Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) dapat terjadi hampir pada semua orang
tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat terkait
dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis, emboli,
disfungsi organ, dan perdarahan. Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih populer
dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan diagnosis
kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang
mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan
koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan memiliki
prognosis malam. Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan
gejala berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai oleh
hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin. DIC merupakan kelainan
perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik, keganasan
metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial.
Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-
faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negatif akan mengaktivasi beberapa
langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan faktor
pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu
terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular.
Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis.
Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit yang terus menurun
menyebabkan perdarahan dan terjadi efek anti hemostatik dari produk degradasi fibrin. Pasien
akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum suntik/infus, tempat masuk kateter,
atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, trombosis, dan perubahan pregangren pada jari,
genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombi. Pada
pemeriksaan lab akan ditemui trombositopenia, PT dan aPTT yang memanjang, penurunan
fibrinogen bebas dibarengi peningkatan produk degradasi fibrin, seperti D-dimer.
.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apadefinisi dari DIC ?
2. Apa etiologi dari DIC ?
3. Apa manifestasi klinis dari DIC ?
4. Bagaimana patofisiologi dari DIC ?
5. Apa komplikasi dari DIC ?
6. Bagaimanapenatalaksanaan dari DIC ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari DIC ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari DIC
2. Untuk mengetahui dari DIC
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari DIC
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari DIC ?
5. Untuk mengetahui komplikasi dari DIC ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari DIC ?
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari DIC ?
1.4 Manfaat
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, baik penyusun maupun pembaca dapat
memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien DIC dengan tepat dan
bermutu. Selain itu diharapakan makalah ini, kita dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang keperawatan.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber buku dan browsing di internet.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi
2. 2 Etiologi
DIC merupakan mekanisme perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis tertentu.
Berbagai penyakit dapat mencetuskan DIC fulminan atau derajat rendah seperti di bawah ini:
Penyakit yang disertai DIC fulminan
b. Bidang hematologi: reaksi transfusi darah, hemolisis berat, transfuse massif, leukemia
c. Infeksi
3. Parasit : Malaria
3
4. Trauma
6. Luka bakar
8. Peradangan
2. 3 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bergantung pada penyakit dasar, akut atau kronik, dan proses patologis
yang mana lebih utama,apakah akibat thrombosis mikrovaskular atau diathesis hemoragik.
Kedua proses patologis ini menimbulkan gejala klinis yang berbeda dan dapat ditemukan
dalam waktu yang bersamaan.
Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat. Dapat terlihat sebagai petekie,
ekimosis,perdarahan gusi,hemoptisis,dan kesadaran yang menurun sampai koma akibat
perdarahan otak. Gejala akibat thrombosis mikrovaskular dapat berupa kesadaran menurun
sampai koma,gagal ginjal akut,gagal napas akut dan iskemia fokal,dan gangrene pada kulit.
a. Epistaksis
1. Perdarahan gusi
2. Perdarahan Mukosal
3. Batuk
4. Dyspnea
5. Bingung, disorientasi
6. Demam
4
5
Kondisi yang dapat terjadi DIC antara lain :
a. Tumor padat
b. Plasenta abrupsio
6. Kelainan Vaskuler
a. Kasaback-mereritt syndrom
a. Digigit ular
c. Reaksi transfusi
d. Kegagalan tranplantasi
2. 4 Patofisiologi
( Levi, 1999 )
6
Emboli cairan amnion yang disertai Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC )
sering mengancam jiwa dan dapat menyebabkan kematian. Gejala DIC karena emboli cairan
amnion yaitu gagal nafas akut, dan renjatan. Pada sindrom mati janin dalam uterus yang lebih
dari 5 minggu yang ditemukan DIC pada 50% kasus. Biasanya pada permulaan hanya DIC
derajat rendah dan kemudian dapat berkembang cepat menjadi DIC fulminan. Dalam keadaan
seperti ini nekrosis jaringan janin, dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam
sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis, dan terjadi DIC fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan DIC derajat rendah dan sering pada organ
khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi plasenta. Namun perlu diingat bahwa 10-15% DIC
derajat rendah dapat berkembang menjadi DIC fulminan. Abortus yang diinduksi dengan
garam hipertonik juga sering disertai DIC derajat rendah, sampai abortus komplet, namun
kadang dapat menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi sehingga
terjadi DIC. Akibat hemolisis, sel darah merah (SDM) melepaskan adenosine difosfat (ADP)
atau membrane fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem koagulasi baik sendiri maupun
secara bersamaan dan menyebabkan DIC. Pada septikimia DIC terjasi akibat endotoksin atau
mantel polisakarida bakteri memulai koagulasi dengan cara mengaktifkan factor F XII
menjadi FXIIa, menginduksi pelepasan reaksi trombosit, menyebabkan endotel terkelupas
yang dilanjutkan aktivasi F XII men F X-Xia, dan pelepasan materi prokoagulan dari
granulosit dan semuanya ini dapat mencetuskan DIC. Terakhir dilaporkan bahwa organism
gram positif dapat menyebabkan DIC dengan mekanisme seperti endotoksin, yaitu mantel
bakteri yang terdiri dari mukopolisakarida menginduksi DIC.
Beberapa mekanisme yang terjadi secara terus menerus pada DIC, penyebab utama
terjadinya deposisi fibrin adalah
2. 5 Komplikasi
7
a. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
d. Gangguan hati
g. Purpura fulminan
h. Insufisiensi adrenal
2. 6 Penatalaksaan
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
9
d. Sistem pernafasan
1. Dispnea
2. Takipnea
3. Sputum mengandung darah
e. Sistem kardiovaskuler
1. Hipotensi meningkat dan postural
2. Frekuensi jantung meningkat
3. Nadi perifer tidak teraba
f. Sistem saraf perifer
1. Perubahan tingkat kesadaran
2. Gelisah
3. Ketidaksadaran vasomotor
4. Sistem muskuloskeletal
5. Nyeri : otot,sendi,punggung
h. Perdarahan sampai hemoragi
1. Insisi operasi
2. Uterus post partum
3. Fundus mata perubahan visual
4. Pada sisi prosedur invasif : suntikan, IV, kateter arteral dan selang nasogastrik
atau dada, dll.
5. Kerusakan perfusi jaringan
a. Serebral : perubahan pada sensorium, gelisah, kacau mental, sakit
kepala
b. Ginjal : penurunan pengeluaran urin
c. Paru : dispnea dan orthopnea
d. Kulit : akrosianosis ( ketidakteraturan bentuk bercaksianosis pada
lengan perifer dan kaki )
3.2 Diagnosa Keperawatan
Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hemoragi
sekunder.
10
c. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan hemoragi perebesan darah dan
tepat fungsi kongesti jaringan dan perlambatan volume darah bersirkulasi.
d. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan keadaan
syok, hemoragi, kongesti jaringan dan penurunan perfusi jaringan.
e. Ansietas berhubungan dengan rasa takut mati karena perdarahan, kehilangan beberapa
aspek kemandirian karena penyakit kronis yang diderita
g. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan yang nyata akan yang
dirasakan.
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen - Timbang BB dan Kekurangan volume Tekanan darah
cairan (4120) monitor setiap hari cairan 24 jam intake
dan output
Definisi - Catat intake dan seimbang
:Penongkatan output Berat badan
normal
keseimbangan - Monitor status hidrasi
Turgor kulit
cairan dan (membrane mukosa, Membran
pencegahan nadi, tekanan darah) mukosa lembab
Cairan
komplikasi - Monitor tanda vital elektrolit
- Monitor masukan Hematokrit
cairan dan kalori
- Beri terapi IV
- Monitor status nutrisi
- Beri cairan
3.4 Implementasi
11
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada pasien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta
memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan
teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat,
keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan
pelaporan (Nursalam, 2008).
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
anggota im kesehatan lainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan
tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.Kriteria dalam
menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Tidak ada manifestasi syok
2. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
3. Tidak ada lagi perdarahan
4. Nilai-nilai laboraturium normal
5. Pasien tidak merasa sesak lagi
6. Pasien mengatakan rasa nyerinya berkurang
7. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
8. Integritas kulit terjaga
9. Pasien menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat dapat
ditangani.
10. Pasien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
11. Ekspresi wajah pasien menunjukan rileks, perasaan gugup dan cemas berkurang.
12. Menunjukan pemahaman tentang tentang rencana terapeutik.
13. Pasien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
14. Gaya hidup pasien berubah.
KASUS
12
Pada tanggal 27 Maret 2016 pada jam 15.25 WIB Tn. Z yang berusia 66 tahun masuk
RS Pelita Harapanmengeluh demam sejak 6 hari yang lalu, keluar darah lewat hidung atau
mimisan, adanya bercak-bercak merah pada kulit, batuk darah, ada lukapadakulit, sesak nafas,
lemah dan lemas, nyeri pada kaki, tidak memiliki nafsu makan, mual dan muntah, merasa
tidak tenang dan gelisah. Pasien juga mengeluh, sebelumnya pernah mengalami serangan
DHF. Dari hasil pemeriksaan didapatkan RR 30 x/menit, suhu 38,6 C, TD 100/60 mmHg,
Nadi 110x/menit, BB dari 68 kg menjadi 64 kg, akralnya dingin dan sianosis, perdarahan pada
mukosal, dan disorientasi.
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Agama : Islam
B. Riwayat keperawatan
Keluhan utama
Pasien mengalami perdarahan pada hidung atau mimisan, batuk darah, dan bercak-bercak
merah pada kulit.
Riwayat masuk Rumah Sakit
13
Pasien datang ke RS Pelita Harapan pada tanggal 27Maret 2016 pukul 15.25 WIB. Pasien
mengeluh mengalami perdarahan pada hidung atau mimisan, batuk darah, dan bercak-bercak
merah pada kulit.
Riwayatpenyakitsekarang
Pasien mengeluh demam sejak 6 hari yang lalu. Demam yang dialami pasien tidak
berkurang (relatif menetap). Penyebab demam tidak diketahui keluarga, demam tidak
berkurang dengan pemberian obat-obatan turun panas dan kompres, adanya bercak-bercak
merah pada kulit, batuk darah, ada lukapadakulitnya, sesak nafas, lemah dan lemas, nyeri
pada kaki, tidak memiliki nafsu makan, mual dan muntah, merasa tidak tenang dan gelisah.
Pada hari minggu di sore haripasien mengalami epistaksis dan kemudian dibawa ke RS Pelita
Harapan
Saat ini pasien kurang nafsu makan. Kondisi ini terjadi semenjak 3 hari yang lalu.
Pasien dan keluarga mengatakan tidak tahu penyebab tidak nafsu makan. Dengan kondisinya
saat ini pasien merasa badannya agak lemas.Panas tinggi (Demam) selama 6 hari, nyeri pada
kaki, mual, muntah, lemah, dan penurunan nafsu makan (anoreksia), perdarahan spontan.
P (Provocative) : Faktor jaringan
Pemeriksaan fisik
TTV
a. Suhu : 38,60 C
b. TD : 100/60 mmHg
14
c. Nadi : 110 x/menit
d. RR : 30 x/menit
e. BB : 68 Kg menjadi 64 Kg
Persistem
a. Sistem pernafasan
Anamnesa : Batuk produktif, sesak nafas, demam, kelemahan
Hidung:
Inspeksi: Epistaksis, nafas tidak cuping hidung, tidak ada secret / ingus
Mulut
Sinus paranasalis
Leher
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
Faring :
15
Area dada:
Inspeksi: Pola nafas cepat, pergerakan dada simetris, bentuk dada normal, tidak ada
trauma dada, tidak ada pembengkakan
Palpasi: Nyeri tekan, tidak ada kelainan pada dinding thorax, tidak ada bengkak
Perkusi : Tympani
Leher
Dada
Ekstrimitas Atas
Inspeksi : Sianosis
Ekstrimitas Bawah
Inspeksi : Tidak ada varises, tidak mengalami sianosis, clubbing finger, maupun
oedem
16
c. Sistem Persyarafan
Anamnesa :Mual danmuntah
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : Pasien dapat membedakan bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi konjungtiva atau
infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan jelas tanpa menggunakan kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata, hipermi
konjungtiva,hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit
(endophthalmus), dan bola mata menonjol (exophthalmus)
d. Nervus IV toklearis :Ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat membuka dan
menutup mulut
f. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan mata normal
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi, dan menaikkan dan
menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar kata kata dengan
baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri kanan, dan
mengangkat bahu
l. Nervus XII KucosalKsal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan Reflek fisiologis : Normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : Normal, tidak ada gangguan.
GCS (Glasgow Coma Scale) :
- Eye/membuka mata (E) : 4
- Motorik (M) : 6
- Verbal/bicara (V) : 5
17
d. Perkemihan-Eliminasi Uri
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada K ucosa perkemihan-eliminasi uri
Genetalia eksterna :
Laki-Laki :
Penis
Inspeksi : Tidak ada luka atau trauma
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Scrotum
Inspeksi : Tidak terjadi pembesaran, tidak ada luka atau trauma, tidak ada tanda
infeksi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Mulut
Lidah
Faring Esofagus
Perkusi: Tymphani
Palpasi:Tidak ada perbesaran serta nyeri tekan pada kuadan I, II, III, IV
18
f. Sistem Muskuloskeletal & Integumen
Anamnesa : Adanya nyeri, kelemahan ekstermitas
Kekuatan otot: 3 3
3 3
1. Kulit :
Palpasi : Kulit lembab dan dingin
Inspeksi : Petekie
2. Otot dan tulang :
Palpasi : Nyeri otot dan tulang
19
h. Sistem Reproduksi
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem reproduksi
1. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan
2. Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada benjolan
3. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi : Tidak ada massa
4. Genetalia
Inspeksi : Penis bersih, tidak ada odema, tidak ada tanda-tanda infeksi.
Palpasi : Tidak ada benjolan/ massa dan tidak ada nyeri tekan
j. Sistem penciuman
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
20
C. ANALISA DATA
No RM :23234
Dx Medis : DIC
Ns. Diagnosis
(NANDA-I)
Domain 2 : Nutrisi
Kelas 5 : Hidrasi
DEFINITION
Penurunan cairan intravascular, interstisial, dan/atau intraselular. Ini mengacu pada dehidrasi
kehilangan cairan saja tanpa perubahan natrium
DEFINING
CERATERISTICS
21
Peningkatan konsentrasi urine
Penurunan berat badan tiba-tiba (kecuali pada ruang ke tiga)
Haus
Kelemahan
RELATED
- Perdarahan pada
mukosal
- Disorientasi
DIAGNOSIS Client Ns. Diagnosis (specify)
Diagnostic Kekurangan volume cairan
Statement :
Related to :
Kehilangan cairan aktif
22
23
D. INTERVENSI
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen - Timbang BB dan Defisit volume cairan Tekanan Darah
cairan (4120) monitor setiap hari Denyut nadi
radial
Definisi - Catat intake dan output Tekanan arteri
:Penongkatan - Monitor status hidrasi rata-rata
Tekanan
keseimbangan (membrane mukosa,
venosus pusat
cairan dan nadi, tekanan darah) Tekanan
pencegahan - Monitor tanda vital pulmonal
Denyut perifer
komplikasi - Monitor masukan 24 jam intak
cairan dan kalori dan output
seimbang
- Beri terapi IV
Berat badan
- Monitor status nutrisi normal
- Beri cairan Turgor kulit
Membran
- Nasihati tanda dan mukosa lembab
gejala kelebihan cairan Cairan
elektrolit
Hematokrit
E. IMPLEMENTASI
Nama Pasien : Tn. Z
No RM : 23234
Dx Medis : DIC
24
No Tanggal /jam Tindakan Paraf
Diagnosa
1 27 Maret2016 1. Memberi terapi IV
08.00 2. Memberi cairan
3. Menimbang BB dan memonitor setiap
hari
09.00 4. Mencatat intake dan output
1. Memonitor status
hidrasi (membrane mukosa, nadi,
tekanan darah)
12.00 2. Memonitor tanda
vital
3. Memonitor masukan cairan dan kalori
4. Memonitor status nutrisi
1. Menasihati
tanda dan gejala kelebihan cairan
F. EVALUASI
Nama Pasien : Tn. Z
No RM : 23234
Dx Medis : DIC
25
No Tanggal Diagnosa keperawatan Catatan perkembangan Paraf
dan jam
1 27Maret S : Pasien mengalami perdarahan
2016 pada hidung atau mimisan, batuk
darah, dan bercak-bercak merah
pada kulit.
O:
RR : 28 x/menit
T : 38 C
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 100x/menit
BB dari 68 kg menjadi 64 kg
Akralhangat dan tidak
sianosis
Sudak tidak terjadi perdarahan
pada mukosal
Tidak mengalami disorientasi
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
I : melakukan pemeriksaan TTV,
melakukan monitor status hidrasi
dan status nutrisi
E : RR : 25 x/menit
T : 37 C
TD : 110/70 mmHg
Nadi :80x/menit
BB dari 68 kg menjadi 64 kg
Akralhangat dan tidak
sianosis
Sudah tidak terjadi perdarahan
pada mukosal
Tidak mengalami disorientasi
R : Masalah teratasi sebagian,
lanjutkan intervensi
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit Koagulasi Intravaskular Diseminata (KID) atau yang lebih dikenal sebagai
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu gangguan pembekuan darah
yang didapat, berupa kelainan trombohemoragic sistemik yang hampir selalu disertai dengan
penyakit primer yang mendasarinya. Karakteristik ditandai oleh adanya gangguan hemostasis
yang multipel dan kompleks berupa aktivasi pembekuan darah yang tidak terkendali dan
fibrinolisis (koagulopati konsumtif). DIC merupakan salah satu kedaruratan medik, karena
mengancam nyawa dan memerlukan penanganan segera.
Penyebab DIC dapat diklasifikasikan berdasarkan keadaan akut atau kronis . DIC pun
dapat merupakan akibat dari kelainan tunggal atau multipel. DIC paling sering disebabkan
oleh kelainan obstetrik, keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bacterial.
Percobaan pengobatan klinik maupun penilaian hasil percobaan karena etiologi beragam
dan beratnya DIC juga bervariasi. Yang utama adalah mengetahui dan melakukan pengelolaan
penderita berdasarkan penyakit yang mendasarinya dan keberhasilan mengatasi penyakit
dasarnya akan menentukan keberhasilan pengobatan.
4.2 Saran
Dari informasi yang terdapat pada makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien yang sesuai
dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien tersebut. Penulis juga berharap agar makalah
ini bermanfaat bagi pembaca. Informasi yang terdapat pada makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang penyakit DIC.
27
DAFTAR PUSTAKA
Noer Sjaifoellah, M.H. Dr. Prof, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, Edisi ketiga,
1996,Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Smeltzer Bare, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Studdarth, edisi 8 ,
EGC, Jakarta.
Guyton & Hall, 1997, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Cetakan I, EGC, Jakarta.
Ganong F. William, 2003, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta.
Price & Wilson, 2006, Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Volume
I, EGC, Jakarta.
Santoso Karo karo. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI ; 1996.
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih
bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.
Hanafi B. Trisnohadi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Ed. 3. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI ; 2001.
Doengoes, Marylin E. 2000. Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 3.
Jakarta:EGC.
28