Sunteți pe pagina 1din 21

TELAAH SISTEM PENILAIAN KINERJA

SIMKPNAS DI PLN
Studi pada Pegawai PT PLN (Persero)
Area Semarang

Esti Yuniar
The purpose of this research is to analyze and assess the suitability
of the implementation of SIMKPNAS performance appraisal at PT. PLN
(Persero) Area Semarang. From this research is expected that employees
can deliver the perceived shortcomings of the existing performance
assessment today and deliver the desired performance appraisal system.
Another goal is that management can obtain information about the
weaknesses of the existing and get recommendations for improvement in the
implementation of performance appraisal.
The participants of this research consisted of 11 employees of PT.
PLN (Persero) Semarang area, which consists of 6 officers structural and 5
functional staff in the area office and in the rayon office. The eleven
participants representing all structural and staff positions in the PT. PLN
(Persero) Area Semarang. This research method is qualitative using the
triangulation technique and member check as the analysis tools.
The result of the analysis showed that nearly all employees of PT.
PLN (Persero) Area Semarang understand the meaning and the stages of
SIMKPNAS. In terms of the implementation, the information presentation
about SIMKPNAS is clear enough, but the communication between
superiors and staff are still lacking. Some functions in SIMKPNAS also not
effective, including the function of submitting evidence and the PDP entry
function. Peer assessment based on the quota value from the
Organizational Performance Value indicates that most of the employees
have not been satisfied and felt SIMKPNAS performance appraisal is not
optimal. It is expected that any structural officials can understand
completely what is done by his subordinates in order to assess with more
specific so not much value adjustments is neededn.

Key Words : Performance Appraisal, Employee Performance

I. PENDAHULUAN kompleks dan kontroversial


(Roberts, 2003, hal.89). Apabila
Penilaian kinerja merupakan digunakan dengan baik, penilaian
salah satu teknik dalam sumber kinerja dapat memungkinkan
daya manusia yang paling manajer untuk mengerahkan energi
dari orang-orang untuk mencapai diperlukan dan bagaimana cara
tujuan strategis. Penilaian kinerja pelaksanaannya. Pada penelitian
dapat memfokuskan perhatian yang dilakukan oleh Dick Grote
setiap orang pada misi, visi dan (2002) disebutkan bahwa sistem
nilai dan menjawab beberapa penilaian kinerja yang bagus
pertanyaan seperti Bagaimana memiliki 4 fase yaitu performance
kerja saya selama ini?, Apakah planning (perencanaan kinerja),
saya memenuhi ekspektasi?, dan performance execution (eksekusi
Apakah masa depan saya cerah?. kinerja), performance assessment
Akan tetapi yang sering terjadi (penilaian kinerja), dan
adalah penilaian kinerja performance review (tinjauan
dilaksanakan dengan buruk. Hal ini kinerja).
disebabkan karena formnya tidak Mayoritas perusahaan besar
memadai dan desain sistemnya termasuk badan usaha milik
buruk (Dick Grote, 2002). Negara (BUMN) telah memiliki
Dalam sebuah survey pada sistem penilaian kinerja yang
200 perusahaan besar di Amerika dirancang sesuai teori-teori
Utara didapatkan bahwa lebih dari tersebut. Salah satunya adalah PT.
70% pegawai merasa bingung PLN (Persero) Area Semarang.
dengan umpan balik penilaian Pada PT. PLN (Persero) Area
kinerja yang mereka terima. Pada Semarang penilaian kinerja
survey lain didapatkan bahwa karyawan dilakukan setiap akhir
kurang dari dari 10% dari sistem semester. Dahulu sistem penilaian
penilaian kinerja yang secara kinerja di PT. PLN (Persero) Area
beralasan dapat dikatakan sukses. Semarang dinamakan SMUK
Ada dua penyebab mendasar pada (Sistem Manajemen Unjuk Kerja).
masalah penilaian kinerja ini yaitu : Pada pertengahan tahun 2012,
(1) cara form dan aturan penilaian sistem ini diubah menjadi SIMKP
didesain, (2) kurangnya pelatihan (Sistem Manajemen Kinerja
yang memadai bagi para manajer Pegawai). Secara garis besar
mengenai bagaimana menilai dan sistemnya tidak terlalu berbeda
membahas kinerja konstruktif hanya saja ada beberapa fitur dari
(Goodale, 1992, hal.65). SMUK yang dihilangkan pada
Setiap perusahaan tentu SIMKP. Perubahan ini dilakukan
berusaha membuat sebuah sistem tentu untuk memperbaiki
penilaian kinerja yang bagus agar kekurangan pada sistem yang
dapat menggambarkan kinerja para lama. Pada akhir tahun 2012, tim
pegawai nya dengan baik. Sistem OPI (Operational Performance
penilaian kinerja yang ideal adalah Improvement) PT. PLN (Persero)
sebuah konsep atau format, bukan Area Semarang menyebarkan
sebuah form/blangko yang spesifik Employee Mindset Index (EMI)
(Kondrasuk, 2012). Karena itu Survey kepada pegawai dan
perusahaan perlu membuat konsep didapatkan bahwa hanya 42 %
yang matang tentang sistem Partisipan menyatakan bahwa
penilaian kinerja yang akan dipakai. Penilaian Kinerja (SMUK/SIMKP
Tahapan-tahapan apa saja yang bagi pegawai) saat ini telah
mencerminkan kinerja iandividu sudah memahami SIMKPNAS
yang sesungguhnya. Hal ini dengan baik atau belum.
menunjukkan bahwa masih ada Pemahaman ini baik mengenai
57% karyawan yang merasa sistem pengertian dari SIMKPNAS
penilaian belum terlaksana sesuai sendiri dan tiap tahapan yang ada
yang diharapkan. dalam SIMKPNAS. Yang kedua
Sebenarnya apakah yang yaitu mengenai implementasi
membuat sistem penilaian kinerja SIMKPNAS sendiri apakah sudah
pada PLN Area Semarang sesuai atau belum. Dan yang
dianggap belum sesuai dan apakah terakhir adalah apakah ada
sistem penilaian yang sekarang kelemahan-kelemahan dari
sudah dilaksanakan dengan baik pelaksanaan SIMKPNAS sendiri.
sesuai dengan teori cara Dari pemasalahan tersebut,
pelaksanaan penilaian kinerja atau pertanyaan penelitian yang dapat
belum. Pada penelitian ini, peneliti dirumuskan antara lain yaitu:
akan mencoba menggali 1. Bagaimana pemahaman
bagaimanakah pandangan para karyawan PT. PLN (Persero)
karyawan PT. PLN (Persero) Area Area Semarang terhadap
Semarang terhadap sistem SIMKPNAS?
penilaian kinerja yang ada. Apakah 2. Bagaimanakah implementasi
kekurangan dan kelebihannya, dan SIMKPNAS di PT. PLN
bagaimana sesungguhnya (Persero) Area Semarang jika
pelaksanaannya di lapangan. ditinjau dari teori dan
Peneliti juga akan menganalisa prakteknya?
apakah sistem penilaian kinerja 3. Apa sajakah kelemahan dari
yang ada sudah dilaksanakan pelaksanaan SIMKPNAS di
sesuai teori-teori penilaian kinerja PT. PLN (Persero) Area
atau tidak sehingga dapat Semarang?
memberikan saran perbaikan
terhadap pelaksanaan penilaian II. TINJAUAN PUSTAKA
kinerja di PT. PLN (Persero) Area 2.1 Landasan Teori
Semarang. 2.1.1. Pengertian
Permasalahan yang dapat Penilaian Kinerja
dirumuskan pada penelitian ini Suatu sistem formal dan
adalah masih banyak karyawan terstruktur yang mengukur,
yang merasa bahwa sistem menilai, dan mempengaruhi sifat-
penilaian kinerja yang ada di PT. sifat yang berkaitan dengan
PLN (Persero) Area Semarang pekerjaan, perilaku, dan hasil,
belum mencerminkan kinerja termasuk tingkat ketidakhadiran.
individu yang sesungguhnya. Ada Fokusnya adalah untuk
beberapa hal yang dapat membuat mengetahui seberapa produktif
penilaian kinerja SIMKPNAS seorang karyawan dan apakah ia
belum mencerminkan kinerja bisa berkinerja sama atau lebih
individu yang sesungguhnya. Yang efektif pada masa yang akan
pertama adalah apakah karyawan datang, sehingga karyawan,
PT. PLN (Persero) Area Semarang organisasi, dan masyarakat
semuanya memperoleh manfaat tersebut untuk menghilangkan
(Schuler & Jackson, 1996, hal.3). kemerosotan kinerja atau terus
Kriteria yang dipilih oleh berkinerja lebih tinggi lagi
manajemen dalam penilaian (Dessler, 2013, hal.321).
kinerja akan memberikan pengaruh Pendapat yang tidak jauh
besar terhadap apa yang akan berbeda mengatakan bahwa
dilakukan oleh karyawan. Ada tiga penilaian prestasi kerja adalah
kriteria yang paling populer dalam proses melalui mana organisasi-
melakukan penilaian kinerja organisasi mengevaluasi atau
individu (Robbins, 2008, hal.313). menilai prestasi kerja karyawan.
Yang pertama yaitu hasil tugas Kegiatan ini dapat memperbaiki
individu, yaitu berupa hasil tugas keputusan-keputusan personalia
seperti banyaknya unit yang dan memberikan umpan balik
diproduksi, pendapatan yang kepada karyawan tentang
dihasilkan, efisien biaya yang pelaksanaan kerja mereka
dihasilkan, dsb. Kriteria yang (Handoko, 2000, hal.135).
kedua yaitu perilaku individu, 2.1.2. Tujuan Penilaian
dikarenakan menilai hasil tugas Kinerja
individu pada individu yang Tujuan dilakukannya
bekerja dalam kelompok tidaklah penilaian kinerja secara umum
mudah maka manajemen sering adalah untuk memberikan
menilai berdasarkan perilaku feedback kepada pegawai dalam
individu. Perilaku yang dinilai upaya memperbaiki tampilan
contohnya adalah kepemimpinan, kerjanya dan upaya meningkatkan
kerja sama dengan individu lain, produktivitas organisasi dan secara
kemauan bekerja pada tugas khusus dilakukan dalam kaitannya
tambahan, dsb. Kriteria ketiga dengan berbagai kebijaksanaan
yaitu sifat/ciri individu yang terhadap pegawai seperti untuk
merupakan kriteria yang paling tujuan promosi, kenaikan gaji,
lemah. Sifat-sifat yang dinilai pendidikan dan latihan dan lain-
diantaranya yaitu memiliki sikap lain.
yang baik, kepercayaan diri, Penilaian kinerja digunakan
banyak pengalaman, dsb. Hal ini untuk berbagai tujuan dalam
mungkin tidak berkorelasi dengan organisasi. Setiap organisasi bisa
hasil tugasnya, tetapi kenyataannya menekankan pada tujuan yang
organisasi masih menggunakan ciri berbeda-beda bahkan dengan
individu tersebut untuk menilai sistem penilaian yang sama. Secara
kinerja. umum penilaian kinerja banyak
Penilaian kinerja bisa digunakan untuk meningkatkan
didefinisikan sebagai prosedur kinerja, menetapkan tujuan
yang meliputi penetapan standar organisasi, mengidentifikasi
kerja, penilaian kinerja aktual pelatihan dan tujuan
karyawan dalam hubungan dengan pengembangan, kriteria studi
standar-standar ini, dan pemberian validasi, perencanaan sumber daya
umpan balik kepada karyawan manusia, dan menekankan kembali
dengan tujuan memotivasi orang
struktur kekuasaan (Veithzal, 2005, pula dalam penilaian. Penilaian
hal.50). kinerja yang berjalan dengan baik
Evaluasi kinerja atau pun dapat meningkatkan kepuasan
penilaian kinerja perlu dilakukan kerja karyawan. Dengan adanya
karena penilaian kinerja dapat penilaian kinerja karyawan juga
memberikan informasi kepada mendapat kejelasan mengenai
manajemen mengenai dapat standar hasil yang diharapkan.
dilakukannya promosi dan Karyawan juga dapat mengetahuo
kenaikan gaji kepada seorang kekuatan dan kelemahan dirinya
karyawan atau tidak. Selain itu dari hasil penilaian kinerja
penilaian memberi peluang bagi sehingga dapat mengembangkan
manajer dan karyawan untuk perencanaan penigkatan kinerja
meninjau hubungan kerja dengan dengan membangun kekuatan dan
bawahannya. Penilaian kinerja mengurangi kelemahan tersebut.
memungkinkan tergalinya Adanya penilaian kinerja ini juga
kekurangan-kekurangan yang ada dapat memberi kesempatan kepada
dalam kinerja, dan dari sini atasan karyawan untuk berkomunikasi ke
dan bawahan dapat bersama-sama atas, mendiskusikan permasalahan
membuat rencana untuk pekerjaan, sehingga hubungan
memperbaiki kekurangan- harmonis dan aktif dapat terjalin
kekurangan tersebut. Secara jangka atasan.
panjang penilaian juga memberi 2. Manfaat bagi penilai
peluang yang baik untuk meninjau Manfaat penilaian kinerja
rencana karier karyawan. bagi penilai salah satunya adalah
2.1.3. Manfaat Penilaian dapat menjadi kesempatan untuk
Kinerja mengukur dan mengidentifikasikan
Manfaat penilaian kinerja kecenderungan kinerja karyawan
dibedakan menjadi tiga untuk perbaikan manajemen
berdasarkan pihak yang selanjutnya. Adanya penilaian
berkepentingan yaitu manfaat bagi kinerja juga dapat menjelaskan
karyawan yang dinilai, manfat bagi tujuan dan prioritas penilai dengan
penilai, dan manfaat bagi memberikan pandangan yang lebih
perusahaan. Berikut beberapa baik terhadap bagaimana mereka
manfaat penilaian kinerja untuk dapat memberikan kontribusi yang
masing-masing pihak (Veithzal, lebih besar kepada perusahaan.
2005, hal.55): Selain itu penilaian kinerja juga
1. Manfaat bagi karyawan yang dapat dijadikan media untuk
dinilai mengurangi kesenjangan antara
Bagi karyawan ada banyak sasaran individu dengan sasaran
manfaat yang dapat diperoleh dari kelompok.
adanya penilaian kinerja. Manfaat Pelaksanaan penilaian
pertama yaitu dapat meningkatkan kinerja juga merupakan
motivasi karyawan, hal ini karena kesempatan bagi manajer untuk
karyawan merasa apabila kinerja menjelaskan apa yang sebenarnya
sehari-harinya baik tentu nanti diinginkan perusahaan kepada para
akan mendapatkan hasil yang baik karyawan sehingga karyawan
dapat mengukur dirinya dan 2.1.4. Metode Penilaian Kinerja
menempatkan dirinya sesuai Metode penilaian kinerja
harapan manajer. Selain itu juga dikategorikan ke dalam empat
merupakan kesempatan bagi kelompok yaitu (Dessler, 2013,
manajer agar dapat menlai kembali hal.219) :
apa yang telah dilakukan sehinga 1. Metode Skala Peringkat
ada kemungkinan merevisi target Grafis (Graphic Rating
atau menyusun prioritas baru. Scale Method)
Manfaat lain yang tidak kalah Pada penilaian
penting adalah hasil penilaian kinerja metode skala
kinerja dapat digunakan untuk peringkat grafis, akan ada
mengidentifikasi kesempatan daftar item indikator
untuk rotasi atau perubahan tugas kinerja yang dilengkapi
karyawan; dengan jangkauan nilai
3. Manfaat bagi perusahaan kinerja dari setiap item
Bagi perusahaan, penilaian tersebut. Item kinerja
kinerja dapat dijadikan kesempatan contohnya seperti
untuk melakukan perbaikan kedisiplinan, dapat
seluruh simpul unit-unit yang ada dipercaya, dan sebagainya.
dalam perusahaan. Perusahaan Setiap item tersebut diberi
juga dapat meningkatkan jangkauan nilai seperti
pandangan secara luas menyangkut mulai dari tidak
tugas yang dilakukan oleh masing- memuaskan sampai luar
masing karyawan. Pelaksanaan biasa. Atasan akan menilai
penilaian kinerja yang baik juga bawahan dengan memilih
dapat meningkatkan kualitas jangkaun nilai untuk tiap
komunikasi, terutama antara atasan item kinerja dari setiap
dengan bawahan. karyawan, biasanya dengan
Penilaian kinerja juga cara melingkari atau
berfungsi sebagai sarana menandai jangkauan
penyampaian pesan bahwa kinerja yang dirasa paling
karyawan itu dihargai oleh menggambarkan karyawan
perusahaan. Hal ini dapat yang dinilia. Setiap
dilakukan dengan pemberian jangkauan nilai ini
reward sesuai hasil penilaian memiliki bobot nilai yang
kinerja karyawan. Hal ini tentunya kemudian akan
juga dapat meningkatkan motivasi dijumlahkan untuk
karyawan secara keseluruhan. mendapatkan nilai kinerja
Selain itu dengan adanya penilaian karyawan.
kinerja, karyawan potensial lebih 2. Metode Peringkat Alternasi
mudah terlihat dan diidentifikasi. (Alternation Ranking
Jika penilaian kinerja telah Method)
terstruktur dengan baik, penilaian Pada metode
kinerja akan menjadi salah satu peringkat alternasi atasan
sarana yang paling utama dalam akan membuat peringkat
meningkatkan kinerja perusahaan. karyawannya dari yang
terbaik sampai terburuk dengan metode apapun
dengan berdasar ciri dengan membutuhkan
tertentu. Metode ini perbandingan diantara
termasuk yang paling orang-orang dalam
populer karena biasanya kelompok kerja yang
akan lebih mudah untuk dinilai. Nilai organisasi
membedakan antara akan menentukan bentuk
karyawan terburuk dan kurva kategori nilai,
terbaik. Pada suatu kemudian atasan akan
karakteristik yang diukur, menempatkan karyawan
atasan akan memilih pada kelompok-kelompok
karyawan yang terbaik dan nilai sesuai dengan jumlah
terburuk. Kemudian atasan kuota pada kurva. Misalkan
akan meneruskan memilih ada 20% karyawan yang
yang terbaik dan terburuk akan masuk dalam nilai
dari sisa karyawan yang teratas, 70% pada nilai
ada, begitu seterusnya tengah, dan 10% pada nilai
sampai semua karyawan bawah.
sudah diberi peringkat. 5. Metode Kejadian Kritis
3. Metode Perbandingan (Critical Incident Method)
Berpasangan (Paired Pada metode kejadian
Comparison Method) kritis atasan akan membuat
Pada metode catatan tentan contoh-
berpasangan atasan contoh hal baik yang tidak
membuat diagram dari umum atau hal buruk yang
semua pasangan karyawan tidak dikehendaki atas
yang mungkin untuk setiap perilaku karyawan yang
ciri. Dari setiap pasangan berhubungan dengan
tersebut kemudian dipilih pekerjaan. Kemudian pada
karyawan mana yang yang saat penilaian, atasan akan
lebih baik dibanding meninjau kembali catatan
pasangannya dan diberi tersebut dan mendiskusikan
nilai +. Untuk setiap dengan karyawan mengenai
karyawan kemudian kinerjanya berdasarkan
dijumlahkan nilai + yang contoh-contoh perilaku
diperoleh pada setiap ciri. pada catatan.
Dari perolehan jumlah + 6. Skala Peringkat Standar
inilah karyawan akan Perilaku (Behaviorally
dirankingkan. Anchored Rating Scales)
4. Metode Distribusi Paksa Metode skala
(Forced Distribution peringkat standar perilaku
Method) merupakan metode
Distribusi paksa penilaian yang
adalah teknik untuk menggunakan kombinasi
mendistribusikan penilaian antara metode narasi
yang dapat dihasilkan kejadian penting dan
penialaian kuantitatif tujuan departemen,
dengan patokan skala mendefinisikan hasil yang
kuantitatif dan contoh diharapkan, meninjau
naratif dari kinerja baik dan kinerja, dan memberikan
buruk. Beberapa umpan balik.
keuntungan dari metode ini Beberapa kelemahan dari
yaitu ukuran yang lebih metode MBO yaitu
akurat, standar yang lebih terkadang ditemui
jelas, umpan balik yang penetapan sasaran yang
lebih baik, dimensi tidak jelas, misalkan akan
independen (dimensi merencanakan program
kinerja tidak terikat satu pelatihan yang lebih baik.
sama lain), dan evaluasi Standar lebih baik di sini
berdasarkan BARS tidak jelas. Kelemahan lain
konsisten dan dapat yaitu metode MBO
dipercaya secara relatif. memakan waktu yang tidak
7. Appraisal Forms in Practice sedikit karena harus
Pada prakteknya pada menetapkan sasaran,
perusahaan sering mengukur kemajuan, dan
menggunakan penilaian memberikan umpan balik
kinerja yang merupakan untuk setiap karyawan.
bauran dari beberapa 9. Penilaian Kinerja
metode penilaian kinerja. Terkomputerisasi dan
Hal ini dilakukan untuk Berbasis Web
menyesuaikan dengan (Computerized and Web-
kebutuhan dan keinginan Based Performance
manajemen. Appraisals)
8. Manajemen Tujuan (The Penilaian kinerja
Management by Objectives terkomputerisasi dan
Method) berbasis web kini banyak
Pada metode digunakan di perusahaan-
manajemen tujuan para perusahaan besar. Program
manajer menetapkan software yang digunakan
tujuan-tujuan terukur yang pun selain dibangun oleh
spesifik untuk setiap perusahaannya sendiri, kini
karyawan. Kemudian banyak tersedia di pasaran
secara periodik tujuan- yang dapat dibeli oleh
tujuan tersebut akan perusahaan. Software
ditinjau kembali penilaian kinerja biasanya
kemajuannya. Ada enam memungkinkan manajer
langkah yang perlu untuk menyimpan catatan
dilakukan pada metode bawahan selama periode
MBO ini, yaitu menetapkan penilaian kemudian secara
tujuan organisasi, elektronik memberikan
menetapkan tujuan peringkat para karyawan
departemen, membahas
untuk serangkaian ciri penyelia mungkin akan
kinerja. mendefinisikan kinerja baik,
10. Pemantauan Kinerja kinerja menengah secara
Elektronik (Electronic berbeda. Hal ini dapat
Performance Monitoring) dihindari dengan memberika
Sistem pemantauan frase deskriptif untuk
kinerja secara elektronik mendefinisikan setiap ciri
menggunakan teknologi sehingga masing-masing
jaringan komputer untuk penyelia dapat memiliki
mengijinkan manajer pengukuran yang rata-rata
mengakses komputer dan sama.
telepon para karyawannya. b) Efek Halo (Halo Effect)
Para manajer memantau Efek halo (halo effect) terjadi
rasio, akurasi, penggunaan ketika seseorang menilai
waktu bekerja para tinggi seorang karyawan pada
karyawan secara online. semua kriteria pekerjaan
Metode EPM ini dinilai karena kinerjanya dalam satu
dapat meningkatman kriteria, sering juga disebut
kinerja untuk pekerjaan sebagai pengaruh dari kesan
tertentu, terutama untuk umum penilai atas peringkat
pekerjaan rutin, tidak sifat khusus dari orang yang
terlalu kompleks seperti dinilai. Sebagai contoh:
entri data. Pekerjana entri supervisor yang memberi
data ini akan lebih tinggi penilaian tinggi pada semua
performanya apabila area pekerjaan seseorang
pekerjaan mereka dipantau dikarenakan angka
secara online dibanding ketidakhadirannya yang
yang tidak dipantau. Akan rendah. Manajer mungkin
tetapi kelemahan dari tidak benar-benar berpikir
metode ini adalah dapat mengenai karakteristik
membuat tingkat stress karyawan yang lain secara
karyawan menjadi tinggi. terpisah, dan dengan demikian
2.1.5. Kesalahan Dalam menghasilkan efek halo. Efek
Penilaian Kinerja kerucut adalah kebalikannya,
Menurut (Dessler, 2013, dimana satu karakteristik
hal.228) terdapat banyak dapat menyebabkan penilaian
kemungkinan sumber-sumber rendah secara keseluruhan.
kesalahan dalam proses penilaian c) Kecenderungan Terpusat
kinerja, beberapa di antaranya (Central Tendency)
adalah sebagai berikut : Kesalahan tedensi sentral
a) Standar yang Tidak Jelas (central tendency error), yaitu
(Unclear Standards) para penilai menilai semua
Standar yang tidak jelas dapat karyawan dalam jarak yang
timbul dikarenakan perbedaan sempit (misalnya: semua
dalam mengukur tingkatan orang dinilai rata-rata), di
penilaian. Misalnya beda mana bahkan orang-orang
yang berkinerja buruk mempengaruhi promosi,
menerima penilaian rata-rata. kesempatan pelatihan, dan
Metode yang dapat digunakan sebagainya. Hal itu
untuk menghindari kesalahan menyebabkan seseorang bisa
ini yaitu metode peringkat saja kehilangan kesempatan
karena pada metode peringkat untuk mendapat promosi
penilai tidak dapat karena penilaian dari
memberikan nilai rata-rata atasannya, bahkan dapat juga
pada semua karyawan. kehilangan pekerjaanya. Inilah
d) Longgar atau Ketat (Leniency yang membuat penilaian
or Strictness) kinerja erat kaitannya dengan
Kesalahan kelunakan permasalahan hukum.
(Leniency error) yaitu ketika 2.1.6. Peningkatan Penilaian
penilaian semua karyawan Kinerja
jatuh pada ujung tinggi dari Dalam penelitian yang
skala. Sedangkan kesalahan dilakukan oleh (Goodale, 1992,
kekakuan (strictness error) hal.66) didapatkan bahwa ada
terjadi ketika seorang manajer tujuh pedoman dalam
dalam menilai karyawan meningkatkan proses penilaian
menggunakan hanya bagian kinerja. Pedoman yang pertama
rendah dari skala yaitu pada proses pembuatan
e) Bias (Bias) desain sistem penilaian kinerja.
Dalam penilaian kinerja sering Agar dapat mendapatkan sistem
terjadi bias karena penilaian kinerja yang baik,
karakteristik pribadi orang manajer dan karyawan harus
yang dinilai seperti umur, ras, dilibatkan dalam proses
dan jenis kelamin. pendesainan ini. Hal ini agar
Karakteristik ini dapat nantinya proses penilaian dapat
mempengaruhi peringkat berjalan sesuai harapan baik
mereka bahkan kadang cukup manajemen maupun karyawan.
jauh dari kinerja Kemudian pada proses
sesungguhnya. Hal ini perlu pendesaianan, manajemen harus
diperhatikan oleh para penilai membuat tujuan-tujuan yang jelas
karena terkadang penilaian pada penilaian kinerja dan
sering lebih banyak menempatkan titik berat yang tepat
mengatakan tentang penilai pada masing-masing tujuan.
daripada tentang mereka yang Kemudian pada proses pemberian
dinilai. umpan balik, umpan balik harus
f) Permasalahan Hukum di difokuskan pada hasil dan kinerja
Penilaian Kinerja (Legal yang dapat diobservasi dan
Issues in Performance berkaitan dengan pekerjaan.
Appraisal) Sebaiknya menghindari pemberian
Penilaian kinerja memiliki timbal balik yang bersifat personal.
kedudukan yang cukup Kemudian ada beberapa
berpengaruh dalam pedoman yang perlu diperhatikan
perusahaan karena dapat oleh karyawan terutama yang
berperan sebagai penilai. yang dijadikan usulan sasaran kinerja.
pertama adalah dengarkan dahulu Jika ada pekerjaan yang tidak ada
dan berbicara kemudian. dalam pilihan KPI, pegawai dapat
Kemudian penilai juga harus menambahkan sebagai rutin/uraian
mendahulukan berpositif daripada jabatan. Pegawai kemudian
bernegatif, dan penyelidikan mengisi target untuk masing-
dahulu sebelum penentuan. masing sasaran kinerja yang telah
Sehingga apabila penilai menerima diambil.
informasi mengenai bawahannya, c) Evaluasi dan Approval
penilai sebaiknya melakukan Sasaran Kinerja
penyelidikan dahulu mengenai Setelah periode pengisian
kebenaran informasi baru sasaran kinerja selesai, atasan
melakukan penentuan dalam langsung melakukan evaluasi
penilaian. terhadap usulan sasaran kinerja
yang telah dibuat oleh
2.1. SIMKPNAS bawahannya. Atasan langsung
SIMKPNAS merupakan dapat merevisi apabila diperlukan.
sistem penilaian kinerja yang Jika sudah sesuai atasan akan
diterapkan pada PT. PLN (Persero) melakukan approval terhadap
sejak pertengahan tahun 2012. usulan sasaran kinerja dari
Sistem ini merupakan aplikasi karyawan.
berbasis web, seluruh proses d) Pengisian Pencapaian Sasaran
penilaian mulai dari pemilihan KPI Kinerja
(Key Performance Indicators) Pada tiap akhir semester
sampai penilaian oleh atasan pegawai akan mengisikan hasil
dilakukan menggunakan aplikasi pencapaian sasaran kinerja dari
tersebut. Ada beberapa tahapan perencanaan yang dulu sudah
dalam SIMKPNAS yaitu dibuat. Pada pengisian ini pegawai
a) Inisiasi KPI Bawahan harus melampirkan bukti-bukti
Pada setiap awal tahun berupa laporan yang diunggah ke
akan dilakukan KPI cascading dari SIMKPNAS.
kantor pusat hingga ke unit-unit. e) Entri PDP (Program
Setiap pegawai yang menjadi Pengembangan Diri) Lain
atasan harus melakukan insiasi Selain dari pencapaian
KPI terhadap masing-masing sasaran kinerja, pegawai juga
bawahannya. Atasan memilih KPI dapat memperoleh tambahan nilai
yang akan diberikan kepada dari program pengembangan diri
masing-masing bawahan untuk seperti diklat, keikutsertaan dalam
nantinya dapat dipilih oleh tim-tim penugasan khusus, dsb.
bawahan. Untuk diklat akan otomatis diisi
b) Pengisian Usulan Sasaran dari pusdiklat sedangkan untuk
Kinerja keikutsertaan tim diisi oleh
Pegawai yang telah pegawai dengan melampirkan SK
mendapat inisiasi KPI dari penugasan.
atasannya kemudian memilih KPI f) Evaluasi, Validasi dan
mana saja yang akan diambil untuk Approval atas Pencapaian
Sasaran Kinerja kompetensi individu pegawai
Setelah pegawai mengisi bawahannya. Penilaian komptensi
pencapaian sasaran kinerja, atasan ini berupa kuesioner yang harus
langsung akan mengevaluasi diisi oleh atasan langsung melalui
pencapaian tersebut dan SIMKPNAS.
memberikan approval sesuai
dengan hasil kinerja yang telah
dicapai. 2.1. Kerangka Pemikiran
g) Pengukuran Kompetensi Kerangka pemikiran yang
Individu Pegawai dikembangkan dalam penelitian ini
Selain pencapaian sasaran adalah sebagai berikut :
kinerja, atasan juga akan menilai

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Penilaian Kinerja
PT. PLN (Persero) Area Semarang

Pelaksanaan Penilaian Kinerja


SIMKPNAS

Bagaimana pemahaman 2. Bagaimanakah implementasi 3. Apa sajakah kelemahan


karyawan PT. PLN (Persero) SIMKPNAS di PT. PLN (Persero) dari pelaksanaan
Area Semarang terhadap Area Semarang jika ditinjau dari SIMKPNAS di PT. PLN
SIMKPNAS? teori dan prakteknya? (Persero) Area Semarang?

Wawancara

Analisa Data & Validasi

Deskripsi & Hasil Penelitian Teori yang relevan

Kesimpulan & Saran

III. METODE PENELITIAN penelitian kualitatif. Pada penelitian


Metode yang digunakan ini ada dua jenis partisipan yang
dalam penelitian ini adalah metode akan diteliti, yaitu partisipan yang
merupakan staf sebagai sudut Teknik pengumpulan data
pandang bawahan yang dinilai dan dalam penelitian ini yaitu
partisipan yang menduduki jabatan wawancara, pengamatan, dan studi
struktural sebagai sudut pandang pustaka. Alat analisis yang
penilai (atasan) sekaligus sudut digunakan untuk mengecek
pandang bawahan. Metode keabsahan data dalam penelitian ini
penentuan subjek penelitian yang ialah teknik triangulasi dan member
dipakai dalam penelitian ini adalah check.
teknik purposive sampling (subjek
sesuai tujuan) yaitu peneliti memilih IV. HASIL PENELITIAN DAN
orang yang akan dijadikan PEMBAHASAN
partisipan dengan meilhat pada
kesesuaian, pengetahuan dan 4.1. Pemahaman Karyawan
informasi yang dimilliki orang Mengenai SIMKPNAS
tersebut terhadap fenomena yang
Untuk dapat melaksanakan
diteliti.
SIMKPNAS di PLN Area Semarang
dengan baik, pegawai perlu memiliki
pemahaman mengenai SIMKPNAS
itu sendiri. Pemahaman yang
dimaksud antara lain mengenai apa
itu SIMKPNAS, apa saja yang perlu
dilakukan dalam SIMKPNAS, serta
pemahaman mengenai pentingnya
melaksanakan SIMKPNAS sendiri.
Dari keseluruhan wawancara
Gambar 3. 1 Jabatan Struktural di
mengenai pemahaman karyawan,
PLN Area Semarang
dapat disimpulkan bahwa hampir
seluruh pegawai PT. PLN (Persero)
Area Semarang mengetahui dan
Jabatan struktural yang ada
memahami apa itu SIMKPNAS, apa
di PLN Area Semarang dapat dilihat
saja yang perlu dilakukan dan apa
pada gambar 3.1. Dari masing-
saja tahapan dalam SIMKPNAS.
masing jenis jabatan struktural
Hanya saja belum semua pegawai
tersebut akan diambil perwakilan
memahami bahwa SIMKPNAS
untuk dijadikan partisipan dalam
seharusnya diisi sendiri, masih ada
penelitian ini. Komposisi partisipan
pegawai terutama yang kurang mahir
yang akan diteliti adalah sebagai
dalam menggunakan komputer dan
berikut :
yang bekerja ke lapangan meminta
o 1 manajer area
bantuan pegawai lain untuk
o 1 manajer rayon
mengisikan SIMKPNAS nya.
o 1 asisten manajer
o 2 supervisor rayon
4.2. Implementasi SIMKPNAS
o 1 supervisor area
4.2.1. Penetapan Standar Kerja
o 3 staf area
Penetapan standar kerja
adalah proses penentuan standar
kerja apa saja yang akan dijadikan
sebagai item yang akan dinilai dalam atasan, pegawai memilih 5-8 di
penilaian kinerja. Proses penetapan antaranya untuk dijadikan sasaran
standar kinerja dalam penilaian kinerja dengan menambahkan target
kinerja SIMKPNAS di PLN dan jangka waktu. Apabila dari
dilakukan dalam dua tahap, yaitu pilihan KPI yang diturunkan atasan
inisiasi KPI dan pembuatan usulan yang sesuai dengan jobdesk kurang
sasaran kinerja. Kedua tahapan ini dari lima, pegawai dapat
dilakukan di awal tahun untuk menambahkan rutin/uraian jabatan
digunakan dalam 2 periode penilaian untuk menjadi sasaran kinerja di luar
kinerja yaitu pada semester 1 dan KPI. Mengenai usulan sasaran
semester 2. kinerja didapatkan bahwa pada saat
Inisiasi KPI (Key pembuatan usulan sasaran kinerja,
Performance Indicator) merupakan belum semua pegawai melakukan
tahap paling awal dalam diskusi dengan atasan. Ada sebagian
SIMKPNAS. Pada tahapan ini, setiap pegawai yang membuat sendiri
atasan menurunkan KPI kepada usulan sasaran kinerja kemudian
semua bawahannya, dimulai dari tinggal dilakukan persetujuan oleh
manajer area kepada bawahannya atasan. Dalam hal penentuan target,
(asisten manajer dan manajer rayon). pegawai mengacu pada target yang
Masing-masing asisten manajer dan telah diberikan dari unit yang lebih
manajer rayon kemudian atas. Apabila diperlukan, atasan akan
menurunkan KPI lagi kepada melakukan revisi terhadap usulan
bawahannya, begitu seterusnya. KPI sasaran kinerja yang telah dibuat
yang didapat dari atasan kemudian oleh bawahannya.
dipilih untuk dijadikan usulan 4.2.2. Penilaian Kinerja
sasaran kinerja. Di akhir semester dilakukan
Mengenai inisiasi KPI penilaian terhadap sasaran kinerja
didapatkan bahwa belum semua yang ada pada SIMKPNAS. Selama
pegawai struktural melakukan 1 semester berjalan, agar target
diskusi dengan bawahan pada saat kinerja yang sudah dibuat dapat
melakuka inisiasi KPI. Beberapa di tercapai, perlu dilakukan monitoring
antaranya beralasan karena sudah progress pencapaian target dari
menyesuaikan KPI yang diturunkan waktu ke waktu.
dengan job desk bawahan. Kendala Dari keseluruhan hasil
yang masih ditemui pada proses wawancara mengenai penilaian
inisiasi KPI yaitu masih adanya job kinerja, ada beberapa kesimpulan
desk pegawai yang tidak ada dalam yang didapatkan. Pertama adalah
pilihan KPI. masih kurang efektifnya komunikasi
Tahapan kedua dalam di antara atasan dan bawahan,
penilaian kinerja SIMKPNAS setelah terbukti dengan belum semua atasan
inisiasi KPI adalah pengisian usulan melakukan diskusi mengenai progres
sasaran kinerja. Pada proses ini, pencapaian target selama masa
setiap pegawai mengisi sasaran pencapaian target berlangsung.
kinerja untuk 2 semester sebanyak Para pegawai mengisi
masing-masing 5-8 sasaran kinerja. pencapaian mereka berdasarkan data
Dari KPI yang diturunkan oleh pendukung. Dalam aplikasi
SIMKPNAS, ada menu untuk Kepuasan Karyawan, Kelemahan
melampirkan data pendukung SIMPNAS dan Saran Perbaikan).
tersebut sebagai bukti pencapaian. Mengenai kesesuaian hasil
Akan tetapi, menu tersebut belum penilaian, dapat disimpulkan bahwa
digunakan secara efektif karena masih banyak pegawi yang merasa
masih ada pegawai yang tidak penilaian kinerja dengan
melampirkan bukti dan masih ada SIMKPNAS ini belum berjalan
atasan yang tidak memeriksa bukti dengan baik dan hasil penilaiannya
yang dilampirkan oleh bawahanya. belum sesuai dengan kinerja pegawai
sesungguhnya. Alasan yang
4.2.2. Pemberian umpan balik terbanyak adalah karena ada kuota
kepada karyawan (peer asessment) sehingga nilai
Dalam suatu penilaian pegawai yang sudah sesuai dengan
kinerja karyawan, pemberian umpan kinerja nya harus direvisi kembali.
balik dilakukan dengan tujuan Alasan lain yaitu belum adanya
memotivasi orang tersebut untuk pembedaan bobot pekerjaan dalam
menghilangkan kemerosotan kinerja aplikasi SIMKPNAS secara spesifik.
atau terus berkinerja lebih tinggi lagi. Mengenai kepuasan karyawan
Setelah mendapatkan nilai pada dari keseluruhan hasil wawancara
penilaian kinerja, seharusnya dapat disimpulkan bahwa belum
karyawan dapat menerima penjelasan semua pegawai puas dengan hasil
mengenai nilai yang diperolehnya. penilaian kinerja mereka. Beberapa
Hal ini agar atasan dan stafnya sama- alasannya adalah karena adanya
sama merasa puas dengan nilai akhir. kuota pada hasil akhir, kurangnya
Dari keseluruhan hasil penjelasan dari atasa mengenai nilai
wawancara dapat disimpulkan bahwa yang didapat, serta belum adanya
pemberian feedback oleh pegawai pembedaan bobot pekerjaan.
mengenai penilaian kinerja masih Mengenai saran perbaikan
jarang dilakukan. Pegawai cenderung terhadap SIMKPNAS, saran yang
menerima saja hasil penilaiannya. pertama dari para partisipan adalah
Penyebab utama kurang feedback mengenai sistem kuota pada akhir
adalah karena selama ini pegawai penilaian, sebanyak 5(lima) orang
hanya tahu hasil akhirnya saja berupa partisipan menyarankan agar sistem
nilai talenta. Pegawai tidak tahu kuota ditiadakan. Saran perbaikan
besaran nilai angka yang lainnya adalah mengenai pembedaan
diterimanya. bobot dalam SIMKPNAS.
4.2.2. Kelemahan SIMKPNAS
Setelah meneliti mengenai V. KESIMPULAN DAN SARAN
pelaksanaan SIMKPNAS di PLN
Area Semarang, dalam penelitian ini 5.1. Kesimpulan
juga dicari kelemahan dari
1. Pemahaman karyawan
SIMKPNAS itu sendiri. Terkait
dengan kelemahan SIMKPNAS, Hampir seluruh pegawai PT.
kepada informan diberikan 7 PLN (Persero) Area Semarang
pertanyaan yang dibagi dalam 3 mengetahui dan memahami apa itu
bagian (Kesesuaian Hasil Penilaian, SIMKPNAS, apa saja yang perlu
dilakukan dan apa saja tahapan karena kurang tahu caranya,
dalam SIMKPNAS. Hanya saja kurang termotivasi untuk
belum semua pegawai memahami mengajukan, bahkan karena
bahwa SIMKPNAS seharusnya diisi lupa.
sendiri karena akan menentukan e. Penilaian kinerja dengan
penilaian kinerjanya. Masih ada SIMKPNAS belum benar-benar
pegawai terutama yang kurang mahir berjalan dengan baik di mata
dalam menggunakan komputer dan para pegawai, pegawai merasa
yang bekerja ke lapangan meminta hasil penilaian kinerja dengan
bantuan pegawai lain untuk SIMKPNAS belum sesuai
mengisikan SIMKPNAS nya. dengan kinerja pegawai
sesungguhnya. Penyebabnya di
2. Implementasi antara lain karena ada peer
assessment (ada kuota), merasa
Mengenai implementasi
tidak adil saat membandingkan
SIMKPNAS di PT. PLN (Persero)
dengan orang lain, kurangnya
Area Semarang ada beberapa hal
penjelasan dari atasan mengenai
yang didapat yaitu :
nilai yang didapat.
a. Pemberian informasi mengenai
jadwal pelaksanaan SIMKPNAS
3. Kelemahan SIMKPNAS
dan cara pengisian SIMKPNAS
Pelaksanaan penilaian
dirasa sudah cukup jelas
kinerja SIMKPNAS di PT PLN
b. Komunikasi di antara atasan dan
(Persero) Area Semarang saat ini
bawah masih kurang, hal ini
masih belum dapat dilaksanakan
ditunjukkan dengan belum
secara optimal, hal ini dikarenakan
semua pegawai melakukan
adanya kelemahan :
diskusi dengan atasan mengenai
penurunan KPI, pembuatan a. Bidang SDM (Man)
usulan sasaran kinerja maupun 1) Beberapa pegawai
progress pencapaian target struktural belum dapat
selama semester berjalan. meranking nilai stafnya
c. Fungsi pelampiran bukti dalam secara optimal, sehingga
pengisian pencapaian sasaran nilai staf cenderung sama
kinerja di SIMKPNAS belum bagusnya.
digunakan secara efektif. Masih 2) Sebagian pegawai menjadi
banyak pegawai yang tidak kurang aware terhadap
melampirkan bukti SIMKPNAS dikarenakan
pencapaiannya dan masih adanya peer asessment.
banyak atasan yang tidak b. Metode
memeriksa bukti yang Adanya penyesuaian nilai
dilampirkan oleh bawahannya. dengan sistem kuota pada
d. Fungsi entry PDP lain belum tahapan peer asessment
digunakan secara maksimal, membuat pegawai merasa
masih banyak pegawai yang hasil penilaian kinerja yang
tidak mengajukan program diterimanya belum sesuai
pengembangan diri lain untuk dengan kinerjanya.
dinilai dalam SIMKPNAS
c. Aplikasi spesifik antara satu sasaran
1) Masih ada beberapa kinerja dengan lainnya
jobdesk yang belum 4) Jaringan masih sering sulit
terwadahi dalam pilihan diakses saat pengisian,
KPI di SIMKPNAS terutama saat banyak
2) Adanya program baru pegawai sedang
yang kadang muncul di mengakses SIMKPNAS
tengah tahun yang tidak secara bersama-sama.
ada dalam KPI Berikut adalah tabel
SIMKPNAS rangkuman kesimpulan dari
3) Belum adanya penelitian ini :
pembobotan kerja yang

Tabel 5. 1 Rangkuman Kesimpulan

NO. Tema Kesimpulan


1. Pemahaman Karyawan Hampir seluruh pegawai mengetahui dan
memahami pengertian dan tahapan dalam
SIMKPNAS
Belum semua pegawai memahami bahwa
SIMKPNAS seharusnya diisi sendiri
2. Implementasi Pemberian informasi jadwal dan cara
pengisian SIMKPNAS sudah cukup jelas
Komunikasi di antara atasan dan bawahan
dalam pelaksanaan SIMKPNAS masih kurang
Fungsi pelampiran bukti dalam SIMKPNAS
belum digunakan secara efektif
Fungsi entry PDP lain belum digunakan
secara maksimal
Penilaian kinerja dengan SIMKPNAS belum
benar-benar berjalan dengan baik di mata para
pegawai karena hasil penilaian kinerja belum
sesuai dengan kinerja pegawai sesungguhnya
3. Kelemahan SIMKPNAS a. Bidang SDM (Man)
Beberapa pegawai struktural belum dapat
meranking nilai stafnya secara optimal,
sehingga nilai staf cenderung sama
bagusnya.
Sebagian pegawai menjadi kurang aware
terhadap SIMKPNAS dikarenakan adanya
peer asessment.
b. Metode
Peer asessment membuat pegawai merasa
hasil penilaian kinerja yang diterimanya
belum sesuai dengan kinerjanya.
c. Aplikasi
Masih ada beberapa jobdesk yang belum
terwadahi dalam pilihan KPI di
SIMKPNAS
Adanya program baru yang kadang muncul
di tengah tahun yang tidak ada dalam KPI
SIMKPNAS
Belum adanya pembobotan kerja yang
spesifik antara satu sasaran kinerja dengan
lainnya
Jaringan masih sering sulit diakses saat
pengisian SIMKPNAS.

5.2. Saran tidak hanya melihat apakah


target tercapai atau tidak, tetapi
Dari kesimpulan yang dapat memberikan bobot
didapat, ada beberapa saran seberapa besar usaha untuk
perbaikan untuk pelaksanaan mencapai target tersebut.
SIMKPNAS di PLN Area Semarang, 3. Adanya peer assessment
yaitu : membuat banyak pegawai
merasa hasil penilaian kerja
1. Dari hasil penelitian
SIMKPNAS belum sesuai.
didapatkan bahwa masih
Sebaiknya tidak ada kuota
banyak pegawai struktural
(peer assessment), jadi
yang menilai bawahannya
pegawai yang kinerjanya baik
sama bagusnya sehingga pada
dinilai baik, tidak dikurangi
saat peer assessment perlu
karena kuota. Hal ini tentu
dilakukan banyak penyesuaian
harus disertai dengan pegawai
nilai. Untuk menghindari hal
struktural menilai bawahan
ini, setiap pegawai struktural
secara berjenjang, sehingga
diharapkan mengerti persis apa
sudah teranking dari awal
yang dikerjakan bawahannya
penilaian.
sehingga dapat menilai kinerja
4. Dari hasil penilitian
bawahan dengan baik dan
didapatkan masih banyak
benar.
pegawai yang meminta bantuan
2. Belum adanya pembedaan
pegawai lain dalam mengisi
bobot pekerjaan membuat
SIMKPNAS. Tiap pegawai
pegawai merasa penilaian
diharapkan memiliki kesadaran
kinerja dengan SIMPKNAS
untuk mengisi sendiri
kurang fair, terutama antara
SIMKPNAS, tidak
pekerjaan yang berisiko tinggi
menyepelekan aplikasi
dengan yang tidak. Diharapkan
penilaian kinerja yang sudah
sistem SIMKPNAS
dibangun dengan baik ini. Hal
mengakomodir perbedaan
ini tentu harus didorong
bobot pekerjaan, sehingga
dengan perhatian dan 1. Penelitian mendatang
himbauan dari pihak hendaknya dalam menentukan
manajemen. partisipan yang akan ditunjuk
Keandalan jaringan aplikasi menggunakan saran dari
SIMKPNAS agar ditingkatkan untuk sesama partisipan agar dapat
memudahkan dalam mengakses mendapatkan informasi yang
karena masih banyak pegawai yang lebih tepat. Dalam hal ini dapat
merasa kesulitan saat mengakses digunakan metode snowball
aplikasi SIMKPNAS. sampling. Pada metode
snowball sampling (teknik bola
5.3. Keterbatasan Penelitian saju) peneliti akan menetapkan
satu atau beberapa informan
Penelitian ini fokus pada
kunci dan melakukan
pelaksanaan penilaian kinerja
wawancara terhadap mereka
SIMKPNAS dari sudut pandang
(Iskandar, 2009, hal.115).
pegawai struktural (atasan) maupun
Informan kunci tersebut
fungsional (staf/bawahan). Penelitian
kemudian diminta arahan,
dilakukan pada bulan Agustus-
saran, petunjuk mengenai siapa
Desember 2014. Berikut adalah
sebaiknya yang menjadi
beberapa keterbatasan penelitian
informan berikutnya yang
dalam penelitian ini:
menurut mereka memiliki
1. Proses penentuan partisipan pengetahuan, pengalaman, dan
dalam penelitian dilakukan informasi yang dicari.
dengan metode purposive Selanjutnya penentuan
sampling. Peneliti informan berikutnya dilakukan
mewawancarai manajer area dengan teknik yang sama
kemudian memilih 1 manajer sehingga akan diperoleh
rayon, 1 asisten manajer, 1 jumlah informan yang semakin
supervisor area, 2 supervisor lama semakin besar. Pada
rayon, 3 staf area, dan 2 staf prakteknya peneliti akan
rayon berdasarkan mewawancarai manajer area,
pertimbangan dari peneliti. kemudian meminta
2. Teknik wawancara yang pertimbangan dari manajer area
digunakan adalah teknik mengenai siapa manajer rayon
structured interview yaitu dan asisten manajer yang akan
wawancara berdasarkan daftar diwawancarai. Manajer rayon
pertanyaan yang sudah disusun kemudian akan diminta
sebelumnya, teknik probing pertimbangan mengenai
belum digunakan dalam supervisor yang akan
wawancara penelitian ini. diwawancarai dan begitu
5.4. Agenda Penelitian Mendatang seterusnya. Dapat juga
digunakan metode quasi-
Beberapa agenda penelitian snowball sampling, yaitu
mendatang yang dapat diberikan peneliti dapat menyumbangkan
dari penelitian ini antara lain: pertimbangan kepada informan
yang dimintai usulan mengenai
pemilihan informan Sumber daya Manusia.
selanjutnya. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
2. Penelitian mendatang Iskandar (2009) Metodologi
disarankan menggunakan Penelitian Kualitatif. Jakarta :
metode wawancara Semi- Gaung Persada (GP Press).
Structured Interview atau In-
Depth Interview agar dapat Kondrasuk, J. N. (2012) The Ideal
mendapatkan informasi yang Performance Appraisal is a
lebih detail dari setiap Format, Not a Form, Academy
permasalahan yang ada. Akan of Strategic Management
tetapi perlu diperhatikan bahwa Journal. 11(1). p.115-130.
kedua metode ini Khurana, Ashok. (2010)
memungkinkan proses Performance Appraisal: A Key
wawancara akan membutuhkan To Hr Assessment And
waktu yang lebih lama. Metode Development. Available at
In-Depth Interview juga SSRN:
memungkinkan mendapatkan http://ssrn.com/abstract=17141
hasil wawancara yang keluar 51.
dari topik dan tujuan awal
wawancara. Long, Choi Sang. & Kowang, Tan
Owee. (2013) A Review on
Performance Appraisal
DAFTAR PUSTAKA System: An Ineffective and
Arshad, Muhammad Adeel., Destructive Practice?. Middle-
Masood, Muhammad Tahir. & East Journal of Scientific
Amin, Ghazala. (2013) Effects Research. 14(7). p.887-891.
of Performance Appraisal Mathis, R. L., & Jackson, J.H.
Politics on Job Satisfaction, (2006) Manajemen Sumber
Turnover Intention and Loyalty Daya Manusia. Edisi Kelima,
to Supervisor. International Terjemahan. Jakarta : Salemba
Review of Management and Empat.
Business Research.
Miles, M.B. & Huberman, A.M.
Dessler, Gary. (2000) Human (1994) Qualitative data
Resource Management. analysis: An expanded
London : Prentice-Hall sourcebook. New York: SAGE
International. Publications.
Goodale, J. G. (1992) Improving Moleong, Lexy J. (2005) Metodologi
performance appraisal. Penelitian Kualitatif. Edisi
Business Quarterly. 57(2).p.65. Revisi. Bandung: PT Remaja
Grote, D. (2002). Performance Rosdakarya.
Appraisal. Executive Pichler, Shaun Michael. (2009)
Excellence. 19(12).p.12. Employee Reactions to
Handoko, T. Hani. (2000) Performance Appraisal :
Manajemen Personalia dan Development of an Integrative
Framework and Meta-
Analysis. between Performance
Appraisal and Trust and
Prowse, Peter. (2009) The Dilemma
Management Tactics. ICSSR
of Performance Appraisal.
2013. Atlantis Press
Measuring Business
Excellence, Emerald Group
Publishing Limited.
Roberts, G. E. (2003) Employee
performance appraisal system
participation: A technique that
works. Public Personnel
Management .32(1).p.89.
Robbins, Stephen P. (2008) Perilaku
Organisasi. Buku 2. Edisi 12.
Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. (2009) Memahami
Penelitian Kualitatif.
Bandung : Alfabeta.
Tuytens, Melissa. (2012) Importance
of System and Leadership in
Performance Appraisal.
Emerald Group Publishing
Limited.
Veithzal, Rivai (2005) Performance
Appraisal. Edisi 1-2. Jakarta :
PT Raja Grafindo Persada.
W. Thurston, Paul. (2009) Justice
Perceptions of Performance
Appraisal Practices, Journal of
Managerial Psychology.
Emerald Group Publishing
Limited.
Whiting, Hal. (2007) The
Performance Appraisal
Congruency Scale : an
Assessment of Person-
Environment Fit. International
Journal of Productivity and
Performance Management.
Emerald Group Publishing
Limited
Yongjun, Zhang. (2013) A Study on
the Interactive Relationship

S-ar putea să vă placă și