Sunteți pe pagina 1din 114

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Undang Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 dan UU
tentang Praktek Kedokteran (UUPK) tahun 2004 mengamanatkan
perlu dirumuskannya standar profesi , standar pelayanan dan standar
prosedur operasional dalam pelayanan kesehatan. Sebagai
konsekuensi logis dari mandate tersebut , RSU Ridhoka Salma harus
menetapkan standar alat ,ruang dan tenaga serta kompetensi
pelayanan dengan merujuk pada ketetapan Kemenkes. Dengan
demikian RSU Ridhoka Salma wajib memiliki sumber daya sarana,
prasarana, alat dan sumber daya manusia yang kompetensinya
sesuai dengan type RSU Ridhoka Salma.
Hal ini sesuai dengan visi pembangunan pemerintah kota Bekasi
: Bekasi Maju, Sejahtera dan Ihsan dan dengan salah satu misinya
Meningkatkan kehidupan sosial masyarakat melalui layanan
pendidikan, kesehatan, dan layanan sosial lainnya. Serta visi dari
RSU Ridhoka Salma : Menjadikan Rumah Sakit Ridhoka Salma sebagai
Rumah Sakit yang menjadi pilihan utama masyarakat Bekasi dan
mampu bersaing di era globalisasi. Misi RS Ridhoka Salma
menyelenggarakan pelayanan RS yang bermutu , berkesan ,
terjangkau dan professional.
Oleh sebab itu Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
(PPI) sebagai bagian dari pelayanan kesehatan dari RSU Ridhoka
Salma khususnya dalam pelaksanaan patien safety atau keselamatan
pasien perlu menyusun Pedoma Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di RSU Ridhoka Salma guna mencapai Visi dan Misi RSU
Ridhoka Salma yaitu menyelenggarakan pelayanan yang bermutu.
Program Pencegahan Infeksi (PPI) merupakan program Patien
safety atau keselamatan pasien dan tolak ukur mutu pelayanan guna
melindungi klien , petugas , pengunjung dan keluarga dari resiko
tertularnya infeksi karena dirawat, bertugas dan saat berkunjung ke
rumah sakit karena setiap orang yang berada di rumah sakit berisiko
terkena infeksi.
Angka infeksi yang terjadi di rumah sakit terus meningkat (Al
Verado, 2000) mencapai 9% atau 1,4 juta pasien rawat inap di
seluruh dunia , sedangkan kejadian infeksi di Indonesia 8-12 % dan di
ruang ICU meningkat 2-20 kali daripada ruang rawat biasa,
sedangkan RSU Ridhoka Salma belum ada datanya. Apalagi akhir-
akhir ini terjadi peningkatan kasus infeksi (new emerging , emerging
dan re-emerging diseases ), wabah atau kejadian Luar Biasa (KLB).
Beberapa faktor yang menimbulkan terjadinya infeksi di Rumah
Sakit terutama perilaku dan lingkungan antara lain tindakan invasive
yang tidak asepsis aseptic , kontak langsung dan tidak langsung ,
penggunaaan antibiotik yang tidak rasional , serta banyaknya pasien
di rumah sakit yang menjadi sumber infeksi bagi pasien dan
lingkungan
Guna meminimalkan resiko terjadinya infeksi di rumah sakit maka
diterapkan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), yaitu kegiatan
yang meliputi perencanaan , pelaksanaan , pendidikan dan pelatihan
serta monitoring evaluasi.
Keberhasilan program PPI di RS Ridhoka Salma perlu keterlibatan
lintas profesional, Klinisi, Perawat, Laboratorium,
K3L,Farmasi,Gizi,IPSRS,Sanitasi dan House Keeping sehingga perlu
Komite PPI. Komite PPI anggotanya saling bekerjasama dan perlu
dukungan managerial untuk terlaksananya program PPI dengan baik.
Program PPI terlaksana dengan baik maka patient safety dan mutu
pelayanan rumah sakit terjamin.

B. DASAR HUKUM
1. SK Menkes No 270 / MENKES/ 2007 tentang Pedoman Managerial
PPI di RS dan Fasilitas Kesehatan lainnya
2. SK Menkes No 382 /MENKES/2007 tentang Pedoman PPI di RS dan
Fasilitas Kesehatan lainnya
3. SK Menkes No 129/MENKES/SK/II/2008 tentang SPM RS :
Tersedianya anggota Tim PPI yang terlatih (75%)
Tersedianya Alat Pelindung Diri (standar 60%)
Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan infeksi
4. SK Menkes 1165.A/Menkes/SK/x/2004 tentang Komisi Akreditasi
Rumah Sakit
5. Surat Edaran Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik No
HK.03.01/III/3744/08 tentang Pembentukan Komite PPI RS dan Tim
PPI RS

C. KEBIJAKAN
SK Direktur RS Ridhoka Salma No..............Tahun 2015 tentang
pembentukan Komite PPI dan Tim PPI RS Ridhoka Salma

D. VISI
Dengan melaksanakan PPI dengan benar dan tepat maka terciptalah
keselamatan pasien dan petugas serta pelayanan yang bermutu

E. MISI
1. Menciptakan suatu program pengendalian infeksi yang efektif
2. Menyelenggarakan kegiatan preventif dan promotif bagi petugas
pada pelayanan yang beresiko tinggi
3. Menyelenggarakan Diklat bagi tenaga kesehatan tentang PPI
4. Terlaksananya program PPI yaitu : Improve hand hygiene ,
injection safety , blood safety, safety acociated with health care.
Focus : Clean hands , clean practice, clean product, clean
environment, clean equipment oleh seluruh petugas yang bekerja
di RS Ridhoka Salma , pasien dan pengunjung

F. FALSAFAH
To do the right thing and prevent mistakes
Safety is not priority, its away of life
Cost effectiveness

G. NILAI
1. Akurat : akurat dalam memberikan data
2. Tepat waktu : tepat waktu dalam memberikan data
3. Kerjasama
H. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menekan penyebaran infeksi , mencegah infeksi akibat tindakan
perawatan selama di RS Ridhoka Salma
2. Tujuan Khusus
a. Melindungi pasien dari penyebaran infeksi
b. Melindungi tenaga kesehatan dari tertular infeksi
c. Melindungi pengunjung RS dan masyarakat dalam lingkungan
RS
d. Melindungi lingkungan di dalam dan sekitar RS
e. Melakukan program PPI secara cost effective dan tepat guna

I. SASARAN
Semua karyawan yang bekerja di RS Ridhoka Salma
(Direktur/Managemen, Klinisi, Perawat,Laboratorium, Gizi, IPSRS,
Sanitasi dan House Keeping , Keamanan),Pasien Rawat Inap,
pengunjung , dan masyarakat di sekitar lingkungan Rumah Sakit.

BAB II
TINJAUAN ORGANISASI

A. Struktur Organisasi Komite PPI


B. Susunan Organisasi Komite PPIRS thn 2015

Tugas dan tanggung jawab Komite PPI


Tim pengendalian pemakaian antibiotik yang tepat dan rasional
- Bekerjasama dengan komite medik membuat standar
pemakaian antibiotik untuk pencegahan (preop) dan terapi
- Mengidentifikasi dan melaporkan pola kuman dan sensitivitas
antibiotik di RS Ridhoka Salma
- Bekerjasama dengan farmasi memonitor pemakaian antibiotik
di RS Ridhoka Salma
- Melakukan evaluasi dan tindak lanjut monitoring pemakaian
antibiotik dan melaporkannya pada POKJA PPIRS dan direktur

Tim identifikasi dan penanganan resiko KLB dan infeksi yang


didapat di Rs
- Membuat standar prosedur identifikasi dan penatalaksanaan
KLB
- Monitoring pelaksanaan SOP KLB
- Melakukan identifikasi akar masalah dan rencana tindak lanjut
kasus infeksi yang didapat dalam RS serta KLB
- Memberi asupan dan usulan kepada direktur mengenai
penutupan sementara unit perawatan/instalasi yang dianggap
potensial menularkan penyakit
- Melaporkan hasil identifikasi dan rencana tindak lanjut pada
POKJA PPIRS dan direktur

Tim surveilans
- Melakukan surveilans infeksi yang didapat di RS secara rutin
di instalasi rawat inap dan rawat jalan
- Melaksanakan surveilans perilaku dan lingkungan yang bisa
berdampak pada infeksi yang didapat di RS
- Melaporkan rekapitulasi hasil surveilans bulanan dan tahunan
pada POKJA PPIRS dan Direktur

Tim pengendalian Infeksi di Lingkungan , Sarana dan Prasarana


penunjang
- Membuat program pengendalian infeksi di lingkungan dan
sarana penunjang
- Bersama tim surveilans memonitor pelaksanaan program
pengendalian infeksi di lingkungan dan sarana penunjang
- Melakukan evaluasi dan tindak lanjut hasil monitoring dan
melaporkannya pada POKJA PPIRS dan Direktur

Tim pendidikan dan latihan


- Membuat program Diklat bagi tenaga medis , non medis ,
tenaga outsource
- Membuat program sosialisasi PPIRS pada pasien dan
pengunjung
- Melaksanakan program Diklat dan sosialisasi PPIRS
- Melaksanakan evaluasi program tindak lanjut dan
melaporkannya kepada POKJA PPIRS dan Direktur

Tim Upaya pencegahan (Universal Precaution , Program


kebersihan Tangan , Pemakaian APD dan Pemakaian Antiseptik
yang benar)
- Membuat program Upaya Peningkatan aktifitas Universal
Precaution , cuci tangan, pemakaian APD dan pemakaian
Antiseptik
- Memberikan asupan dan usulan mengenai pemakaian
desinfektan
- Bersama tim surveilans melaksanakan monitoring program
upaya peningkatan aktifitas Universal Precaution, cuci
tangan , pemakaian APD dan pemakaian Antiseptik
- Melakukan evaluasi dan tindak lanjut dan melaporkannya
kepada Pokja PPIRS dan Direktur

C. Uraian tugas dan tanggung jawab tim PPI

1. Organisasi PPIRS terdiri dari :


a. Pengarah yaitu Pimpinan RS (Direktur)
b. Penanggung jawab 2 terdiri dari Wadir Pelayanan dan Wadir
Umum
c. Ketua PPIRS seorang dokter spesialis mikrobiologi patologi klinik
d. Sekretaris merangkap IPCN
e. Bendahara 1 orang
f. Sekretariat 2 orang
g. Anggota terdiri dari perawat antar instalasi dan unit terkait
lainnya

2. Tugas pokok dan fungsi

Pengarah / Direktur :

- Membentuk Komite Pencegahan dan Pengendalian infeksi


dengan Surat Keputusan Direktur
- Menentukan kebijakan PPI
- Memastikan tersedianya sarana , prasarana dan anggaran
- Mengevaluasi kebijakan PPI
- Mengevaluasi kebijakan pemakaian antibiotik dan desinfektan
yang rasional
- Menutup sementara unit perawatan / instalasi yang dianggap
potensial menularkan penyakit
- Mengesahkan SOP
- Memastikan terlaksananya program INOK
- Memastikan tersedianya Sarana , Prasarana dan SDM untuk
pelaksanaan program INOK
3. Ketua (IPCO)
Bersama Komite PPI
a. Menyusun program dan standar operasional PPI
b. Melakukan sosialisasi dan evaluasi program PPI
c. Mengidentifikasi dan melaporkan pola kuman dan sensitivitas
antibiotik
d. Bekerjasama dengan tim PPI memonitor tindak lanjut kegiatan
e. Melakukan investigasi masalah infeksi nasokomial dan KLB
f. Mengadakan pertemuan berkala untuk koordinasi, evaluasi, dan
tindak lanjut
g. Membuat laporan pada Direktur
h. Memberikan asupan dan usulan kepada Direktur mengenai
kebijakan PPI
i. Memberikan asupan dan usulan kepada Direktur mengenai
pemakaian antibiotika dan desinfektan yang rasional
j. Memberikan asupan dan usulan kepada Direktur dalam
perencanaan dan pengembangan yang berkaitan dengan PPI

4. Anggota (Dokter)
a. Memberikan masukan ilmiah mengenai program PPI
b. Ikut berperan serta dalam proses edukasi PPI
c. Memastikan program PPI terlaksana di lingkungan kerjanya
d. Membantu dalam pembuatan program PPI
e. Membantu dalam pelaksanaan pembinaan dan sosialisasi
program PPI
f. Melakukan pengendalian dan mengevaluasi pemakaian
antibiotika yang rasional

5. Sekretaris (IPCN)
a. Koordinator antar unit
b. Mengunjungi ruang perawatan dan memonitor kejadian infeksi di
RS
c. Melaksanakan surveilans infeksi (target) dan melaporkan pada
komite PPI
d. Memonitor kesehatan petugas kesehatan untuk mencegah
penularan infeksi dari petugas kesehatan ke pasien dan
sebaliknya
e. Bersama IPCLN melakukan edukasi bagi pasien dan pengunjug
RS
f. Bersama komite PPI melakukan edukasi bagi pasien dan
pengunjung RS
g. Melakukan investigasi KLB

6. Anggota / Perawat / Perwakilan unit terkait (IPCNL)


a. Mengisi dan mengumpulkan formulir surveilans setiap pasien di
unit rawat inap masing2 dan menyerahkan ke IPCN
b. Memastikan pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan
pengendalian infeksi oleh seluruh personil di unit masing-masing
c. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada kecurigaan adanya
INOK pada pasien
d. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan yang lain dalam
melaksanakan standar isolasi dan melakukan edukasi PPI bagi
pasien dan keluarganya
e. Memastikan seluruh personil di unit masing-masing sudah
mengetahui mengenai program INOK

7. Bendahara
a. Menyelenggarakan kegiatan keuangan komite INOK
b. Membuat laporan Bulanan dan tahunan
c. Bersama dengan Bagian keuangan RS membuat
pertanggungjawaban keuangan

8. Sekretariat
a. Menyelenggarakan seluruh kegiatan administrasi Komite INOK
b. Menyelenggarakan kegiatan administrasi dan kegiatan pelatihan,
rapat , inhouse training

D. Syarat jabatan tanggung jawab dan wewenang Tim PPIRS


1. Syarat jabatan
a. Komite PPI
1) Pendidikan dasar kedokteran umum ditambah dengan
pendidikan dokter spesialis
2) Mengikuti pendidikan dan pelatihan PPI
3) Memiliki kemampuan leadership dan berminat dalam PPI
b. Infection Prevention Control Officer (IPCO)
1) Pendidikan dasar kedokteran umum ditambah dengan
pendidikan dokter spesialis patologi klinik atau
mikrobiologi
2) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI
3) Mempunyai minat dalam PPI
c. Infection Prevention Control Nurse (IPCN)
1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan
2) Mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar PPI
3) Memiliki sertifikat PPI
4) Memiliki pengalaman kerja sebagai kepala ruangan atau
setara
5) Memiliki minat dalam bidang PPI
d. Infection Prevention Control Link Nurse (IPCLN)
1) Pendidikan minimal D3 Keperawatan
2) Mengikuti pelatihan dasar PPI
3) Memiliki minat dalam PPI

2. Tanggung jawab dan wewenang


Bertanggung jawab dalam semua kegiatan dan pelaksanaan serta
bekerja sama dengan tim PPI lainnya dalam memonitoring angka
kejadian infeksi di unit kerja masing-masing

E. Tata Hubungan Kerja

DIREKTUR

RUAM

RAWAT JALAN
PPI RUANG RAWAT

PENUNJANG
1. Hubungan kerja dengan Direktur
a. Penerbitan surat keputusan untuk komite dan tim PPIRS
b. Anggaran atau dana untuk kegiatan
o Pendidikan dan pelatihan secara berkala
o Pengadaan fasilitas pelayanan penunjang
o Untuk pelaksanaan program, monitoring, evaluasi, laporan
dan rapat rutin
o Reward untuk komite PPI
2. Kebijakan dan standar prosedur operasional
1) Ada kebijakan kewaspadaan isolasi
o Kebersihan tangan
o Penggunaan Alat pelindung Diri (APD)
o Peralatan perawatan pasien
o Pengendalian lingkungan
o Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan
linen
o Kesehatan karyawan / perlindungan petugas kesehatan
o Penempatan pasien
o Hygiene respirasi / etika batuk
o Praktek menyuntik yang aman

2) Ada kebijakan tentang pengembangan SDM dalam PPI


o Ada kebijakan tentang pengadaan bahan dan alat yang
melibatkan tim PPI
o Ada kebijakan tentang penggunaan antibiotika yang
rasional
o Ada kebijakan tentang pelaksanaan surveilans
o Ada kebijakan tentang pemeliharaan fisik dan sarana
yang melibatkan tim PPI
o Ada kebijakan tentang kesehatan karyawan
o Ada kebijakan penanganan KLB
o Ada kebijakan penempatan pasien
o Ada kebijakan upaya pencegahan infeksi ILO , IADP ,
ISK ,Pnemonia , VAP

3) Kebijakan tekhnis
Ada SPO tentang kewaspadaan isolasi
o Ada SPO kebersihan tangan
o Ada SPO penggunaan alat pelindung diri (APD)
o Ada SPO penggunaan peralatan perawatan pasien
o Ada SPO pengendalian lingkungan
o Ada SPO pemrosesan peralatan pasien dan
penatalaksanaan linen
o Ada SPO kesehatan karyawan /perlindungan petugas
kesehatan
o Ada SPO penempatan pasien
o Ada SPO hygiene respirasi /etika batuk
o Ada SPO praktek menyuntik yang aman
o Upaya upaya pencegahan infeksi dan rekomendasinya

3. Hubungan dengan rawat inap


Tim PPI mengambil data dari ruangan , memberikan hasil analisa
dan rekomendasi. Bersama ruangan bekerja sama dalam
melakukan program PPI serta identifikasi kejadian atau potensi
KLB. Memberikan motivasi dan teguran tentang kepatuhan dalam
pelaksanaan PPI.

4. Hubungan dengan rawat jalan


Tim PPI melakukan surveilans ke rawat jalan. Rawat jalan
melaporkan bila ditemui adanya HAIs. Memberikan motivasi dan
teguran tentang kepatuhan dalam pelaksanaan PPI.

5. Hubungan dengan penunjang


Bersama dengan penunjang bekerjasama dalam melakukan
program PPI serta tim memotivasi dan memberikan teguran dalam
pelaksanaan kepatuhan dalam pelaksanaan PPI.

BAB III
PROGRAM PPI
Suatu kegiAtan managemen dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan serta pembinaan dalam upaya mencegah terjadinya
infeksi di RS Ridhoka Salma yang melibatkan seluruh personil di
pelayanan kesehatan.
A. Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
1. Kewaspadaan isolasi
a. Kewaspadaan standar
b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi
2. Surveilans : Kepatuhan handhygiene , plebitis, SSI , ISK , secara
bertahap ( 1 atau 2 insiden setiap tahun dengan sistem target)
3. Diklat
4. Pencegahan infeksi
5. Penggunaan antimikroba rasional
6. Kegiatan Orientasi
Program orientasi PPI bertujuan agar karyawan baru memahami
dan dapat melaksanakan program PPI yaitu : Improve hand
hygiene, Injection safety, blood safety, safety acociated with
health care. Fokus : cleand hans , clean product, clean
environment, clean equiptment
Orientasi PPI dilakukan bersamaan dengan kegiatan
keperawatan / diklat/ kepegawaian di bawah pengawasan Ka
PPI.

Hari ke Materi Waktu Metode Pj


Pertama Struktur Organisasi PPI Diskusi Ka. PPI
Improve hand hygiene Diskusi dan s.d.a
praktek
APD s.d.a s.d.a
Kedua Managemen limbah s.d.a s.d.a
Safety associated with Ceramah dan s.d.a
health care tanya jawab
Surveilans Diskusi s.d.a

7. Pelaporan
a. Laporan harian
Laporan harian tentang :
1. Kejadian phlebitis
2. Kejadian infeksi luka operasi
3. Ketersediaan APD
4. Insidentil atau KLB
b. Laporan bulanan
Laporan bulanan adalah kumpulan / jumlah angka dari
laporan harian yang dibuat secara tertulis kepada Direktur.
Perencanaan sesuai laporan harian
c. Laporan tahunan
Laporan tahuanan adalah kumpulan laporan bulanan disertai
analisa dan rekomendasi.
Laporan surveilans misalnya : kepatuhan melakukan
handhygiene , uji MO lingkungan, pemetaan pola sensitivitas
antibiotik dan pemetaan kuman, dll
Laporan kegiatan diklat : Pelatihan diluar , inhouse training ,
dll
Laporan diberikan kepada direktur , wadir pelayanan , Komite
Medik, Kabid Keperawatan dan ruangan bersangkutan
8. Pertemuan / Rapat
Rapat berkala terdiri dari :
1. Rapat rutin
2. Rapat insidential

Rapat rutin diselenggarakan pada :

Waktu :

Jam :

Tempat :

Peserta :

Materi : = Evaluasi kinerja mutu

= Masalah dan pemecahannya

= Evaluasi dan rekomendasi

Rapat insidentil diselenggarakan sewaktu-waktu bila ada


masalah atau sesuatu hal yang perlu dibahas segera
9. Pola ketenagaan Tim PPI dan Kualifikasi Personil serta Suppoting
System (Sarana dan fasilitas penunjang)
a. Pola ketenagaan

Nama Pendidikan Sertifikasi Jumlah


jabatan Kebutuhan
Ka PPI Dokter Spesialis IPCO 1
PA / Mikrobiologi
IPCN S1 / D3 IPCN 1 (untuk 100 tt)
Keperawatan
IPCLN D3 Keperawatan IPCLN Sesuai
banyaknya
ruang rawat
Sekretaris SMK komputer komputer 1

b. Sarana kesekretariatan
1. Ruangan sekretariat yang memadai (meja tulis ,
komputer, kursi meja , lemari untuk file )
2. Computer
3. Printer
4. Aiphone
5. Alat tulis kantor sesuai kebutuhan

c. Pengembangan dan pendidikan


Tim PPI
Wajib mengikuti pendidikan dan pelatihan dasar dan
lanjutan PPI secara berkala (selalu update)
Memiliki sertifikasi PPI
Mengikuti seminar, lokakarya dan sejenisnya
Mendapatkan pelatihan surveilans dan pengolahan
data
Mendapatkan bimbingan tekhnis secara
berkesinambungan

d. Staff Rumah Sakit


Semua staff rumah sakit harus mengetahui prinsip-
prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi
Semua staff rumah sakit yang berhubungan dengan
pelayanan pasien harus mengikuti pelatihan PPI
Rumah sakit secara berkala melakukan sosialisasi
/stimulasi PPI
Semua karyawan baru harus mendapatkan orientasi PPI

10. Health Care Worker Safety (Keselamatan dan Kesehatan


Petugas)
Petugas kesehatan beresiko tertular infeksi saat melakukan
pekerjaan. Petugas kesehatan harus mendapat pelatihan
mengenai penyakit infeksi, cara transmisi, tindakan pencegahan
dan pengendaliannya. Perlu program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS)
Tujuan Program K3RS
a. Meningkatkan keamanan lingkungan RS
b. Mempertahankan kesehatan petugas
c. Mengurangi biaya perawatan
d. Mencegah timbulnya wabah
e. Mencegah tuntutan hukum

Program Kesehatan Karyawan

1. Pencegahan penularan infeksi terhadap petugas kesehatan


Taat menerapkan Kewaspadaan Isolasi (Standar dan
berdasarkan transmisi)
Menjaga kesehatan saluran nafas (tidak merokok)
Menjaga kesehatan tubuh secara umum
Menjaga kebersihan dan hygiene diri
Senantiasa menjaga perilaku hidup sehat
Tidak memanipulasi jarum bekas pakai
Petugas menderita flu diminta tidak merawat atau
kontak dengan pasien imunitas rendah
Petugas yang demam / menderita gangguan pernafasan
dalam 10 hari setelah terpajan penyakit menular
melalui udara (airbone) perlu dibebastugaskan
2. Penyediaan Sarana Kewaspadaan Isolasi
Alat Pelindung Diri (APD) harus tersedia cukup di ruang
perawatan dan tindakan, terutama ruangan emergency
Indikasi pemakaian dan cara melepas APD harus
dipahami dengan baik oleh petugas
3. Pemberian Imunisasi : Hepatitis B terutama yang bertugas
ditempat resiko tinggi
4. Penatalaksanaan pasca luka tusuk benda tajam
a) Hal yang perlu diketahui petugas terpajan
- Periksa status kesehatan petugas terpajan
- Ketahui status kesehatan sumber pajanan
- Terapkan profilaksis pasca pajanan (PPP) sesuai
kebijakan RS
b) Tindakan pertama pada pajanan bahan kimia atau
cairan tubuh
- Mata segera bilas dengan air mengalir selama 15
menit
- Kulit segera bilas dengan air mengalir selama 1
menit
- Mulut segera kumur-kumur selama 1 menit
- Segera hubungi dokter yang berwenang untuk
melakukan perawatan pasca pajanan
- Lapor ke Komite / Tim PPI , panitia K3RS atau sesuai
alur RS
c) Pencegahan resiko kecelakaan kerja
- Buang jarum bekas pada wadah khusus benda tajam
tahan tembus, tahan bocor
- Jangan memberikan jarum bekas kepada orang lain
untuk dibuang
- Buang wadah benda tajam jika sudah penuh
- Buang sampah medis sesuai tempatnya
- Jaga kebersihan lingkungan
- Jaga lantai tetap kering dan tidak licin
d) Pencegahan resiko infeksi akibat kecelakaan kerja
Anda pakai , anda buang !!
- Buang jarum langsung bersama syringe, jangan
dilepas
- Untuk pengambilan sample darah (flebotomi)
sebaiknya gunakan tabung vakum (vacutainer)
- Jangan letakkan dan meninggalkanjarum
sembarangan
e) Tindakan pasca tertusuk jarum bekas
- Jangan panik !!
- Segera desinfeksi dengan alkohol 70% dan cuci
dengan air mengalir menggunakan sabun atau
antiseptik
- Lapor ke Tim PPI atau K3RS
- Tentukan status imunitas petugas dari sumber
pajanan :
o Tentukan status HIV , HBV dan HCV sumber
pajanan
o Periksa status HIV , HBV dan HCV petugas yang
terpajan

f) Alur luka tusuk jarum

g) PPP untuk Hepatitis B


h) Profilaksis Pasca Pajanan HIV / AIDS
Jenis pajanan potensial : darah,cairan semen /
cairan vagina ,cairan serebrospinal , cairan
sinovial / pleura / perikardial / peritonial / amnion
Obat ARV harus diberikan dalam waktu < 4 jam

i) Alur PPP pada pajanan HIV


1) Kategori Pajanan (KP)
2) Kategori status sumber pajanan (KS HIV)
3) Pengobatan profilaksis pasca pajanan
4) Rekomendasi pemberian PPP

PAJANAN SUMBER SUMBER SUNBER REJIMEN


TIDAK POSITIF POSITIF
DIKETAHUI RESIKO
TINGGI

Kulit utuh Tidak perlu PPP Tidak perlu Tidak perlu


PPP PPP

Mukosa Pertimbangkan Berikan Berikan AZT 300mg


/kulit tak rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 2 3TC 150m
utuh obat obat /12jam x 28
hari
Tusukan Berikan Berikan Berikan AZT 300mg
benda rejimen 2 obat rejimen 2 rejimen 3 3TC 150mg
tajam solid obat obat Lop/r400/10
0
/12 jam x
28 hari

Tusukan Berikan Berikan Berikan AZT 300mg


benda rejimen 2 obat rejimen 3 rejimen 3 3TC 150mg
tajam obat obat Lop/r400/10
berongga 0
/12 jam x
28 hari

5) Resiko serokonversi
- Pajanan darah / cairan tubuh dalam jumlah besar
ditandai :
o Luka dalam
o Darah terlihat jelas
o Akibat tertusuk jarum
o Pajanan pasien dalam stadium AIDS

6) Monitoring PPP-HIV
- Profilaksis harus diberikan selama 28 hari
- Dibutuhkan dukungan psikososial
- Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui proses
infeksi
dan memonitor efek toksik obat ARV
- Tes HIV diulang setelah 6 minggu , 3 bulan dan 6 bulan

7) Pedoman Keselamatan Laboratorium


Tujuan :
Meminimalkan kecelakaan kerja atau
tertular agen infeksius
Menjaga lingkungan kerja dan sekitarnya
dari pencemaran bahan infeksius
Penekanan pada :
Prosedur kerja yang aman dan optimal
Pengelolaan alat bekas pakai yang benar
Sarana dan fasilitas dengan desain tepat
Pengawasan oleh atasan / pimpinan
Petugas :
Dilatih mengenai tingkat keamanan
biologik (biosafety level) yang sesuai
Sudah divaksinasi hepatitis B dan vaksin
influensa (bila menangani bahan dari
pasien flu burung)
Jika timbul gejala seperti infeksi yang
ditangani (demam,sesak nafas) wajib
lapor dan dipantau dengan ketat
Memiliki serum dasar yang disimpan bila
sewaktu-waktu diperlukan

B. Program kerja 2015-2016


PROGRAM KERJA PPIRS TAHUN 2015-2016

KEGIATAN SE OC NO DE JA FE MA AP ME JU JU AG
P T V S N B R R I N L T
1 Tim pengendalian pemakaian antibiotik
Membuat laporan
pola kuman
Membuat standart
pemakaian
antibiotik
Membuat pola
pemakaian
antibiotik
Evaluasi program
2 Tim identifikasi dan risk managemen KLB dan Hais
Membuat
program /SOP
identifikasi dini dan
risk managemen
infeksi di RS
Membuat SOP
deteksi dini dan
penanganan KLB
Evaluasi infeksi
yang didapat di RS
Evaluasi insidens
dan
penatalaksanaan
luka tusuk
3 Tim Surveilans
Surveilans HAIs
Surveilans
lingkungan
Evaluasi surveilans
4 Tim pengendalian Infeksi lingkungan , sarana dan prasarana penunjang
Bekerjasama
dengan diklat
melakukan
sosialisai PPIRS di
gizi,
housekeeping,dan
karyawan
Monitoring PPIRS di
lingkungan RS
Monitoring program
5 Tim pendidikan dan pelatihan bagi karyawan
Sosialisasi program
PPIRS bagi
karyawan baru ,
mahasiswa dan
masyarakat
Sosialisasi program
PPIRS bagi
karyawan
Pelatihan
berkelanjutan bagi
POKJA
Evaluasi program
6 Tim upaya pencegahan
Membuat program
Universal
Precaution ,
program cuci
tangan, pemakaian
desinfektan dan
antiseptik serta
pemakaian APD
Evaluasi program
7 Rapat per 3 bulan
8 Evaluasi Program

BAB IV
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
(KEWASPADAAN STANDAR)

A. Kewaspadaan standar
Kewaspadaan standar (lapis pertama), merupakan gabungan dari
Universal Precaution dan Body Substain Isolation. Waspada
terhadap darah, cairan tubuh, sekresi dan eksresi kecuali keringat.
Ditujukan kepada semua pasien tanpa memandang infeksi atau
tidak infeksi
Komponen utama kewaspadaan standar dan penerapannya :
Kebersihan tangan, Sarung tangan, Masker, Goggle, face
shield, Gaun, Peralatan perawatan pasien, Pengendalian
Lingkungan, Pengelolaan linen, Kesehatan karyawan,
Penempatan pasien, Hygiene respirasi/etika batuk, Praktek
menyuntik yang aman.
1. Etika batuk
a. Efektif menurunkan transmisi patogen droplet melalui saluran
nafas (influensa, adenovirus, B pertusis, Mycoplasma
pnemonia)
b. Petugas dengan infeksi saluran pernafasan menjauhi kontak
langsung dengan mengenakan masker
c. Kebersihan pernafasan dan etika batuk
Untuk mencegah transmisi semua ISPA (termasuk influensa,
pasien dengan demam/ gejala saluran nafas) harus ditangani
sesuai dengan kebersihan nafas dan etika batuk.
d. Meliputi :
Menutup mulut dan hidung saat batuk / bersin
Pakai tisu buang ke tempat sampah kuning bila
terkena sekret saluran nafas
Lakukan cuci tangan dengan sabun antiseptik dan air
mengalir, alkohol handrub setelah kontak dengan
secret
Jaga jarak terhadap orang dengan gejala ISPA dengan
demam
2. Penyuntikan yang aman
Mencegah KLB akibat :
Pemakaian ulang jarum steril untuk peralatan suntik IV
beberapa pasien
Jarum pakai ulang / cairan ,multidose dapat menimbulkan
infeksi

B. Kewaspadaan berdasarkan penularan / tranmisi (lapis dua)


Transmission based precautions merupakan kewaspadaan
tambahan, dipkai bila rute transmisi tidak dapat diputus sempurna
hanya dengan standard precautions
Kewaspadaan berdasarkan penularan / transmisi diperuntukkan
bagi pasien yang menunjukkan gejala atau dicurigai terinfeksi atau
mengalamim kolonisasi dengan kuman yang sangat mudah
menular atau sangat patogen dimana perlu upaya pencegahan
tambahan selain kewaspadaan standar untuk memutus rantai
penyebaran infeksi
1. Kewaspadaan transmisi kontak
Permukaan lingkungan dapat terkontaminasi melalui
kontak dengan tangan pasien atau petugas
(gaun/alat/tisu/)yang telah dipakai dan benda yang
terkontaminasi cairan tubuh
APD : sarung tangan, gaun ....lepaskan sebelum
meninggalkan ruangan
Minimalisasi gerak pasien
Kontrol lingkungan : cleaning dan desinfeksi permukaan
terkontaminasi

2. Kewaspadaan transmisi droplet


a. Penyakit menular lewat droplet, ditularkan melalui batuk,
bersin dan berbicara droplet kecil dan droplet besar
b. Droplet :
- Percikan > 5m melayang diudara jatuh mengenai mukosa
mata, hidung atau mulut orang tanpa pelindung dan akan
jatuh pada jarak <1m
- Prosedur yang dapat menimbulkan aerosol misalnya
suction, bronchoscopy, nebulising, intubasi
c. B. Pertussis, meningococcus, Avian influenza, Stretococcus
grup A, Adenovirus, H1N1
d. Droplet besar dari sekret akan jatuh di permukaan sekitar
pasien pada jarak >1m
e. APD : masker bedah / medik, sarung tangan, gaun, batasi
gerak pasien keluar ruang rawat
f. Ruang terpisah, TT berjarak 1m
g. Cuci tangan tiap melepas APD
h. Tindakan yang menimbulkan aerosol berhubungan dengan
meningkatnya resiko transmisi infeksi
i. Tindakan pada pasien ISPA (flu burung, influenza manusia,
SARS atau patogen baru penyebab ISPA) termasuk: intubasi ,
resusitasi kardiopulmuner, bronkoscopy, pembedahan
dengan peralatan kecepatan tinggi, autopsi
j. Batasi petugas kesehatan dengan tindakan-tindakan diatas
k. Petugas yang terlibat HARUS memakai APD, respirator
partikulat / yang setara

3. Kewaspadaan transmisi airbone


a. tempatkan pasien di ruang dengan ventilasi memadai atau
ruang dengan 12 ACH (bila mungkin), pisahkan dengan
pasien lain
b. Pakai respirator partikulat saat memasuki ruang dengan
resiko tinggi , ceck tiap akan pakai
c. Batasi gerak pasien, edukasi untuk etika batuk, pakai masker
bila keluar ruang rawat
d. Tambahkan Kewaspadaan Standar, diterapkan pada pasien
dengan penyakit ditularkan melalui airbone
e. Bila didapatkan infeksi virus/bakteri baru, belum pernah
dilaporkan harus dijalankan kewaspadaan transmisi airbone
f. APD
g. Kebersihan tangan
h. Penempatan pasien :
- Idealnya di ruangan dengan tekanan negatif
- Pertukaran udara > 12 x/jam, aliran udara yang terkontrol
- Jangan gunakan AC central , bila mungkin AC + filter HEPA
- Terpisah bila memungkinkan atau kohorting
- Penanganan khusus udara/ventilasi dan penggunaan dari
respirator partikulat /N95/setara
- Ruang terpisah dengan pengaturan ventilasi , waspada
transmisi airbone atau cohorting dengan penataan
ventilasi yang memadai
- Batasi gerak pasien, pasien pakai masker bedah bila akan
keluar ruang rawat
- Ruang dengan kewaspadaan transmisi airbone untuk
segala tindakan yang dapat menimbulkan aerosol

C. Managemen kasus dengan penyakit menular melalui udara

Klien dengan gejala Tindakan Pencegahan


penyakit pernafasan dan Pengendalian
akut dan riwayat Infeksi

Pasien dilakukan Triase

1. Pakai masker (mis.


Masker Bedah) pada
pasien, jika masker
Pasien dilakukan
tidak tersedia minta
pemeriksaaan untuk
pasien menutup
penyakit menular
mulut dan hidung
dengan tissue ketika
bersin atau batuk
Pasien dikonfirmasi 2. Tempatkan pasien
sebagai penderita
penyakit infeksi

Tempatkan diruang
tersendiri dengan
tekanan negative dan
petugas harus memakai

Diagnosis lain Kaji kembali tindakan


pencegahan

Terapkan tindakan pencegahan dan


pengendalian infeksi lengkap
selama periode waktu yg
dibutuhkan sesuai masa penularan
BAB IV

KEBERSIHAN TANGAN

Latar belakang

Self Reported factors for Poor Adherence with Hand Hygiene. Hand

.....

.....

.....
Keuntungan melakukan Hand Hygiene

......

.....

.....

Mengapa kebersihan tangan penting ?

Media transmisi kuman patogen tersering di Rumah Sakit


Semmelweis (1861)
Penularan dalam penyakit dari pasien ke pasien melalui tangan
petugas (Boyce dan Larson 1995)
Kebersihan tangan baik dan benar menurunkan insiden HAIs
(Boyke dan Pittet 2002)
Kegagalan kebersihan tangan menyebabkan multi resisten dan
wabah

Kebersihan tangan

Hal utama PPI


Pilar dalam PPI
Komponen sentral dari patient safety
Sederhana dan efektif mencegah HAIs
Menciptakan lingkungan yang aman
Pelayanan kesehatan aman
Bagian dari standar precaution

Flora transien :

Mikroorganisme yang berada dalam lapisan kulit, diperoleh melalui


kontak dengan pasien, petugas kesehatan lain atau permukaan
yang terkontaminasi ( meja periksa, tempat tidur dll) selama
bekerja.
Flora transien tinggal dilapisan luar kulit dan terangkat sebagian
dengan mencuci tangan menggunakan sabun atau air mengalir

Flora residen :

Mikroorganisme yang tinggal di lapisan kulit dalam serta didalam folikel


rambut, dan tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, bahkan dengan
pencucian dan pembilasan dengan sabun atau air bersih

Pengertian :

Kebersihan tangan adalah suatu prosedur tindakan pembersihan tangan


dengan menggunakan sabun atau antiseptik dibawah air mengalir atau
dengan menggunakan handrub berbasis alkohol

Tujuan :

Untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis dan mengurangi


jumlah mikroorganisme sementara

Tekhnik kebersihan tangan :

Sebelum melakukan kebersihan tangan pastikan semua aksesoris


(perhiasan) tidak dipakai
Penelitian : kulit dibawah perhiasan kolonisasi yang berat, sulit
dibersihkan /dekontaminasi
Memakai perhiasan akan sulit saat memakai sarung tangan

Pengeringan setelah mencuci tangan

Menegringkan tangan setelah mencuci tangan sangat penting


Keringkan dengan handuk kertas
Jika tidak tersedia gunakan handuk tangan sekali pakai
Handuk kertas harus tetap dalam kondisi bersih , tidak
terkontaminasi
Five moment melakukan kebersihan tangan :

1. Sebelum kontak dengan pasien


2. Sebelum melakukan tindakan aseptik
3. Setelah terpapar cairan pasien
4. Setelah kontak dengan pasien
5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

Waktu melakukan kebersihan tangan

Segera setelah tiba di RS


Sebelum masuk dan meninggalkan ruangan pasien
Sebelum dan sesudah kontak dengan pasien atau dengan benda
yang terkontaminasi cairan tubuh pasien
Diantara kontak pasien satu dengan yang lainnya
Sebelum dan sesudah melakukan tindakan pada pasien
Sesudah ke kamar kecil / sesudah kontak dengan darah atau cairan
tubuh lainnya
Bila tangan kotor
Sebelum meninggalkan RS
Segera setelah melepaskan sarung tangan
Segera setelah membersihkan sekresi hidung
Sebelum dan setelah menyiapkan dan mengkomsumsi makanan

Kebersihan tangan :

o Mencuci tangan dengan air dan sabun jika tangan terlihat kotor
o Gosok tangan dengan handrub berbasis alkohol jika tangan terlihat
kotor
o Jangan menyentuh kembali area permukaan lingkungan sebelum
melakukan tindakan

Tabel perbandingan antiseptik


Hal-hal yang penting dalam hand hygiene

Bila tangan tidak tampak kotor, lakukan menggosok tangan dengan


handrub berbasis alkohol, jika tangan tampak kotor lakukan
kebersihan tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau
antiseptik
Jaga kuku selalu pendek dan bersih
Jangan memakai perhiasan , kuku palsu, kutex
Jangan mencuci sarung tangan saat menggunakan diantara pasien
Tidak dianjurkan pakai handuk pakai ulang dan tissue roll
Bila pakai sabun batang : kecil dan wadah berlubang dibawah.
Dianjurkan sabun cair
Tidak boleh menambahkan sabun cair /antiseptik sebelum habis
benar, sebelum mengisi bersihkan dispenser hingga bersih dan
kering
Pilih sabun antiseptik yang bersifat rendah iritatif
Untuk menghilangkan resiko terbakar (sangat jarang) tangan harus
benar kering dari alkohol handrubsebelum menyentuh pasien atau
lingkungan/ peralatan pasien
Lotion untuk meminimalisir iritasi dermatitis kontak
Setelah melakukan kebersihan tangan tidak menyentuh permukaan
lingkungan sebelum melakukan tindakan

Personal yang wajib melakukan kebersihan tangan :

Setiap orang yang kontak langsung dengan pasien seperti


dokter , perawat, dan petugas kesehatan lainnya
(fisiotherapy,tekhnisi,dll)
Setiap orang yang ada kontak dengan pasien, meskipun tidak
langsung seperti ahli gizi, farmasi dan petugas laboratorium
Setiap personil yang berkontribusi dengan prosedur yang
dilakukan terhadap pasien
Setiap orang yang bekerja di RS
Pengunjung
Gambar langkah-langkah dalam melakukan kebersihan tangan
Gambar cara mencuci tangan di OK

BAB VI
PANDUAN PEMAKAIAN ALAT PELINDUNG DIRI

A. Alat Pelindung Diri (APD)


Pelindung barier atau APD telah digunakan bertahun-tahun untuk
melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada pada petugas
kesehatan.

B. Alat Pelindung Diri terdiri dari


1. Sarung tangan
Melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan dan
melindungi pasien dari mikroorganisme yang ada di tangan
petugas kesehatan. Sarung tangan harus diganti antara setiap
kontak dengan satu pasien ke pasien lainnya, untuk
menghindari kontaminasi silang.
Ingat : Memakai sarung tangan tidak dapat menggantikan
tindakan kebersihan tangan atau pemakaian antiseptik yang
digosokkan tangan.
2. Masker
Harus cukup besar untuk menutupi hidung, mulut ,bagian
bawah dagu dan rambut pada wajah (jenggot).
Dipakai untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas
kesehatan atau petugas bedah berbicara, batuk atau bersin
serta untuk mencegah percikan darah atau cairan tubuh lainnya
memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan
3. Alat pelindung mata
Melindungi petugas dari percikan darah atau cairan tubuh lain
dengan cara melindungi mata
Bila tidak tersedia pelindung wajah, petugas kesehatan dapat
menggunakan kacamata pelindung atau kacamata biasa serta
masker
4. Topi
Digunakan untuk menutupi rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk kedalam luka selama
pembedahan. Tujuan utamanya untuk melindungi pemakainya
dari darah atau cairan tubuh yang terpercik atau menyemprot
5. Gaun pelindung
Digunakan menutupi atau mengganti pakaian biasa atau
seragam lain, pada saat merawat pasien yang diketahui atau
dicurigai menderita penyakit menular melalui droplet / airbone
Pemakaian gaun pelindung terutama untuk melindungi baju kulit
petugas kesehatan dari sekresi respirasi
6. Apron
Digunakan ketika melakukan perawatan langsung pada pasien,
membersihkan pasien atau melakukan prosedur dimana ada
resiko tumpahandarah, cairan tubuh atau sekresi. Hal ini penting
jika gaun pelindung tidak tahan air
Apron akan mencegah cairan tubuh pasien mengenai baju dan
kulit petugas kesehatan
7. Pelindung kaki
Digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak
langsung keatas kaki. Sepatu boot karet atau kulit tertutup
memberikan lebih banyak perlindungan, tetapi harus dijaga
tetap bersih dan bebas kontaminasi darah atau tumpahan
cairan tubuh lain.

C. Faktor- faktor yang harus diperhatikan pada pemakaian APD


o Kenakan APD sebelum kontak dengan pasien, umumnya
sebelum memasuki ruangan
o Gunakan dengan hati-hati jangan menyebabkan kontaminasi
o Lepas dan buang secara hati-hati ke tempat sampah
infeksius yang telah disediakan di ruang ganti khusus, lepas
masker diluar ruangan.
D. Pemakaian APD di sarana kesehatan :
Bagaimana mengenakan , menggunakan dan melepas APD
Urutan mengenakan APD :
1. Pelindung kaki
2. Apron, gaun pelindung dan topi
3. Masker
4. Kacamata atau Pelindung wajah
5. Sarung tangan
Mengenakan APD :

1. Gaun pelindung
Tutupi badan sepenuhnya dari leher hingga lutut, lengan hingga
bagian pergelangan tangan dan selubungkan ke belakang
punggung. Ikat di bagian belakang leher dan pinggang
2. Masker
- Eratkan tali atau karet elastis pada bagian tengah kepala dan
leher
- Paskan klip hidung dari logam fleksibel pada batang hidung
- Paskan dengan erat pada wajah dan dibawah dagu sehingga
melekat dengan baik
- Periksa ulang pengepasan masker
3. Kacamata
Pasang pada wajah dan mata dan sesuaikan agar pas
4. Sarung tangan
Tarik hingga menutupi bagian pergelangan tangan gaun isolasi.

Cara Melepas APD

Kecuali masker , lepaskan APD di pintu keluar. Masker dilepaskan


setelah meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya.

Urutan melepaskan APD ;

1. Sarung tangan
2. Kacamata atau pelindung wajah
3. Apron, gaun pelindung dan topi
4. Masker
5. Pelindung kaki

Sarung tangan

- Ingatlah bahwa bagian luar sarung tangan telah


terkontaminasi
- Pegang bagian luar sarung tangan dengan sarung tangan
lainnya, lepaskan
- Pegang sarung tangan yang telah dilepas dengan
menggunakan tangan yang masih memakai sarung tangan
- Selipkan jari tangan yang sudah tidak memakai sarung
tangan dibawah sarung tangan yang belum dilepas di
pergelangan tangan
- Lepaskan sarung tangan di tempat sampah infeksius

Kacamata atau pelindung wajah

- Ingatlah bahwa bagian luar kacamata atau pelindung wajah


telah terkontaminasi
- Untuk melepasnya, pegang karet atau gagang kaca mata
- Letakkan di wadah yang telah disediakan untuk diproses
ulang atau tempat sampah infeksius

Gaun pelindung

- Ingatlah bahwa bagian depan gaun dan lengan gaun


pelindung telah terkontaminasi
- Lepas tali
- Tarik dari leher dan bahu dengan memegang bagian dalam
gaun pelindung saja
- Balik gaun pelindung
- Lipat atau gulung menjadi gulungan dan letakkan di wadah
yang telah disediakan untuk diproses ulang atau buang di
tempat sampah infeksius

Masker

- Ingatlah bahwa bagian depan masker telah terkontaminasi


JANGAN SENTUH
- Lepaskan tali bagian bawah dan kemudian tali bagian atas
- Buang ketempat sampah
BAB VII

PPI DALAM ISK , IADP, ILO , ICU : HAP/VAP

A. PPI ISK
Pendahuluan :
Pasien dengan pemasangan foley cateter cenderung bedrest yang
meningkatkan resiko gangguan kulit , DVT dan pnemonia karena
imobilitas

Komponen bundle UTI :


1. Kaji kebutuhan
- Hati hati dalam menentukan pemasangan kateter
- Pertimbangkan untuk pemakaian kondom atau pemasangan
intermitten
- Pemasangan kateter hanya jika betul betul diperlukan seperti
pada retensi urine, obstruksi kemih, kandung kemih
neurogenik, pasca bedah urologi, untuk memonitor output
yang ketat
2. Hand hygiene
- Segera lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
pemasangan kateter serta setelah memanipulasi kateter
- Pakailah sarung tangan steril jika memanipulasi kateter atau
pengosongan urine bag
3. Insertion technique
- Gunakan tekhnik aseptik saat pemasangan kateter (sarung
tangan steril, tirai, cairan antiseptik yang tepat, dan
membersihkan bagian meatus urethra)
- Kembangkan balon dalam jumlah air yang direkomendasikan
pabrik
4. Catheter maintenance
- Fiksasi cateter untuk mencegah gerakan dan trauma pada
meatus
- Selalu meletakkan urinebag lebih rendah dari kandung kemih
- Tidak meletakkan urinebag di lantai
- Periksa selang sesering mungkin jangan sampai terlipaat
- Menjaga sistem drainase tertutup
- Gunakan penampung pembuangan urine untuk satu pasien
satu alat
- Gunakan tekhnik aseptik untuk mendapatkan spesimen
- Cara pengambilan spesimen
Pengambilan spesimen steril dari kateter
Klem tubing dibawah port kateter
Swab port dengan alkohol
Ambil spesimen dengan menusukkan jarum suntik
kebagian port kateter
Dengan menggunakan tekhnik steril masukkan
spesimen kedalam tempat yang steril dan kirim ke lab
Buka klem ....biarkan urine mengalir
5. Cateter care
- Lakukan perawatan perineal sehari-hari dan setiap selesai
buang air besar
- Gunakan cateter terkecil yang mencapai drainase
- Tidak ada penggunaan krim atau serbuk didaerah perineum
- Irigasi kandung kemih dan pemakaian antibiotika tidak dapat
mencegah infeksi saluran kemih
6. Catheter removal
- Kateter segera dilepas jika tidak diperlukan. Lepas atau ganti
semua kateter dalam waktu 24 jam masuk ke rumah sakit
- lepas atau gati kateter jika pasien timbul gejala

B. PENCEGAHAN INFEKSI ALIRAN DARAH PRIMER (IADP)


Pendahuluan
Penggunaan peralatan intravaskuler ini tidak dapat dihindari yang
bertujuan memberikan terapi cairan, nutrisi serta mengukur
hemodinamik
Penggunaan IV sering menjadi penyebab komplikasi infeksi lokal
atau sistemik termasuk septik thromboplebitis , endocarditis,
infeksi aliran darah yang diakibatkan oleh terinfeksinya bagian
tubuh tertentu karena kateter yang terkolonisasi

Sumber infeksi :
Intrinsik : terjadi pada cairan infus yang terkontaminasi
mikroorganisme dari pabrik pembuatan. Misalnya : bakteria
gram negatif , klebsiela spp, enterobacter
Extrinsik : kontaminasi terjadi pada saat insersi cateter ,
persiapan cairan/obat, tangan petugas misalnya : coagulasi
gram negatif staphylococci , staphylococcus aureus

5 bundle pemasangan central vena line :

1. Hand hygiene
Sebelum dan setelah palpasi daerah insersi
Sebelum dan setelah insersi , mengganti, mengkaji,
memperbaiki atau dressing kateter vena sentral
Bila tangan kotor atau kemungkinan terkontaminasi
Sebelum dan setelah prosedur tindakan
Sebelum memakai sarung tangan
Diantara pasien
Setelah melepas sarung tangan

Bila tangan tak tampak kotor lakukan handrub dengan


berbasis alkohol

Bila tangan tampak kotor lakukan cuci tangan di air


mengalir menggunakan cairan antiseptik

2. Maximal barrier precautions upon insertion


Operator dan asisten : masker dan sarung tangan

3. Chlorhexidine skin antiseptik


Berdasarkan data klinik chlorhexidine antiseptik kulit
lebih efektif dibanding dengan antiseptik kulit yang
lain seperti povidone-iodine.
CDC guidelines
Alkohol 70% merupakan alternatif
Aplikasikan antiseptik paling sedikit 30 detik
Biarkan antiseptik mengering sebelum diinsersi
lebih kurang 2 menit

4. Optimal cateter site selection


Area femoral : resiko infeksi lebih tinggi terutama pasien
gemuk
Area subclavia : resiko infeksi lebih kecil
5. Daily review of line
Tujuan : menurunkan hari pemakaian kateter sentral
Setiap hari kaji ulang , keperluan kateter masih indikasi
atau tidak, adanya tanda2 infeksiiper
Segera lepas jika tidak diperlukan
Bila pemasangan cateter sentral dalam situasi
emergency dimana tidak terjamin kestrerilannya, maka
kateter harus diganti dalam 48 jam
Semua kateter harus diganti bila ada dugaan infeksi

Cecklist elemen :

Sebelum tindakan , apakah petugas :


Kebersihan tangan dilakukan ?
Prosedur steril ?
Pasien menggunakan drape steril ?
Selama prosedur , apakah petugas melakukan :
Menggunakan sarung tangan , masker ?
Mempertahankan kesterilan area ?
Verifikasi : apakah semua personil yang membantu
mengikuti prosedur kewaspadaan diatas ?

Rekomendasi CDC dalam PPI APD

1. Pendidikan dan Pelatihan Petugas medis


2. Surveilans aktif IADP
Raba dengan tangan (palpasi) setiap hari lokasi
pemasangan kateter melalui perban untuk
mengetahui adanya pembengkakan.
3. Kebersihan tangan
Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah
palpasi, pemasangan alat intravabaskuler ,
penggantian alat intravaskuler atau memasang
verban
Penggunaan barrier pada pemasangan dan
perawatan kateter
Gunakan sarung tangan saat mengganti verban
alat intravaskuler
Tidak ada rekomendasi mengenai pemilihan sarung
tangan untuk mengganti verban
4. Intravena kateter
Pemasangan kateter
Jangan menyingkat prosedur pemasangan kateter
yang sudah ditentukan

Perawatan luka kateter :

o Bersihkan kulit di lokasi dengan antiseptic yang


sesuai , sebelum pemasangan kateter
o Biarkan antiseotik mongering pada lokasi
sebelum memasang
o Jangan melakukan palpasi pada lokasi setelah
kulit dibersihkan dengan antiseptic (lokasi
dianggap telah steril
o Gunakan kassa steril atau verban transparan
untuk menutup lokasi pemasangan
o Bila memakai iodine untuk membersihkan kulit
sebelum pemasangan kateter , maka harus
dibersihkan dengan alcohol
o Ganti verban bila basah atau kotor
o Hindari sentuhan yang mengkontaminasi lokasi
kateter sat mengganti verban
5. Pemilihan dan penggantian alat intravaskuler
Pilih alat yang resiko komplikasi relative rendah dan
harganya paling murah yang dapat digunakan
untuk therapy IV dengan jenis dan jangka waktu
yang sesuai , saat ini bahan vialon lebih baik
disbanding Teflon

Lepas semua jenis peralatan intravaskulerbila sudah


tidak ada indikasi klinis
Periksa secara visual lokasi pemasangan kateter
untuk mengetahui apakah ada pembengkakan,
demam tanpa adanya penyebab yang jelas atau
gejala infeksi local atau bekterimia
Pada pasienyang memakai verban tebal sehingga
susah diraba atau dilihat, lepas verban terlebih
dahulu, periksa secara visual setiap hari dan
pasang verban baru
Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter
dilokasi yang dapat dilihat dengan jelas

6. Pengganti perlengkapan dan cairan intravena


Set perlengkapan :
Secara umum , set perlengkapan intravaskuler
terdiri atas seluruh bagian mulai dari ujung selang
yang masuk container cairan infus sampai ke
hubungan alat (infuspump)
Ganti selang penghubung tersebut bila alat
vaskuler diganti
Ganti selang IV, termasuk selang piggyback dan
stopcock dengan interval yang tidak kurang dari
72jam kecuali bila ada indikasi klinis
Ganti selang yang dipakai untuk memasukkan
darah , komponen darah atau emulsi lemak dalam
24 jam dari dawalinya infus
7. Penggantian administrasi set
Administrasi set ; 72 JAM
Administerbloos , produk blood, liquid emulsion :24 jam
Intermiten infusion : 24 jam
8. Cairan parentral
Infus harus selalu diselesaikan dalam 24 jam untuk
satu botol cairan parentral yang mengandung
lemak
Bila hanya emulsi lemak yang diberikan ,
selesaikan infus dalam 12 jam setelah botol emulsi
mulai digunakan
9. Port Injeksi Intravena
Bersihkan port injeksi dengan alcohol 70% sebelum
mengakses system
Dinginkan dalam kulkas vial multidosis yang dibuka
bila direkomendasikan oleh pabrik
Bersihkan karet penutup vial multidosis dengan
alcohol sebelum menutupkan alat ke vial
Gunakan alat steril setiap kali akanm mengambil
cairan dari vial multidosis dan hindari kontaminasi
alat sebelum menembus karet vial
Buang vial multidosis bila sudah kosong, bila
dicurigai atau terlihat adanya kontaminasi, atau
bila telah mencapai tanggal kadaluarsa
10. Profilaksis antimikroba
Jangan memberikan antimikroba sebagai peosedurrutin
sebelum pemasangan atau selama pemakaian alat
intravaskuler untuk mencegah kolonisasi kateter atau
infeksi bakterimia

REKOMENDASI RELOKASI 7 PENGGANTIAN ALAT IV SET

ALAT PENGGANTIAN DAN PENGGANTIAN CATETER PENGGANTIAN


INTRA RELOKASI ALAT SITE DRESSING ADMINISTASI SET
VASKULE
R
Periphera Dewasa : Kondisi ; Administrasi set
l venous 48-72 jam, jika - Diganti / dipindahkan ; 72 JAM
cateter pemasangan dalam - Basah , lepas , kotor Administerbloos
kondisi emergency : 24 - Pasien diaphoretic , produk blood,
jam Tertutup kasa tebal : liquid emulsion :
Heparin locks : 24 jam Untuk visualisasi buka 24 jam
Pediatric : no rekomendasi verban dan kemudian Intermiten
ganti / dressing kembali infusion : 24
dengan tekhnik steril jam

Midline No rekomendasi No rekomendasi Administrasi set


kateter ; 72 JAM
Administerbloos
, produk blood,
liquid emulsion :
24 jam
Intermiten
infusion : 24
jam

Periphera Dewasa : 4 hari Kondisi : 96 jam


l asteri Pediatric : no rekomendasi Diganti / dipindahkan
cateter Basah / lepas / kotor
Pasien diaphoretic

CVC No rekomendasi Kondisi : Administrasi set


Diganti / dipindahkan ; 72 JAM
Basah / lepas / kotor Administerbloos
Pasien diaphoretic , produk blood,
Jika ada infeksi lokal liquid emulsion :
24 jam
Intermiten
infusion : 24
jam

Cateter Kondisi : Administerbloos ,


Diganti / dipindahkan produk blood,
Basah / lepas / kotor liquid emulsion :
Pasien diaphoretic 24 jam
Jika ada infeksi lokal Intermiten
infusion : 24 jam

Pulmonar 5 hari Kondisi : 72 jam


y cateter Diganti / dipindahkan
Basah / lepas / kotor
Pasien diaphoretic
Jika ada infeksi lokal
Central No rekomendasi Tidak ada rekomendasi Cateter khusus
Hemodial untuk penggantian rutin hemodialisa
isa Kondisi :
cateter Diganti / dipindahkan
Basah / lepas / kotor
Pasien diaphoretic
Jika ada infeksi
Umbilical No rekomendasi Not applicable
cateter

C. INFEKSI LUKA OPERASI / SITE SURGICAL

PENDAHULUAN :
SSI adalah suatu masalah yang paling penting untuk diperhatikan
dalam pengendalian infeksi pada pusat kesehatan. Di Indonesi data
infeksi luka operasi karena infeksi nasokomial belum ada . jumlaj
kematian akibat SSI : 10.000kematian/tahun. Meningkat
sehubungan dengan peningkatan penggunaan antibiotika, lama
perawatan meningkat biaya meningkat dan mutu RS turun

PENGERTIAN :
Infeksi akibat tindakan pembedahan , dapat mengenai berbagai
lapisan jaringan tubuh , superfisialatau dalam ( bukanhanya infeksi
luka operasi). Diklasifikasi menjadi :
Infeksi insisional superfisial
Infeksi insisional dalam
Infeksi organ /rongga

KRITERIA SSI

Figure . Cross sction of abdominal wall depicting CDC clasifictations of


surgical site infection

Kriteria Infeksi Insisional superfisial


Infeksi pada luka insisi (kulit dan subcutan), terjadi dalam 30 hari
pasca bedah
Kriteria dibawah ini :
Keluar cairan purulent dari luka insisi
Kultur positif dari cairan yang keluar atau jaringan yang
diambil secara aseptic
Ditemukan paling tidak satu tanda infeksi : nyeri , bengkak
local, kemerahan ,kecuali bila hasil kultur negatif
Dokter yang menangani menyatakan infeksi
Kriteria infeksi insisional dalam

Infeksi pada luka insisi , terjadi dalam 30 hari pasca bedah atau
sampai 1tahun bila ada implant
Terdapat paling tidak satu dari keadaan dibawah ini :
Keluar cairan purulent dari luka insisi, tapi bukan berasal dari
rongga/organ
Secara spontan mengalami dehisens atau dengan sengaja
dibuka oleh ahli bedah dan paling sedikit ada satu dari tanda
berikut ini : demam (>38c), nyeri local , hasil kultur (+)
Dokter menyatakan luka infeksi

Kriteria infeksi organ/rongga

Infeksi yang terjadi dalam 30 hari pasca bedah apabila tidak ada
implant
Infeksi terjadi dalam 1 tahun pasca bedah apabila terdapat implant
Paling sedikit menunjukkan satu gejala berikut :
Drainase purulent ari drain yang dipasang melalui luka insisi
kedalam rongga / organ
Ditemukan organisme melalui aseptic kultur dari
organ/rongga
Dokter menyatakan infeksi pada organ tersebut

Kategori operasi

1. Operasi bersih
Operasi dilakukan pada daerah/kulit yang pada kondisi pra
bedah tidak terdapat peradangan dan tidak membuka traktus
respiratorius, traktus gastrointestinal,orofaring , traktus
urinarius atau traktus bilier
Operasi berencana dengan penutupan kulit primer , dengan
atau tanpa pemakaian drain tertutup
2. Operasi bersih tercemar
Operasi membuka traktus digestivus , traktus bilier , traktus
urinarius , traktus respiratorius sampai dengan orofaring atau
traktus reproduksi kecuali ovarium
Operasi tanpa pencemaran nyata (gross spillage) contohnya
operasi pada traktus bilier , appendiks , vagina dan orofaring
3. Operasi tercemar
Operasi yang dilakukan pada kulit terbuka , tetapi masih dalam
waktu golden periode (waktu emas)
4. Operasi kotor dengan infeksi :
Perforasi traktus digestivus, traktus urogenitalis atau traktus
respiratorius yang terinfeksi
Melewati daerah purulent (inflamasi bacterial)
Luka terbuka lebih dari 6 jam setelah kejadian, terdapay
jaringan luas dan kotor
Dokter yang melakukan operasi menyatakan sebagai luka
operasi kotor / terinfeksi

Factor resiko SSI

Intrinsik :

Usia, status gizi , Diabetes, perubahan respon imun, infeksi di


tempat lain , lama rawat inap preoperative, obesitas, merokok ,
kolonisasi mikroorganisme

Eksrtrinsik :

Petugas , tekhnik pembedahan , Lingkungan dan alat

Kondisi pasien berdasarkan American Society Of Anasthesiologist


(ASA Score)

ASA 1 : Pasien sehat


ASA 2 : Pasien dengan gangguan sistemik ringan sedang
ASA 3 : Pasien dengan gangguan sistemik berat
ASA 4 : Pasien dengan gangguan sistemik berat yang
mengancam kehidupan
ASA 5 : Pasien tidak diharapkan hisup walaupun dioperasi atau
tidak

Statifikasi berdasarkan indeks resiko menurut National


Nasokomial Infeksion Surveilans (NNIS) yaitu :

o Klasifikasi jenis operasi (kategori operasi)


Bersih
Bersih tercemar
Tercemar 0
Kotor
1

o Klasifikasi kondisi pasien


ASA : 1
ASA : 2
ASA : 3 0
ASA : 4
ASA : 5
1
o Durasi operasi :
Sesuai dengan waktu yang ditentukan nilai 0
Lebih dari waktu yang ditentukan nilaii 1

Surgical Site Infections Bundle Components

1. Prophylactic antibiotic
Diberikan 1 jam sebelum insisi
Seleksi penggunaan antibitika sesuai dengan aturan RS
Diberikan hanya untuk 24 jam
2. Control gula darah
Rasionalnya : hyperglikemia dapat menyebabkan komplikasi lain
pada tindakan pembedahan
3. Pencukuran rambut sebelum operasi
Cukur rambut bila menggangu jalannya operasi
Pencukuran dilakukan di luar ruang operasi
Pencegahan SSI yang lain :

a) Berhenti merokok 1 bulan sebelum operasi


b) Mandi pasien dengan antiseptic malam dan pagi hari
sebelum operasi
c) Petugas tidak memakai jam tangan , gelang , cincin
d) Tidak berkuku panjang dan memakai kutek
e) Lakukan kebersihan tangan sesuai dengan prosedur standar
f) Petugas yang sakit dilarang untuk bekerja di kamar bedah
g) Gunakan baju khusus kamar bedah
h) Gunakan tekhnik aseptic dan surgical selama prosedur
operasi
i) Gunakan antiseptic untuk preparasi kulit sebelum operasi
j) Gunakan instrumensteril sesuai standar
k) Pelihara ventilasi dikamar bedah : tekanan udara positif ,
pertukaran udaran 15x/jam, suhu antara 19-24 c dan
kelembaban udara 40-60%
l) Bersihkan permukaan area lingkungan kamar secara adekuat
dengan cairan desinfektan
m) Pendidikan dan pelatihan kepada petugas RS ; memberikan
motivasi kepad petugas , pendidikan tentang PPI , dll

D. HAP /VAP
LATAR BELAKANG
Sering terjadi setelah pasca operasi . angka kematian Pnemonia
pasca operasi menempati urutan ketiga dari infeksi nasokomial di
RS. Kematian terjadi samapai +6 hari pasca operasi karena HAP
Angka kematian infeksi nasokomial di ICU (Ventilator Aquired
Pnemonia /VAP) paling tinggi , resiko kematian 8x lebih besar dari
HAP

PENGERTIAN :
HAP adalah infeksi saluran nafas bawah, mengenai parenkim
paru TIDAK diintubasi dan terjadi >48 jam hari rawat dan
tidak dalam masa inkubasi
HCAP adalah Health Care Associated Pnemonia. Penderita
yang dirawat di perawatan akut selama lebih / sama dengan
2-90 hari dan tinggal di perawatan jangka panjang atau panti
werda, RS , Klinik dialisa dan penderita mendapat therapy
antibiotic intravena dan khemotherapi atau perawatan luka
baru yang terjadi setelah 30 hari

VAP (Ventilator Associated Pnemonia)

Pneumonia didapat bila lebih dari 48 jam setelah menggunakan


ventilasi mekanis. Terutama penderita pascaoperasi rongga
thoraksdan abdomern bagian atas dengan ventilasi mekanis dan
resisten terhadap[ berbagai antibiotic.

VAP dibedakan : - Fase dini < 5 hari

Fase lambat > 5 hari

Penyebab masuknya bakteri ke dalam saluran nafas bawah

1. Factor dari luar /eksogen


o Instrumentasi jalan nafas
o Inhalasi melalui aerosol yang terkontaminasi
2. Factor dari dalam / endogen
o Aspirasi dari kolonisasi flora oroparing dan traktus
digestivus
o Hematogen

Faktor- factor yang menyebabkan HAP dan VAP :

1. Aspirasi kolonisasi cairan orofaring dan lambung


2. Tindakan medis
3. Kontaminasi silang antara alat kesehatan petugas medis
dan pasien
4. Kebersihan tangan petugas medis
5. Factor penderita : jernis operasi dan usia lanjut
6. Kontaminasi air dan larutan obat
7. Alat kesehatan yang tidak steril

Tindakan medis yang sering mengakibatkan HAP dan VAP :


Operasi Abdomen atas , Tracheostomy, Bronchoscopy, Suction,
Pemasangan ETT dan Ventilasi mekanik , Intubasi ulang , Nebulizer
dan Jenos anastesi
Lambung merupakan reservoir organisme penyebab HAP
dan VAP
Keadaan PH lambung yang meningkat merupakan penyebab
peningkatan jumlah mikroorganisme / bakteri terutama
dalam keadaan :
o Usia lanjut
o Achlorhydria
o Ileus Yg menggunakan selang
o Penyakit traktus gastro intestinal bagian
NGT atas

Factor penderita beresiko HAP dan VAP :

Resiko terjadi aspirasi bakteri dari cairan orofaring dan lambung


terutama :

1. Penyakit paru obstruktif kronis , sindrom obdtruksi


2. Kesadaran menuirun : mendapat obat sedative / anastesi
umum
3. Penderita tirah baring lama : kelainan neurologi / stroke ,
trauma kepala , penyakit keganasan
4. Daya tahan tubuh menurun : usia lanjut , penggunaan steroid
5. Pasca operasi abdomen atas dan thoraks , leher , bedah syaraf,
bedah vaskuler
6. Gangguan reflex menelan / reflek batuk (usia lanjut / BBLR)
7. Gangguan motilitas lambung / pengosongan lambunf (refluks
gaster , ileus, muntah)
8. Lama dan jenis operasi

Factor resiko penyebab kematian HAP dan VAP

1. Bakteri aerob batang gram negative terutama pseudomonas


2. Derajat penyakit infeksi masokomial pneumonia
3. Terapi antibiotic yang tidak sesuai
4. Usai lanjut > 60 tahun
5. Syok
6. Infiltrat bilateral
7. Penyakit keganasan
8. Lamanya dirawat di RS
9. Posisi kepala supine dengan ventilasi mekanik

4 Prinsip Utama dalam penatalaksanaan HAP , HCAP, VAP

1. Hindari therapy antibiotic inadekuat , kegagalan therapy


inadekuat relevan dengan kematian
2. Petunjuk variabilitas bakteri spesifik tetap tetapi tidak dapat
berubah dari period ke periode lain, jika ada informasi lain
merubah seleksi antibiotic yang sesuai regimen untuk
organisme yang spesifik
3. Hindari penggunaan antibiotic berlebihan, difokuskan
berdasarkan diagnosis resiko akurat terhadap hasil kultur
saluran nafas bawah
4. Teapkan strategi pencegahan untuk modifikasi factor resiko

Kriteria Pnemonia

Bunyi pernafasan menurun / pekak , ronchi basah daerah


paru
Produksi sputum banyak dan purulent
Hasil x-ray adanya infiltrate paru
Demam >38c
Batuk
Pemeriksaan sediaan hapus sputum ditemukan peningkatan
leukosit

Kriteria Diagnosis :

Pada dewasa dan anak > 12 bulan didapatkan 1 dari :


1. Bunyi pernafasan menurun , ronchi basah ditambah salah
satu : sputum purulent / perubahan sputum isolasi kuman
biakan darah (+), isolasi kuman pathogen aspirasi trakea
atau sikatan bronkus / biopsy (+)
2. Foto thorax infiltrate , konsolidasi ,kavitasi , efusi
pleura baru / progresif ditambah salah satu : sputum
purulen atau perubahan sputum , isolasi kuman biakan
darah (+), isolasi kuman pathogen aspirasi trakea /
sikatan bronkus (+), antigen / isolasi / virus (+) dalam
sekresi saluran nafas, titer IgM atau IgG spesifik
meningkat
3. Umur anak < 12 bulan , didapatkan 2 dari : Apnea <
Takipnea, Bradichardia, wheezing (mengi), ronchi basah ,
batuk ditambah 1 diantara : produksi sputum / sekresi
saluran nafas meningkat dan purulent , isolasi kuman
biakan darah (+), antigen / isolasi virus (+) dalam sekresi
saluran nafas , titer IgM atau IgG spesifik meningkat 4 x

Kriteria HAP/ VAP :

Mayor : RR >30 x/ menit , infiltrate multi lobus , kesadaran


menurun kadar

gula darah rendah pada non diabetes


Minor : Trombopsitopenia , Uremia , Leucopenia , Hipotensi dan
Hipotermi

7 kuman penyebab HAP/VAP :


1. Pseudomonas Aeruginosa
2. Staphylococcus aureus
3. Klesiella Sp
4. Enterobacter Sp
5. Escheriches coli
6. Serratia marcescens
7. Proteus Sp

Sumber penyebaran Infeksi

SUMBER JENIS KUMAN


Tangan Staphylococcus , Hepatitis A, E coli , Gram negative batang
Hidung Staphylococcus
Udara Virus respiratory, Mycoplasma Pnemonia,Mycobacterium TBC, S
aureus
Darah Hepatitis B, Cytomegalovirus

Air, alat RS Batang gram negative , Serratia (Ventilator , Nebulizer)


TINDAKAN MIKROORGANISME
Nebulizer , Pseudomonas , Klebsiella serratia, Staphylococcus , Candida
Respirator ,
Tracheostomy
Kateter Staphylococcus , Pseodomonas , Streptococci , Candida , Acineto
intravena bacter
Bedah Batang gram negative, Bacteroides dan Streptococcus anaerob ,
abdomen atas Staphylococcus , Strepto coccus

Dasar dasar metode pencegahan :

Pasien :

Terapi penyakit paru sebelum dilakukan tindakan operasi


Tinggikan kepala 30 dari tempat tidur
Hindari melakukan penghisapan lender jalan nafas bila tidak
diperlukan
Oral hygiene dengan antiseptic /chorhexidine 6 x / hari
Latihan nafas dalam dan batuk sebelum dan setelah operasi
Perkusi dan drainage postural untuk menstimulasi batuk
Mobilisasi secepatnya setelah operasi

Factor resiko bakteri pathogen yang resisten penyebab HAP , VAP

1. Mendapat antibiotic resisten 90 hari yang lalu


2. Dirawat di RS sejak 5 hari yang lalu
3. Frekuensi resisten antibiotic di RS tinggi
4. Ada factor resiko :
Dirawat minimal 2 hari atau 90 hari di perawatan panti /
klinik
Dialisa kronik sampai 30 hari yang lalu
Anggota keluarga ada yang MRSA
Terapi imunosupresi

Pencegahan factor resiko :

Factor resiko HAP yang dapat dicegah / dapat diubah dengan


memperbaiki penatalaksanaan pencegahan infeksi dengan
petunjuk yang efektif

1. Pencegahan dan pengendalian infeksi


2. Desinfeksi tangan berbasis alcohol
3. Surveilans mikrobiologi dengan data pola kuman local yang
pathogen / resisten
4. Memonitor dan secepatnya melepas / mengganti peralatan
invasive

Prinsip utama dalam penatalaksanaan HAP dan VAP

1. Hindari therapy antibiotik inadekuat , kegagalan therapy


inadekuat relevan dengan kematian
2. Petunjuk variabilitas bakteri spesifik tetap tetapi tidak dapat
berubah dari period ke periode lain, jika ada informasi lain
merubah seleksi antibiotic yang sesuai regimen untuk
organisme yang spesifik
3. Hindari penggunaan antibiotik berlebihan, difokuskan
berdasarkan diagnosis resiko akurat terhadap hasil kultur
saluran nafas bawah
4. Terapkan strategi pencegahan untuk modifikasi factor resiko
5. Melakukan program menurunkan / merubah dalam pemberian
antibiotic
6. Menurunkan lamamya penggunaan ventilasi mekanis
7. Metode sedasi danmenggunakan protocol untuk memfasilitasi
dan mempercepat proses
8. Humidifier pada HME dapat menurunkan kolonisasi di sirkuit
ventilator yapi tidak terbukti bermakna dalam menurunkan
insiden VAP

Pencegahan factor resiko HAP , VAP

A. Pencegahan umum
1. PPp yang efektif, pendidikan staf ,penggunaan desinfeksi
tangan dan mengisolasi penderita MDR untuk menvegah
infeksi slang yang rutin dilakukan
2. Surveilans infeksi di ICU untuk identifikasi dan jumlah
secara kwantitatif bakteri MDR yang endemis dan yang
terbaru sebagai petunjuk penggunaan antibiotic yang
sesuai suspek HAP atau infeksi nasokomial lainnya
B. Intubasi , ventolasi mekanik :
1. Intubasi dan reintubasi harus dihindarkan jika dimungkinkan
karena akanan meningkatkan resiko VAP
2. Harus digunakan noninvasive ventilation
3. Bila mungkin pada penderita yang telah diseleksi dengan
gagal nafas , frekuensi nafas > 30 x/menit, Intubasi
orotracheal dan selang oro gastric disbanding intubasi
nasotracheal dan NGT
4. Lebih disukai untuk mencegah nasokomial sinusitis dan VAP
Aspirasi subglotis secara awal dan continue dapat
menurunkan onset VAP harus digunakan bila ada
5. Balon ETT harus dipertahankan > 20 cm H2o untuk
mencegah perlekatan bakteri pathogen disekitar balon
kedalam saluran nafas bawah
6. Kontaminasi cairan embun harus selalu dihilangkan dari
sirkuit dan mencegah cairan embun masuj ke dalam ETT
dan terapi nebulizer pada satu arah
7. Pasir humidifier / HME menurunkan koloni di sirkuit
ventilator tetapi tidak konsisten menurunkan insidens VAP
8. Pengurangan lamanya intubasi dengan ventilasi mekanik
dapat mencegah VAP dan dapat menjadi protocol
penggunaan sedative dan mempercepat proses weaning
9. Melatih petugas ICU untuk mengurangi lamanya
penggunaan ventilasi mekanis dan untuk menurunkan hari
rawat

Aspirasi posisi tubuh dan pemberian makan eternal ;

1. Pasien harus dipertahankan dengan posisi semirecumben 30-


45 derajat dibandingkan posisi supine untuk mencegah
aspirasi terutama waktu memberi makan enteral
2. Nutrisi enteral :
Lebih disukai disbanding parenteral nutrisi parenteral karena
menurunkan resiko infeksi oleh kateter vena central dan
mencegah refluks mukosa usus yang dapat meningkatkan
translokasi bakteri
Factor resiko yang tidak dapat dicegah :
Pasien :
1. Laki- laki
2. Ada penyakit paru sebelumnya
3. Gagal multi organ

Factor pencegahan lain yang berperan mengurangi resiko


terjadinya HAP dan VAP

1. Perawatan paru pra bedah


Pemeriksaan fungsi paru
Therapy bronkodilator , mukolitik dan fisiotherapy
pernafasan pra dan pasca operasiterutama pada
penderita dengan penyakit paru / disfungsi paru berat
sebelumnya atau pra operasi rongga thorak dan
abdomen bagian atas
2. Jenis anastesi dan lamanya operasi
3. Terapi oksigen / alat pernafasana yang tidak invasive
4. Pengelolaan pasca bedah : Analgetik , Antipiretik ,
Bronkodilator , Fisiotherapy pernafasan
5. Stop merokok + 6 minggu sebelum operasi menurunkan
angka kematian pasca operasi
6. Bahan nutrisi harus larutan yang baru dan untuk mencegah
aspirasi memberikan secara drip dan continue lebih baik
dibandingkan dengan cara bolus
7. Aspirasi cairan subglotis

CARA PENGAMBILAN SPESIMEN

A. Biakan darah
1. Mendapat specimen darah yang layak untuk dibiak
2. Waktu pengambilan bila mungkin sebelum diberi
antimikroba
3. Segera sebelum pemberian dosis berikutnya
4. Waktu suhu mulai meningkat
5. Tidak dibenarkan mengambil darah dari kateter intra
vena atau inbtra arteri
6. Persiapan tempat fungsi vena
a. Alcohol 70% , biarkan kering
b. Povidone iodine , biarkan 1-2 menit
c. Hilangkan povidone iodine dengan alcohol 70%
d. Biarkan kering !!
7. Lakukan handrub terlebioh dahulu , kenakan sarung
tangan
8. Penyimpanan segera kirim ke lab , bila terpaksa
simpan pada suhu kamar atau incubator 35c
B. Biakan urine
1. Waktu pengambilan sebaiknya sebelum diberikan
antimikroba
2. Urine pagi hari lebih baik daripada urine sewaktu
3. Peralatan : wadah bersih , kering , steril bertutup , sabun
, air mengalir
4. Prosedur pengambilan urine untuk wanita ;
Labia mayora diregangkan
Cuci dengan sabun dan bilas dengan air mengalir
Dengan tetap meregangkan labia mayora,
beberapa milliliter urine dibiarkan keluar kedalam
kloset
Pegang wadah pada bagian luar dan tamping urine
Tamping urine dalam wadah sewaktu aliran masih
kencang
Hentikan menampung sebelum aliran melemah /
habis
Tutup wadah dan berikan pada petugas lab
5. Prosedur pengambilan urine poada pria
Cucilah glans penid dengan sabun dan air mengalir
Preputium ditarik kebelakang
Aliran urine pertama dibuang
Tamping urine dalam wadah sewaktu aliran masih
kencang
Hentikan menampung sebelum aliran melemah /
habis
Tutup wadah dan berikan pada petugas lab
6. Kateter urine
Urine diambil secara aspirasi dari kateter urine
Difungsi sedekat mungkin ke uretra pada bagian
karet kateter
klem kateter dibawah tempat fungsi
desinfeksi dengan alcohol 70%
fungsi dengan jarum ukuran 28 G pada bagian
karet tersebut
7. kantong urine digunakan untuk bayi
cuci sekeliling alat kelamin bayi dengan sabun dan
air , keringkan
tempelkan katong urine menutupi bagian luar alat
kelamin
usahakan tidak ada kebocoran
ketika kantong urine terisi , lepas dan segera kirim
ke lab
8. Bila terpaksa tertunda simpan pada suhu 4 c
9. Bila lebih dari 2 jam bawa dalam keadaan dingin
(icepack)
C. Tinja
Sedapat mungkin usahakan mendapatkan faeces
Bila sulit , gunakan apusan rektal
Prosedur pengambilan :
Faeces tidak boleh bercampur urine
Faeces boleh ditampung dulu dalam pispot yang
bersih dan kering baru dipindahkan
D. Apusan rektal
Gunakan lidi kapas steril
Pasien diminta bernafas dalam dan relaksasi
Masukkan lidi kapas steril dalam anus
Putar lidi kapas sebanyak 1 x
Segera masukan lidikapas dalam media transport
carry blair

E. Eksudat / pus
Bersihkan nagian luar luka antiseptik untuk
membersihkan kuman kulit
Bersihkan bagian luka dengan Nacl fisiologis steril
untuk membersihkan kolonisasi kuman
mengkontaminasi kulit
Gunakan lidi kapas steril , masukkan kedalam sela-
sela luka sampai dasar luka
Masukan lidi kapas dalam media transport Stuart

F. Luka Decubitus
Bersihkan bagian luar luka dengan antisepsis
Bersihkan bagian atas dan dalam luka dengan larutan
Nacl steril
Buat sayatan untuk membersihkan jaringan nekrosis
dengan skapel steril
Gunakan lidi kapas steril , usap dasar luka melalui
sayatan
Masukkan lidi kapas dalam media transport

G. Sputum
Sputum bukan ludah
Bahan untuk mendeteksi infeksi saluran nafas bawah
Apus tenggorok tidak bisa menggantikan sputum
mendeteksi infeksi saluran nafas atas
Bila pasien sulit mengeluarkan sputum , berikan
mukolitik pada malam sebelumnya dan minum air
putih
Cara pengambilan :
Pasien diminta kumur-kumur dengan air matang
Pasien diminta membatukkan sputum dengan
tekanan
Minta menarik nafas dalam2 3 x tahan nafas
lalu batukkan dengan tekanan
Tampung dalam wadah steril , kering , bersih ,
bertutup dan tidak bocor

BAB VIII
PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

PENDAHULUAN
Linen dan laundry dapat menghasilkan mikroorganisme
phatogen dalam jumlah besar dan dapat meningkat 50 x
lipat selama periode sebelum cucian mulai diproses
( Kemenkes RI tahun 2000 tentang bakteri dan instalasi
laundry)
Linen yang dicemari oleh darah dan cairan tubuh merupakan
kontaminasi mikroorganisme dan dapat menularkan
penyakit melalui kontak langsung
Resiko perpindahan penyakit akan dapat diminimalisasi jika
ditangan dengan tepat oleh petugas yang terlatih dan
handal serta peduli pada lingkungan

TUJUAN

Untuk memutus mata rantai transmisi kuman


Untuk meminimalkan infeksi di Rumah Sakit dengan
meningkatkan standar
Precaution
Dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepad pasien
sehingga meningkatkan
mutu pelayanan di RS

DEFINISI
LINEN Infeksius : Linen yang terkontaminasidengan darah dan
cairan tubuh
Linen Noninfeksius : Linen kotor yang berasal dari pasien , bagian
administrasi , apotik dll yg tidak terkontaminasi dengan cairan
tubuh

Poin-poin penting dalam pengelolaan linen dalam upaya PPI di RS


A. Penanganan Linen Ruangan
1. Segera setelah dilepas dari tempat tidur , pisahkan linen
infeksius dan non ifeksius
2. Linen infeksius dimasukkan ke dalam kantong plastic
berwarna kuning
3. Linen noninfeksius dimasukkan ke dalam kantong plastik
berwarna hitam
4. Tidak melakukan dekontaminasi di ruangan
5. Gunakan alat pelindung diri sesuai indikasi
6. Tidak meletakkan linen di lantai
7. Tidak menyeret linen kotor di lantai
8. Tidak meletakkan linen kotor di atas kursi dan meja pasien
9. Tidak mengibaskan linen kotor
10. Pisahkan ruang penyimpanan linen bersih dan kotor
B. Transportasi linen kotor (pengiriman linen kotor ke Laundry)
1. Pisahkan antara trolly kotor dengan linen bersih
2. Pisahkan wadah linen infeksius dengan noninfeksius
3. Bila troly pakai pengalas atau sarung , segera cuci setelah
linenkotor
C. Pencucian di Laundry
1. Bedaklan pintu masuk linen kotor ke laundry dan pintu
keluar linen bersih dari laundry ke ruangan
2. Petugas ruangan masuk dari pintu ruangan pencucian dan
tidak boleh masuk ke ruangan linen bersih
3. Linen kotor di laundry harus dibedakan antara linen infeksius
dan noninfeksius
4. Bagian penerimaan laundry melakukan pencatatan jumlah
linen , kedua belah pihak harus memaraf buku ekspedisi
5. Petugas laundry melakukan kebersihan tangan
6. Petugas wajib menggunakan APD
7. Lakukan penimbangan untuk menghitung kebutuhanbahan-
bahan kimia
8. Ada tempat pemilahan linen kotor dan ruangan kimia
9. Ada pintu masuk tempat perendaman linen infeksius khusus
dan ruang khusus, sirkulasi udara dengan tekanan negative
10. Proses pencucian : suhu yang direkomendasika 30c-
90c
11. Petugas harus mandi sebelum meninggalkan ruangan
linen kotor
12. Pemerasan dan pengeringan : Linen tebal perlu
pengeringan selama 10 menit dengan suihu 70c dan linen
tipis hanya perlu pemerasan dengan menggunakan mesin
pemerasan (extractor) selama 5-8 menit
D. Penyimpanan Linen Bersih
1. Linen disimpan di dalam lemari tertutup sesuai dengan jenis
linen , suhu 22-27c dengan kelembabab 45-75%
2. Simpan linen dengan system First In First Out (FIFO) ,yang
duluan masuk yang duluan dipakai , jadi ambil linennya dari
bawah
E. Penyetrikaan
1. Penyetrikaan dengan suhu 70 c-120c
2. Proses pengeringan
a. Suhu : 70 c selama 10 menit kelompokkan linen yang
lembaran dan bukan lembaran
b. Penyetrikaan menggunakan Roll Press dan Rotary Press
c. Roll Press untuk linen lembaran , sedangkan Rotary Press
untuk yang bukan lembaran
3. Pelipatan
a. Bertujuan untuk merapikan dan memudahkan
dalampenggantian linen pasien
b. Proses pelipatan, dan dilakukan penyortiran linen yang
rusak
c. Tempat pelipatan harus bersih dan jauh dari daerah kotor
agar tidak terkontaminasi
F. Distribusi linen bersih
Linen bersih dibawa dengan menggunakan trolly tertutup untuk
mencegah kontaminasi dalam perjalanan
BAB IX
PENGELOLAAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAI

PENDAHULUAN
Pasien dan petugas di Rumah Sakit mempunyai resiko
terkena infeksi apabila tidak menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) dengan baik
Salah satu cara untuk mencegah penularan infeksi adalah
dengan melakukan proses dekontaminasi yaitu :
Pembersihan
Desinfeksi u/ semua alat bekas pakai baik
tindakan invasive /tidak
Sterilisasi

DEKONTAMINASI
Proses untuk menghilangkan dan memusnahkan mikroba atau
kotoran yang melekat di peralatan medis bekas pakai
sehingga aman untuk pemakaian selanjutnya.
Pengelolaan alat medis menurut Dr Earl Spaulding
Klasifikasi :
Peralatan Non Kritis resiko rendah
Peralatan hanya kontak dengan permukaan kulit utuh
Pengelolaan dengan cara : desinfeksi tingkat rendah
Contoh : Tensimeter , Stetoskop , Bedpan , Nierbeken ,
Pispot , Urinal dan linen
Perlatana Semi Kritis resiko sedang
Peralatan yang masuk / kontak dengan membrane
mukosa tubuh yang utuh
Pengelolaan dengan desinfeksi tingkat tinggi
Contoh : Selang ETT , peralatan Endoskopy , Slang
Nasogastrik

Peralatan Kritis resiko tinggi


Peralatan yang masuk / kontak ke dalam jaringan
tubuh steril atau masuk system aliran darah
Pengelolaan dengan cara sterilisasi
Contoh : INstrumen Bedah , Macam- macam cateter

Pengelolaan alat bekas pakai :

1. Precleaning (perendaman)
2. Cleaning / pencucian
3. Desinfeksi
4. Sterilisasi

ALUR PEMROSESAN ALAT MEDIS BEKAS PAKAI

PRE CLEANING

Pembersihan

(cuci bersih , tiriskan , keringkan )

Sterilisasi Desinfeksi tingkat Desinfeksi tingkat


tinggi rendah
(peralatan Kritis)
(Peralatan semi (Peralatan Non
Instrumen Bedah Kritikal)
kritikal)
Pre Cleaning ( Perendaman)

- Rendam alat dalam larutan klorin 0,5 % / detergen / detergen


+ enzim selama 10-15 menit
- Gunakan wadah untuk merendam dari bahan plastic
- Seluruh alat harus terendam

Cleaning / Pembersihan

Suatu proses untuk menghilangkan kotoran yang terlihat


ataupun tidak pada alat-alat medis sebelum dilakukan
penanganan lebih lanjut
Dilakukan dengan menggunakan air mengalir , siklat dan
detergen sampai kotoran / bahan organic hilang
Dianjurkan menggunakan detergen + enzim proteolitik

Desinfeksi

Suatu proses menghilangkan / memusnahkan mikroba ( virus ,


bakteri , parasite , jamur dan sejumlah spora ) pada peralatan
dengan menggunakan cairan desinfekyan

1. Intermediate Level Desinfections (IDL) / Desinfeksi Tingkat


Sedang
Membunuh mikroba (bakteri , jamur , virus ) tetapi tidak
mematikan endospora. Contoh : Ethyl atau isopropyl alcohol 70-
90% , Natrium Hipoklorit (Klorin) membuat metal / stainless
buram
2. High Level Desinfections (HLD) / Desinfeksi Tingkat Tinggi
- Untuk peralatan yang tidak mungkin disterilkan
- Perlakuan minimal yang direkomendasikan CDC
- Membunuh semua mikroba kecuali endospore
- Rendam dalam larutan kimia Glutaraldehyde / Hidrogen
Peroksida / rebus dalam air mendidih selama 20 menit

Desinfeksi permukaan

- Pakai alat pelindung diri


- Serap darah / cairan dengan kertas / tissue
- Buang kedalam kantong sampah medis
- Desinfeksi daerah bekas tumpahan dengan klorin 0,5%
- Buang sarung tangan ke tempat sampah medis Kebersihan
tangan

Antiseptic , Desinfektan

- Antiseptik : larutan kimia yang digunakan untuk membunuh


mikroba pada permukaan hidup ( kulit , mukosa ) misalnya
cuci tangan sebelum persiapan operasi
- Desinfektan : larutan kimia untuk membunuh mikroba pada
benda mati misalnya : instrument , lantai , perm,ukaan atau
peralatan RS

Kriteria pemilihan desinfektan :

Daya bunuh tinggi , toksisitas rendah , spectrum luas ,


mematikan berbagai mikroba
Waktu pemrosesan singkat
Stabil selama penyimpanan
Tidak merusak bahan
Bau tidak mengganggu
Sederhana , tidak sulit pemakaiannya
Murah dan tersedia di pasaran

Yang perlu diperhatikan :


Pakai APD
Gunakan sarung tangan rumah tangga / industry
bukan sarung tangan operasi
Lepaskan / buka alat yang dapat dilepas
Sikat peralatan terutama yang bergerigi dan lekukan
Bilas alat dengan air mengalir / air hangat
Keringkan alat dengan kain , dianginkan atau
disemprot dengan udara kering

Sterilisasi

Suatu proses menghilangkan atau memusnahkan semua


benmtuk mikroorganisme pada peralatan medis termasuk
endospore . dapat dilakukan melalui proses fisika dan kimiawi
dan sebaiknya dilakukan di unut tersendiri (Instalasi Pelayanan
Sterilisasi)

Proses Sterilisasi

Proses dilakukan dengan memaparkan energy thermal dalam


bentuk : Pansa kering , Panas basah , larutan kimia cair atau gas
dan radiasi dalam waktu tertentu

Metode sterilisasi

1. Sterilisasi dengan suhu tinggi


Sterilisasi uap bertekanan (Steam Heat)
Pemaparan uap jenuh dengan tekanan , waktu dan
suhu tertentu
Metode paling tua , aman , efektif, relative tidak
mahal , nontoksik
Suhu 121c selama 30 menit selama pansa tercapai
Suhu 132 c selama 4 menit setelah panas tercapai
Untuk alat yang tahan panas dan tahan basah
Sterilisasi Panas kering
Untuk minyak serbuk , kaca , logam
Sauhu 170c selama 60 menit dan 150c selama 150
menit
Keuntungan : bisa untuk bahan yang tidak bisa
ditembus uap basah , tidak korosif dan dapat
mencapai seluruh permukaan alat
Kerugian : penetrasi sangat lambat , pemaparan
panas lama dan perlu suhu tinggi merusak bahan
2. Sterilisasi dengan suhu rendah
Ethyelene Oxide (ETO)
Untuk alat yang tidak tahan panas dan uap
Temperature berkisar 29c - 65c
Keuntungan : tidak korosif dan berbau
Kelemahan : proses lama 2-5 jam , biaya tinggi ,
mudah terbakar , toksis , karsinogenik , iritasi saluran
nafas , konsentrasi tinggi sehingga menimbulkan
pusing , mual , muntah
Plasma Hydrogen Peroxide
Keuntungan : seklus waktu cepat 75 detik dengan
temperature 50c, aman untuk lingkungan dan
petugas , tidak meninggalkan residual toksik dan
ideal untuk peralatan yang tidak tahan panas
Kekurangan : tidak bisa untuk peralatan medis
panjang > 31 cm atau diameter lumen < 6 mm
Hal hal yang harus diperhatikan
Ikuti petunjuk / rekomendasi pabrik lama
perendam,an , suhu yang dibutuhkan
Lakukan pembilasan dengan cairan steril
sebelum digunakan ke pasien
Alat yang telah disterilkan , harus langsung
digunakan karena tidak dikemas

BAB IX
MANAGEMEN LIMBAH RS DAN BENDA TAJAM
Pengertian limbah RS
Semua hasil kegiatan dari layanan kesehatan di rumah sakit yang
tidak lagi berguna atau yang akan dibuang (Healthcare Activities
Inevitably Generate Health Care Waste)

Tujuan pengelolaan Limbah


Mencegah penularan penyakit yang disebabkan oleh limbah
baik untuk pasien , pengunjung dan tenaga kesehatan serta
melindungi masyarakat sekitarnya dari bahaya pencemaran
limbah yang berasal dari Rumah Sakit
Semua limbah yang di lingkungan Rumah Sakit ( in door
maupun Out Door) dapat ditangani dengan baik apakah limbah
umum , limbah infeksius atau limbah tajam
Agar klualitas kesehatan masyarakat disekitar RS tetap terjaga
dengan baik
Untuk menjaga citra RS

Jenis Limbah di RS
1. Limbah Non Infeksius
Karakteristik sama yang ditimbulkan oleh l;ingkungan pada
masyarakat umum , biasanya berasal dari kegiatan- kegiatan :
Kantor / Administrasi , Rawat Inap, Rawat Jalan , Dapur dst.
Dalam pengelolaannya tidak ada bedanya dengan pengelolaan
di tempat umum , hanya kalau pada layanan kesehatan harus
dikelola dengan baik dengan SOP yang jelas
2. Limbah Infeksius
Limbah yang berasal dari kegiatan yang berhubungan dengan
pasien baik yang berobat jalan maupun yang sedang dirawat.
Dalam pengelolaannya sangat berbeda dengan limbah
nonifeksius dan limbah ini memerlukan penanganan khusus dan
harus dikelola dengan tenaga yang berpengalaman dan terlatih
serta mendapat pelatihan dalam penangana limbah , sesuai
prosedur yang telah ditentukan (SPO).
Limbah infekssius meliputi :
Laboratorium : limbah mikrobiologi (sputum , darah ,
nanah faeces , urine)
Limbah patologi : Cairan atau jaringan tubuh manusia
Rawat Inap atau Rawat Jalan , OK , HD , ODC seperti :
kassa , lidiwaten , tissue , darah , urine , faeces, pus ,
cairan tubuh lainnya
Limbah Farmasi seperti obat-obatan yang kaduluarsa
Limbah Kimia : limbah yang mengandung bahan kimia
Limbah Radio aktif : limbah yang mengandung bahan
radioaktif sepertiurine , darah dan cairan tubuh lainnya
3. Limbah Padat
Sebelum dibuang semua tempat wadah direbus dulu baru
dikemas dengan kantong yang telah ditentukan label bio
hazardnya untuk selanjutnya ke incinerator
4. Limbah Farmasi
Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat dimusnahkan di
incinerator dengan suhu tinggi akan tetapi dalam jumlah besar
dikembalikan ke distributor
5. Limbah Sitotoksis
Dalam jumlah besar biasanya dikembalikan ke distributor dan
dalam jumlah kecil bisa dimusnahkan di incinerator dalam suhu
tinggi

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM


MERUMUSKAN KODEFIKASI WARNA MENURUT JENIS LIMBAH PADAT
NO Kategori Warna Keterangan
1 Limbah Non Infeksius Hitam Dengan
lambing
limbah
umum
2 Limbah Infeksius Kuning Kantong
plastic yang
kuat dan anti
bocor
3 Limbah Sitotoksis Ungu Kantong
plastic yang
kuat dan anti
bocor
4 Limbah Kimia dan Farmasi Coklat Kantong
plastic atau
kontainer
5 Radioaktif Merah Kantong box
timbal
dengan
symbol
radioaktif
Kebijakan dan Kodefikasi dijalankan dengan baik sesuai dengan
biohazardnya dan dapat dipisah-pisahkan dari sumbernya

A. Pemisahan Limbah harus dipisahkan dari sumbernya


limbah Semua limbah harus diberi label yang jelas
Sebaiknya memakai kantong plastik sesuai
jenis limbah
B. Penyimpanan Limbah setelah terisi 2/3 bagian dari
limbah kantong plastic dan diikat kemudian dibawa
ke TPS
Kantong diangkut dengan memegang
lehernya . petugas memastikan limbah
dengan biohazard yang sama
Kantong tersebut harus ditempatkan pada
ruang atau tempat yang kedap dengan
binatang, kutu dan hewan perusak
Penyimpanan limbah tak lebih dari 3x24
jam
C. Penanganan Kantong boleh dibawa kalau sudah penuh
limbah sesuai kriteria
Petugas yang menangani limbah harus
memakai alat pelindung diri
Bila terjadi pemilahan yang salah misalnya
benda tajam dalam kantong yang salah
harus segera dilaporkan kepada
penanggung jawab
D. Pengangkatan Setelah dikumpulkan limbah dibawa
limbah ketempat pembuangan sementara
dengan pengangkutan khusus dan
sebaiknya alat pengangkutan
dibersihkan setiap hari

Tempat pemusanahan limbah medis padat :


Incinerator
Merupakan alat pemanas yang bahan bakar solar dengan
temperature 1200c, diberi cerobong asap yang tingginya sampai
35 meter dan dilengkapi alat filtrasi atau APC ( Air Population
Control) sehingga cukup aman dengan limngkungan sekitar
Limbah cair
Semua air buangan yang berasal dari kegiatan Rumah Sakit yang
kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun
yang berbahaya
Unit Pengelolaan LImbah (UPL)
Merupakan sarana untuk mengolah limbag cair dari mulai limbah
kotor kemudian disini diproses sampai menjadi cukup bersih dan
memnuhi baku mutu yang ditetapkan pemerintah

Limbah gas
Adalah limbah yang dihasilkan dari pembakaran baik dari
incinerator maupun dari pembakaran dapur yang dibuang melalui
cerobong. Mengacu kepada keputusan Mentri Lingkungan Hidup No
Kep 13/Men LH/12/1995 tentang baku mutu emisi barang tidak
bergerak

Limbah radiokatif / nuklir


Adalah limbah yang mengandung substansi radiotherapy seperti
cairan yang mengandung radioaktif atau penelitian laboratorium
atau bahan-bahan yang terkontaminasi dengan radionuklir dan
dialirkan ke dalam penampungan khusus
Untuk limbah padat Radioaktif dibuang sesuai dengan persyaratan
tekhnis dan peraturan perundang2an yang berlaku (PP no 27 tahun
2002) dan kemudian diserahkan ke BATAN untuk penanganan lebih
lanjut. Limbah dikelola sesuai dengan SPO dari BATAN dengan
biohazard tersendiri biasanya dikemas dengan kantong berwarna
merah

6. Limbah benda tajam


Adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam atau runcing
yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti : jarum
suntik, bisturi (pisau bedah),blood lancet , pecahan kaca , ampul
obat. Benda tajam memiliki potensi bahaya yang dapat
menyebab cedera melalui sobekan atau tusukan benda tajam
yang terkontaminasi dengan cairan tubuh manusia sehingga
harus dikelola dengan baik
Tujuan pengelolaan limbah benda tajam :
Agar limbah benda tajam yang dihasilkan oleh RUmah Sakit
maupun tempat layanan kesehatan lainnya dpat tertangani
dengan baik dan tidak menimbulkan cedera bagi karyawan ,
petugas kesehatan , pengunjung dan masyarakat sekitarnya
Pengelolaan limbah tajam
Tersedia wadah yang tidak mudah tembus oleh benda tajam /
tusukan (jerigen bekas , kardus yang tahan benda tajam) dan
tertutup berlabel biohazard yang berwarna kuning
Mempunyai petugas yang berpengalaman dan mempunyai
pengetahuan tentang limbah benda tajam di Rumah Sakit
Limbah benda tajam yang telah dikemas pada tempatnya
setelah dibersihkan 2/3 bagian kemudian dibawa ke
incinerator untuk dibakar atau dimusnahkan.

Yang berisiko terkena benda tajam di RS : Media , Perawat,


Petugas Kebersihan (House Keeping), Pengunjung dan
masyarakat sekitar
BAB XI

PETUNJUK PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK


PENGUNJUNG

Perturan pengunjung dengan gejala infeksi saluran pernafasan selama


terjangkitnya penyakit menular

- Pengunjung dengan gejala demam dan gangguan pernafasan tidak


boleh mengunjungi pasien di dalam fasilitas kesehatan
- Pengunjung yang setelah sakit sudah tidak menunjukkan gejala,
perlu dibatasi kunjungannya ke pasien
- Orang dewasa yang sakit tidak boleh berkunjung sampai batas
waktu penularan penyakit , sedangkan anak-anak dibawah 12 tahun
dilarang mengunjungi pasien di Rumah Sakit
- Kebijkan ini agar dicantumkan di papan pengumuman fasilitas
kesehatan

Petunjuk pencegahan dan Pengendalian Infeksi untuk anggota


keluarga yang merawat penderita

Anggota keluarga perlu menggunakan APD seperti petugas kesehatan


yang merawat di RS
Mengunjungi pasien dengan penyakit menular melalui udara

- Petugas kesehatan atau Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


perlu mendidik pengunjung pasien dengan penyakit menular
tentang cara penularan penyakit dan menganjurkan mereka untuk
menghindari kontak dengan pasien selama masa penularan
- Jika keluarga atau teman perlu mengunjungi pasien yang masih
tersangka suspek atau yang telah dikonfirmasi menderita penyakit
menular melalui udara , pengunjung tersebut harus mengikuti
prosedur pencegahan infeksi di Rumah Sakit
- Pengunjung harus memakai APD lengkap (masker , gaun , sarung
tangan dan kaca mata) jika kontak langsung dengan pasien atau
lingkungan pasien
- Petugas kesehatan harus mengawasi pemakaian APD dan masker
secara benar kepada pengunjung
- Ketika pengunjung meninggalkan ruangan ia harus melepas APD
dan mencuci tangan
- Jika keluarga dekat mengunjungi pasien penyakit menular melalui
udara , petugas kesehatan harus mewawancarai orang tersebut
untuk menentukan apakah dia memiliki gejala demam atau infeksi
saluran pernafasan .Karena berhubungan dekat dengan pasien
beresiko untuk terinfeksi. Jika ada demam atau gejala pernafasa ,
pengunjung tersebut harus di evaluasi untuk penyakit menular yang
sama dan ditangani dengan tepat
- Fasilitas pelayanan kesehatan harus mendidik semua pengunjung
tentang penerapan pencegahan dan pengendalian infeksi dan wajib
mentaatinya ketika mengunjungi pasien penyakit menular

Menjaga kebersihan alat pernafasan dan etika batuk di tempat


pelayanan kesehatan

- Untuk mencegah penularan infeksi saluran pernafasan di fasilitas


pelayanan kesehatan , kebersihan saluran , kebersihan saluran
pernafasan dan etika batuk harus merupakan bagian mendasar
dari perilaku sehat
- Setiap orang yang memiliki tanda atau gejala infeksi pernafasan
(batuk dan bersin) harus :
o Menutup hidung / mulut ketika batuk atau bersin
o Menggunakan tissue untuk menahan sekresi pernafasan
dan buang ditempat yang tersedia
o Kebersihan tangan segera setelah kontak dengan sekresi
pernafasan

Fasilitas pelayanan kesehatan harus menjamin tersedianya :

Tempat sampah tertutup yang tidak perlu disentuh dan dapat


dioperasikan dengan kaki di semua area
Tempat kebersihan tangan dengan air mengalir di ruang tunggu
Pengumuman / informasi tertulis untuk menggunakan masker
bagi setiap pengunjung yang batuk
Jika memungkinkan dianjurkan untuk orang yang batuk untuk
duduk pada jarak 1 meter dari yang lainnya di ruang tunggu
Pada pintu masuk dan diruang fasilitas seperti ruang gawat
darurat, ruangan dokter, klinik rawat jalan , perlu dipasang
instruksi untuk pasien dan orang yang menemaninya agar
mempraktekkan kebersihan alat pernafasan dan etika batuk
serta memberitahukan kepada petugas sesegera mungkin
tentang gejalan penyakit yang diderita
Bagi orang yang batuk harus disediakan masker
BAB XII

KESIAPAN MENGHADAPI PANDEMI PENYAKIT MENULAR (emerging


infectious diseases) DAN KLB

Perencanaan untuk menghadapi pandemic penyakit menular ,


merupakan hal yang sangat penting. Kesiapan menghadapi
pandemi bukan berarti hanya mempunyai rencana tertulis atau
menyediakan obat-obatan anti virus saja. Persiapan menghadapi
pandemi sangat dibutuhkan , walaupun sulit untuk memprediksi
kemungkinan berkembangnya suatu penyakit menular menjadi
pandemi pada manusia. Berdasarkan pengalaman dari pandemi
influenza sebelumnya, bila influenza berkembang menjadi pandemi
maka tingkat serangann penyakit secara klinis akan mencapai 30%
atau lebih pada populasi secara keseluruhan. Tingkat penyakit
paling tinggi pada anak usia sekolah (sekitar 40%) dan menurun
pada kelompok usia lanjut. Di kalangan dewasa, rata-rata 20%
akan menjadi sakit pada waktu yang bersamaan selama wabah
berjangkit di masyarakat dan banyak diantaranya akan
membutuhkan rawat inap. Kebutuhan rawat inap pasti akan jauh
lebih besar dari kapasitas pelayanan kesehatan yang ada saat ini.
Bab ini membahs pertanyaan dan rekomendasi untuk membantu
petugas kesehatan , pengelola fasilitas kesehatan dan dinas
kesehatan daerah untuk siap menghadapi kemungkinan terjadi
pandemi penyakit menular. Perangkat perencanaan menghadapi
pandemi yang tersedia di website internet , seperti
http://www.pandemictiu.gov/plan dapat digunakan sebagai contoh
panduan

FluAid : Software / perranti lunak yang dirancang untuk


membantu para pembuat kebijakan di tingkat pusat dan
daerah mempersiapkan diri menghadapi pandemi Flu Burung
dengan memberikan estimasi local spesifik daerah
FluSurge : Model berbasis spreadsheet yang dapat
digunakan oleh pengelola Rumah Sakit dan dinas kesehatan
dengan estimasi berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan di
rumah sakit selama pandemi flu

Rekomendasi dibawah ini berdasarkan pada Daftar Titik Untuk


Perencanaan Kesiapan Pandemi Influenza dari WHO dan
dikembangkan untuk membantu petugas kesehatan, pengelola
fasilitas kesehatan dan dinas kesehatan setempat membuat
perencanaan dan persiapan tahap lanjut. Rekomendasi ini
mengidentifikasi aktifitas yang harus diimplementasikan agar siap
menghadapi wabah. Meskipun demikian, banyak aktifitas yang
bersifat spesifik untuk pandemi Flu Burung. Beberapa di antaranya
berhubungan dengan kegawat-daruratan kesehatan masyarakat
yang melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan . daftar titik WHO
dan pertanyaan dibawah ini merupakan persyaratan yang mutlak,
tetapi dimaksudkan untuk menilai secara seksama kapasitas
fasilitas dan mengidentifikasi kesenjangan antara persyaratan
untuk mencegah Flu dan menangani wabah dengan situasi
sesungguhnya di fasilitas kesehatan. Pengelola fasilitas kesehatan
dan dinas kesehatan setempat perlu menilai konsekuensi rangkaian
respon terhadap pandemi. Contoh : keputusan untuk menutup
sekolah akan mempengaruhi tempat kerja , keputusan untuk
mengisolasi sebuah area akan mempengaruhi perdagangan dan
kekurangan pasokan, sehingga perlu dibuat penetapan prioritas.
Petugas kesehatan dan pengelola perlu bekerjasama
mengembangkan rencana kesiapan untuk fasilitasnya dan
memastikan adanya komunikasi yang jelas dan consensus dan
komitmen.

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan


Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya

A. KOORDINASI

Dasar pemikiran

Untuk membuat keputusan yang jelas dan tepat waktu, serta untuk
membuat kebijakan yang dapat dipatuhi oleh semua orang, perlu
diketahuii dengan pasti siapa yang bertanggung jawab untuk
berbagai aktifitas dalam fasilitas kesehatan dan bertanggung jawab
dalam pengendalian infeksi. Perlu diantisipasi suatu wabah
terbatas menjadi kegawat daruratan yang meluas (KLB) sehingga
perlu ditetapkan penanggung jawab untuk hal penting dalam
merespon pandemi misalnya soal karantina.

Pertanyaan pertanyaan yang perlu dijawab

Siapa yang menyatakan suatu Negara pandemi ? Siapa yang


menyatakan epidemic ? Siapa yang menyataklan kejadian Luar
Biasa (KLB) ? Siapa yang menyatakan kondisi siaga (misalnya
kasus penyakit menular pada binatang sudah positif tapi belum
menular ke manusia) ? Bagaimana system pelaporan pada
surveilans ? Apakah Ibukota propinsi sudah memiliki laboratorium
rujukan ? Siapa yang membuat keputusan bila terjadi Pandemi :
Direktur RS atau Ketua tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi ?
Siapa yang melapor atau berkoordinasi dengan stakeholders
(badan terkait, instansi pemerintah) setempat dan subdinas
Kesehatan P@PL Provinsi , Dokter praktek , fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah , swasta dan industry lain ?

Hal hal yang perlu dilakukan

Menetapkan tim koordinasi dan individu yang


bertanggungjawab untuk mamfasilitas respon yang cepat
dan memadai selama kondisi krisis. Semua pihak yang
berkepentingan harus mengetahui tanggung jawab mereka,
apa yang perlu dilakukan dan bagaimana alurnya. Ini harus
tercermin dalam rencana operasional untuk setiap organisasi
(siapa yang mengerjakan , apa , dimana , bagaimana ,
kapan, mengapa ?)
Advokasi mengenai pentingnya perencanaan pandemic
kepada para pembuat keputusan untuk memastikan
dukungan dan dana yang diperlukan
Dinas kesehatan setempat berkoordinasi dengan Pemerintah
daerah menetapkan kriteria penutup sekolah berdasarkan
informasi dan surveilnas kesehatan (cluster penyakit seperti
influenza atau kematian akibat kesulitan bernafas pada usia
sekolah)
Meningkatkan kemampuan petugas medis dan perawat
dalam penanganan kasus
Jika perlu , sediakan panduan-panduan pelayanan mutakhir
dengan merujuk ke panduan terbaru WHO
Sediakan obat-obatan dan perawatan medis gratis sesuai
dengan ketentuan pemerintah atau asuransi kesehatan yang
berlaku dan dilengkapi dengan system pelaporan kasus baru
secara cepat
Bekerjasama dengan sector terkait antara lain pelayanan
transportasi dan pasokan pangan. Pertimbangkan untuk
menyiapkan alternative lain untuk pasokan listrik dan air
minum bagi fasilitas pelayanan kesehatan dan jaringan
komunikasi.
B. Surveilans di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Dasar pemikiran

Surveilans terdiri dari pengumpulan , interprestasi dan sosialisai


data secara terus menerus yang memungkinkan dikembangkannya
intervensi berdasarkan bukti. Tujuan dari surveilans mungkin
berbeda-beda sesuai dengan keseriusan penyakit dan
kemungkinan intervensi. Setiap aktifitas surveilans harus memiliki
tujuan yang jelas

Pertanyaan pertanyaan yang perlu dijawab

Dalam situasi saat ini , jenis surveilans apa yang dianggap penting
dan mampu laksana untuk membantu mengidentifikasi suatu
pandemi yang akan muncul pad tahap sedini mungkin ?
Bagaimana system tersebut berubah jika suatu pandemi telah
dikonfirmasi keberadaannya ? Apakah dapat system standar
pengumpulan dan analisis data ? Siapa yang mengimpulkan dan
menginterprestasi serta mendesiminasi hasil surveilans ?
Bagaimana system surveilans fasilitas pelayanan kesehatn terkait
dengan system surveilans regional atau nasional dan dengan
WHO ?

Hal hal yang perlu diperhatikan


Melatiih petugas kesehatan untuk mendeteksi /
mengidentifikasi kelompok kelompok (cluster ) kasus
Mengembangkan kapasitas atau system laboratorium pusat
atau regional untuk dapat mengkorfimasikan kasus-kasus
awal secepat mungkin
Mengembangkan atau memastikan suatu system untuk
melaporkan temuan surveilans rutin dan luar biasa
(kelompok penyakit seperti influenza atau kematian karena
kesulitan pernafasan) ke pihak berwenang di Dinas
Kesehatan setempat
Menegmbangkan system pelaporan temuan surveilans luar
biasa pada anak usia sekolah (sebagai kelompok terpisah)
dan mengembangkan kewenangan Dinas Kesehatan
setempat untuk mengambil keputusan yang cepat dan tepat
waktu menutup sekolah sesuai dengan kebutuhan
Memastikan prosedur pendistribusian specimen atau asolat
virus secara cepat untuk diagnostic dan kemungkinan
pengembangan vaksin

Surveilans Pandemic dan system Informasi

Kebutuhan untuk surveilans akan berubah selama


berlangsungnya pandemic. Harus ada system yang jelas untuk
mengidentifikasi kemungkinan kejadian luar biasa tahap awal.
Bila suatu wabah telah dikonfirmasi, maka kebutuhan surveilans
akan menurun dan digantikan oleh kebutuhan informasi minimal
yang diperlukan untuk menangani wabah. Ketika keadaan gawat
darurat berlaku, maka kebutuhan akan surveilans meningkat lagi.
Untuk memantau kemungkinan muncul kembali atau munculnya
wabah baru
Menurut WHO, selama pandemic banyak fasilitas pelayanan
kesehatan akan mengalami kekurangan tenaga. Pengumpulan
data surveilans harus tetap dipertahankan untuk mendukung
perencanaan pemakaian sumber daya di fasilitas pelayanan
kesehatan yang terbatas. Misalnya konfirmasi laboratorium
mungkin tidak diperlukan lagi bagi kasus-kasus yang muncul
setelah pandemic dikonfirmasi. Gejala klinis yang ada dipakai
untuk merencanakan kebutuhan akan pelayanan kesehatan.

C. KOMUNIKASI
Dasar pemikiran
Strategi komunikasi merupakan komponen penting dalam
menangani wabah penyakit menular dan pandemik. Informasi yang
akurat yang tepat waktu disetiap tingkat sangat penting untuk
meminimalkan keresahan masyarakat dan dampak ekonomi yang
tidak diinginkan. Kemampuan untuk merespon secara tepat dan
efektif sangat dipengaruhi jumlah tenaga yang tersedia.

Pertanyaan pertanyaan yang perlu dijawab


Adakah rencana operasional yang jelas untuk komunikasi yang
mencakuo semua tingkatan mulai dari pengumuman pada media
hingga menginformasikanpada keluarga mengenai status pasien ?
Adakah hirarki tanggung jawab dan siapa yang menjadi juru
bicara ? Bagaimana koordinasi dengan organisasi masyarakat
terkait ? Adakah jejaring antar sarana pelayanan kesehatan dan
lintas sector terkait ?

Hal hal yang perlu dilakukan


Kembangkan rencana komunikasi dengan mendata kelompok
target yang berbeda (misalnya pers, masyarakat
umum,kelompok dengan resiko tinggi, petugas kesehatan,
legislative), pesan pesan kunci yang akan disampaikan ,
bahan yang diperlukan (website, leafleat), informasi dalam
berbagai bahasa dan mekanisme distribusi untuk mencapai
kelompok sasaran
Mempertahankan komunikasi transparan dan terbuka dengan
petugas kesehatan , masyarakat dan dinas kesehatan
setempat dengan memberikan informasi mutakhir secara
teratur. Ini akan membantu menekan rasa takut dan
kecemasan yang disebabkan oleh pandemic
Perlu ditunjuk seorang juru bicara saat wabah ataupun
pandemic untuk mewakili fasilitas pelayanan kesehatan
menghadapi masyarakat dan media , termasuk system
penyampaian pesan yang akurat dan tepat waktu sebelum
dan selama pandemic
Memastikan bahwa selama pandemic materi beita dan pesan
dikaji secara teratur dan diperbarui dengan informasi terbaru
yang tersedia
Menetapkan suatu system untuk menjawab pertanyaan dan
permintaan dari keluarga pasien termasuk mengenai
kebijakan kunjungan pasien. Jika telepon tersedia siapkan
hotline / saluran khusus dengan petugas yang terlatih

D. Identifikasi Kasus , Penatalaksanaan dan Perawatan


Dasar pemikiran
Perlu disediakan panduan klinis untuk memastikan
tersedianya pengobatan dan perawatan yang efektif dan
aman untuk kasus penyakit menular yang dicurigai (contoh :
Flu Burung sudah ada Pedomam Penatalaksanaan Flu
Burung di Sarana Pelayanan Kesehatan Depkes 2006)
Panduan klinis harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan
mudah dipahami petugas. Selain itu , petugas harus
memahami dan terlatyih untuk melakukan tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi
Pertanyaan yang perlu dijawab
Bagaimana orang ini terpajan ? Haruskah orang ini dirawat ?
Jika ya , dimana dan bagaimana ? Apakah diperlukan
pengujian diagnostic tambahan ? Jika ya , bagaimana sampel
harus diambil dan bagimana cara mengirimnya ?
Hal- hal yang diperlukan
Memastikan bahwa definisi kasus penyakit menular
yang muncul sudah sesuai dengan ketetapan
pemerintah
Menerapkan prosedsur rutin diseluruh Rumah Sakit/
Klinik untuk identifikasi kasus baru
Panduan klinis harus mencakup aspek-aspek dibawah
ini :
Dimana pasien harus ditangani (masyarakat atau
Rumah Sakit) kriteria Rawat Inap
Tindakan untuk Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi
Pengumpulan , pengiriman dan pemeriksaan
specimen yang sesuai ke laboratorium yang
ditetapkan
Prosedur pengobatan , termasuk obat anti virus ,
antibiotic dan terapi pendukung lainnya
(ventilator , penurun demam)
E. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi DI Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Dasar pemikiran
Panduan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi sangat
penting untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi
sekunder pada pasien dan penularan pada petugas medis
serta masyarakat. Aspek tekhnis pencegahan dan
pengendalian infeksi
Pertanyaan pertanyaan yang perlu dijawab
Siapakah yang paling berisiko terkena infeksi ? Apakah
petugas kesehatan memahami cara penularan , tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi n, pencegahan
penyebaran penyakit dan bagaimana cara menerapkan
tindakan tersebut ?
Hal hal yang perlu dilakukan
Meyempurnakan panduan dan prosedur pengendalian
infeksi yang telah ada untuk digunakan di semua
tingkatan fasilitas pelayanan kesehatan termasuk :
Pusat Pelayanan Kesehatan
Laboratorium Klinik
Puskesma
Fasilitasa Praktek Umum
Rumah Sakit
Fasilitas Perawatan jangka Panjang
Kamar Jenasah
Mengadaptasi panduan pencegahan dan pengendalian
infeksi untuk digunakan di fasilitas pelayanan
kesehatan alternative (contohnya sekolah , fasilitas
umum) yang digunakan dalam penatalaksanaan
kegawat darutat pandemic
Mengkaji buku panduan keamanan Biologik
Laboratorium dan mengidentifikasi kebutuhan untuk
penyempurnaan
Memastikan bahwa petugas kesehatan telah dilatih dan
melaksanakan kewaspadaan standar. Semua specimen
hartus dianggap berpotensi menularkan penyakit dan
petugas kesehatan yang kontak dengan specimen
harus mematuhi secara ketat semua tindakan
pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
menghindari pajanan
Memastikan bahwa prosedur WHO untuk pengumpulan
specimen dan pengiriman specimen diterapkan :
Specimen yang akan dikirim harus disimpan
dalam wadah specimen tahan bocor yang
dimasukkan dalam kantong terpisah yang
tertutup
Petugas yang mengirim specimen harus dilatih
menangani specimen secara aman serta
memahami proses dekontaminasi
Specimen harus dikirimkan sendiri langsung oleh
petugas , tidak diperbolehkan pengiriman dengan
system pneumatic
Petugas kesehatan yang mengumpulkan
specimen dari pasien dengan penyakit menular
yang dicurigai harus menggunakan APD secara
lengkap
Formulir permintaan yang menyertai specimen
harus diberi label dengan jelas sebagai specimen
yang dicurigai terkena penyakit menular yang
sedang menjadi pandemic dan laboratorium
harus diberitahu bahwa specimen sedang dalam
perjalanan menuju laboratorium tersebut

Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah


sakit dan Fasilitas Kesehatan lainnya

Protocol harus tersedia di semua fasilitas pelayanan


kesehatan yang menangani pasien

Menyusun kebutuhan pendidikan dan pelatihan


petugas kesehatan , petugas laboratorium , relawan
dan pihak lain yang terlibat
Memastikan ketersediaan perlengkapan yang
diperlukan untuk menerapkan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang direkomendasikan dan
tindakan-tindakan keamanan biologis (misalnya alat
pelindung diri)
Mempersiapkan fasilitas sesuai dengan kebutuhan ,
dan memastikan bahwa fasilitas tersebut telah
ditetapkan dan siap untuk digunakan
Memastikan bahwa pelacakan kontak , pembatasan
dan karantina jika diperlukan dapat dilaksanakan
secara sah dan praktis. Tentukan kriteria untuk
implementasi dan pembatalan
o Penetapan tempat khusus dimana pasien dapat
dikarantina
o Pastikan pelayanan medis , pasokan makanan,
dyukungan social dan bantuan psikologis tersedia
untuk pasien
o Pastikan transportasi yang memadai tersedia ked
an dari tempat tersebut , rumah sakit atau kmar
jenasah

F. Memelihara pelayanan Kesehatan yang Hakiki

Dasar pemikiran
Untuk meminimalkan morbiditas dan mortalitas yang
disebabkan oleh suatu pandemic , penting sekali bahwa
pelayanan kesehatan dijaga tetap berfungsi selama mungkin.
Beberapa upaya kegawat-daruratan harus dikembangkan
untuk memastikan pemanfaatan petugas yang rasional dan
mengoptimalkan pemakaian fasilitas serta produk farmasi
yang ada. Secara umum , aktifitas di wilayah ini harus
didasarkan pada suatu rencana kesiapan kegawatdaruratan
kesehatan secara umum

Pertanyaan pertanyaan yang perlu dijawab


Bagaimana penyebaran pandemic yang luas akan
mempengaruhi p[elayanan kesehatan ? Apakah sudah
terdapat rencana untuk menangani kekurangan petugas
kesehatan dan fasilitas tempat tidur di rumah sakit selama
pandemic ? Apakah setiap fasilitas merupakan kebijakan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang efektif

Hal- hal yang perlu dilakukan


Melindungi petugas kesehtan dengan memastikan
bahwa prosedur untuk pencegahan dan pengendalian
infrksi sudah ada dan ditaati
Menetapkan tempat-tempat di fasilitas pelayanan
rumah sakit dimana pasien harus diobati sesuai
standar selama pandemic dan menilai kesiapan tempat
tersebut (termasuk kapasitas UGD dan ICU)
Mengembangkan strategi untuk triage pasien
berpotensi menderita influenza / penyakit menular lain
dengan menyediakan lokasi diluar UGD sebagai tempat
pemeriksaan pasien tahap awal, identifikasi sebagai
pasien yang membutuhkan pengobatan darurat ,
pasien yang perlu dirujuk untuk diagnosis dan
penatalksanaan penyakitnya
Menetapkan fasilitas alternative untuk digunakan
sebagai tempat layanan medis bila jumlah pasien
banyak. Lokasi yang mungkin dijadikan alternative
dapat mencakup sekolah,gedung olahrag, panti
perawatan ,pusat penitipan bayi ,tenda di sekitar
Rumah Sakit atau di lokasi lain
Menetapkan kriteria untuk triage pada saat menangani
jumlah pasien yang banyak
Menetapkan rencana untuk mengatur dan menentukan
tenaga kesehatan cadangan
Menetapkan kriteria dan kebijakan rumah sakit
mengenai kapan dan harus berhenti menerima pasien
baru
Menetapkan rencana alternative bersama mitra kerja
terkait yang berada diluar sector kesehatan seperti
transportasi dan pemasok pangan (misalnya layanan
TIKI, Pos , distributor sembako)
Menetapkan mekanisme untuk mengkaji layanan dan
penggunaannya serta memprioritaskan pemakaian
fasilitas, staf dan sumber daya lain pada saat pandemic
berkembang
Menetapkan layana kesehatan penting lain yang harus
dipertahankan ketika sedang terjadi pandemic seperti
perawatan trauma dan kegawat-daruratabn, persalinan
dan kelahiran , perawatan untuk penyakit berat dan
yang dapat ditutup jika terpaksa (misalnya tindakan
yang tidak mutlak/tidak akut 0
Membahs bagaimana pelayanan medis penying akan
dipertahankan untuk pasien pasien dengan masalah
medis kronis , misalnya pasien yang sedang menjalani
therap[I anti retrovirus jangka panjang untuk HIV/AIDS
atau dalam pengobatan TB
Mengkordinasi rencana layanan klinis dan layanan
kesehatan dengan pihak berwenang local didaerah
berbatasan untuk menghindari migrasi ke pusat
kesehatan yang dianggap me,miliki layanan yang lebih
baik
Mengkaji bagian rumah sakit yang beroperasi , dimana
permintaan mungkin meningkat secara tajam tetapi
sangat penting untuk tetap berjalan , seperti bagian
keamanan, tekhnik, pembuangan sampah, listrik, air ,
gas ,AC dan aliran udara (aliran udara sangat penting
untuk mencegah penyebaran infeksi menular melalui
udara). Tentukan area mana yang penting dalam
fasilitas pelayanan kesehatan dan bagaimana menjaga
agar tetap beroperasi

Petugas kesehatan

Hal-hal yang perlu dilakukan


Menetapkan petugas utama yang terlatih untuk
menjadi perespon pertama
Mengadakan rapat secara teratur dan mentapkam
serta melatih individu lain yang akan menggantikan
petugas utama ketika petugas tersebut sakit akibat
pandemic
Dalam hal layanan telepon, kembangkan prosedur
komunikasi berantai sehingga informasi dapat
disampaikan dari satu orang ke orang yang lain. Selain
itu , buat alur penghubung alternative untuk
menyampaikan informasi kepada petugas administrasi
dan petugas medis
Menentukan sumber yang mugkin digunakan untuk
merekrut petugas kesehatan cadangan seperti klinis
sector swasta atau yang sudah pension, relawan di
masyrakat atau organisasi masyarakat, orang-orang
yang memiliki keterampilan dan mereka yang telah
pindah kerja
Mengembangkan peran dan fungsi pelayanan
kesehatan yang mungkin cocok untuk relawan untuk
mendiskusikannya dengan organisasi dan asosiasi
profesi
Menentukan organisasi setempat (masyarakat local
atau LSM) yang mungkin dapat menyediakan relawan
dan menentukan kecocokan peran yang sesuai dengan
kompetensinya. Jalin hubungan kerja mulai sekarang
dan susun rencana
Menetapkan prosedur menerima dan melatih relawan
untuk peran pelayanan kesehatan tertentu
Memastikan tersedia pengesahan , asuransi dan ijin
sementara untuk para petugas layanan kesehatan yang
telah pension atau relawan
Mempertimbangkan penyediaan dukunagan psikologis
yang diperuntukkan bagi para petugas kesehatan
(klinis dan laboratorium) yang mungkin terpapar akibat
pekerjaannya dengan virus pandemic jalur baru

Persediaan bahan untuk pelayanan kesehatan


Hal-hal yang perlu dilakukan
Mengevaluasi system yang telah ada dalam menilai
ketersediaan bahan medis di fasilitas pelayanan
lkesehatan. Menentukan apakah system tersebut
dap[at mendeteksi pemakaian bahan termasuk APD.
Perbaiki system sesuai dengan kebutuhan untuk
merespon terhadap permintaan bahan yang akan
meningkat selama suatu pandemic penyakit menular
Mempertimbangkan untuk membuat stok bahan habis
pakai yang cukup seperti masker dan sarung tangan
untuk jangka waktu gelombang pandemic (6-8 minggu)
Menyusun strategi untuk memastikan agar pengobatan
pada pasien tidak terputus , termasuk pasien yang
tidak dapat pergi ke fasilitas penyedia obat
Menilai kebutuhan bahan medis dan pertimbangkan
pilihan untuk menyediakan stok cadangan dan
menetapkan sumber perolehannya
Menentukan perbagai antibiotic yang akan diperlukan
untuk pengobatan komplikasi penyakit menular .
kembangkan rencana untuk memproduksi atau mebeli
antibiotic ini dalam jumlah yang lebih banyak
Menentukan tingkat pelayanan apa yang akan
diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan
mengembangkan rencana untuk menyediakan
peralatan dan bahan yang nenadai sesuai dengan
tingkat pelayanan yang akan diberikan
Menyusun strategi untuk distribusi stok keperluan dan
obat-obatan
Pertimbangkan sarana radio komunikasi dua arah untuk
mengantisipasi kerusakan jalur telepon
Membuat rencana saat sumber daya primer dari
kebutuhan dasar menjadi terbatas. Jiak tidak dapat
memastikan akse terhadap persediaan nasional,
pertimbangkan pengembangan stok yang memadai di
fasilitas pelayanan dan tersedianya air minum yang
cukup untuk 8 minggu
Mem,buat stok bahan bakar untuk transportasi dan
generator di fasilitas kesehatan

Jumlah kematian yang sangat meningkat

Hal-hal yang perlu dilakukan

Menentukan kapasitas maksimal untuk penguburan


jenasah dengan menggunakan metode yang sesuai dan
dapat diterima oleh budaya/ adat istiadat setempat
Tetapkan kapasitas penyimpanan jenasah sebelum
dikubur pada kondidi darurat
Memastikan dibuat dan dijalankannya prosedur
penangan jenasah secara aman dengan tetap
menghormati keyakinan budaya dan agam setempat
Bekerjasama dengan tokoh masyarakat untuk
memastikan dukungan dan bantuan mereka dalam
scenario kasus terparah dimana kepentingan keamanan
masyarakat yang diperlukan mungkin akan mengalami
benturan dengan kebiasaan setempat

G. Penyebaran informasi dan Komunikasi di Masyarakat


Dasar pemikiran
Karena akses terhadap vaksin dan obat anti virus / obat
lainnya selama pandemic akan sangat terbatas, terutama di
Negara-negara dengan sumber daya terbatas, intervensi
nonmedis mungkin merupakan satu-satunya cara untuk
menghambat penyebaran penyakit. Informasi yang diberikan
secara transparan dan jujur perlu dijalankan bersamaan
dengan penyuluhan untuk masyarakat

Pertanyaan-pertanyan yang perlu dijawab


Apakah masyarakat umum tahu cara pencegahan dan
penyebaran penyakit ? Apakah terdapat sebuah system yang
memberikan informasi yang diperlukan ke masyarakat dalam
kasus wabah atau pandemic ? Siapa yang berada dalam
posisi paling efektif untuk mempengaruhi masyarakat?
Bagaimana menangani reaksi panic masyarakat skala besar ?

Hal- hal yang perlu dilakukan


Mulai bekerja dengan pemimpin masyarakat (tokoh
adat, agama, dan masyarakat) secara dini untuk
memastikan bahwa mereka telah menerima informasi
dengan baik mengenai masalah-masalah penting dan
siap membantu sesuai kebutuhan
Meningkatkan pengetahuan umum mengenai
kebersihan saluran nafas perorangan di masyarakat
Memperkenalkan tindakan pemeliharaan kebersihan
saluran nafas / etika batuk di tempat umum
Memastikan penyuluhan tentang pencegahan dan
penurunan resiko penularan dapat diperoleh dengan
mudah di masyarakat
Menciptakan pesan kesehatan untuk keluarga ,
pengunjung dan masyarakat serta memastikan bahwa
informasi kesehatan disebarluaskan dalam bahsa yang
digunakan di masyarakat. Jika diperlukan, buat
program untuk memberikan informasi kepada anggota
masyarakat dengan menggunakan bahasa mereka
Membudayakan hygiene perorangan khususnya
kebersihan tangan di masyarakat

BAB XII

DEFINISI KASUS PENYAKIT MENULAR

Untuk penatalaksanaan klinis dan pelaporan dalam suatu Negara


atau wilayah, definisi kasus penyakit menular dengan tingkatan
kategori kasus (suspek, probable dan confirm) harus dikembangkan
berdasarkan pada situasi epidemiologisnya. Definisi kasus dari
Negara lain dapat dijadikan panduan. Namun setiap Negara harus
melakukan adaptasi untuk menyesuaikan definisi tersebut dengan
situasi epidemiologis di negra sendiri

Lampiran ini memberi contoh definisi kasus yang harus dibuat untuk
penyakit menular yang diantisipasi dapat menjadi pandemic, seperti
pada Flu Burung . Secara umum, Negara yang memiliki prevalensi
flu burung yang tinggi (HPAI) pada polulasi hewan, harus
menggunakan kriteria kasus yang lebih sensitive untuk memutuskan
melakukan tes laboratorium dibandingkan Negara yang belumada
laporan kasus flu burung
Definisi kasus untuk influenza A/H5 di Indonesia

Kasus Flu Burung ditatapkan dalam 4 jenis :

1. Seseorang dalam penyelidikan


2. Kasus suspek
3. Kasus probable
4. Kasus konfirmasi

1. Seseorang dalam penyelidikan


Seseorang yang telah diputuskan oleh pejabat kesehatan yang
berwenang untuk dilakukan penyelidikan episemiologi terhadap
kemungkinan terinfeksi H5 N1
Contoh : antara orang sehat (tidak ada gejala klinis) tetapi kontak
erat dengan kasus (suspek, probable atau konfirmasi) atau
penduduk sehat yang tinggal di daerah terjangkit Flu Burung pada
ungags
2. Kasus Suspek Flu Burung
Seseorang yang menderita demam / suhu > 38 c disertai dengan
satu atau lebih gejala di bawah ini :
Batuk
Sakit tenggorokan
Pilek
Sesak nafas

Dan terdapat slah satu atau lebih keadaan dibawah ini :

1. Dalam 7 hari terakhir sebelum timbul gejala klinis ,


mempunyai riwayat kontak erat dengan penderita (suspek,
probable, konfirmasi) seperti merawat, berbicara atau
bersentuhan dengan pasien dengan jarak < 1 meter
2. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,
mempunyai kontak erat dengan ungags ( menyembelih,
menangani, membersihkan bulu atau memasak)
3. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,
mempunyai riwayat kontak dengan ungags, bangkai ungags,
kotoran ungags, bahan atau produk mentah lainnya di
daerah yang satu bulan terakhir telah ada kasus
4. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,
mempunyai riwayat mengkomsumsi produk ungags mentah
atau yang tidak dimasak dengan sempurna, yang berasal
dari daerah yng satu bulan terakhir telah ada kasus
5. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, kontak
erat dengan binatang selain ungags yang telah dikonfirmasi
terinfeksi H5N1 antara lain Babia tau kucing
6. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis,
memegang atau menangani sample (hewan atau manusia)
yang dicurigai mengandung H5N1
7. Ditemukan Leukopeni (jumlah leukosit / sel darah putih
dibawah nilai normal)
8. Ditemukan titer antibody terhadap H5 dengan pemeriksaaan
uji menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influenza
A tanpa subtype
9. Foto rontgen dada / thoraks menggambarkan pneumonia
yang cepat memburuk pada serial foto

3. Kasus Probable Flu Burung (H5N1)


Kriteria kasus suspek ditambah dengan satu atau lebih dari
keadaan di bawah ini :
1. Ditemukan kenaikan titer antibody terhadap H5 , minimum 4 x
dengan pemeriksaan uji H1 menggunakan eritrosit kuda atau uji
ELISA
2. Hasil laboratorium terbatas untuk influenza H5 (terdeteksinya
antibody spedifik H5 dalam specimen serum tunggal)
menggunakan uji netralisasi (dikirim ke Lab rujukan)

Atau

Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit saluran nafas


akut yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang secara
epidemiologis berkaitan dengan aspek waktu , tempat dan pajanan
terhadap suatu kasus probable atau suatu kasus H5N1 yang
terkonfirmasi

4. Kasus Fku Burung terkonfirmasi

Seseorang yang memenuhi kriteria kasus suspek atau probable

Dan disertai :

Satu dari hasil positif berikut ini yang dilaksnakan dalam suatu
laboratorium influenza nasional, regional atau internasional yang
hasil pemeriksaan H5N1 nya diterima oleh WHO sebagai konfirmasi

Isolasi virus H5N1


Hasil PCR H5N1 positif
Peningkatan > 4 x lipat titer antibody netralisasi untuk H5N1
dari specimen konvalensi dibandingkan dengan specimen
akut (diambil <7 hari setelah awitan gejala penyakit), dan
titer antibody netralisasi konvalensi harus pula > 1/80
Titer antibody mikronetralisasi H5N1 . 1/80 pada specimen
serum yang diambil pada harti ke > 14 setelah awitan (onset
penyakit) disertai hasil positif uji serologi lain , misalnya H1
sel darah merah kuda > 1/160 atau western Blot Spesifik H5
positif
BAB XIV

PENCEGAHAN, PENGENDALIANN INFEKSI DAN


PENYULUHAN BAGI KELUARGA ATAU KONTAK PASIEN
DENGAN PENYAKIT MENULAR

Selama masa penularan , anda harus menghindari kontak


dengan pasien penyakit menular. Contoh : pada flu burung :
pada orang dewasa, maka penularan adalah 7 hari setelah
berhentinya demam dan pada anak-anak 21 hari sejal
timbulnya penyakit.
Jika terpaksa mengunjungi pasien yang dicurigai atau telah
dikonfiremasi mengidap penyakit menular, anda harus
mengikuti petunjuk kewaspadaan untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi yang terdapat di rumah sakit selama
periode yang diharuskan
Anda harus menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai
dengan anjuran petugas kesehatan jika hendak kontak
langsung dengan pasien atau lingkungan pasien tersebut
Anda harus memperoleh petunjuk mengenai cara memakai APD
yang benar, terutama tentang bagaimana mengepaskan
masker pada wajah jika diperlukan
Sesuai dengan jenis penyakit menular, APD yang akan dipakai
dapat meliputi masker, gaun, sarung tangan dan pelindung
mata. Pastikan bahwa masker yang anda pakai melekat dengan
baik
Ketika meninggalkan ruangan pasien , anda harus
menanggalkan APD dan melakukan kebersihan tangan sampai
sangat bersih
Jika telah kontak dengan pasien dalam masa infeksi, anda
harus berkonsultasi dengan dokter mengenai pemberian obat
antivirus atau obat lainnya. Anda juga harus memantau
kesehatan anda selama mas inkubasi penyakit, perhatikan
misalnya peningkatan suhu badan, gejala sakit tenggorokan
dan lain-lain sesuai penyakit infeksi yang muncul
Jika penyakit semakin parah, anda harus segera mencari
pertolongan medis dan memberitahukan kepada dokter bahwa
anda telah kontak dengan pasien penyakit menular yang
sedang mewabah

INFORMASI UMUMMENGENAI PENYAKIT SALURAN PERNAFASAN

Tutup mulut dan hidung anda jika bersin atau batuk, gunakan
tissue dan buang pada tempat sampah
Selalui menjaga kebersihan tangan setelah kontak dengan
secret saluran nafas
Berhati-hati jika bersin atau batuk ketika anda bersama
dengan orang lain, terutama anak kecil. Hindari kontak
dengan orang yang rentan seperti anak kecil atau orang
menderita penyakit sampai gejala-gejala pernafasan telah
reda
Hindari kontak dengan secret penderita gangguan
pernafasan
Mintalah orang lain untuk menggunakan tissue dan menutup
mulut serta hidungnya ketika batuk atau bersin
Lakukan konsultasi medis jika penyakit bertambah parah
INFORMASI MENGENAI KONTAK DENGAN BINATANG YANG DAPAT
MENJADI SUMBER PENYAKIT MENULAR

Hindari kontak dengan binatang yang telah diketahui dapat


menjadi sumber penularan penyakit menular yang sedang
mewabah atau dimana hewan pernah memiliki penyakit ,
disembelih atau diduga menderita penyakit
Jika anda secara tidak sengaja melakukan kontak dengan
lingkungan yang telah memiliki penyakit atau binatang yang
mati, cucilah tangan dengan sabun hingga bersih dan
pantaulah kesehatan anda selama masa inkubasi. Jika anda
tiba-tiba mengalami demam tinggi (>38c) atauterdapat
tanda-tanda penyakit saluran pernafasan ataupun gejala lain
yang sesuai, berkonsultasilah dengan dokter
Jika anda telah kontak dengan binatang mati karena penyakit
atau kontak dengan kotoran binatang tersebut ,
berkonsultasilah dengan petugas kesehatan
Jika binatang anda mati, pastikan bahwa anda tahu cara
membersihkan tempat tersebut dengan aman
Pakailah APD : lindungi hidung, mulut dan mata anda dan
gunakanlah sarung tangan atau kantuing plastic pada kedua
tangan
Kuburlah binatang yang mati pada kedalaman 2,5 meter dan
jauh dari tempat persediaan air
Bersihkan daerah yang dicemari kotoran binatang, gunakan
alat pengerik, kumpulkan dan kuburlah kotoran tersebut
Bersihkan kandang atau daerah bekas kotoran binatang
dengan sabun dan air
BAB XV

MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring

Pengertian :

Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi


(berdasarkan indicator yang ditetapkan) secara sistematis dan
continue tentang kegiatan program sehingga dapat dilakukan
tindakan koreksi untuk penyempurnaan program itu
selanjutnya
Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan
pengungkapan masalah kinerja program untuk memberikan
umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja program

Pertanyaan kunci monitoring

1. Masalah masalah apa yang timbul ?


2. Apakah program berjalan sesuai jadwal ?
3. Apakah program menghasilkan Output yang direncanakan ?
4. Apakah anggarannya sesuai rencana ?
5. Apakah strateginya berjalan sesuai dengan rencana ?
6. Apakah kelompok sasaran (target group) terlibat dalam aktifitas
program ?

Tujuan Monitoring :

1. Mengkaji pakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai


dengan rencana
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung diatasi
3. Untuk mengadakan perbaikan , perubahan desain dari
pelaksanaan PPI ( bila perlu) guna perbaikan pelayanan di RS
4. Menyesuaikan program pelayanan yang dilaksanakan di lapangan
sesuai dengan temuan-temuan di lapangan
5. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh ukuran kemajuan
6. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa
menyimpang dari tujuan

Manfaat Monitoring

Bagi pihak Penanggung Jawab Program :

a. Salah satu fungsi managemen yaitu pengendalian atau supervise


b. Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja
c. Untuk meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan
d. Membantu penentuan langkah-langkah yang brkaitan dengan
kegiatan proyek selanjutnya
e. Sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi
selanjutnya

Bagi pihak Pengelola Program :

a. Membantu untuk mempersiapkan laporan dalam waktu yang


singkat
b. Mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dfan
menjaga kinerja yang sudah baik
c. Sebagai dasar (informasi) yang penting untuk melakukan evaluasi
program

Type dan jenis monitoring :

Aspek masukan (input) program antara lain mencakup : tenaga


manusia , bahan , dana , peralatan, jam kerja , data , kebijakn ,
managemen dsb. Yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan
program

Aspek proses / aktivitas yaitu aspek dari program yang


mencerminkan suatu proses kegiatan : penelitian , pelatihan

Aspek keluaran (output) yaitu aspek program yang mencakup hsil


dari proses yang terutama berkaitan dengan kuantitas (jumlah)

B. EVALUASI
Pentingnya Evaluasi :
1. Memperlihatkan keberhasilan atau kegagalan program
2. Menunjukkan dimana dan bagaimana perlu dilakukan
perubahan-perubahan
3. Menentukan bagaoimana kekuatan atau potensi dapat
ditingkatkan
4. Memberikan informasi untuk membuat perencanaan dan
pengambilan keputusan
5. Membantu untuk dapat melihat konteks dengan lebih luas serta
implikasinya terhadap kinerja pembangunan

Tujuan Evaluasi :

Untuk mendapatka informasi dan menarik pelajaran dari


pengalaman mengenai pengelolaan program, keluaran , manfaat
dan dampak dari program baru dilaksanakan, maupun yang sudah
berfungsi, sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam
rangka perencanaan , pelaksanaan , pemantauan dan
pengendalian program selanjutnya

Jenis evaluasi :

1. Evaluasi awal kegiatan , yaitu penilaian terhadap kesiapan


program atau mendeteksi kelayakan program
2. Evaluasi formatif , yaitu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah
dicapai selama proses kegiatan program dilaksanakan. Waktu
pelaksanaan derlaksanakan secara rutin (perbulan , triwulan,
semester atau tahunan) sesuai dengan kebutuhan informasi
hasil penilaian
3. Evaluasi sumatif , yaitu penilaian hasil-hasil yang telah dicapai
secara keseluruhanm dari awal kegiatan sampai akhir kegiatan.
Waktu pelaksanaan pada saat akhir program sesuai dengan
jangka waktu program dilaksanakan. Untuk program yang
memiliki jangka waktu 6 bulan, maka evaluasi sumatif
dilaksanakan menjelang akhir bulan keenam. Untuk evaluasi
yang menilai dampak program, dapat dilaksanakan setelah
proyek berakhir dan diperhitungkan dampaknya sudah terlihat
nyata

Komponen Evaluasi

a. Surveilans
b. Diklat
c. Orientasi karyawan
d. Laporan
a. Surveilans
Definisi :
Pengamatan aktif terus menerus dan sistematis terhadap
adanya dan penyebaran HAIs di suatu populasi , serta hal yang
mempengaruhi resiko terjadinya HAIs. Surveilans ini sangat
penting dalam pelaksanaan HAIs karena tanpa ada surveilans
kegiatan tidak produktif dan bisa diabaikan dan hanya
melaksanakan kegiatan PPI tanpa pemantauan
What : Jenis HAIs ISK IADP< SSI < VAP
When : Kapan terjadinya HAIs
Where : Unit / Bangsal mana?
Who : Umur, jenis kelamin dan factor resiko lain
(intrinsic /ekstrinsik)

Tujuan Surveilans :

Memperoleh gambaran epidemiologi HAIs , tindakan <


pencegahan dan pengendalian HAIs , menurunkan
morbiditas , mortilitas dan biaya
Pemantauan masalah dan pola infeksi
Kewaspadaan dini identifikasi Kejadian Luar Biasa
(outbreak)dan cara penanggulangan
Evaluasi system pengendalian
Meyakinkan petugas medis pentingnya PPI
Antisipasi tuntutan mlpraktek
Memenuhi persyaratan administrative (akredsitasi)
Mendapatkan informasi epidemiologis sebagai dasar
tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi untuk
menurunkan insidens dan resiko berorientasi tindakan

Pengumpulan data

Data yang dibutuhkan


Pembilang (numerator)
Data demografi (nama, umur, jenis kelamin, no
Register dan rekam medic , ruang perawatan,
tanggal masuk dan keluar RS)
Infeksi : gejala dan mulai terjadinya gejla , kuman
penyebab : factor resiko instrinsik dan ekdstrinsik
Penggunaan antibiotika
Diagnosis penyakit
Penyebut ( denominator) : population at risk ( populasi
beresiko)
Digunakan dlam menentukan rate dari yang
mengalami infeksi dibandingkan dengan jumlah yang
mengalami resiko yang sama. Data pendukung hanya
dikumpulkan bila ada investigasi lebih lanjut karena
adanya kenaikan prevalensi / insidens . misalnya ISK
Pembilang : Jumlah infeksi karena menggunakan exs :
cateter
Penyebut : jumlah hari pemakaian kateter pada waktu
tertentu

Pengolahan Data

Penting data yang digunakan dengan penggunaan


analisa / rumus yang benar, karena data tak tepat, info
salah , pendekatan penanggulangan salah
You cant manage what you cant measure
Harus bermanfaat
Lebih baik tidak melakukan kegiatan daripada
dilakukan dengan cara tidak terarah
Data ditabulasi (dibuat table)
Ditentukan pembilang dan penyebut
Dilakukan dalam jangka waktu tertentu
Dibandingkan dalam kurun waktu tertentu
Dilihat kecenderungan / perubahan
Perlu diperhatikan :
Insiden : Kasus baru pada kurun waktu tertentu
Prevalensi : Kasus baru dan lama pada kurun waktu
tertentu
Pasien terkena infeksi
Patient at risk ( pasien terpapar resiko) : semua pasien
dengan pemasangan alat (device related patient)
Hospital days (lama hari rawat)
Jumlah hari pemasangan alat : Ventilator , Kateter urine
< Central Venous Line
Batasamn khusus
ILO : Infeksi Luka Operasi ( bersih dan bersih
tercemar)
IADP : Infeksi aliran darah akibat pemakaian cateter
darah
ISK : Infeksi Saluran Kemih akibat pemasangan
kateter urine
VAP : Pnemonia akibat penggunaan alat bantu nafas
mekanik

1. Cara Perhitungan Insidens Infeksi saluran Kemih


Populasi : Semua pasien yang terpasang kateter urine
Numerator : Jumlah kasus ISK pada periode tertentu
Denominator : Jumlah hari pemakaian kateter urine
Rate infeksi : Numerator x 1000 %
Denominator
Rate Infeksi : Jumlah kasus Infeksi_______ x 1000
%
Jumlah hari pemakaian alat
2. Cara penghitungan Infeksi Aliran Darah Primer
Rate infeksi : Jumlah kasus IADP______ x
1000%
Jumlah hari pemakaian alat
3. Diagnosis dn cara penghitungan infeksi Luka operasi
Rate Infeksi : Jumlah kasus ILO_______- x 1000%
Jumlah hari pemakaian alat

b. Diklat
1. Masuka / input : visi d

S-ar putea să vă placă și

  • Askep Febris
    Askep Febris
    Document31 pagini
    Askep Febris
    Irreni DiNi Yunita
    80% (5)
  • Askep DHF Pengkajian Pa Anak
    Askep DHF Pengkajian Pa Anak
    Document43 pagini
    Askep DHF Pengkajian Pa Anak
    Irreni DiNi Yunita
    100% (1)
  • Fibris Ghethoe
    Fibris Ghethoe
    Document16 pagini
    Fibris Ghethoe
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Logo Akper Fibris
    Logo Akper Fibris
    Document1 pagină
    Logo Akper Fibris
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • S.O.A.P Fibris
    S.O.A.P Fibris
    Document2 pagini
    S.O.A.P Fibris
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep
    Askep
    Document1 pagină
    Askep
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Pangkajian Gordon Fibris
    Pangkajian Gordon Fibris
    Document13 pagini
    Pangkajian Gordon Fibris
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Fibris Ghethoe
    Fibris Ghethoe
    Document16 pagini
    Fibris Ghethoe
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Document7 pagini
    Bab Iv
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep Septum Deviasi
    Askep Septum Deviasi
    Document29 pagini
    Askep Septum Deviasi
    Irreni DiNi Yunita
    100% (2)
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Document7 pagini
    Bab Iv
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Dokumentasi Keperawatan Di Medikal Bedah
    Dokumentasi Keperawatan Di Medikal Bedah
    Document4 pagini
    Dokumentasi Keperawatan Di Medikal Bedah
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep
    Askep
    Document1 pagină
    Askep
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep Dengue Syock Syndrome
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Document94 pagini
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • As Kep Hiperparatyroid
    As Kep Hiperparatyroid
    Document14 pagini
    As Kep Hiperparatyroid
    Seftiana Wahyuni
    Încă nu există evaluări
  • Communitio Cerebry
    Communitio Cerebry
    Document7 pagini
    Communitio Cerebry
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep Urolitiasis
    Askep Urolitiasis
    Document36 pagini
    Askep Urolitiasis
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Analisa Data Leny
    Analisa Data Leny
    Document12 pagini
    Analisa Data Leny
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep Dengue Syock Syndrome
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Document94 pagini
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep V3
    Askep V3
    Document12 pagini
    Askep V3
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Askep Dengue Syock Syndrome
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Document94 pagini
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Communitio Cerebry
    Communitio Cerebry
    Document7 pagini
    Communitio Cerebry
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Ca Paru
    Ca Paru
    Document16 pagini
    Ca Paru
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Analisa Data Leny
    Analisa Data Leny
    Document12 pagini
    Analisa Data Leny
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Asma Bronkial
    Asma Bronkial
    Document6 pagini
    Asma Bronkial
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Disritmia
    Disritmia
    Document2 pagini
    Disritmia
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Dislokasi
    Dislokasi
    Document14 pagini
    Dislokasi
    Irreni DiNi Yunita
    100% (1)
  • Askep Dengue Syock Syndrome
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Document94 pagini
    Askep Dengue Syock Syndrome
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • DMDELORI1
    DMDELORI1
    Document67 pagini
    DMDELORI1
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări
  • Disritmia
    Disritmia
    Document2 pagini
    Disritmia
    Irreni DiNi Yunita
    Încă nu există evaluări