , sarang bentuk ini dapat
sembuh spontan tetapi mengingat kemungkinan eksaserbasi kembali, sebaiknya
di berikan pengobatan yang sempurna juga.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSTIK
Menurut Mansjoer, dkk (1999 :hal 472), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada
klien dengan tuberculosis Paru, yaitu :
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya resistensi.
Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh mikobakterium tuberculosis.
g. MYCODOT
Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada suatu alat
berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah memadai memakai
warna sisir akan berubah.
5) Adanya klasifikasi
7) Bayangan millier
Lokasi lesi tuberculin umumnya di daerah apex paru (segmen apical lobus atas
atau segmen apical lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah
(bagian inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru (misalnya pada
tuberculosis endobronkial).
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan saat ini sudah banyak
dipakai di rumah sakit rujukan adalah Computed Tomography Scanning (CT-
Scan). Pemeriksaan ini lebih superior dibandingkan dengan radiologis
biasa.Perbedaan densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat dibuat
transversal.
Pemeriksaan MRI ini tidak sebaik CT-Scan, tetapi dapat mengevalusai proses-
proses dekat apek paru, tulang belakang, perbatasan dada perut.Sayatan dapat
dibuat transversal, segital dan koronal.
d. Darah
e. Sputum (BTA)
6. PENGOBATAN
Penatalaksanaan Medik
Menurut (Widuyono, 2008: hal 18), pengobatan yangdapat diberikan pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :
3) Kategori III (2 HR/ 4H3R3) untuk pasien yang baru dengan BTA negative
RO positif
Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak 60 kali regimen ini di
sebut kombipak II
b. Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam semingggu selan 4 bulan (4 H3R3) :
Obat tersebut diminum 3 kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54 kali regimen
ini disebut kombipak III.
a. semua pasien yang telah mendapat OAT tetapi sputum tetap posoitif.
b. Pasien batuk darah masih tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
c. Pasien dengan fisula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi
secara konservatif.
7. KLASIFIKASI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2233), klasifikasi tuberculosis Paru, yaitu :
Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru yang
diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat:
a) Kategori 0: Tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak negative,
tes tuberculin negatif.
b) Kategori I: Terpajan tuberculosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi disini riwayat
kontak positif, tes tuberculin negatif.
c) Kategori II: Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit, tes tuberculin positif,
radiologis dan sputum negatif.
1. Tuberculosis paru.
3. Tuberkulosis tersangka .
1. Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru
dengan bentuk TB berat.
2. Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan sputum
BTA positif.
3. Kategori III ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan yang tidak
luas dan kasus TB ekstra paru selain yang disebutkan dalam kategori I
Jadi di dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang di tarik dari
udara masuk ke dalam darah CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis .seterusnya
CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorus (jalan pernapasan) dan masuk
kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke sarambi
kiri jantung (atrium sinistra) ke aorta ke seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-
sel), disini terjadi oksidasi (pembakaran) . sebagian ampas (sisanya) dari pembakaran
adalah CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung
(serambi kanan / atrium dextra) ke bilik kanan (ventrikel dextra) dan dari sini keluar
melalui arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus
lapisan epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui
traktus urogenetalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam hidung masih terjadi perjalanan
panjang menuju paru-paru (sampai alveoli) pada laring terdapat epiglotis yang
berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak masuk ke
trakea, sedangkan sewaktu bernapas epiglotis terbuka begitu seterusnya. Jika
makanan masuk ke dalam laring maka kita mendapat serangan batuk, untuk mencoba
mengeluarkan makanan tersebut dari laring.
Selain itu dibantu oleh adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring
debu-debu, kotoran dan benda asing.Adanya benda asing / kotoran tersebut
memberikan rangsangan kepada selaput lendir dan bulu-bulu getar sehingga terjadi
bersin, kadang terjadi batuk.akibatnya benda asing/kotoran tersebut bisa dikeluarkan
melalui hidung dan mulut. Dari kejadian tersebut diatas udara yang masuk ke dalam
alat-alat pernapasan benar-benar bersih.
Organ-organ pernafasan.Yaitu ;
a. Hidung
Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua
lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi).didalamnya
terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu, kotoran yang masuk
ke dalam lubang hidung.
Bagian luar hidung terdiri dari kulit, lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan
tulang rawan, lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat-lipat yang
dinamakan karang hidung (konka nasalis) yang berjumlah tiga buah yaitu: konka
nasalis inferior, konka nasalis media dan konka nasalis superior.
Diantara konka ini terdapat tiga buah lekukan meatus yaitu meatus superior
(lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan bagian tengah) dan meatus inferior
( lekukan bagian bawah). Meatus-meatus ini lah yang dilewati oleh udara
pernapasan, sebelah dalam terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang
ini disebut kona. dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, ke atas
rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang di sebut sinus paranasalis,
yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus frontalis pada rongga tulang
dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang baji dan sinus etmoidalis pada rongga
tulang tapis.
b. Faring
Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah
depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain: ke atas
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana,
kedepan berhubungan dengan rongga mulut tempat hubungan ini bernama istmus
fausium, ke bawah terdapat dua lubang, kedepan lubang laring, ke belakang lubang
esophagus.
Di bawah selaput lendir jaringa ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah
bening.Perkumpulan getah bening ini dinamakan adenoid.Disebelahnya terdapat dua
buah tonsil kiri dan kanan dari tekak.Di sebelah belakang terdapat epiglotis yang
berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan.
c. Laring
Trakea atau batang tenggorok merupakan lanjutan dari laring yang di bentuk
oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda ( huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar
yang disebut sel bersilia, hanya bergerak kea rah luar.panjang trakea 9 sampai 11 cm
dan di belakang terdiri dari jaringn ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sel-sel bersilia
gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-sama dengan
udara pernapasan. Yang meisahkan trakea menjadi bronkus kanan dan kiri disebut
karina.
e. Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada dua buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V, mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus itu berjalan ke
bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkus kanan lebih pendek dan
lebih besar dari padabronkus kiri, terdiri dari 6 sampai 8 cincin, mempunyai 3 cabang
bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin
mempunyai 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut
bronkiolus ( bronkioli). Pada bronkiolus tidak terdapat cincin lagi, dan pada ujung
bronkiolus terdapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli.
f. Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah bagian tubuh yang sebagian besar teridiri dari
gelembung (gelembung hawa, alveoli).gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel
dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaanya lebih kurang 90 m2. Pada lapisan
ini terjadi pertukaran udara, O2masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari
darah. Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-
paru kiri dan kanan).
Paru-paru dibagi menjadi dua: Paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus, lobus
puimo dektra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh
lobules.paru-paru kiri, terdiri dari puimo sinistra lobus superior dan lobus inferior.
Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan yang lebih kecil bernama segmen. Paru-paru kiri
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen
pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segemen pada
lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada segmen
inferior. Tiap tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan belahan yang
bernama lobules.
Diantara lobules yang satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat
yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf, dalam tiap-tiap lobules terdapat
sebuah bronkiolus.Di dalam lobules bronkiolus bercabang-cabang banyak sekali,
cabang-cabang ini disebut duktus alveolus. Tiap tiap duktus alveolus berakhir pada
alveolus yang diameternya antara 0,2 0,3 mm.
Sirkulasi pulmonal berasal dari ventrikel kanan yang tebal dindingnya 1/3 dari
tebal ventrikel kiri.Perbedaan ini menyebabkan kekuatan kontraksi dan tekanan yang
ditimbulkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tekanan yang ditimbulkan oleh
kontraksi ventrikel kiri. Selain aliran melalui arteri pulmonal ada darah yang
langsung mengalir ke paru-paru dan aorta melalui arteri bronkialis. Darah ini adalah
darah yang kaya oksigen dibandingkan dengan darah pulmonal yang relative
kekurangan oksigen.Darah ini kembali melalui vena pulmonalis ke atrium kiri.Arteri
pulmonalis membawa darah yang sedikit mengandung oksigen dari ventrikel kanan
ke paru-paru.
a) Kapasitas total yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada
inspirasi sedalam-dalamnnya. Dalam hal ini angka yang kita dapat tergantung
pada bebrapa hal: kondisi paru-paru, umur, sikap dan bentuk seseorang.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan kendor lagi (diafragma akan menjadi
cekung, muskulus interkostalis miring lagi) dan dengan demikian rongga dada
menjadi kecil kembali, maka udara didorong keluar. Jadi proses respirasi atau
pernapasan ini terjadi karena adanya perbedaaan tekanan antara rongga pleura
dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu orang bernapas, rangka dada terbesar bergerak,
pernapasan ini dinamakan pernapasan dada.Ini terdapat pada rangka dada yang
lunak, yaitu pada orang-orang muda dan pada perempuan.Pernapasan perut.Jika
pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan
perut. Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini dinamakan
pernapasan perut.Jika pada waktu bernapas diafragma turun naik, maka ini
dinamakan pernapasan perut.Kebanyakan pada orang tua, karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak
zat kapur mengendap di dalamnya dan ini banyak ditemukan pada pria.
(Syaifuddin, 2006: hal 192).
C. KOMPLIKASI
Menurut Sudoyo, dkk (2009 : hal 2238), komplikasi yang dapat terjadi pada klien
dengan tuberculosis Paru, yaitu :
a. Pleuritis tuberkulosa
Terjadi melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah
bening, sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke arah saluran getah
bening yang menuju ronggal pleura, iga atau columna vertebralis.
b. Efusi pleura
c. Empiema
Penumpukann cairana terinfeksi atau pus (nanah) pada cavitas pleura, rongga
pleura yang di sebabkan oleh terinfeksinya pleura oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis (pleuritis tuberculosis).
d. Laryngitis
Infeksi mycobacteriym pada laring yang kemudian menyebabkan laryngitis
tuberculosis.
D. PROGNOSIS
E. PENCEGAHAN
I. PENGKAJIAN
2) Mual
c. Pola eliminasi
2) Warna urin berubah menjadi agak pekat karena efek samping dari obat
tuberculosis paru
2) Mimpi buruk
3) Berkeringat pada malam hari
2) Ansietas
Rencana Tindakan:
2. Ajarkan pasien tekhnik napas dalam dan cara melakkukan batuk efektif.
Kriteria Hasil : perbaikan ventilasi dan perbaikan oksigenasi jaringan adekuat dengan
gas darah dalam rentang normal.
Rencana Tindakan :
Rasional : TB paru menyebabkann efek luas pada paru dan bagian kecil
bronkopnemonia sampai inflasmasi, difusi luas, nekrosis, effusi pleura, dan
fibrosis luas. Efek pernapasan dapat ringan sampai dispnea berat sampai distress
penapasan.
Rasional : membantu tahanan melawan udara luar untk mencegah kolaps atau
penyempitan jalan napas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru
dan menghilangkan/menurunkan napas pendek.
Rencana Tindakan :
4) Dorong klien untuk makan sedikit tapi sering dengan makan tinggi protein
karbohidrat.
Rencana Tindakan :
Rasional : Belajar tergantung pada emosi dan kesiapan fisik dan ditingkatkan pada
tahap individu.
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dalam memberikan asuhan keperwatan, perawat harus mampu bekerja sama dengan
klien, keluarga, serta anggota tim kesehatan yang lain sehingga asuhan yang
diberikan dapat optimal dan komprehensif. (Nursalam, 2001: hal 63).
VI .EVALUASI KEPERAWATAN
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Kami selaku penyusun makalah mengharapkan ada koreksi dalam hal pembuatan
makalah ini, dan semoga dengan adanya ttugas ini kami dapat bisa lebih bermanfaat.