Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dua dari 10.000 orang mengalami sindroma nefrotik. Sindom Nerfrotik sulit ditentukan pada
usia dewasa, karena biasanya kondisinya menyerupai penyakit lain. Pada anak-anak, biasanya
lebih banyak dialami oleh anak laki dibandingkan perempuan, usia antara 2 -3 tahun. Oleh
karena itu SN harus benar-benar diketahui sedini mungkin tentang proses dan perjalanan
penyakitnya supaya nantinya kita tahu, cepat dan dapat menentukan diagnosa keperawatan serta
intervensi yang tepat dalam menangani pasien dengan SN, maka dengan latar belakang tersebut
penulis penyusun laporan ini.
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
a. Memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah Keperawatan Anak
b. Menerapkan ilmu yang dipelajari di Podi Keperawatan Purwokerto
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami pengertian dan maksud penyakit sindrom nefrotik
b. Mengetahui dan memhami tentang proses penykit sindrom nefrotik
c. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan, factor penyebab, resiko, komplikasi,
manifestasi dari sindrom nefrotik
d. Mengetahui dan memahami tentang pengobatan sindrom nefrotik
C. METODE PENULISAN
Dalam penulisan laporan ini penulis menggunakan berbagai sumber termasuk internet dengan
metode Studi Pustaka, dengan metode ini diharapkan penulis dapat melengkapi laporan sesuai
bahan-bahan yang penulis ambil dari buku-buku referensi sebagai bahan pendukung dan
pelengkap materi.
BAB 2
ISI
LAPORAN PENDAHULUAN PENYAKIT
A. PENGERTIAN
Merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada
anak dengan karkteristik, proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia, dan
edema.
Status kedaan klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus
terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang masif
Merupakan proses akut masif yang ditandai oleh :
a. Peningkatan protein dalam urin
b. Hypoalbuminemia
c. Edema
d. Serum kolesterol yang tinggi dan Lipoprotein densitas rendah (Hipolipidemia)
B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiologinya Sindrom Nefrotik dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Primer / Idiopatik
a. Yang berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengn sebab tidak diketahui.
b. Banyak terjadi pada usia sekolah (74% pada usia 2 7 tahun)
c. Pria dan wanita 2 : 1
d. Diawali dengan infeksi virus pada saluran nafas atas.
2. Sekunder
a. Disebabkan oleh kerusakan glomerulus (akut/kronik) karena penyakit tertentu.
b. Karena infeksi, keganasan, obat-obtan, penyakit multisistem dan jaringan ikat, reaksi
alergi, bahan kimia, penyakit metabolik, penyakit kolagen, toksin, transplantasi ginjal, trombosis
vena renalis, stenosis arteri renalis, obesitas masif, glomerulonefritis akut/kronis.
c. Banyak terjadi pada anak dengan penurunan daya tahan tubuh/ gangguan imunitas, respon
alergi, glomerulonefritis. Dikaitkan dengan respon imun (abnormal immunoglobulin)
d. Pada orang dewasa SN skunder terbanyak disebabkan oleh dibetes melitus
3. Kongenital
a. Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
b. Herediter Resisten gen
C. PATOFISIOLOGI
1. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular (kebocoran glomerulus) akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi Proteinuria.
2. Perubahan integritas membrana basalis glomerulus menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma dan protein utama yang diekskresikan dalam
urin adalah albumin, sehingga menyebabkan hypoalbuminemia
3. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga cairan
intravascular perpindah kedalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume
cairan intravascular berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena
hypovolemi. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin-angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormone (ADH)
dan sekresi aldesteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan
air, serta menyebabkan mudahnya cairan tubuh keluar dari jaringan akan menyebabkan Edema.
4. Terjadi peningkatan kolesterol dan triglicerida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein, karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma,
sehingga menyebabkan hyperlipidemia.
5. Adanya Hyperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam
urin, Lemak bebas (oval fat bodies) sering ditemukan pada sedimen urin (Lipiduria). Sumber
lemak ini berasal dari filtrat lipoprotein melalui membrana basalis glomerulus yang permeable
6 Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinn disebabkan oleh karena
hypoalbuminemia, hyperlipidemia atua defisiensi seng. Hal ini menyebabkan kerentanan
terhadap infeksi
D. PATHWAY KEPERAWATAN
Etiologi
Proteinuria masif
Hipoalbuminemia/Hipoproteinemia Meningkatkan
onkotik Hiperlipidemia
Vasokontriksi Meningkatkan
tekanan kegawatan
hidrostatik
H
ospitalisasi
Perubahan
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Selain proteinuria massif, sediment urin bisanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik
(>20 eritrosit/LPB) dicurigai adanya lesi glomerular (missal sclerosis glomerulus fokal).
Albumin plasma darah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG turun,.
Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin. Serta adanya tanda klinis pada anak,
riwayat infeksi saluran nafas atas. Analis urin (meningkatnya protein dalam urine ), menurunnya
serum protein serta Biopsi ginjal.
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan yaitu dengan cara menghentikan kehilangan protein didalam urine, dan
meningkatkan jumlah urine. Umumnya dokter akan memberikan obat prednison. Banyak anak-
anak yang keadaannya membaik dengan pemberian obat ini. Prednison digunakan untuk
menghentikan kehilangan protein dalam darah yang keluar melalui urine. Setelah 4 minggu
terapi, umumnya anak sudah mulai lancar miksi. Bila urin lancar edemanya pun hilang. Bila
sudah tidak ada protein dalam urine, dokter akan mulai menurunkan dosis prednison untuk
beberapa minggu. Namun tidak pernah menghentikan pemakaian prednison. Jika obat ini
dihentikan atau diberikan terlalu banyak atau terlalu sedikit, anak akan menderita sakit.
Suatu saat anak akan merasa sehat, namun suatu saat akan menderita lagi, setelah beberapa
waktu ia merasa sehat. Sakit akan terjadi lagi saat pasien mengalami nifeksi virus, seperti saat flu
atau demam.
Prednison adalah obat yang baik, tetapi memiliki banyak efek samping. Misalnya:
1. terasa lapar
2. badan menjadi gemuk
3. jerawat
4. perubahan mood (kadang sedih, kadang gembira)
5. overactive
6. mudah mengalami infeksi
7. terjadi pertumbuhan yang lambat
Efek samping akan tampak bila dosis prednison besar dan digunakan terus menerus, bila
penggunaan dihentikan, semua efek samping akan hilang.
Jika prednison tidak dapat bekerja atau jika anak mengalami efek samping yang serius, dokter
dapat mengganti dengan obat lain, yang disebut obat immunosuppresive. Obat ini menurunkan
sistem immune tubuh. Banyak yang efektif dengan obat ini, namun tidak untuk semua anak.
Dokter akan menjelaskan tentang baik buruknya penggunaan obat ini. Karena efek sampingnya
adalah peningkatan kejadian infeksi, rambut rontok dan peningkatan produksi sel darah. Orang
tua harus memperhatikan anak yang menggunakan obat ini karena dapat terjadi infeksi virus
chicken pox. orang tua harus segera melaporkan ke dokter bila terkena infeksi chicken pox saat
menggunakan obat ini.
Pasien juga biasanya diberikan diuretik. Obat ini membantu ginjal dalam mengatur fungsi
pengeluaran garam dan air. Obat yang biasa digunakan adalah furosemid. Bila pasien mulai
mengalami masalah mual atau diare, harus segera dilaporkan karena dikhawatirkan kehilangan
cairan terlalu banyak. Bila protein sudah tidak ada didalam urine, diuretik harus dihentikan.
Pasien juga harus menjalani diit rendah natrium dan tinggi protein, serta menjalani tirah
baring untuk meningkatkan diuresis. Cegah infeksi, antibiotic hanya diberikan bila ada infeksi.
Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital
I. PROGNOSIS
Kadang-kadang, bila nefrotik sindrom tidak memiliki gangguan spesifik, sebagian besar anak
akan sembuh setelah mengalami sakit sekitar 10 tahun atau menjelang dewasa. Beberapa anak
mengalami hanya satu serangan nefrotik sindrom. Bila pasien tidak mengalami serangan lagi
selama tiga tahun, prognosisnya akan baik.
Banyak anak yang mengalami dua atau lebih serangan. Serangan lebih sering tejadi pada satu
atau dua tahun pertama. Setelah 10 tahun, hanya satu dari lima anak yang akan mengalami
serangan. Bila seorang anak mengalami beberapa kali serangan, sebagian besar dari mereka akan
mengalami kerusakan ginjal permanen. Yang menjadi masalah besar adalah mengkontrol
akumulasi cairan dengan menggunakan prednison dan diuretik. Prognosis baik bila penyakit
memberikan respon yang baik terhadap kortikosteroid dan jarang terjadi relaps
DAFTAR PUSTAKA
Habel, Alex. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Anak. Jakarta:Bina Rupa Aksara.
Jhonson, Marion, dkk. 1997. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC) Edisi 2. St
Louis, Missouri : Mosby.
Mc Closkey, Joanner. 1996. Iowa Intervention Project Nursing Intervention Classification (NIC)
Edisi 2. Westline Industrial Drive, St. Louis : Mosby.
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa keperawatan NANDA Definisi dan klasifikasi 2005-
2006. Jakarta : Prima Medika.
Short Jhon R, Gray O, Jadodge.1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi Ke Enam. Jakarta: Bina Rupa
Aksara
___.1985. Buku Kulih 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Staf Pengajar Ilmu Kesehatan
Anak,Bagin Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
http://id.wikipedia.org/wiki/Nefrotik Syndrom
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN SINDROM NEFROTIK
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit yang lalu : Apakah mempunyai riwayat penyakit sistemik, DM,
penyakit ginjal, dll
2. Pemeriksaan Fisik
Riwayat Sekarang
a. Pemeriksaan fisik fokus khususnya pada edema : Periorbital wajah dan anasarka
b. Monitor tanda-tanda vital dan deteksi infeksi dini atau hypovolemi
c. Status hidrasi : Diare, monitor adanya retensi cairan, intake dan output, urinalisis, output
urin menurun.
d. Anoreksia, lemah
e. Peningkatan berat badan dan lingkar abdomen
f. Sesak nafas
g. Suhu meningkat
h. Albumin, monitor hasil laboratorium, dan pantau urin setiap hari, adanya protein
i. Pengkajian pengetahuan kelurga tentang kondisi dan pengobatan
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. DX1 : Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi (edema) dan
Menurunnya tingkat aktivitas.
2. DX2 : Risiko infeksi b.d Imunosupresive dan hilangnya gama globulin
3. DX3 : Risiko kekurangan volume cairan (intravaskular) b.d Medikasi diuretik,
proteinuria, edema.
4. DX4 : Kelebihan volume cairan b.d Kelebihan intake sodium dan
retensi air,eningkatan permeabilitas dinding glomerulus dan perubahan mekanisme regulasi
5. DX5 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan secara menyeluruh
6. DX6 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d Pembatasan cairan
diit dan hilangnya protein
7. DX7 : Cemas b.d Perubahan dalam status kesehatan dan lingkungan
(hospitalisasi)
8. DX8 : Kurang pengetahuan tentang penyakit sindrom nefrotik b.d
Keterbatsan paparan informasi, kognisi dan tidak familiar dengan
sumber informasi
C. INTERVENSI
1. DX1 : Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi (edema) dan menurunnya tingkat
aktivitas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperwtan dihrapkan edem pasien berkurang atau hilang dn
ktivitas pasien membaik dengan Kriteria Hasil sebagai berikut :
NOC : Tissue integrity : Skin and mucous membranes
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,
pigmentasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik, edema berkurang.
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera
berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
NIC : Pressure Management
a. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakain longgar
b. Hindari kerutan pada tempat tidur
c. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
d. Monitor kulit akan adanya kemerahan
e. Oleskan lotion atau baby oil pada daerah yang tertekan
f. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
g. Monitor status nutrisi pasien
h. Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
2. DX2 : Risiko infeksi b.d Imunosupresive dan hilangnya gamaglobulin
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan infeksi dapat dicegah dengan Kriteria
Hasil sebagai berikut :
NOC : Risk Control
a. Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b. Jumlah leukosit dalam batas normal
c. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah terjadinya infeksi
NIC : Infection Protection
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
c. Batasi pengunjung
d. Saring pengunjung terhadap penyakit menular
e. Monitor hitung granulasi WBC
f. Pertahankan teknik asepsis pada pasien yang berisiko
g. Berikan perawatan kulit pada adaerah epidemi
h. Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
i. Dorong masukan nutrisi yang cukup
j. Dorong istirahat
k. Instruksikan kepada pasien (keluarga) untuk meminum antibiotik sesuai resep
l. Anjurkan pada keluarga tanda dan gejala infeksi
m. Laporkan kecurigaan infeksi
n. Laporkan kultur positif.
3. DX3 : Risiko kekurangan volume cairan (intravaskular) b.d Medikasi efek diuretik,
proteinuria, edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat
terpenuhi dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Fluid Balance
Hydration
Nutritional status : Food and Fliud Intake
a. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan berat badan, BJ urin normal, HT
normal
b. Vital sign dalam batas normal
c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor baik, membrane mukosa lembab, tidak
ada rasa haus ang berlebihan
NIC : Fluid Management
a. Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi adekut, tekanan darah
ortostatik) jika diperlukan
d. Monitor vital sign
e. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
f. Kolaborasi pemberian cairan IV
g. Monitor status nutrisi
h. Dorong masukan oral
i. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
j. Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
k. Kolaborasi medis/dokter jika cairan berlebihan muncul memburuk
l. Atur kemungkinan transfuse
4. DX4 : Kelebihan volume cairan b.d Kelebihan intake sodium dan retensi air, peningkatan
permeabilitas dinding glomerulus dan perubahan mekanisme regulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan edema berkurang atau hilang
dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Keseimbangan Cairan
a. Terbebas dari edema dan efusi anasarka
b. Bunyi nafas bersih, tidak ada dyspnu atau ortopnue
c. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan kapiler paru, output jantung dan vital sign dalam
batas normal
d. Terbebas dari kecemasan, kelelahan dan kebingungan.
NIC : Fluid Management
a. Timbang popok atau pembalut jika diperlukan
b. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
c. Pasang urin kateter jika diperlukan
d. Monitor hasil laboratorium yang sesuai dengan retensi cairan (BUN, HMT )
e. Monitor status hemodinamika
f. Monitor vital sign
g. Monitor indikasi retensi atau kelebihan cairan (edema, asites, distensi vena leher )
h. Kaji kalori dan luas edema
i. Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori harian
j. Monitor status nutrisi
k. Berikan diuretic sesuai instruksi
l. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatremia dilusi dengan serum natrium < 130
mEq/l
m. Kolaborasi medis/dokter jika cairan berlebihan muncul memburuk
5. DX5 : Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan secara menyeluruh, fatigue
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat melakukan aktifitas
seperti biasa dan pasien dapat pulih dari kelemahan dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Konservasi Energi
a. Istirahat dan aktivitas seimbang
b. Tidur siang
c. Mengetahui keterbatasan energinya
d. Mengubah gaya hidup sesuai dengan tingkat energi
e. Menggunakan teknik konservasi energi
NIC : Terapi aktivitas
a. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas (fisik, psikologis, emosional)
b. Berikan periode aktivitas selama beraktivitas
c. Pantau respon kardiopulmonal setelah melakukan aktivitas dan sebelum melakukan
aktivitas
d. Minimalkan kerja kardiovaskular dengan memberi posisi dari tidur keposisi setengah
duduk
e. Kolaborsikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang
tepat
f. Bantu pasien untuk mengidentifikasikan aktivitas yang mampu dilakukan
g. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis
dan social.
h. Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan unutk aktivitas
yang diinginkan
i. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
j. Bantu pasien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
k. Bantu pasien atau keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas
l. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual
6. DX6 : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan b.d Pembatasan cairan diit dan
hilangnya protein
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi dapat
terpenuhi dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Nutritional Status : Nutrient Intake
a. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
b. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
c. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
NIC : Nutritional Management
a. Kaji adanya alergi makanan
b. Kolaborsi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake protein, Fe dan vitamin C
d. Berikan substansi gula
e. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi
f. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
g. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
h. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
7. DX7 : Cemas b.d Perubahan dalam status kesehatan dan lingkungan (hospitalisasi)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien dapat tenang tidak
cemas dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Koping
Anxiety Control
a. Vital sign dalam batas normal
b. Postur tubuh ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukan berkurangnya
kecemasan
c. Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
NIC : Anxiety Reduction
a. Gunakan pendekatan yang menenangkan
b. Pahami perspektif pasien tehadap situasi stress
c. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
d. Dorong kelurga untuk menemani anak
e. Lakukan back / neck rub
f. Dengarkan dengan penuh perhatian
g. Identifikasi tingkat kecemasan
h. Bantu psien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
i. Dorong psien untuk mengungkapkan kecemasan, perasaan, ketakutan dan persepsi
j. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
k. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
8. DX8 : Kurang pengetahuan tentang penyakit sindrom nefrotik b.d keterbatasan paparan
informasi, kognisi dan tidak familiar dengan sumber informasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kelurga tahu tentang
penyakit anaknya dengan criteria hasil sebagai berikut :
NOC : Pengetahuan tentang proses penyakit
Indicator
a. Familiar dengan proses penyakit
b. Mendiskripsikan proses penyakit
c. Mendiskripsikan factor penyebab
d. Mendiskripsikan factor resiko
e. Mendiskripsikan efek penyakit
f. Mendiskripsikan tanda dan gejala
g. Mendiskripsikan perjalanan penyakit
h. Mendiskripsikan tindakan pencegahan untuk mencegah komplikasi
NIC : Mengajarkan Proses Penyakit
a. Menentukan tingkat kemampuan keluarga sebelumnya
b. Mengobservasi kesiapan keluarga untuk mendengarkan
c. Menjelaskan proses penyakit (pengertian, etiologi, tanda dan gejala), trnsmisi dan efek
jangka panjang
d. Diskusikan perubahan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi atau mengontrol
proses penyakit
e. Diskusikan tentang pilihan terapi atau perawatan
f. Jelaskan secara rasional tentang pengelolaan terapi atau perawatan yang dianjurkan
g. Ajarkan pengobatan
D. EVALUASI
Skala
1. DX1 : Kerusakan integritas kulit b.d Perubahan sirkulasi
(edema) dan Menurunnya tingkat aktivitas.
NOC : Tissue integrity : Skin and mucous membranes
a. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan 5
(sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
b. Tidak ada luka atau lesi pada kulit 5
c. Perfusi jaringan baik, edema berkurang. 5
d. Menunjukkan pemahaman dalam proses 5
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
e. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan 5
kelembaban kulit dan perawatan alami
http://arindracase.blogspot.co.id/2014/10/laporan-pendahuluan-sindrom-nefrotik.html
10/24/2014
Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak pada Klien dengan Sindrom Nefrotik
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Behrman dalam bukunya yang berjudul Ilmu Kesehatan Anak (2001) bahwa pada anak
karena mempunyai kelainan pembentukan glomerulus. Menurut tinjauan dari Robson, dari
1400 kasus, beberapa jenis glomerulonefritis merupakan penyebab dari 78% sindrom nefrotik
pada orang dewasa dan 93% pada anak-anak (Price, 1995).
Sampai pertengahan abad ke-20 morbiditas sindrom nefrotik pada anak masih tinggi yaitu
melebihi 50% sedangkan angka mortalitas mencapai 23%. Menurut Raja Sheh angka kejadian
kasus sindrom nefrotik di asia tercatat sebanyak 2 kasus tiap 10.000 penduduk (Republika,
2005). Sedangkan angka kejadian di Indonesia pada sindrom nefrotik mencapai 6 kasus pertahun
dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Sindrom nefrotik pada kasus
anak-anak tercatat sebanyak 4 kasus yang mendapatkan perawatan di ruang anak C1 lantai 2
RSUP Dr. Kariadi Semarang terhitung mulai tahun 2006 maret 7 anak
Mortalitas dan prognosis anak dengan sindroma nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat,
luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan
(Betz & Sowden, 2002).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN NEFROTIK SYNDROM
Sindrome nefrotik (Nephrotic Syndrome) adalah suatu sindroma (kumpulan gejala-gejala) yang
terjadi akibat berbagai penyakit yang menyerang ginjal dan menyebabkan proteinuria (protein di
dalam air kemih), menurunnya kadar albumin dalam darah, penimbunan garam dan air yang
berlebihan, dan meningkatnya kadar lemak dalam darah.
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena
kerusakan glomerulus yang difus (Luckman, 1996).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal
(Ngastiyah,1997).
Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin
berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif, dkk. 1999).
Sindrom nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang
terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia,
hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
a. Proteinuria
Proteinuria disebabkan peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat kerusakan
glomerulus ( kebocoran glomerulus) yang ditentukan oleh besarnya molekul dan muatan listrik,
dan hanya sebagian kecil berasal dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Proteinuria sebagian
berasal dari kebocoran glomerulus (proteinuria glomerular) dahn hanya sebagaian kecil berasal
dari sekresi tubulus (proteinuria tubular). Perubahan integritas membrane basalis glomerulus
menyebabkan peingkatan permeabilitas glomerulus terhadap perotein plasma dan protein utama
yang dieksresikan dalam urin adalah albumin1,2,6
b. Hipoalbuminemia
Adalah rendahnya kadar albumin (protein) didalam darah akibat dari proteinuria. Rendahnya
albumin didalam darah menyebabkan mudahnya cairan tubuh keluar dari jaringan dan
mengakibatkan edema. Dengan perpindahan volume plasma ke rongga ketiga dapat terjadi syok,
bila edema berat dapat timbul dispnoe akibat efusi pleura. Episode pertama penyakit sering
mengikuti sindrom seperti influenza, bengkak periorbotal dan oliguria. Dalam beberapa hari
edema semakin jelas dan menjadi anarsaka.
c. Hiperlipidemia
Kolesterol serum, very low density lipoprotein (VLDL), low density lipoprotein (LDL),
trigliserida meningkat sedangkan high density lipoprotein (HDL) dapat meningkat, normal atau
menurun. Hal ini disebabkan peningkatan sintesis lipid di hepar dan penurunan katabolisme di
perifer (penurunan pengeluaran lipoprotein, VLDL, kilomikron dan intermediate density
lipoprotein dari darah).Peningkatan sintesis lipoprotein lipid distimulasi oleh penurunan albumin
serum dan penurunan tekanan onkotik.
d. Edema
Akibat nefrotik membuat jaringan bengkak, dan bila dilakukan penekanan tidak cepat kembali ke
keadaan semula. Edema umumnya terjadi pada kaki dan pergelangan kaki.terlebih bila berdiri
dalam waktu yang lama. Hal ini menyebabkan perasaan berat serta dingin pada extremitas dan
mempengaruhi gerakan. Pada stadium lanjut, edema bisa terjadi di perut atau abdomen yang
biasa disebut asites dan dinding perut sangat tegang, serta edema di tangan dan sekitar lingkar
mata pada pagi hari yang disebut edema preorbital. Pada stadium keadaan yang lebih lanjut lagi
terjadi pembengkakan jaringan seluruh tubuh (edema anasarka) serta akan menimbulkan
peningkatan berat badan, anorexia, penurunan nafsu makan, fatigue, nyeri abdomen,malaise
ringan, mual, muntah, sesak nafas.
Sindroma nefrotik adalah suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa menunjukkan penyakit yang
mendasari, dimana menunjukkan kelainan inflamasi glomerulus. Secara fungsional sindrom
nefrotik diakibatkan oleh keabnormalan pada proses filtrasi dalam glomerulus yang biasanya
menimbulkan berbagai macam masalah yang membutuhkan perawatan yang tepat, cepat, dan
akurat. (Alatas, 2002).
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran
glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif
(Donna L. Wong, 2004).
Beberapa penyakit yang dapat secara spesifik menyebabkan rusaknya glomeruli ginjal dan sering
mengakibatkan timbulnya proteinuria tentunya mempercepat timbulnya Nefrotik syndrome:
1. Amiloidosis
2. Congenital nephrosis
3. Focal segmentalglomerular sclerosis (FSGS)
Terjadi kerusakan pada jaringan glomeruli, sehingga merusak membran pelindung protein
1. Glomerulonephritis (GN)
2. IgA nephropathy (Berger's disease)
3. Minimal change disease (Nil's disease)
4. Pre-eclampsia
Terjadinya Sindroma Nefrotik juga tergantung usia kejadiannya:
1. Usia kurang dari 1 tahun
2. Usia kurang dari 15 tahun
3. Usia 15 sampai 40 tahun
Etiologi :
- autoimun
- pembagian secara umum
PATHWAY
Glomerulus
Permiabilitas glomerulus
Porteinuria massif
EdemaUsus
Hipoproteinemia
Hipoalbumin
Hiperlipidemia
Hipovolemia
Volume plasma
Malnutrisi
Gangguan nutrisi
Sekresi ADH
Reabsorbsi air dan natrium
Pelepasan rennin
Vasokonstriksi
Efusi pleura
Sesak
Penatalaksanaan
Hospitalisasi
Tirah baring
Diet
Intoleransi aktivitas
7
8
9
Menurut Suriadi ( 2001 : 219 ) tanda dan gejala dari syndrome nefrotik adalah Gejala utama
yang ditemukan adalah :
a. Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak.
b. Hipoalbuminemia < 30 g/l.
c. Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema
muka, ascxites dan efusi pleura.
d. Anorexia
e. Fatique
f. Nyeri abdomen
g. Berat badan meningkat
h. Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
i. Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya edema dan imobilitas.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperatwan selama 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan
integritas kulit, menunjukan penyembuhan luka.
Kriteria hasil :
Terdapat resolusi pada daerah sekitar luka
No INTERVENSI RASIONAL
.
1. Bantu anak mengubah posisi Pengubahan posisi yang sering
tubuhnya setiap 2 jam dapat mencegah kerusakan kulit,
dengan cara meniadakan tekanan
permukaan tubuh.
2. Lakukan perawatan kulit yang Perawatan kulit yang baik dapat
tepat, termasuk mandi harian menjagakulit bebas dari bahan
dengan menggunakan sabun pengiritasi dan membantu
pelembab, masase, pengubahan mencegah kerusakan kulit.
posisi dan penggantian linen serta
pakaian kotor.
3. Kaji kulit anak untuk melihat bukti Pengkajian yang sering
iritasi dan kerusakan keperti memungkinkan deteksi dini dan
kemerahan, edema, dan abrasi, intervensi yang tepat ketika
setiap 4-8 jam. dibutuhkan.
4. Topang atau tinggikan area-area Meninggikan atau menopang
yang mengalami edema, seperti daerah yang edema dapat
lengan, tungkai, dan skrotum, mengurangi edema. Menggunkan
dengan menggunakan bantal atau bedak dapat mengurangi
linen tempat tidur. Gunakan bedak kelembapan dan gesekan yang di
pada area ini. timbulkan ketika permukaan
tubuh saling bergesek.
5. Tingkatkan jumlah aktivitas anak, Peningkatan aktivitas membantu
seiring edema mereda. mencegah kerusakan kulit akibat
tirah baring yang lama.
5. Kecemasan pada anak atau keluarga b/d hospitalisasi pada anak Tujuan :
Kecemasan anak menurun atau hilang dengan kriteria hasil kooperatif pada tindakan
keperawatan, komunikatif pada perawat, secara verbal mengatakan tidak takur.
No INTERVENSI RASIONAL
.
1. Validasi perasaan takut atau cemas Perasaan adalah nyata dan
membantu pasien untuk tebuka
sehingga dapat menghadapinya.
2. Pertahankan kontak dengan klien Memantapkan hubungan,
meningkatan ekspresi perasaan
3. Upayakan ada keluarga yang Dukungan yang terus menerus
menunggu mengurangi ketakutan atau
kecemasan yang dihadapi.
4. Anjurkan orang tua untuk Meminimalkan dampak
membawakan mainan atau foto hospitalisasi terpisah dari
keluarga. anggota keluarga
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Sindrom Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas
glomerulus terhadap protein plasma, yang menimbulkan protein urea, hipoalbuminemia atau
hipoprotein, hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia, edema, dan lipiduria. Proteinuria massif
yang keluar lebih dari 3,5 gram setiap hari/ 173 m luas permukaan tubuh dan hipoalbuminemia
(kurang 3,5 gr/dl)
Penyebab sindrom nefrotik adalah sindrom nefrotik primer (idiopatik) yang berhubungan dengan
kelainan primer dengan sebab tidak diketahui. Sindrom nefrotik sekunder akibat penyakit
infeksi, keganasan, obat-obatan. Penyakit multi system, alergi, penyakit herediter, toksin,
thrombosis vena renalis, obesitas massif. Penyebab umumnya adalah kelainan glomerulus akibat
dari benigna, glomenuonefritis, glomerosklerosis, nefropati IgA, penyakit minimal. Kelainan
sekunder akibat herediter, autoimun, infeksi, obat (anti inflamasi non steroid, heroin, emas).
DAFTAR PUSTAKA
http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-anak-dengan-
sindrom.html
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Jilid 1. Media Aesculapius
Ngastiyah. 2008. Perawatan Anak Sakit. EGC.
Suryadi dan Yuliani, Rita. 2001. Praktek klinik Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta :
Sagung Seto.
http://fahrinnizami.blogspot.co.id/2014/10/asuhan-keperawatan-anak-pada-klien.html
KONSEP TEORI
SINDROMA NEFROTIK
2.1 Pengertian
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan
hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (
Ngastiyah, 1997).
Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin
berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat
(Mansjoer Arif, dkk. 1999).
Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury
glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria, hypoproteinuria,
hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001).
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh:
- Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria)
- Penurunan albumin dalam darah
- Edema
- Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia) Tanda
Tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan
menyebabkan peningkatan permiabilitas glomerulus (Sukiane, 2002).
Fisiologi
Saluran kemih terdiri dari ginjal yang terus-menurus menghasilkan urine, dan berbagai saluran
dan reservoar yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar tubuh.
- Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna
vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih reendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan kebawah
oleh hati. Kutub atasnya terletak stinggi iga kedua belas. Sedangkan kutup atas ginjal kiri terletak
setinggi iga kesebelas.
- Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya sekitar 10-12 inchi (25 hingga 30 cm),
terbentang dari ginjal sampai vesica urinaria. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan urine ke
vesika urinari.
- Vesika urinaria adalah suatu kantong berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang
simpisis pubis. Vesika urinaria mempunyai tiga muara: dua dari ureter dan satu menuju uretra.
Dua fungsi vesica urinaria adalah sebagai tempat penyimpanan urine sebelum meninggalkan
tubuh dan berfungsi mendorong urine keluar tubuh (dibantu uretra)
- Uretra adalah saluran kecil yanng dapat mengembang, berjalan dari vesika urinaria
sampai keluar tubuh, panjang pada perempuan sekitar 1 inci (4cm) dan pada laki-laki sekitar 8
inci (20cm), muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius .
2.2 Etiologi
Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu
penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
2.3 Patofisiologi
Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus. Sebagian besar
protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampui, meski telah
berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan retensi garam dan air.
Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang berpindah
dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi volume darah
mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati dan peningkatan
konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Menurunnya respon imun karena sel imun
tertekan, kemungkinan disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia atau defisiensi
seng.
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau sistemik yang
mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap menyerang anak-
anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk lansia.
2.4 Manifestasi Klinik
Gejala utama yang ditemukan adalah :
- Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak.
- Hipoalbuminemia < 30 g/l.
- Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema
muka, ascxites dan efusi pleura.
- Anorexia
- Fatique
- Nyeri abdomen
- Berat badan meningkat
- Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia.
- Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri.
2.5 Komplikasi
- Infeksi (akibat defisiensi respon imun)
- Tromboembolisme (terutama vena renal)
- Emboli pulmo
- Peningkatan terjadinya aterosklerosis
- Hypovolemia
- Hilangnya protein dalam urin
- Dehidrasi
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
2. Resiko infeksi b/d terapi immunosuppresivedan hilangnya gama globulin.
3. Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik.
4. Resiko kelebihan volume cairan b/d retensi sodium dan air.
5.Kecemasan pada anak dan keluarga b/d hospitalisasi pada anak.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
a. Tujuan : integritas kulit terjaga.
b. KH : Tidak ada tanda kemerahan, lecet dan tidak terjadi tenderness bila disentuh.
c. Intervensi :
- Mengatur atau merubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi.
R/: untuk mencegah terjadinya penekanan terlalu lama dan terjadi decubitus
- Pertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur.
R/: untuk mencegah terjadainya resiko terinfeksi atau terkontaminasi
- Gunakan lotion bila kulit kering.
R/: memberikan kelembapan pada kulit
- Kaji area kulit : kemerahan, tenderness dan lecet.
R/: untuk mengetahui apakah ada tanda-tanda peradangan pada kulit
- Support daerah yang edema dengan bantal.
R/: agar tidak terjadi penekanan
- Lakukan aktifitas fisik sesuai dengan kondisi anak.
R/: mencegah terjadinya cidera
2. Resiko infeksi b/d terapi imunosuppresive dan hilangnya gama globulin.
a. Tujuan : tidak terjadi infeksi
b. Kriteria hasil :
- Hasil laborat ( leukosit ) dbn
- Tanda- tanda vital stabil
- Tidak ada tanda- tanda infeksi
c. Intervensi :
- Mencuci tangan setiap akan kontak dengan anak
R/: mencegah terjadinya terkontaminasi
- Kaji tandatanda infeksi
R/: untuk merencanakan intervensi selanjutnya
Doengoes et. al, (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, alih bahasa Made Kariasa: EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk, (1999), Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, Jilid 1, Media Aesculapius:
Jakarta
Matondang, dkk. (2000), Diagnosis Fisis Pada Anak, Sagung Seto:Jakarta
Ngastiyah. (1997), Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta
Rusepno, Hasan, dkk. (2000), Ilmu Kesehaatan Anak 2, Infomedica: Jakarta
http://cahaya-salim.blogspot.co.id/2013/04/laporan-pendahuluan-askep-sindroma.html
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tahun 1905 Friedrich Muller menggunakan istilah nefrosis untuk membedakan degenerasi
lemak tubulus dengan glomerulus. Namun istilah nefrosis sekarang tidak dipakai lagi. Tahun
1913 Munk melaporkan adanya butir-butir lipoid (Lipoid droplets) dalam sedimen urin pasien
dengan nefritis parenkimatosa kronik. Kelainan ini ditemukan terutama atas dasar adanya lues
dan diberikan istilah nefrosis lipoid. Istilah sindrom nefrotik (SN) kemudian digunakan untuk
menggantikan istilah terdahulu yang menunjukkan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa
menunjukkan satu penyakit yang mendasari.
Sampai abad ke-20 morbiditas SN pada anak masih tinggi, yaitu melebihi 50%. Pasien-pasien ini
dirawat dalam jangka waktu lama karena edema anasarka disertai dengan ulserasi dan infeksi
kulit. Dengan ditemukannya obat-obat sulfonamide dan penisilin pada tahun 1940 dan
dipakainya hormone adrenokortikotropik (ACTH) dan kortikosteroid pada tahun 1950, mortalitas
penyakit ini diperkirakan mencapai 67% yang sering disebabkan oleh komplikasi peritonitis dan
sepsis dan pada decade berikutnya mortalitas menurun sampai + 40%. Angka kematian menurun
lagi mencapai 35% setelah obat penisilin mulai digunakan pada tahun 1946-1950.
Dengan pemakaian ACTH atau kortison pada awal 1950-an untuk mengatasi edema dan
mengurangi kerentanan terhadap infeksi, angka kematian menurun mencapai 20%. Schwartz dan
kawan-kawan melaporkan angka mortalitas 23% 15 tahun setelah awitan penyakit. Di antara
pasien SN yang selamat dari infeksi sebeelum era sulfonamide umumnya kematian pada periode
ini disebabkan oleh gagal ginjal kronik (Nefrologi Anak:350).
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan umum : Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang
dimaksud dengan sindroma nefrotik dan rencana asuhan keperawatannya.
1.2.2 Tujuan khusus : Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat :
Menjelaskan definisi sindroma nefrotik
Menjelaskan etiologi sindroma nefrotik
Menjelaskan manesfesatasi klinis sindroma nefrotik
Menjelaskan komplikasi sindroma nefrotik
Menjelaskan tentang penatalaksanaan sindroma nefrotik
Menjelaskan patofisiologi dan pnp dari sindrom nefrotik
Melakukan rencana asuhan keperawatan pda anak dengan sindroma nefrotik
BAB II
KONSEP TEORI
2.1 DEFINISI
Sindroma nefrotik adalah status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
membrane glomerolus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinarius yang
massif (Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Ed. 4). Sindroma nefrotik
merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria massif, hipoalbuminemia, hiperlipemia, dan
edema (Wong, Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 2). Sindroma nefrotik ditandai oleh
proteinurea massif, hipoalbuminemia, edema, dan hiperlipidemia. Insiden tertinggi pada usia 3-4
tahun, rasio lelaki dan perempuan 2:1 (Kapita Selekta Kedokteran jilid 2.fkui,2000) Sindroma
nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkn oleh adanya injury glomerular yang terjadi
pada anak dengan karakteristik proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia
dan edema (Suriadi & Rita Yulianni,2001)
2.2 ETIOLOGI
Sebab yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir ini di anggap suatu penyakit auto immune. Jadi
merupakan suatu reaksi antigen-anti bodi.
Umumnya para ahli membagi etiologinya menjadi:
1. Sindroma nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternotetal.
Resisten terhadap semua pengobatan
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus .
Pengcangkokan ginjal dalam masa neonatus telah dicoba tetapi tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
2. Sindroma nefrotik sekunder disebabkan oleh :
a) Malaria kuartana atau parasit lain
b) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid
c) Glomerulonefritis akut, glumerulonefritis kronis, thrombosis vena renalis
d) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamain, garam, emas , sengatan lebah, racun
oak, air raksa.
e) Amilodosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membrano proliferative
hipokomplementemik
2.4 KOMPLIKASI
1) Penurunan volume intravakular (syok hipovolemik)
2) Kemampuan koagulasi yang berlebihan (thrombosis vena)
3) Perburukan pernafasan (berhubungan dengan retensi cairan)
4) Kerusakan kulit
5) Infeksi sekunder, trauma infeksi kulit
6) Peritonitis (berhubungan dengan asites)
7) Efek samping steroid yang tidak diinginkan
2.5 PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan medis untuk sindom nefrotik mencakup komponen perawatan berikut ini:
1) Pemberian kortikosteroid (prednison) dengan dosis 2 mg/kg/per hari sesuai program
2) Penggantian protein (dari makanan atau 25% albumin)
3) Pengurangan edema melalaui terapi diuretic dan restriksi narium (diuretic hendaknya
dilakukan secara cermat untuk mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler,
pembentukan thrombus dan ketidakseimbangan elektrolit)
4) Rumatan keseimbangan elektrolit
5) Inhibitor enzim pengkonverensiangiotensin (menurunkan banyaknya proteinuria pada
glomerulonefritis membrosa)
6) Agens pengalkilasi (sitotoksik) klorambusil dan siklofostamid (untuk sindroma nefrotik
tergantung steroid dan pasien yang seering mangalami kekambuhan)
7) Obat nyeri (untuk mangatasi ketidaknyamanan berhubungan dengan edema dan terapi
invasive)
8) Antibiotic untuk mencegah infeksi
9) Terapi albumin jika oral dan output urin kurang
10) Pembatasan sodium jika anak hypertensi
2.6 PATOFISIOLOGI
Meningkatkan permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyababkan
hypoalbuminemia. Dengan menurunya albumin, tekanan osmotic plasma menurun sehingga
cairan intravascular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravascular berkurang sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena
hypovolemi.
Menurunya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi rennin angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormone (ADH) dan sekresi
aldosteron yang kemudian terjadi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan
menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan cholesterol dan triglyceride serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan ontotik plasma.
Adanya hyperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang
timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urine (lipiduria).
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan di sebabkan oleh karena
hypoalbunemia, hyperlipidemia atau difesiensi seng.
BAB III
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Umur : lebih sering pada anakanak usia antara 34 tahun
Jenis kelamin : lebih banyak menyerang pria dengan perbandingan presentase pria : wanita 2 :
1
b. Keluhan utama
Edema atau sembab, biasanya pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia
Malaise
Sesak nafas
Kaki terasa berat dan dingin karena adanya edema
Sakit kepala
Diare
c. Riwayat penyakit sekarang
cekung dan lunak bila ditekan di daerah sekitar edema Piting edema
Urine sedikit, gelap dan berbusa
Berat badan meningkat
Kulit pucat
Diare
Sesak nafas
Malaise
d. Riwayat penyakit dahulu
Anak pernah menderita penyakit infeksi ginjal (glumerulonefritis) sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini atau diabetes mellitus
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Terjadi peningkatan berat badan karena adanya edema
Sering tidak masuk sekolah sehingga prestasi belajarnya terganggu
g. Riwayat nutrisi
Diet kaya protein terutama protein hewani
h. Dampak hospitalisasi
Perpisahan
Lingkungan baru
i. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : disorentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma
Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum
Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
Perut : adanya edema anasarka (asites)
Ekstrimitas : edema pada tungkai.
Kulit : sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun
Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam
(kusmaul), dyspnea
j. Pemeriksaan penunjang
1. UJI URINE
meningkat Protein urine
cast hialin dan granular, hematuria Urinalis
positif untuk protein dan darah Dipstick urine
meningkat Berat jenis urine
2. UJI DARAH
menurun Albumin serum
meningkat Kolesterol serum
meningkat (hemokonsentrasi) Hemoglobin dan hematokrit
meningkat Laju endap darah (LED)
bervariasi dengan keadaan penyakit per orang Elektrolit serum
3. UJI DIAGNOSTIK
Biopsy ginjal merupakan uji diagnostic yang tidak dilakukan secara rutin
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan
protein
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan (malaise)
g. Kecemasan pada anak atau keluarga berhubungan dengan hospitalisasi pada anak
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
i. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
j. Nyeri, gangguan rasa nyaman berhubungan dengan asites
3. INTERVENSI
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
TUJUAN : pasien mendapatkan volume cairan yang tepat
KRITERIA HASIL : anak mendapatkan cairan tidak lebih dari yang ditentukan
4. IMPLEMENTASI
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
Mencatat masukan dan pengeluaran cairan
Menimbang berat badan pasien
Memberikan diuretik
Mengatur masukan
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravascular) berhubungan dengan
kehilangan protein
Memantau TTV
Mengkaji kualitas dan frekuensi nadi
Melaporkan adanya penyimpangan dari normal
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh
Mengatur mengubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
Mempertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur
Menghindari pakaian yang ketat
Menggunakan lotion bila kulit kering
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun
Menggunakan teknik mencuci tangan yang baik pada perawat dan staf
Mengkaji integritas kulit
Memantau TTV
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
Memberikan makan sedikit tapi sering
Memberikan makanan special (yang disukai anak) den dengan cara menarik
Menawarkan perawatan mulut sering atau olesi dengan larutan gliserin atau memberikan
permen diantara makan
Memberi pujian atas apa yang mereka makan
Melibatkan anak dalam memilih makanan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan (malaise)
Menginstruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah
Menberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi
g. Kecemasan pada anak atau keluarga berubungan dengan hospitalisasi pada anak
Mengenalkan anak dan keluarga pada anggota-anggota staf atau perawat
Memberikan penjelasan tentang syndrome nefrotik, perawatan, dan pengobatan
Memberikan aktifitas bermain yang sesuai dengan kondisi anak
Mengajakan pada orang tua untuk membantu perawatan pada anaknya
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
Memberikan penjelasan pada anak dan keluarga tentang perubahan yang dialami.
Memberi dukungan positif dalam menyikapi penyakit yang diderita pada anak.
i. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
Memberikan oksigenasi.
Meberikan posisi yang adekuat untuk efisieni ventilasi.
5. EVALUASI
a. Fungsi ginjal anak membaik yang terlihat dari tidak adanya tanda-tanda dan gejala klinis
b. Tingkat aktivitas anak sesuai dengan usia
c. Anak tidak menunjukkan dan tanda dan gejala infeksi
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Ginjal merupakam salah satu organ penting dalam system urinia. Sedangkan sindroma nefrotik
merupakan salah satu penyakit kelainan pada ginjal. Sindroma nefrotik merupakan kumpulan
gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan
karakteristik proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbunemia, hyperlipedemia dan edema. Penyebab
sindroma nefrotik belum diketahui secara pasti. Namun para ahli telah membagi dalam beberapa
etiologi.
4.2. SARAN
Apabila terdapat gejala-gejala klinis pada anak seperti edema di waktu pagi, anak segera
diperiksakan ke petugas-petugas kesehatan terdekat untuk mengetahui apakah anak menderita
sindrom nefrotik dan dapat mendapat pertolongan secara dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Cecily. L dan Linda A. Sowder. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. EGC:
Jakarta.
2. Doengus, Marilyn. E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC: Jakarta.
3. Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. EGC:
Jakarta.
4. Masjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Media Aesculapius FKUI
:Jakarta.
5. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. ECG: Jakarta.
6. Rosa M. Saccharin. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric edisi 2. EGC; Jakarta
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. FKUI: Jakarta.
8. Suriadi & Rita Yulianni. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak.PT. Fajar Interpratama:
Jakarta
9. Wirya, IGN Wila. 1993. Nefrologi Anak. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
10. Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. EGC: Jakarta.
11. http://rianjulianto11.blogspot.co.id/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html
KONSEP DASAR
Pengertian
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari kehilangan protein karena
kerusakan glomerulus yang difus. (Luckmans, 1996 : 953).
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia dan
hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
(Ngastiyah, 1997).
Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap sebagai
suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli
membagi etiologinya menjadi:
Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Gejalanya adalah edema
pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu
cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil.
Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
Malaria kuartana atau parasit lain.
Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid.
Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena renalis.
Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun oak,
air raksa.
Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif
hipokomplementemik.
Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa
dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan
minimal,nefropati membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis fokal
segmental.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik adalah:
Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
Proteinuria dan albuminemia.
Hipoproteinemi dan albuminemia.
Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
Lipid uria.
Mual, anoreksia, diare.
Anemia, pasien mengalami edema paru.
Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome).
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah. Anak dengan
sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop
cahaya.
Pathways
idiopatik
Reaksi auto imun
Penyakit sekunder
Tekanan hidrostatik
Tekanan
Osmotic plasma
Transudasi air dan elektrolit ke ruang intertisiil
edema
Sel terjepit
Gangguan metabolisme sel
Stimulasi jaringan tubuler
kelelahan
Intoleransi
aktivitas
Aktivasi mekanisme renin angiotensin
Stimulasi duktus kolektifus
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. anoreksia. (Carpenito,1999: 204)
Tujuan: kebutuhan nutrisi terpenuhi
KH: tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang adekuat, mempertahankan berat
badan
Intervensi:
tanyakan makanan kesukaan pasien
anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak pada saat makan
pantau adanya mual dan muntah
bantu pasien untuk makan
berikan makanan sedikit tapi sering
berikan informasi pada keluarga tentang diet klien
LAPORAN PENDAHULUAN
SINDROM NEFROTIK
1. Pengertian
2. Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini
dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-
adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis ini resisten terhadap
semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah pencangkokan
ginjal pada masa neonatus namun tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya
Disebabkan oleh:
membranoproliferatif hipokomplementemik.
mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan
3. Patofisiologi
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari
onkotik plasma
dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan
4. Menifestasi kliniks
5. Klasifikasi
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah.
Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila
neoplasma limfoproliferatif.
Faktor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi
yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah
edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan
kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialysis.
6. Komplikasi
Infeksi (akibat defisiensi respon imun)
Emboli pulmo
Hypovolemia
Dehidrasi
7. Penatalaksanaan
a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan
tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk
mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan
yang cepat.
b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/
hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis
yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit
harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang mengalami
terhadap kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban
harus dikurangi sampai minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan
popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan scrotum harus disokong dengan
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
e. Kemoterapi:
samping minimal. Dosis dikurangi setiap 10 hari hingga dosis pemeliharaan sebesar
5 mg diberikan dua kali sehari. Diuresis umumnya sering terjadi dengan cepat dan
obat dihentikan setelah 6-10 minggu. Jika obat dilanjutkan atau diperpanjang, efek
2) Jika terjadi resisten steroid dapat diterapi dengan diuretika untuk mengangkat
siklofosfamid.
A. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan
beraktivitas
b. Eliminasi : Klien diare BAB >3x sehari, dengan konsitensi encer, wrna
kuning bau khas dan BAK 4-5x sehari, dengan bau khas warna kuning jernih.
c. Makanan /cairan : anoreksia, mual, muntah
abdomen
g. Pola persepsi diri dan konsep diri : putus asa, rendah diri
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor,
2) Darah
(hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. Albumin <>
C. Diagnosa Keperawatan
D. intervensi Keperawatan
dan output.
Kriteria Hasil :
Intervensi:
teria Hasil : tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan masukan yang adekuat,
Intervensi:
R/: Pasien cenderung mengonsumsi lebih banyak porsi makan jika ia diberi beberapa makanan
kesukanannya
teria Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl dalam batas normal, leukosit
Intervensi:
Intervensi:
R/: meningkatkan istirahat dan ketenangan klien, posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal
Intervensi:
R/: Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandingkan dan
R/: Mengurangi stress pada titik tekanan, meningkatkan aliran darah ke jaringan da
R/: Meninggikan atau menopang daerah yang edema dapat mengurangi edema. Menggnakan
bedak dapat mengurangi kelembapan dan gesekan yang ditimbulkan ketika permukaan tubuh
saling bergesek.
http://askepsindrom.blogspot.co.id/
Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan efektif dapat menyebabkan berbagai
komplikasi dan beberapa di antaranya bisa berakibat fatal. Sejumlah komplikasi yang
berpotensi muncul meliputi:
Anemia.
Kekurangan gizi, misalnya defisiensi vitamin D.
Hipertensi.
Gagal ginjal akut.
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori
2.1.1 Pengertian
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-
hal: Proteinuria masif> 3,5 gr/hr, Hipoalbuminemia, Edema, Hiperlipidemia. Manifestasi dari
keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomelurus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus. (Muttaqin,
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein,
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan
lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). (Brunner & Suddarth, 2001).
Nefrotik sindrom merupakan kelainan klinis yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, edema, dan hiperkolesterolmia. (Baughman, 2000).
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan
panjang lebih kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan
lebih rendah dari ginjal kiri oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh.
Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi
batas bawah vertebra lumbalis III.
Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang
berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna
bertini. Dasar piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol
ke dalam kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2
atau 3 ditiap ginjal. Kaliks mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis
inilah keluar ureter.
Korteks sendiri terdiri atas glomeruli dan tubuli, sedangkan pada medula hanya terdapat
tubuli. Glomeruli dari tubuli ini akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari
glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle, tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula
duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang 1,5-2 juta nefron berarti pula lebih
kurang 1,5-2 juta glomeruli.
Ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui ultrafiltrat
yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
1. Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus
akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler
dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut
glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan
tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
2. Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam
ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus.
a) Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu
60-80 % dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein,
asam amino dan glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl,
Bikarbonat), endogenus organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang
diekskresi asam dan basa organik.
b) Loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu
berfungsi untuk membuat cairan intratubuler lebih hipotonik.
c) Tubulus distalis
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan
H2O dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen.
d) Duktus koligentis
Mereabsorbsi dan menyekresi kalium. Ekskresi aktif kalium dilakukan pada duktus koligen
kortikal dan dikendalikan oleh aldosteron.
2.1.3 Etiologi
Penyebab nefrotik sindrom dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut.
1. Primer, berkaitan dengan berbagai penyakit ginjal, seperti berikut ini.
a. Glomerulonefritis
b. Nefrotik sindrom perubahan minimal
2. Sekunder, akibat infeksi, penggunaan obat, dan penyakitsistemik lain, seperti berikut ini.
a. Dibetes militus
b. Sistema lupus eritematosus
c. Amyloidosis
2.1.4 Patofisiologi
Glomeruli adalah bagian dari ginjal yang berfungsi untuk menyaring darah. Pada nefrotik
sindrom, glomeruli mengalami kerusakan sehingga terjadi perubahan permeabilitas karena
inflamasi dan hialinisasi sehingga hilangnya plasma protein, terutama albumin ke dalam urine.
Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ ini tidak mampu untuk
terus mempertahankannya. Jika albumin terus menerus hilang maka akan terjadi
hipoalbuminemia.
Hilangnya protein menyebabkan penurunan tekanan onkotik yang menyebabkan edema
generalisata akibat cairan yang berpindah dari sistem vaskuler ke dalam ruang cairan
ekstraseluler. Penurunan volume cairan vaskuler menstimulli sistem renin-angio-tensin, yang
mengakibatkan disekresinya hormon anti diuretik (ADH) dan aldosteron menyebabkan
reabsorbsi natrium (Na) dan air sehingga mengalami peningkatan dan akhirnya menambah
volume intravaskuler.
Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis LDL ( Low Density Lipoprotein)
dalam hati dan peningkatan kosentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Adanya
hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin ( lipiduria ). (Toto
Suharyanto, 2009).
Menurunya respon immun karena sel immun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. Penyebab mencakup
glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal, penyakit lupus erythematosus sistemik, dan
trombosis vena renal
2.1.5 Manifestasi Klinis
1. Tanda paling umum adalah peningkatan cairan di dalam tubuh, diantaranya adalah:
a) Edema periorbital, yang tampak pada pagi hari.
b) Pitting, yaitu edema (penumpukan cairan) pada kaki bagian atas.
c) Penumpukan cairan pada rongga pleura yang menyebabkan efusi pleura.
d) Penumpukan cairan pada rongga peritoneal yang menyebabkan asites.
2. Hipertensi (jarang terjadi), karena penurunan voulume intravaskuler yang mengakibatkan
menurunnya tekanan perfusi renal yang mengaktifkan sistem renin angiotensin yang akan
meningkatkan konstriksi pembuluh darah.
3. Beberapa pasien mungkin mengalami dimana urin berbusa, akibat penumpukan tekanan
permukaan akibat proteinuria.
4. Hematuri
5. Oliguri (tidak umum terjadi pada nefrotik sindrom), terjadi karena penurunan volume cairan
vaskuler yang menstimulli sistem renin-angio-tensin, yang mengakibatkan disekresinya hormon
anti diuretik (ADH)
6. Malaise
7. Sakit kepala
8. Mual, anoreksia
9. Irritabilitas
10. Keletihan
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a) Pemeriksaan sampel urin
Pemeriksaan sampel urin menunjukkan adanya proteinuri (adanya protein di dalam urin).
b) Pemeriksaan darah
Hipoalbuminemia dimana kadar albumin kurang dari 30 gram/liter.
Hiperkolesterolemia (kadar kolesterol darah meningkat), khususnya peningkatan Low Density
Lipoprotein (LDL), yang secara umum bersamaan dengan peningkatan VLDL.
Pemeriksaan elektrolit, ureum dan kreatinin, yang berguna untuk mengetahui fungsi ginjal
2. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan apabila penyebabnya belum diketahui secara jelas,
yaitu:
a. Biopsi ginjal (jarang dilakukan pada anak-anak ).
b. Pemeriksaan penanda Auto-immune (ANA, ASOT, C3, cryoglobulins, serum electrophoresis).
2.1.7 Komplikasi
1. Trombosis vena, akibat kehilangan anti-thrombin 3, yang berfungsi untuk mencegah terjadinya
trombosis vena ini sering terjadi pada vena renalis. Tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya
adalah dengan pemberian heparin.
2. Infeksi (seperti haemophilus influenzae and streptococcus pneumonia), akibat kehilangan
immunoglobulin.
3. Gagal ginjal akut akibat hipovolemia. Disamping terjadinya penumpukan cairan di dalam
jaringan, terjadi juga kehilangan cairan di dalam intravaskuler.
4. Edema pulmonal, akibat kebocoran cairan, kadang-kadang masuk kedalam paru-paru yang
menyebabkan hipoksia dan dispnea.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
A. Suportif
1. Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring
2. Memonitor dan mempertahankan volume cairan tubuh yang normal.
a. Memonitor urin output
b. Pemeriksaan tekanan darah secara berkala
c. Pembatasan cairan, sampai 1 liter
3. Memonitor fungsi ginjal
a. Lakukan pemeriksaan elektrolit, ureum, dan kreatinin setiap hari.
b. Hitung GFR/LFG setiap hari.
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas dasar LFG, yang dihitung menggunakan
rumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
LFG (ml/menit/1,73m2)=
*pada perempuan dikali 0,85
Dasar Derajat Penyakit
LFG
Derajat Penjelasan
(ml/mn/1.73m2)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ringan 60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG sedang 30-58
4 Kerusakan ginjal dengan LFG berat 15-29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
(Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, 2006)
c. Mencegah komplikasi
d. Pemberian transfusi albumin secara umum tidak dipergunakan Karena efek kehilangan hanya
bersifat sementara.
B. Tindakan khusus
1. Pemberian diuretik (Furosemid IV).
2. Pemberian imunosupresi untuk mengatasi glomerulonefritis (steroids, cyclosporin)
3. Pembatasan glukosa darah, apabila diabetes mellitus
4. Pemberian albumin-rendah garam bila diperlukan
5. Pemberian ACE inhibitor: untuk menurunkan tekanan darah.
6. Diet tinggi protein; cegah makanan tinggi garam
7. Antibiotik profilaktik spektrum luas untuk menurunkan resiko infeksi sampai anak mendapat
pengurangan dosis steroid secara bertahap
8. Irigasi mata/krim oftalmik untuk mengatasi iritasi mata pada edema yang berat
B. Diagnosa
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan di dalam jaringan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
(anoreksia).
c. Resiko kehilangan volume cairan intravaskuler berhubungan dengan kehilangan protein, cairan
dan edema.
d. Ansietas Berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit.
c. Programkan
pasien pada dietd. Edema terjadi
rendah natrium terutama pada jaringan
selama fase edema yang tergantung pada
tubuh.
d. Kaji kulit, wajah,
area tergantung
untuk edema.e. Mengkaji
Evaluasi derajat berlanjutnya dan
edema (pada skala penanganan
+1 sampai +4). disfungsi/gagal ginjal.
e. Awasi Meskipun kedua nilai
pemerikasaan mungkin meningkat,
laboratorium, kreatinin adalah
contoh: BUN, indikator yang lebih
kreatinin, natrium, baik untuk fungsi
kalium, Hb/ht, foto ginjal karena tidak
dada dipengaruhi oleh
hidrasi, diet, dan
katabolisme jaringan.
f. Diberikan dini
pada fase
oliguria untuk mengub
ah ke fase
nonoliguria, untuk
melebarkan lumen
tubular dari
debris, menurunkan
hiperkalimea, dan
meningkatkan volume
urine adekuat
f. Berikan obat
sesuai indikasi
Diuretik, contoh
furosemid (lasix),
mannitol (Os-
mitol;
g. Awasi
pemeriksaan
laboratorium,
contoh: BUN,
albumin serum,
transferin, natrium,
dan kalium.
3 Setelah dilakukan tindakana. Awasi TTV a. Hipotensi ortostatik
selama 3x24 jam dan takikardi indikasi
diharapkan Resiko hipovolemia.
kehilangan cairan tidak b. Membantu
terjadi dengan Kriteria memperkirakan
Hasil: Tidak ditemukannyab. Kaji masukan dan kebutuhan
atau tanda- haluaran cairan. penggantian cairan.
tandanya kehilangan cairan Hitung kehilanganc. Membran mukosa
intravaskuler seperti: tak kasat mata. kering, turgor kulit
a. Masukan dan keluaran buruk, dan penurunan
seimbang nadi dalah indikator
c. Kaji membran
b. Tanda vital yang stabil dehidrasi
mukosa mulut dan
c. Elektrolit dalam batas d. penggantian cairan
elastisitas turgor
normal kulit tergantung dari berapa
d. Hidrasi adekuat yang banyaknya cairan
ditunjukkan dengan yang hilang atau
turgor kulit yang normal dikeluarkan.
d. Berikan cairan Pemberian
e. cairan
sesuai indikasi ; parenteral diperlukan,
misalnya albumin dengan tujuan
mempertahankann
hidrasi yang adekuat.
f. Mengkaji untuk
penanganan medis
berikutnya
e. Berikan cairan
parenteral sesuai
dengan petunjuk
f. Awasi
pemerikasaan
laboratorium,
contoh protein
(albumin)
4 Setelah dilakukan tindakana. Berikan motivasia. Deteksi dini terhadap
selama 3x24 jam pada keluarga perkembangan klien.
diharapkan Rasa cemas untuk ikut secara
berkurang setelah mendapat aktif dalam kegiatan
penjelasan dengan kriteria: perawatan klien. b. Peran serta keluarga
Klien mengungkapkan sudahb. Jelaskan pada secara aktif dapat
tidak takut terhadap tindakan klien setiap mengurangi rasa
perawatan, klien tampak tindakan yang akan cemas klien.
tenang, klien kooperatif. dilakukan. c. Penjelasan yang
memadai
c. Observasi tingkat memungkinkan klien
kecemasan klien kooperatif terhadap
dan respon klien tindakan yang akan
terhadap tindakan dilakukan.
yang telah
dilakukan
2.2.4 Evaluasi
Setelah mendapat intervensi keperawatan, maka pasien dengan sindrom nefrotik diharapkan
sebagai berikut:
1. Kelebihan volume cairan teratasi
2. Meningkatnya asupan nutrisi
3. Peningkatan kemampuan aktivitas sehari-hari
4. Penurunan kecemasan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi hal-
hal: Proteinuria masif> 3,5 gr/hr, Hipoalbuminemia, Edema, Hiperlipidemia. Manifestasi dari
keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomelurus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus. (Muttaqin,
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein, penurunan
albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema dan serum kolesterol yang tinggi dan
lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). (Brunner & Suddarth, 2001).
Etiologi nefrotik sindrom dibagi menjadi 3, yaitu primer (Glomerulonefritis dan nefrotik
sindrom perubahan minimal), sekunder (Diabetes Mellitus, Sistema Lupus Erimatosis, dan
Amyloidosis), dan idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).Tanda paling umum adalah
peningkatan cairan di dalam tubuh. Sehingga masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah
kelebihan volume cairan berhubungan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan, resiko
kehilangan volume cairan intravaskuler, dan kecemasan.
http://rizamunandar.blogspot.co.id/2014/03/asuhan-keperawatan-pada-kasus-sindrom.html
Pengertian
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran
glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L.
Wong, 2004).
Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada
anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema
(Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).
Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50
mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai
dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002).
Berdasarkan pengertian diatas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Sindrom Nefrotik pada
anak merupakan kumpulan gejala yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria massif
hipoalbuminemia, hiperlipidemia yang disertai atau tidak disertai edema dan hiperkolestrolemia.
2. Anatomi fisiologi
a. Anatomi
Ginjal merupakan salah satu bagian saluran kemih yang terletak retroperitoneal dengan panjang lebih
kurang 11-12 cm, disamping kiri kanan vertebra. Pada umumnya, ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri
oleh karena adanya hepar dan lebih dekat ke garis tengah tubuh. Batas atas ginjal kiri setinggi batas atas
vertebra thorakalis XII dan batas bawah ginjal setinggi batas bawah vertebra lumbalis III. Pada fetus dan
infan, ginjal berlobulasi. Makin bertambah umur, lobulasi makin kurang sehingga waktu dewasa
menghilang. Parenkim ginjal terdiri atas korteks dan medula. Medula terdiri atas piramid-piramid yang
berjumlah kira-kira 8-18 buah, rata-rata 12 buah. Tiap-tiap piramid dipisahkan oleh kolumna bertini. Dasar
piramid ini ditutup oleh korteks, sedang puncaknya (papilla marginalis) menonjol ke dalam kaliks minor.
Beberapa kaliks minor bersatu menjadi kaliks mayor yang berjumlah 2 atau 3 ditiap ginjal. Kaliks
mayor/minor ini bersatu menjadi pelvis renalis dan di pelvis renalis inilah keluar ureter. Korteks sendiri
terdiri atas glomeruli dan tubili, sedangkan pada medula hanya terdapat tubuli. Glomeruli dari tubuli ini
akan membentuk Nefron. Satu unit nefron terdiri dari glomerolus, tubulus proksimal, loop of henle,
tubulus distal (kadang-kadang dimasukkan pula duktus koligentes). Tiap ginjal mempunyai lebih kurang
1,5-2 juta nefron berarti pula lebih kurang 1,5-2 juta glomeruli. Pembentukan urin dimulai dari glomerulus,
dimana pada glomerulus ini filtrat dimulai, filtrat adalah isoosmotic dengan plasma pada angka 285
mosmol. Pada akhir tubulus proksimal 80 % filtrat telah di absorbsi meskipun konsentrasinya masih tetap
sebesar 285 mosmol. Saat infiltrat bergerak ke bawah melalui bagian desenden lengkung henle,
konsentrasi filtrat bergerak ke atas melalui bagian asenden, konsentrasi makin lama makin encer
sehingga akhirnya menjadi hipoosmotik pada ujung atas lengkung. Saat filtrat bergerak sepanjang
tubulus distal, filtrat menjadi semakin pekat sehingga akhirnya isoosmotic dengan plasma darah pada
ujung duktus pengumpul. Ketika filtrat bergerak turun melalui duktus pengumpul sekali lagi konsentrasi
filtrat meningkat pada akhir duktus pengumpul, sekitar 99% air sudah direabsorbsi dan hanya sekitar 1%
yang diekskresi sebagai urin atau kemih (Price,2001 : 785).
b. Fisiologi ginjal
Telah diketahui bahwa ginjal berfungsi sebagai salah satu alat ekskresi yang sangat penting melalui
ultrafiltrat yang terbentuk dalam glomerulus. Terbentuknya ultrafiltrat ini sangat dipengaruhi oleh sirkulasi
ginjal yang mendapat darah 20% dari seluruh cardiac output.
Faal glomerolus
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke tubulus akibat
tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik intra kapiler dan tekanan koloid
osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR).
GFR normal dewasa : 120 cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-
90 cc/menit/luas permukaan tubuh anak.
Faal Tubulus
Fungsi utama dari tubulus adalah melakukan reabsorbsi dan sekresi dari zat-zat yang ada dalam
ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Sebagaimana diketahui, GFR : 120 ml/menit/1,73 m2, sedangkan
yang direabsorbsi hanya 100 ml/menit, sehingga yang diekskresi hanya 1 ml/menit dalam bentuk urin
atau dalam sehari 1440 ml (urin dewasa).
Pada anak-anak jumlah urin dalam 24 jam lebih kurang dan sesuai dengan umur :
a) 1-2 hari : 30-60 ml
b) 3-10 hari : 100-300 ml
c) 10 hari-2 bulan : 250-450 ml
d) 2 bulan-1 tahun : 400-500 ml
e) 1-3 tahun : 500-600 ml
f) 3-5 tahun : 600-700 ml
g) 5-8 tahun : 650-800 ml
h) 8-14 tahun : 800-1400 ml
Faal Tubulus Proksimal
Tubulus proksimal merupakan bagian nefron yang paling banyak melakukan reabsorbsi yaitu 60-80 %
dari ultrafiltrat yang terbentuk di glomerolus. Zat-zat yang direabsorbsi adalah protein, asam amino dan
glukosa yang direabsorbsi sempurna. Begitu pula dengan elektrolit (Na, K, Cl, Bikarbonat), endogenus
organic ion (citrat, malat, asam karbonat), H2O dan urea. Zat-zat yang diekskresi asam dan basa organik.
Faal loop of henle
Loop of henle yang terdiri atas decending thick limb, thin limb dan ascending thick limb itu berfungsi untuk
membuat cairan intratubuler lebih hipotonik.
Faal tubulus distalis dan duktus koligentes
Mengatur keseimbangan asam basa dan keseimbangan elektrolit dengan cara reabsorbsi Na dan H2O
dan ekskresi Na, K, Amonium dan ion hidrogen. (Rauf, 2002 : 4-5).
3. Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaternal
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik,
trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis,
dan lain-lain.
c. Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya)
(Arif Mansjoer,2000 :488)
4. Insiden
a. Insidens lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan.
b. Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasarkan etiologi, berat, luas
kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari, dan responnya trerhadap pengobatan
c. Sindrom nefrotik jarang menyerang anak dibawah usia 1 tahun
d. Sindrom nefrotik perubahan minimal (SNPM) menacakup 60 90 % dari semua kasus sindrom nefrotik
pada anak
e. Angka mortalitas dari SNPM telah menurun dari 50 % menjadi 5 % dengan majunya terapi dan
pemberian steroid.
f. Bayi dengan sindrom nefrotik tipe finlandia adalah calon untuk nefrektomi bilateral dan transplantasi
ginjal. (Cecily L Betz, 2002)
5. Patofisiologi
a. Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma
dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskuler berpindah ke
dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang,
sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
b. Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi
renin angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang
kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.
c. Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma
d. Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)
d. Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217)
6. Manifestasi klinik
a. Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai
berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan
disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah.
b. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa
c. Pucat
d. Hematuri
e. Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus.
f. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.
g. Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily L.2002 : 335 ).
7. Pemeriksaan diagnostik
a. Uji urine
1) Protein urin meningkat
2) Urinalisis cast hialin dan granular, hematuria
3) Dipstick urin positif untuk protein dan darah
4) Berat jenis urin meningkat
b. Uji darah
1) Albumin serum menurun
2) Kolesterol serum meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat (hemokonsetrasi)
4) Laju endap darah (LED) meningkat
5) Elektrolit serum bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
c. Uji diagnostic
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335).
8. Penatalaksanaan Medik
a. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara
praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein
2 3 gram/kgBB/hari
b. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik, biasanya furosemid 1
mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon pengobatan. Bila edema refrakter, dapat
digunakan hididroklortiazid (25 50 mg/hari), selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan
hipokalemi, alkalosis metabolik dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
c. Pengobatan kortikosteroid yang diajukan Internasional Coopertive Study of Kidney Disease in Children
(ISKDC), sebagai berikut :
1) Selama 28 hari prednison diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari luas permukaan badan (1bp)
dengan maksimum 80 mg/hari.
2) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis 40 mg/hari/1bp, setiap 3
hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60 mg/hari. Bila terdapat respon selama pengobatan,
maka pengobatan ini dilanjutkan secara intermitten selama 4 minggu
d. Cegah infeksi. Antibiotik hanya dapat diberikan bila ada infeksi
e. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital
(Arif Mansjoer,2000)
9. Komplikasi
a. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.
b. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan hipovolemia
berat sehingga menyebabkan shock.
c. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian fibrinogen
plasma.
d. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.
(Rauf, .2002 : .27-28).
Daftar Pustaka:
Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan Pediatrik, Edisi 3,EGC : Jakarta
Mansjoer Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2, Media Aesculapius : Jakarta
Rauf , Syarifuddin, 2002, Catatan Kuliah Nefrologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UH : Makssar
Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Volume 2, EGC :
Jakarta
Suriadi & Rita Yuliani, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, Edisi 1, Fajar Interpratama : Jakarta
Wong,L. Donna, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4, EGC : Jakarta
http://stikesaisyiyahsurakarta-kepanak.blogspot.co.id/p/sindrom-nefrotik.html
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
1. A. Definisi
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam urin
secara bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum
kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut
dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan
menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus1. Kadang-kadang terdapat hematuria,
dan penurunan fungsi ginjal. Insiden tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki
dibanding dengan perempuan adalah 2:12.
1. B. Etiologi
Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi menjadi
berikut2 :
1. Sindrom Nefrotik Bawaan
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom
menyebabkan sindrom nefrotik.
1. Sindrom Nefrotik Sekunder
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit
kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion,
penisilamin, garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling sering sindrom
nefrotik sekunder adalah glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi keganasan
penyakit jaringan penghubung, obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik seperti 3 :
1. Glomerulonefritis primer
1) Glomerulonefritis lesi minimal
2) Glomerulosklerosis fokal
3) Glomerulonefritis membranosa
4) Glomerulonefritis membranoproliferatif
5) Glomerulonefritis proliferatif lain
1. Glomerulonefritis sekunder
1) Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma, TBC, Lepra
2) Keganasan : Adenokarsinoma paru, payudara, kolon, limfoma Hodgkin, mieloma
multipel, dan karsinoma ginjal.
3) Penyakit jaringan penghubung : Lupus eritematosus sistemik, artritis reumathoid,
MCTD
4) Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat emas, penisilinamin,
probenesid, air raksa, kaptopril, heroin.
5) Lain-lain : DM, amiloidosis, preeklampsia, rejeksi alograf kronik, refluks vesicoureter,
atau sengatan lebah
1. Sindrom Nefrotik Idiopatik
Sindrom nefrotik yang belum diketahui jelas sebabnya.
1. C. Patofisiologi4
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya
protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria
menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma
menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah
aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron
yang kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan
menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik
plasma.Adanya hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin
atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi seng.
1. D. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah sebagai berikut5 :
1. Kenaikan berat badan
2. Wajah tampak sembab (edema fascialis) terutama di sekitar mata, tampak pada saat
bangun di pagi hari dan berkurang di siang hari
3. Pembengkakan abdomen (asites)
4. Efusi pleura
5. Pembengkakan labia atau skrotum
6. Edema pada mukosa intestinal yang dapat menyebabkan diare, anoreksia, dan
absorpsi intestinal buruk
7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
8. Iritabilitas
9. Mudah letih
10. Letargi
11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
12. Rentan terhadap infeksi
13. Perubahan urin seperti penurunan volume dan urin berbuih
1. E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi1,2,4 :
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal akut
6. Dehidrasi
7. Venous trombosis
8. Aterosklerosis
1. F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang ditimbulkan pada
anak dengan sindrom nefrotik sebagai berikut2 :
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1
gram per hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan
dan menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari).
Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis
metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.
3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney Disease
in Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2
mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian
prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang
diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten dose) atau selang sehari
(alternating dose) selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering of lagi. Bila
terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi
(maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi
relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
1. G. Pengkajian1,2,5,6,7
1. Identitas
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak
terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada
daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.
1. Keluhan Utama
Badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun
1. Riwayat Penyakit Dahulu
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis,
terpapar bahan kimia.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine
menurun.
1. Riwayat kesehatan Keluarga
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa
dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
1. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus sindrom nefrotik sebagai
komplikasi dari penyakit malaria.
1. Riwayat Nutrisi
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema.
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8
Tinggi badan = 2 kali tinggi badan lahir.
Status gizinya adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %,
dengan interpretasi : < 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
1. Pengkajian Kebutuhan Dasar
1. Kebutuhan Oksigenasi
Dispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura. Tekanan darah normal atau sedikit
menurun. Nadi 70 110 X/mnt.
1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri daerah perut,
malnutrisi berat.
1. Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri. Perubahan urin seperti penurunan
volume dan urin berbuih.
1. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan).
Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.
1. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
1. Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap pemikiran prakonseptual
ditandai dengan anak-anak menilai orang, benda, dan kejadian di luar penampilan luar
mereka.
1. Kebutuhan Kenyamanan
Sakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya asites.
1. Kebutuhan Personal Hygiene
Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama di rumah sakit mungkin
dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat
di rumah sakit.
1. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan keluarga tentang diet pada anak dengan sindrom nefrotik, pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta proses penyakit dan penatalakasanaan.
1. Kebutuhan Komunikasi
Anak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Kosakata sudah mulai
meluas, kalimat kompleks sederhana tapi dipahami. Untuk usia 3 tahun, komunikasi lebih
sering berbentuk simbolis.
1. Kebutuhan Seksualitas
Anak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender. Anak mulai menirukan
tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi tubuh mencakup mengelus diri
sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka.
1. Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pada anak usia pra sekolah sudah mulai terbentuk dengan anak mengetahui
tentang identitas dirinya.
1. Kebutuhan Rekreasi
Anak yang mengalami hospitalisasid alam waktu lama akan mengalami kejenuhan.
Kebiasaan yang sering dilakukan mungkin berubah pada saat anak hospitalisasi.
1. Kebutuhan Spiritual
Kebutuhan spiritual pada anak mengikuti orangtua.
1. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.
1. Pemeriksaan Mata
Edema periorbital, mata tampak sayu karena malnutrisi.
1. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
1. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
1. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering,
pucat.
1. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja
jantung.
1. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
1. Pemeriksaan Paru
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan
ekspansi paru sama atau tidak.
1. Pemeriksaan Abdomen
Adanya asites, nyeri tekan, hepatomegali.
1. Pemeriksaan Genitalia
Pembengkakan pada labia atau skrotum.
1. Pemeriksaan Ektstrimitas
Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit, dan
tangan.
1. H. Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik
lebih dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus
fokal). Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG
menurun. Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin 2.
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik
klien perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder.
Pemeriksaan serologit sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya mahal.
Karena itu sebaiknya pemeriksaan serologit hanya dilakukan berdasarkan indikasi yang
kuat3.
1. I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anak dengan sindrom nefrotik adalah
sebagai berikut8 :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(00026).
2. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).
5. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing,
malaise (00214).
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status
cairan, penurunan sirkulasi (00046).
7. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder :
imunosuprsi, malnutrisi (00004).
8. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual :
penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).
9. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).
10. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat
dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).
1. J. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan berdasarkan diagnosa yang muncul adalah sebagai berikut 9,10 :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
(00026).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan volume cairan
tercapai dengan kriteria hasil :
1. Tidak ada edema
2. Berat badan stabil
3. Intake sama dengan output
4. Berat jenis urin atau hasil laboratorium mendekati normal
5. TTV dalam batas normal
Intervensi yang dilakukan adalah :
1. Fluid and Electrolyte Management (2080)
1) Monitor tanda vital.
2) Monitor hasil laboratorium terkait keseimbangan cairan dan elektrolit seperti
penurunan hematokrit, peningkatan BUN, kadar natrium serum dan kalium.
3) Pertahankan terapi intravena pada flow rate yang konstan.
4) Kolaborasi dengan dokter jika tanda dan gejala kelebihan cairan tetap atau semakin
memburuk.
5) Monitor intake dan output cairan.
6) Monitor kuantitas dan warna haluaran urin
1. Fluid monitoring (4130)
1) Pantau hasil laboratorium berat jenis urin.
2) Monitor serum albumin dan total protein dalam urin.
3) Monitor membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.
4) Monitor tanda dan gejala asites.
5) Timbang berat badan setiap hari
1. Ansietas berhubungan dengan hospitalisasi (00146).
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas teratasi dengan
kriteria hasil :
1. Anak tidak rewel
2. Anak tidak menangis saat dilakukan tindakan
3. Anak kooperatif dalam perawatan
Intervensi keperawatan yang akan dilakukan adalah :
1. Mood Management (5330)
1) Kaji perasaan anak tentang hospitalisai.
2) Kaji persepsi anak tentang hospitalisasi.
3) Tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ataupun ekspresi klien saat
dirawat di rumah sakit.
1. Therapeutic Play (4430)
1) Kaji kebutuhan anak tentang bermain yang dapat dilakukan di rumah sakit.
2) Lakukan pendekatan terapeutik dengan anak.
3) Rencanakan untuk terapi bermain sesuai dengan kebutuhan anak.
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien (00002).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nutrisi pada klien
seimbang dnegan kriteria hasil :
1. Anak tidak mengeluh mual
2. Keluarga mengatakan nafsu makan anak meningkat
3. Protein dan albumin dalam batas normal
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :
1. Nutritiont Management (1100)
1) Kaji makanan yang disukai oleh klien
2) Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering, misal dengan mengemil tiap jam
3) Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien apabila klien kesulitan untuk makan sendiri
1. Nutritiont Therapy (1120)
1) Anjurkan keluarga untuk tidak membolehkan anak makan-makanan yang banyak
mengandung garam.
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi anak dengan sindrom nefrotik.
1. c. Nutritional Monitoring (1160)
1) Pantau perubahan kebiasaan makan pada klien.
2) Pantau adanya mual atau muntah.
3) Pantau kebutuhan kalori pada catatan asupan.
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (00092).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat beraktivitas dengan
normal dengan kriteria hasil :
1. Energy Conservation
1) Istirahat dan aktivitas seimbang
2) Mengetahui keterbatasan energinya
3) Mengubah gaya hidup sesuai tingkat energi
4) Memelihara nutrisi yang adekuat
5) Persediaan energi cukup untuk beraktivitas
1. Activity Tolerance
1) Saturasi oksigen dalam batas normal / dalam respon aktivitas
2) Nadi dalam batas normal / dalam respon aktivitas
3) Pernafasan dalam batas normal / dalam respon aktivitas
4) Tekanan darah dalam batas normal/dalam respon aktivitas
5) Kekuatan ADL telah dilakukan
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Activity Therapy (4310)
1. Menentukan penyebab intoleransi aktivitas.
2. Berikan periode istirahat saat beraktivitas.
3. Pantau respon kardipulmonal sebelum dan setelah aktivitas.
4. Minimalkan kerja kardiopulmonal.
5. Tingkatkan aktivitas secara bertahap.
6. Ubah posisi pasien secara perlahan dan monitor gejala intoleransi aktivitas.
7. Monitor dan catat kemampuan untuk mentoleransi aktivitas.
8. Monitor intake nutrisi untuk memastikan kecukupan sumber energy.
9. Ajarkan pasien tehnik mengontrol pernafasan saat aktivitas.
10. Kolaborasikan dengan terapi fisik untuk peningkatan level aktivitas
11. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : pusing,
malaise (00214).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan rasa nyaman
teratasi dnegan kriteria hasil :
1. Klien tidak mengeluh lemas
2. Klien tidak mengeluh merasa pusing
3. Klien dapat meningkatkan ADL
Intervensi keparawatan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Relaxation Theraphy (6040)
1) Anjurkan klien untuk bernapas dalam ketika merasa tidak nyaman.
2) Anjurkan klien untuk beristirahat.
1. Environtmental Management : Comfort (6482)
1) Kaji ketidaknyamanan yang dirasakan oleh klien.
2) Berikan posisi yang nyaman pada klien.
3) Batasi pengunjung saat klien beristirahat.
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status
cairan, penurunan sirkulasi (00046).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Capilarry refill < 3 detik
2. Tidak ada pitting edema
3. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah :
Pressure Management (3500)
1. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan terjadinya tekanan.
2. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar.
3. Hindari adanya lipatan pada tempat tidur.
4. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
5. Lakukan mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali.
6. Monitor integritas kulit akan adanya kemerahan.
7. Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan .
8. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien.
9. Monitor status nutrisi pasien.
10. Mandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
11. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder :
imunosuprsi, malnutrisi (00004).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko infeksi tidak terjadi
dengan kriteria hasil :
1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
3. Jumlah leukosit dalam batas normal
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat
5. Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal
Intervensi keperawatan sebagai berikut :
Infection Control (6550)
1. Pertahankan teknik aseptic.
2. Batasi pengunjung bila perlu.
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawtan.
4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung.
5. Tingkatkan intake nutrisi.
6. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
7. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase.
8. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat.
9. Ajarkan keluarga pasien tanda dan gejala infeksi.
10. Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam.
11. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan faktor resiko individual :
penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat (00112).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, reiko keterlambatan perkembangan dapat teratasi
dnegan kriteria hasil :
1. Anak mampu melakukan kebiasaan sesuai dengan umur.
2. Kemampuan kognitif anak sesuai dengn usia tumbuh kembang.
3. Kemampuan motorik anak sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Parent Education : Adolescent (5562)
1) Tanyakan pada orang tua tentang karakteristik anak.
2) Diskusikan pola asuh yang biasa dilakukan pada anak.
3) Monitor perasaan orang tua terhadap anak.
4) Ajarkan pada orang tua tentang metode komunikasi yang tepat pada anak sesuai
dengan karakteristik anak.
1. Developmental Enhancement : Adolescent (8272)
1) Informasikan pada orang tua tentang perkembangan anak yang seharusnya telah
dipenuhi.
2) Jelaskan pada orang tua tentang perkembangan yang belum terpenuhi.
3) Rencanakan untuk kegiatan stimulus perkembangan anak.
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hospitalisasi (00198).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan pola tidur teratasi
dengan kriteria hasil :
1. Klien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak.
2. Klien tampak segar dan tidak mengantuk.
Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Sleep Enhancement (1850)
1. Kaji kebiasaan tidur klien selama di rumah.
2. Kaji penyebab klien susah tidur.
3. Modifikasi lingkungan yang nyaman agar klien bisa tidur nyenyak.
4. Batasi pengunjung saat jam klien istirahat.
5. Anjurkan keluarga untuk mengingatkan klien saat waktu tidur.
6. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan krisis situasional yang dapat
dihadapi orang yang penting bagi klien (00074).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, koping keluarga meningkat
dengan kriteria hasil :
1. Keluarga mengungkapkan kesiapan dalam perawatan anak.
2. Keluarga menemukan solusi untuk pemcahan masalah yang sedang dialami.
3. Keluarga kooperatif dalam perawatan.
Intervensi keperawatan yang dilakukan sebagai berikut :
1. Counseling (5240)
1) Dorong keluarga untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami.
2) Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
1. Family Therapy (7150)
1) Kaji sumber kekuatan keluarga.
2) Kaji persepsi setiap keluarga tentang kondisi yang dialami oleh klien.
3) Fasilitasi keluarga untuk diskusi.
4) Berikan informasi mengenai kondisi klien dan tindakan perawatan yang akan
dilakukan.
5) Bantu keluarga untuk mencari solusi.
1. Emotional Support (5270)
1) Berikan dukungan emosional pada keluarga dengan memberikan motivasi untuk
kooperatif dalam tindakan perawatan.
2) Informasikan kepada keluarga tentang perkembangan kondisi klien.
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius
3. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
4. Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta :
Sugeng Seto
5. Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
6. Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta
7. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
8. NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-
2014. Jakarta : EGC
9. Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012.Nursing
Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
10. Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St.
Louis ,Missouri ; Mosby.
https://nezfine.wordpress.com/2013/04/24/standar-askep-sindrom-nefrotik-dengan-nanda-nic-
dan-noc/
minasi
umah : BAB : 1 x / hari konsistensi lembek
BAK : sedikit-sedikit tapi sering, klien juga mengeluh tidak puas BAK ada sensasi urne yang tertahan
RS : BAB : Saat di kaji klien belum BAB
BAK : Saat di kaji klien baru 2 x BAK
ahat dan tidur
umah : Siang : tidur jam
Malam : tidur hanya 3 jam
RS : Siang : tidur jam
Malam : tidur hanya 3 jam, klien mengatakan susah tidur
e. Aktivitas olah raga di rumah : klien tidak beraktivitas banyak karena sangat merasa kelelahan
RS : Aktivitas klien di Bantu oleh perawat dan keluarga
kok alcohol
n tidak pernah mengkonsumsi rokok/alcohol
sonal hygiene
umah : Mandi 1 x /hari, cuci rambut 1 x perhari gosok gigi 2 x /hari
RS : Klien belum mandi dan cuci rambut hanya menggosok gigi.
VIII. Tes diagnostic
Laboratorium tanggal 14 01 2009
Nilai normal
Urea 171,4 mg/dl 10-50
Creatinim 3,67 mg/dl 0,5 1,1
Urine
- Sedimen - leukosit 0 - 1 0 - 1
- eritrosit 5,8 0/negative
- Epitel +/pos
- Silinder - / negative
- Mikroorganisme + - / negative
- SG 1.020 1.003- 1.030
- pH 8, 5 4.5 - 8
- Protein 3 +
- Blood 2+ negative / -
Pengelompokka data :
Data subjektif
- Klien mengeluh sakit kepala
- Klien mengeluh badan terasa lemah
- Klien megatakan merasa lelah
- Klien mengatakan susuah tidur
Data objektif
- Wajah edema
- Edema palpebra
- keadaan umum tanpa sakit sedang
- TD : 160/100 mmHg
- Urea : 171
- Creatinine 3,67 mg/dl
- Urine : protein 3 +, Blood 2 +
- Klien di bantu oleh perawat dan keluarga
- Ekspresi wajah tampak meringis
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 Ds : Hipoalbumia Kelebihan
Do : volume cairan
- Wajah tampak odema
- Odema palpebra Tekanan osmotic plasma
- TD : 160/100 mmHg
- Urea : 171 mg/dl
menurun
- Creatinine : 3,67 mg/dl
- Urine : Protein 3+, Blood
Terjadi perpindahan cairan
2+
intravaskuler ke ruanh intestinal
- SG : 1,020
Pelepasan aldosteron
Retensi natrium
Edema
2 Ds : Penurunan sirkulasi darah Nyeri
- klien mengeluh sakit
kepala
Do :
Pengaktifan system renin
- Keadaan umum tampak
angiotensin
sakit sedang
- Ekspresi wajah tampak
meringis
Peningkatan tekanan darah
Sakit kepala
3 Ds : Penurunan sirkulasi darah Gangguan pola
- Klien mengeluh sakit tidur
kepala
- Klien mengatakan tidur
Pengaktifan system renin
malam hanya 3 jam
angiotensin
Do :
- Ekspresi wajah tampak
meringis
Peningkatan tekanan darah
Sakit kepala
Mengganggu kenyamanan
Kelemahan umum
Diagnosa keperawatan
1. Kelebihan volume cairan b/d edema yang ditandai dengan :
Ds : -
Do : - Wajah tampak odema
- Odema palpebra
- TD : 160/100 mmHg
- Urea : 171 mg/dl
- Creatinine : 3,67 mg/dl
- Urine : Protein 3+, Blood 2+
- SG : 1,020
2. Nyeri b/d peningkatan tekanan darah yang ditandai dengan :
Ds : - klien mengeluh sakit kepala
Do : - keadaan umum tampak sakit sedang
- Ekspresi wajah tampak meringis
3. Gangguan pola tidur b/d sakit kepala yang ditandai dengan :
Ds : - Klien mengeluh sakit kepala
- Klien mengatakan tidur malam hanya 3 jam
Do: - spresi wajah tampak meringis
4. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum yang ditandai dengan :
Ds : - Klien mengeluh badan terasa lemah
- Klien mmengatakan sering cepat lelah
Do: - Aktivitas klien sebagian di Bantu oleh perawat dan keluarga
Diagnosa keperawatan Asuhan keperawatan pada Nn. C. S dengan gamgguan system
Imp
perkemihan sindrom nefrotik di paviliun Elisabeth kepe
Bethesda GMIM Tomohon
No
Perencanaan keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1 Kelebihan volume cairan b/d edema Setelah Jam 14
yang ditandai dengan : dilakukan 1. Catat 1. Perlu untuk 1. Menca
Ds : - tindakan pemasukan dan mememtukan pemasu
Do : keperawatan pengeluaran fungsi ginjal, pengel
Wajah tampak odema selama 3 hari cairan kebutuhan - P
Odema palpebra odema penggantian cairan + 500 c
TD : 160/100 mmHg berkurang dan penurunan - P
Urea : 171 mg/dl sampai hilang risiko kelebihan m + 20
Creatinine : 3,67 mg/dl dengan cairan Jam 15
Urine : Protein 3+, Blood 2+ criteria : 2. Menga
- SG : 1,020 - Menunjukan 2. Awasi berat jenis u
haluaran urine jenis urine 2. Mengukur berat je
tepat dengan kemampuan ginjal 1,020 (
berat untuk batas u
jenis/hasil mengkonsentrasika Jam 16
laboratorium n urine 3. Menim
mrndekati 3. Timbang berat badan
normal badan 3. Penimbangan berat BB : 46
badan adalah
pengawasan status Jam 16
cairan terbaik 4. Mengk
4. Kaji kulit, wajah,
wajah, area 4. Untuk mengetahui tergant
tergantung area mana yang edema,
untuk edema yang terjadi edema pada w
daerah
Jam 16
5. Mengk
kesada
menye
peruba
5. Kaji tingkat 5. Dapat adanya
kesadaran, menunjukaan kesada
selidiki perpindahan compo
perubahan cairan, asidosis, tampak
mental, adanya ketidakseimbangan peruba
gelisah elektrolit aatau
terjadinya hipoksia
2 Nyeri b/d peningkatan tekanan darah Setelah Jam 14
yang ditandai dengan : dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Memberikan 1. Mengk
Ds : tindakan nyeri dengan informasi untuk nyeri
Klien mengeluh sakit kepala keoerawatan menggunakan membantu - klien m
Do : Nyeri skala Mc. Gill menentukan nyeri d
Keadaan umum tampak sakit sedang berkurang - 0 : tidak ada pilihan/keefektifan pada ak
Ekspresi wajah tampak meringis sampai hilang nyeri intervensi sedan
TTV dengan 1 : nyeri ringan
SB : criteria : 3 : nyeri sedang
36,6 C - Klien - 4 : nyeri berat
R : 22 x/menit mengeluh tidak5 : nyeri tak Jam 14
R : 22 x/menit nyeri kepala tertahankn 2. Memp
N : 88 x /m - Tekanan darah2. Pertahankan 2. Tirah baring tirah ba
TD : 160/100 dalam batas tirah baring bila mungkin
N : 88 normal 110/70- di indikasikan diperlukan pada
x/menit TD : 120/80 (selama fase fase awal selama
160/100 mmHg - Ekspresi wajah akut) retensi akut,
N : 88 tampak tenang ambulasi diri dapat
x/menit TD : 160/ memperbaiki pada
berkemih normal Jam 14
3. Memb
3. Meningkatkan tindaka
3. Berikan relaksasi, kenyam
tindakan memfokuskan dengan
kenyamanan kembali perhatian menga
dengan dan dapat teknik
mengajarkan meningkatkan yaitu
teknik relaksasi kemampuan menyu
koping menari
panjan
membu
perlaha
lewat m
3 Gangguan pola tidur b/d sakit kepala Setelah Jam 14
yang ditandai dengan : dilakukan 1. Anjurkan klien 1. Menurunkan 1. Menga
Ds : tindakan untuk stimulasi sensori klien u
Klien mengeluh sakit kepala keperawatan mendengarkan dengan mende
Klien mengatakan tidur malam hanya selama 3 hari music yang menghambat musik
3 jam pola tidur lembut pada suaras-suara lain pada sa
Do : adekuat saat tidur dari lingkungan
Spresi wajah tampak meringis dengan sekitar yang
criteria : menghambat tidur
- klien tidak nyenyak
mengeluh sakit
kepala 2. Meningkatkan 2. Memb
- klien tidur 7 2. Berikan tempat kenyamanan tidur tempat
8 jam/hari tidur yang serta dukungan nyama
- ekspresi wajah nyaman dan fisiologis/psikologi sendiri
tenang beberapa milik s bantal
pribadi mis.
Bantal dan 3. Untuk 3. Memb
guling memberikan pengun
kenyamanan dan
3. Batasi memungkinkan
pengunjung klien untu tidur
CATATAN PERKEMBANGAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Umur : lebih sering pada anakanak usia antara 34 tahun
Jenis kelamin : lebih banyak menyerang pria dengan perbandingan presentase pria : wanita 2 :1
b. Keluhan utama
Edema atau sembab, biasanya pada daerah mata, dada, perut, tungkai, dan genitalia
Malaise
Sesak nafas
Kaki terasa berat dan dingin karena adanya edema
Sakit kepala
Diare
c. Riwayat penyakit sekarang
cekung dan lunak bila ditekan di daerah sekitar edema Piting edema
Urine sedikit, gelap dan berbusa
Berat badan meningkat
Kulit pucat
Diare
Sesak nafas
Malaise
d. Riwayat penyakit dahulu
Anak pernah menderita penyakit infeksi ginjal (glumerulonefritis) sebelumnya
e. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita penyakit ini atau diabetes mellitus
f. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Terjadi peningkatan berat badan karena adanya edema
Sering tidak masuk sekolah sehingga prestasi belajarnya terganggu
g. Riwayat nutrisi
Diet kaya protein terutama protein hewani
h. Dampak hospitalisasi
Perpisahan
Lingkungan baru
i. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : disorentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma
Kepala : edema muka terutama daerah orbita, mulut bau khas ureum
Dada : pernafasan cepat dan dalam, nyeri dada
Perut : adanya edema anasarka (asites)
Ekstrimitas : edema pada tungkai.
Kulit : sianosis, akral dingin, turgor kulit menurun
Tanda vital : peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan dalam
(kusmaul), dyspnea
j. Pemeriksaan penunjang
1. UJI URINE
meningkat Protein urine
cast hialin dan granular, hematuria Urinalis
positif untuk protein dan darah Dipstick urine
meningkat Berat jenis urine
2. UJI DARAH
menurun Albumin serum
meningkat Kolesterol serum
meningkat (hemokonsentrasi) Hemoglobin dan hematokrit
meningkat Laju endap darah (LED)
bervariasi dengan keadaan penyakit per orang Elektrolit serum
3. UJI DIAGNOSTIK
Biopsy ginjal merupakan uji diagnostic yang tidak dilakukan secara rutin
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravaskuler) berhubungan dengan kehilangan protein
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan (malaise)
g. Kecemasan pada anak atau keluarga berhubungan dengan hospitalisasi pada anak
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
i. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
j. Nyeri, gangguan rasa nyaman berhubungan dengan asites
3. INTERVENSI
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
TUJUAN : pasien mendapatkan volume cairan yang tepat
KRITERIA HASIL : anak mendapatkan cairan tidak lebih dari yang ditentukan
4. IMPLEMENTASI
a. Resiko kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi air dan natrium
Mencatat masukan dan pengeluaran cairan
Menimbang berat badan pasien
Memberikan diuretik
Mengatur masukan
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intravascular) berhubungan dengan
kehilangan protein
Memantau TTV
Mengkaji kualitas dan frekuensi nadi
Melaporkan adanya penyimpangan dari normal
c. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan pertahanan tubuh
Mengatur mengubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi
Mempertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur
Menghindari pakaian yang ketat
Menggunakan lotion bila kulit kering
d. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh yang menurun
Menggunakan teknik mencuci tangan yang baik pada perawat dan staf
Mengkaji integritas kulit
Memantau TTV
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nafsu makan
Memberikan makan sedikit tapi sering
Memberikan makanan special (yang disukai anak) den dengan cara menarik
Menawarkan perawatan mulut sering atau olesi dengan larutan gliserin atau memberikan permen
diantara makan
Memberi pujian atas apa yang mereka makan
Melibatkan anak dalam memilih makanan
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan (malaise)
Menginstruksikan anak untuk istirahat bila ia mulai merasa lelah
Menberikan bantuan dalam aktivitas sehari-hari dan ambulasi
g. Kecemasan pada anak atau keluarga berubungan dengan hospitalisasi pada anak
Mengenalkan anak dan keluarga pada anggota-anggota staf atau perawat
Memberikan penjelasan tentang syndrome nefrotik, perawatan, dan pengobatan
Memberikan aktifitas bermain yang sesuai dengan kondisi anak
Mengajakan pada orang tua untuk membantu perawatan pada anaknya
h. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
Memberikan penjelasan pada anak dan keluarga tentang perubahan yang dialami.
Memberi dukungan positif dalam menyikapi penyakit yang diderita pada anak.
i. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan gangguan fungsi pernafasan
Memberikan oksigenasi.
Meberikan posisi yang adekuat untuk efisieni ventilasi.
5. EVALUASI
a. Fungsi ginjal anak membaik yang terlihat dari tidak adanya tanda-tanda dan gejala klinis
b. Tingkat aktivitas anak sesuai dengan usia
c. Anak tidak menunjukkan dan tanda dan gejala infeksi
BAB IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Ginjal merupakam salah satu organ penting dalam system urinia. Sedangkan sindroma nefrotik
merupakan salah satu penyakit kelainan pada ginjal. Sindroma nefrotik merupakan kumpulan gejala yang
disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik proteinuria,
hypoproteinuria, hypoalbunemia, hyperlipedemia dan edema. Penyebab sindroma nefrotik belum
diketahui secara pasti. Namun para ahli telah membagi dalam beberapa etiologi.
4.2. SARAN
Apabila terdapat gejala-gejala klinis pada anak seperti edema di waktu pagi, anak segera diperiksakan ke
petugas-petugas kesehatan terdekat untuk mengetahui apakah anak menderita sindrom nefrotik dan
dapat mendapat pertolongan secara dini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Cecily. L dan Linda A. Sowder. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 3. EGC: Jakarta.
2. Doengus, Marilyn. E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC: Jakarta.
3. Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. EGC: Jakarta.
4. Masjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Media Aesculapius FKUI :Jakarta.
5. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. ECG: Jakarta.
6. Rosa M. Saccharin. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatric edisi 2. EGC; Jakarta
7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2. FKUI: Jakarta.
8. Suriadi & Rita Yulianni. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak.PT. Fajar Interpratama: Jakarta
9. Wirya, IGN Wila. 1993. Nefrologi Anak. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
10. Wong, Donna. L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatrik Edisi 4. EGC: Jakarta.
11. Wong, Donna L dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatric Vol 2. EGC: Jakarta
http://rianjulianto11.blogspot.co.id/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan.html
1. PENGKAJIAN
1.1 Anainnesa
1.1.1 Biodata/identitas/demografi
Presentasi tersering terjadi pada anak-anak pra sekolah dari 74% menyerang anak usia
2 7 tahun. Jarang dijumpai pada bayi kurang 6 bulan. Perbandingan laki-laki dan
wanita 2 : 1 (Drummound, 1986 dikutip Wong, 1993).
1.1.1 Keluhan Utama
Pembengkakan (oedema) seluruh tubuh
1.1.2 Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tahap awal oedema diawali dari kelompok mata, secara jelas terlihat pada pagi
hari. Pembengkakan berikutnya berturut-turut pada perut, scrotum/labia dan kedua
tungkai serta seluruh tubuh (anasarka). Bila oedema terjadi pada mukosa intestinal
akan didapatkan keluhan diare, kehilangan nafsu makan, produksi urine menurun
kadang-kadang Hematuria. Jika terjadi hydrothorax terdapat keluhan sesak nafas.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
- Adanya riwayat sindroma nefrotik bawahan, sebagai reaksi matermovetal.
Gejala yang nyata adalah riwayat oedema pada neonalus atau adanya riwayat
pencangkokan ginjal tetapi tidak berhasil.
- Adanya riwayat satu/lebih dari penyebab glomerulus sekunder antara lain :
Penyakit infeksi : Siphilis, tuberkulosis, endokarditis bakterialisis,
osteomiolitis, lepra.
Penyakit metabolik : Diabetes melitus, amiloidosis, hodkin.
Penyakit imunologik : Sistemik lupus eritematosis (SLE), poliarthritis,
demartitis.
Penyakit genetik : Nefrosis konginetal
Hypersensitivitas : Gigitan ular, seranggan dan obat-obatan.
Obat-obatan : Obatan-obatan yang mengandung logam berat misalnya
preparat yang mengandung emas.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
1.1.3 Data Psikososial
1) Adanya oedema pada muka/moon face, asites dapat menimbulkan rasa malu/rendah
diri sehingga dapat menarik diri dari teman-temannya (Ngastiyah, 1995).
2) Pada anak yang mendapat terapi kortikosesteroid lama, akan muncul efek samping
bulu-bulu rambut yang hebat dan perubahan kelamin sehingga selain bisa,
menimbulkan rasa malu memungkinkan anak takut dengan perubahan tersebut.
3) Isolasi sosial merupakan masalah yang menyertai anak oleh karena dirawat di rumah
sakit selama relaps (Wong, 1993).
1.1.4 Proses Keluarga
Dukungan orang tua sangat diperlukan dalam perawatan, sehingga keluarga harus
menunggu selama relaps di rumah sakit. Bila kondisi anak stabil bisa dirawat di
rumah yang akan berpengaruh dalam proses peran masing-masing anggota keluarga.
1.2 Pemeriksaan Fisik
Bermacam-macam pula pendekatan yang digunakan untuk pemeriksaan anak dengan
sindroma nefrotik salah satu pendekatan yang digunakan adalah Head to toe antara
lain :
1.2.1 Kepala
Oedema pada periorbital, moon face, kulit tegang dan mengkilat, pucat, konjungtiva
anemis
1.2.2 Thorax/dada
Bentuk : hampir bulat dalam diameter transversa
Paru : bila hydrothorax, frekuensi pernafasan meningkat, kadang sesak nafas, suara nafas
normal (vasikuler)/melemah, perkusi redup/pekak.
Jantung : S1S2lundup
1.2.3 Abdomen
- Perut membesar/cembung simetris dan mengkilat oleh karena acites. Pada parasat
baliotement dengan cara melaksanakan penakanan mendadak kedinding perut maka
pada bagian yang berlawanan akan teraba pantulan cairan.
- Bunyi pekak di perut bagian bawah dengan batas cekung ke atas, bunyi timpani di
atas, bila anak dalam posisi tegak.
- Shiftung dulnes, anak berbaring terlentang, percusi di atas dinding perut mungkin
timpani dan di samping pekak. Jika anak miring akan terdapat cairan bebas ke bagian
bawah dan terjadi suara pekak redup yang berpindah.
1.2.4 Extrimitas dan Punggung
1.2.5 Oedema pada labia mayora pada anak wanita pada scrotum untuk anak laki-laki.
Pada anak yang mendapat kardioteroid dalam jangka lama terdapat pembesaran penis.
1.2.6 Rectum : bila terdapat diare berkepanjangan timbul iritasi daerah perianal.
1.3 Pemeriksaan Tanda Vital
Suhu : Relatif normal (355 - 375) kecuali ada infeksi penyerta terjadi kenaikan.
Nadi : Dalam batas normal, bayi = 120 140x/m, anak = 100 120x/m
TD : Kadang-kadang meningkat
RR : Dalam batas normal (dbn), bayi = 36 60x/m, anak = 15-30x/m
Bila terdapat hidrothorax : meningkat/tachipnea
1.4 Pemeriksaan Penunjang
BB : terjadi peningkatan oleh karena oedema
1.5 Pemeriksaan Labolatorium
1.5.1 Darah
Hb menurun (N.Lk. 14-16 gr%, Pr : 12-14gr%)
LED me (N.Lk. : 0-12 mm/jam, Pr : 0-20 mm/jam)
Faal ginjal
BUN me (N 10-20 mg/100 dl)
Creatinin me (N 1,5 mg)
Cholesterol me (N 160-250 mg)
Albumin serum me (N 3,6-5 mg)
Protein me (N 6,2-8 mg)
1.5.2 Urine
proteinuria me (N 150 mg/24jam)
leukosit me (N 4-5/LP)
BJ urine me (1,015-1,025)
3. PERENCANAAN
3.1 Dx. 1
3.1.1 Tujuan : volume cairan dalam tubuh seimbang antara lain intravaskuler dan
exstravaskuler.
3.1.2 Kriteria Hasil :
- Intake dan output seimbang
- Penurunan BB
- Bj urine antara 1,015 1,0,25
- Protein dalam urine menurun
- Lingkat abdomen pada asites berkurang
- Hilangnya oedema seluruh tubuh
- Nadi normal : bayi 120-140x/m, anak 100-120x/m
3.1.3 Tindakan
- Catat intake dan output, perhatikan karakteristik urine
R/ : Deteksi perubahan fungsi ginjal sewaktu-waktu. Menentukan kebutuhan cairan dan
menurunkan terjadinya overload.
- Observasi TTV tiap 4 jam (TD, N, suara nafas abdomen, gejala dan tanda
ketidakseimbangan cairan)
R/ : Tachicardi dan HT perubahan TD dapat disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam
mengeluarkan urine, retriksi cairan, perubahan renin angiotensin, peningkatan lingkat
abdomen merupakan indikator water excess yang memburuk dan berakibat dehidrasi
intara vaskuler.
- Timbang BB tiap hari
R/ : Monitor status cairan dalam tubuh, deteksi efektifitas dalam mengeluarkan retensi
cairan yang merupakan indikator dari glomerulus.
- Perhatikan adanya oedema pada scrotum/labia, berikan bantalan dibawahnya
R/ : Oedema scrotum membahayakan kondisi testis sehingga perlu bantalan/penahan
untuk mencegah terjadinya penambahan cairan dan melancarkan sirkulasi darah ke
scrotum/testis.
- Berikan steroid (prednison) sesuai jadwal, perhatikan side efeknya, antara lain retensi
sodium dan pengeluaran potasium
R/ : Pemberian kartikosteroid merangsang cortex adrenal dalam pengaliran kesimbangan
air dan elektrolit
- Jika ada indikasi, berikan diuretika (untuk mengurangi oedema) dan antacid untuk
mencegah komplikasi pendarahan pada GI dampak kartikosteroid sesuai jadwal, kaji
dan laporkan bila terdapat side efeknya hipokalemi dan dehidrasi. Berikan albumin IV
sesuai order, catat repon yang terjadi
R/ : Diuretik berfungsi menghindarkan dari retensi natrium, sedangkan antacid berfungsi
melapisi mukosa usus untuk mencegah iritasi gastrointestinal, pemberian yang
berlebihan akan berakibat pendarahan yang hebat.
- Kaji dan laporkan pengetahuan anak/keluarga tenang partisipasi terhadap perawatan
Monitoring intake dan output
Test proteinuria
Pengkajian obat
Tanda dan gejala adanya infeksi side efek dari steroid
Indentifikasi beberapa tanda/gejala dari ketidakseimbangan cairan
R/ : Meningkatkan partisipasi dalam perawatan
- Batasi pemberian garam dan cairan sesuai order
R/ : Selama tekanan onkotik masih rendah, ADH dan aldosteron akan meningkatkan yang
berakibat natrium dan air diabsorbsi dijaringan (oedema) pembatasan garam dan
cairan akan mengurangi oedema.
3.2 Dx. II
3.2.1 Tujuan :
Kebutuhan nurtisi terpenuhi
3.2.2 Kriteria Hasil :
- Anak mengkonsumsi diit TP (2-3 gr/kg/hr) RG (2 gram/hr) dan TK sesuai usia,
nafsu makan meningkat.
- Pertumbuhan normal sesuai usai, kadar protein dalam darah normal
- BAB tidak bercampur darah
3.2.3 Tindakan
- Observasi dan catat intake dan output
R/ : Menentukan tindakan selanjutnya
- Catat dan kaji gejala adanya perubahan nutrisi tiap 4 jam (anorexia, letargi,
hipoproteinemia)
R/ : Tanda-tanda perubahan nutrisi yang kurang menunjukkan intake yang tidak adekuat
- Konsultasi ahli gizi untuk menentukan diit tinggi protein, tinggi kalori dan rendah
garam (protein 2-3 gram/kg/hari, gram 1-2 gr/hr)
R/ : Adanya albuminuria dan hipoalbuminemia merupakan indikator untuk mengganti
albumin dalam darah anak sehingga daya tahan tubuh anak menurun.
- Tawarkan makanan yang sesuai dengan diit jika mungkin sesuaikan dengan kesukaan
anak, beri extra vitamin D dan zat besi.
R/ : Dengan menyesuaikan diri sesuai kesukaan anak dan membantu lebih mudah dalam
mengkonsumsi extra vitamin D dan zat besi sebagai balance dari adanya kulit yang
makin menipis sehingga tidak mudah pecah.
- Batasi aktifitas/istrahatkan anak di tempat tidur
R/ : Selama fase aktif (albuminuria/hypoalbuminemia) kebutuhan kalori dan protein
cukup tinggi oleh karen itu penggunaan kalori lewat aktifitas harus diminimalkan.
- Kaji dan catat pengetahuan dan partisipasi anak/keluarga dalam perawatan
Diit tinggi kalori tinggi protein rendah garam
Meminimalkan aktifitas sesuai order untuk menghemat energi
Identifikasi gejala/tanda perubahan nutrisi
R/ : Pengetahuan anak/keluarga yang adekuat, akan kooperatif
- Berikan antacid selama anak mendapat terapi steorid
R/ : Steroid mempunyai efek samping pendarahan GI, Antacid bekerja untuk
mencegah/meminalkan efek tersebut
- Lakukan obervasi saat BAB dan muntah mengandung darah setiap saat
R/ : Lingkungan yang bersih akan menjadi support sistem bagi anak dalam merangsang
selera makan.
- Berikan makanan dalam porsi kecil frekuensi sering
R/ : Porsi kecil akan lebih efektif karena adanya asites akan mempengaruhi kapasitas
lambung sehingga penyerapan lebih adekuat.
3.3 Dx. III
3.1.1 Tujuan :
Anak akan bebas dari infeksi
3.1.2 Kriteria Hasil
- Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C)
- RR dalam batas normal (bayi 30-60x/menit, anak 15-30x/menit)
- Nadi dalam batas normal (bayi 1120-140x/menit, anak 100-120x/menit)
- Tidak terdapat tanda-tanda peritonitas (peningkatan distensi abdomen, nyeri, muntah,
diare, kekakuan, panas).
3.1.3 Tindakan
- Lakukan observasi TTV tiap 4 jam
R/ : Adanya perubahan dari tanda vital merupakan indikator terjadinya infeksi
- Berikan antibiotik sesuai order, monitor side efek
R/ : Preventif terhadap infeksi oleh karena resiko terjadinya infeksi sangat tinggi.
- Observasi tanda perioritas antara lain peningkatan distensi abdomen, nyeri, muntah,
diare dan kekakuan)
R/ : Adanya tanda-tanda infeksi memerlukan tindakan yang cepat untuk menghindari
komplikasi lebih hebat.
- Lakukan cuci tangan yang benar akan memutuskan rantai penularan dari klien
lain/lingkungan ke anak
R/ : Dengan cuci tangan yang benar akan memutuskan rantai penularan dari klien
lain/lingkungan ke anak.
DAFTAR PUSTAKA
FKUI. (2000). Kapita Selecta Kedokteron Edisi III Jilid 2. Media Auscataplus : Jakarta.
Marlyn D. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Intervensi :
Ukur masukan diet harian dengan jumlah kalori
Rasional : Memberikan informasi tentang kebutuhan pemasukan/defisiensi
Timbang sesuai indikasi. Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan,
ukuran kulit trisep
Rasional : Mungkin sulit menggunakan berat badan sebagai indikator langsung status
nutrisi karena ada gambaran edema/asites. Lipatan kulit trisep berguna dalam
mengkaji perubahan massa otot dan simpanan lemak subkutan
Bantu dan dorong pasien untuk makan, jelaskan alasan tipe diet. Beri makan pasien
bila pasien mudah lelah atau biarkan orang terdekat membantu pasien. Pertimbangkan
pemilihan makanan yang disukai.
Rasional : Diet yang tepat penting untuk penyembuhan. Pasien mungkin makan lebih
baik bila keluarga terlibat dan makanan yang disukai sebanyak mungkin.
Dorong pasien untuk makan semua makanan / makanan tambahan
Rasional : Pasien mungkin hanya mencungkil atau hanya makan sedikit gigitan
karena kehilangan minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan umum,
malaise.
Berikan makan sedikit tapi sering
Rasional : Buruknya toleransi terhadap makan banyak mungkin berhubungan dengan
peningkatan tekanan intra-abdomen / asites
Berikan tambahan garam bila diijinkan; hindari yang mengandung amonium
Rasional : Tambahan garam meningkatkan rasa makanan dan membantu
meningkatkan selera makan; amonia potensial resiko ensefalopati.
Batasi masukan kafein, makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu
pedas atau terlalu dingin
Rasional : Membantu dalam menurunkan iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan
abdomen yang dapat mengganggu pemasukan oral/pencernaan.
Berikan makanan halus, hindari makanan kasar sesuai indikasi
Rasional : Perdarahan dari varises esofagus dapat terjadi pada serosis berat
Berikan perawatan mulut sering dan sebelum makan
Rasional : Pasien cenderung mengalami luka dan/atau perdarahan gusi dan rasa tidak
enak pada mulut dimana menambah anoreksia
Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan, khususnya sebelum makan
Rasional : Penyimpanan energi menurunkan kebutuhan metabolik pada hati dan
meningkatkan regenerasi seluler
Anjurkan berhenti merokok jika klien merokok
Rasional : Menurunkan rangsangan gaster berlebihan dan resiko iritasi/perdarahan
Awasi pemeriksaan laboratorium (contoh: glukosa serum, albumin, total protein,
amonia)
Rasional : Glukosa menurun karena gangguan glikogenesis, penurunan simpanan
glikogen atau masukan tak adekuat. Protein menurun karena gangguan metabolisme,
penurunan sistesis hepatik, atau kehilangan ke rongga peritoneal (asites). Peningkatan
kadar amonia perlu pembatasan masukan protein untuk mencegah komplikasi serius.
Pertahankan status puasa bila diindikasikan
Rasional : Pada awalnya, pengistirahatan GI diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
pada hati dan produksi amonia/urea GI
Konsul dengan ahli diet untuk memberikan diet tinggi dalam kalori dan karbohidrat
sederhana, rendah lemak, dan tinggi protein sedang; batasi natrium dan cairan bila
perlu. Berikan tambahan cairan sesuai indikasi.
Rasional : Makanan tinggi kalori dibutuhkan pada kebanyakan pasien yang
pemasukannya dibatasi, karbohidrat memberikan energi siap pakai. Lemak diserap
dengan buruk karena disfungsi hati dan mungkin memperberat ketidaknyamanan
abdomen. Protein diperlukan pada perbaikan kadar protein serum untuk menurunkan
edema dan untuk meningkatkan regenerasi sel hati.
Catatan: Protein dan makanan tinggi amonia (contoh: gelatin) dibatasi bila kadar
amonia meninggi atai pasien mempunyai tanda klinis ensefalopati hepatik. Selain itu
individu ini dapat mentolelir protein nabati lebih baik dari protein hewani.
Berikan makanan dengan selang, hiperalimentasi, lipid sesuai indikasi
Rasional : Mungkin diperlukan untuk diet tambahan untuk memberikan nutrien bila
pasien terlalu mual atau anoreksia untuk makan, atau varises esofagus mempengaruhi
masukan oral.
Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
Tambahan vitamin, tiamin, besi, asam folat
Rasional : Pasien biasanya kekurangan vitamin karena diet yang buruk sebelumnya.
Juga hati yang rusak tak dapat menyimpan vitamin A, B komplek, D, K. Juga dapat
terjadi kekurangan besi dan asam folat yang menimbulkan anemia
Sink
Rasional : Meningkatkan rasa kecap/bau, yang dapat merangsang nafsu makan
Enzim pencernakan, contoh pankreatin (Viokase)
Rasional : Meningkatkan pencernakan lemak dan dapat menurunkan steatorea / diare
Antiemetik, contoh trimetobenzamid (Tigan)
Rasional : Digunakan dengan hati-hati untuk menurunkan mual/muntah dan
meningkatkan masukan oral