Sunteți pe pagina 1din 14

TUGAS INDIVIDU

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


ASKEP POLIO

Dosen Pembimbing : Ns.Mashudi, S.Kep, M.kep


Disusun oleh :
Khopiva Safitri
PO.71.20.0.15.3823
Tingkat II

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2015/2016
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio
dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (afp=acute
flaccid paralysis). Program eradikasi polio global telah dicanangkan oleh who dengan
target dunia bebas polio tahun 2008, sedangkan indonesia bebas polio ditargetkan
pada tahun 2005.

Saat ini indonesia sebenarnya sudah dapat dikatakan bebas polio karena sejak
tahun 1996 tidak diketemukan lagi virus polio liar dari kasus kasus afp yang diambil
spesimen fesesnya. Akan tetapi mengingat kinerja surveilans afp yang jelek pada
tahun 2000 dan 2001 (afp rate <1/10.000) (1)dan cakupan imunisasi polio yang juga
rendah (<80%) di beberapa daerah seperti gorontalo, maluku, maluku utara dan
papua, who menyatakan bahwa indonesia harus melaksanakan pekan imunisasi
nasional (pin) yang ke iv.

B. Tujuan

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa mampu memahami


tentang penyakit poliomilitis.
BAB II

KONSEP MEDIS

A. Definisi

Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik
batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi
kelumpuhan serta autropi otot.

Poliomielitis atau polio, adalah penyakit paralysis atau lumpuh yang disebabkan
oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus (pv),
masuk ketubuh melalui mulut, menginfeksi saluran usus. Virus ini dapat memasuki
aliran darah dan mengalir kesistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan
kadang kelumpuhan (paralysis).

1. Klasifikasi virus

Golongan: golongan iv ((+)ssrna)

Familia: picornaviridae

Genus: enterovirus

Spesies: poliovirus

2. Anatomi fisiologi

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf (neuron) dan sel-sel penyokong
(neuroglia dan sel schwann). Kedua sel tersebut demikian erat berikatan dan
terintegrasi satu sama lain sehingga bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.

Sistem saraf dibagi menjadi sistem saraf pusat (ssp) dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medula spinalis. Sistem saraf tepi
terdiri dari neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis dan neuron sistem
saraf autonom (viseral). Otak dibagi menjadi telensefalon, diensefalon,
mesensefalon, metensefalon, dan mielensefalon.
Medula spinalis merupakan suatu struktur lanjutan tunggal yang
memanjang dari medula oblongata melalui foramen magnum dan terus ke
bawah melalui kolumna vertebralis sampai setinggi vertebra lumbal 1-2. Secara
anatomis sistem saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang
saraf kranial. Suplai darah pada sistem saraf pusat dijamin oleh dua pasang
arteria yaitu arteria vertebralis dan arteria karotis interna, yang cabang-
cabangnya akan beranastomose membentuk sirkulus arteriosus serebri wilisi.
Aliran venanya melalui sinus dura matris dan kembali ke sirkulasi umum
melalui vena jugularis interna.

Membran plasma dan selubung sel membentuk membran


semipermeabel yang memungkinkan difusi ion-ion tertentu melalui membran
ini, tetapi menghambat ion lainnya. Dalam keadaan istirahat (keadaan tidak
terstimulasi), ion-ion k+ berdifusi dari sitoplasma menuju cairan jaringan
melalui membran plasma. Permeabilitas membran terhadap ion k+ jauh lebih
besar daripada permeabilitas terhadap na+ sehingga aliran keluar (efluks) pasif
ion k+ jauh lebih besar daripada aliran masuk (influks) na+. Keadaan ini
memngakibatkan perbedaan potensial tetap sekitar -80mv yang dapat diukur di
sepanjang membran plasma karena bagian dalam membran lebih negatif
daripada bagian luar. Potensial ini dikenal sebagai potensial istirahat (resting
potential).

Bila sel saraf dirangsang oleh listrik, mekanik, atau zat kimia, terjadi
perubahan yang cepat pada permeabilitas membran terhadap ion na+ dan ion
na+ berdifusi melalui membran plasma dari jaringan ke sitoplasma. Keadaan
tersebut menyebabkan membran mengalami depolarisasi. Influks cepat ion na+
yang diikuti oleh perubahan polaritas disebut potensial aksi, besarnya sekitar
+40mv. Potensial aksi ini sangat singkat karena hanya berlangsung selama
sekitar 5msec.
B. Etiologi

Penyebab poliomyelitis family pecornavirus dan genus virus, dibagi 3 yaitu :

1. Brunhilde
2. Lansing
3. Leon : dapat hidup berbulan-bulan didalam air, mati dengan pengeringan
/oksidan. Masa inkubasi : 7-10-35 hari.

C. Gejala klinis

Poliomielitis terbagi menjadi empat bagian yaitu :

1. Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 7-10 hari, tidak terdapat


gejala karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik
sama sekali.
2. Poliomielitis abortif : timbul mendadak langsung beberapa jam sampai
beberapa hari. Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea,
muntah, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.
3. Poliomielitis non paralitik : gejala klinik hamper sama dengan poliomyelitis
abortif , hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul
1-2 hari kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian
remisi demam atau masuk kedalam fase ke2 dengan nyeri otot. Khas untuk
penyakit ini dengan hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak,
ganglion spinal dan kolumna posterior.
4. Poliomielitis paralitik : gejala sama pada poliomyelitis non paralitik disertai
kelemahan satu atau lebih kumpulan otot skelet atau cranial. Timbul paralysis
akut pada bayi ditemukan paralysis fesika urinaria dan antonia usus. Adapun
bentuk-bentuk gejalanya antara lain :
Bentuk spinal. Gejala kelemahan / paralysis atau paresis otot leher, abdomen,
tubuh, diafragma, thorak dan terbanyak ekstremitas.
Bentuk bulbar. Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau
tanpa gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.
Bentuk bulbospinal. Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan
bentuk bulbar.
Kadang ensepalitik. Dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun,
tremor dan kadang kejang.

D. Patofisiologi
Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua
neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat
terjadi penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah
yang biasanya terkena poliomyelitis ialah :

1. Medula spinalis terutama kornu anterior,


2. Batang otak pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf cranial serta formasio
retikularis yang mengandung pusat vital,
3. Sereblum terutama inti-inti virmis,
4. Otak tengah midbrain terutama masa kelabu substansia nigra dan kadang-
kadang nucleus rubra,
5. Talamus dan hipotalamus,
6. Palidum dan
7. Korteks serebri, hanya daerah motorik.

`
E. Pathway

virus polio

sel daerah susunan saraf tertentu

sebagian saraf rusak


kerusakan ringan menimbulkan gejala

penyembuhan fungsi neuron 3-4 minggu

mengenai daerah

medspin batang inti saraf serebelum hipotalamus korteks serebri

Malaise, demam, kelelahan, muntah dll

a. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah
2. Hipertermi b/d proses infeksi
3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d
paralysis otot
4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf
5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis
6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
b. Penatalaksanaan medis
1. Poliomielitis aboratif
Diberikan analgetk dan sedative
Diet adekuat
Istirahat sampai suhu normal untuk beberapa hari,sebaiknya dicegah aktifitas
yang berlebihan selama 2 bulan kemudian diperiksa neurskeletal secara teliti.
2. Poliomielitis non paralitik
Sama seperti aborif
Selain diberi analgetika dan sedative dapat dikombinasikan dengan kompres
hangat selama 15 30 menit,setiap 2 4 jam.
3. Poliomielitis paralitik
Perawatan dirumah sakit
Istirahat total
Selama fase akut kebersihan mulut dijaga
Fisioterafi
Akupuntur
Interferon

Poliomielitis asimtomatis tidak perlu perawatan.poliomielitis abortif diatasi dengan


istirahat 7 hari jika tidak terdapat gejala kelainan aktifitas dapat dimulai
lagi.poliomielitis paralitik/non paralitik diatasi dengan istirahat mutlak paling sedikit
2 minggu perlu pemgawasan yang teliti karena setiap saat dapat terjadi paralysis
pernapasan.

Fase akut :

Analgetik untuk rasa nyeri otot.lokal diberi pembalut hangat sebaiknya dipasang
footboard (papan penahan pada telapak kaki) agar kaki terletak pada sudut yang
sesuai terhadap tungkai..pada poliomielitis tipe bulbar kadang-kadang reflek menelan
tergaggu sehingga dapat timbul bahaya pneumonia aspirasi dalam hal ini kepala anak
harus ditekan lebih rendah dan dimiringkan kesalah satu sisi.

Sesudah fase akut :

Kontraktur.atropi,dan attoni otot dikurangi dengan fisioterafy. Tindakan ini dilakukan


setelah 2 hari demam hilang.

B. Konsep dasar askep

1. Pengkajian

1) Riwayat kesehatan

Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas

2) pemeriksaan fisik

A. Nyeri kepala
B. Paralisis

C. Refleks tendon berkurang

D. Kaku kuduk

E. Brudzinky

B. Diagnosa keperawatan

1. Perubahan nutrisi dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia, mual dan muntah

2. Hipertermi b/d proses infeksi

3. Resiko ketidakefektifan pola nafas dan ketidakefektifan jalan nafas b/d


paralysis otot

4. Nyeri b/d proses infeksi yang menyerang syaraf

5. Gangguan mobilitas fisik b/d paralysis

6. Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.

C. Intervensi

Diagnos Intervensi Rasional


a
Dx 1 Pantau pola makan Mengetehui intake dan aout put.
Berikan makanan yang adekuat Untuk mencakupi sehingga intake
dan output seimbang
Timbang berat badan Untuk mengetahui perkembangan
anak.
Berikan makanan kesukaan Menambah dan merangsang anak
anak untuk makan lebih banyak
Berikan makanan sedikit tapi Mempermudah proses pencernaan
serng
Dx 2 Pantau suhu tubuh Mencegah hipotermia
Jangan menggunakan usapan Bisa menyebabkan neurotoksi
alcohol atau kompres
Kompres mandi hangat durasi Membantu mengurangi demam
20 sampai 30 menit
Dx 3 Evaluasi pernafasan dan Pengenalan dini dan pengobatan
kedalaman ventilasi dapat mencegah
komplikasi
Auskultasi bunyi nafas Mengetahui bunyi tambahan
Tinggikan kepala tempat tidur, Merangsang fungsi pernafasan dan
atau posisikan semi fowler ekspansi paru
Berikan tambahan oksigen Meningkatkan pengiriman oksigen
ke paru
Dx 4 Lakukan strategi non Teknik-teknik seperti relaksasi,
farmakologis untuk membantu pernafasan berirama, dan distraksi
anak mengatasi nyeri dapat membuat nyeri dan dapat
lebih di toleransi
Ajarkan anak untuk Pendekatan ini tampak paling
menggunakan strategi non efektif pada nyeri ringan
farmakologis khusus sebelum
nyeri.
Berikan analgesic sesuai Mengurangi rasa nyeri
indikasi.
Dx 5 Tentukan aktivitas atau keadaan Memberikan informasi untuk
fisik anak mengembangkan rencana
perawatan bagi program
rehabilitasi.
Catat dan terima keadaan Kelelahan yang dialami dapat
kelemahan (kelelahan yang ada) mengindikasikan keadaan anak

Indetifikasi factor-faktor yang Memberikan kesempatan untuk


mempengaruhi kemampuan memecahkan masalah untuk
untuk aktif sepertipemasukan mempertahankan atau
makanan yang tidak adekuat. meningkatkan mobilitas

Evaluasi kemampuan untuk Latihan berjalan dapat


melakukan mobilisasi secara meningkatkan keamanan dan
aman efektifan anak untuk berjalan.

Dx 6 Pantau tingkat realita bahaya Respon keluarga bervariasi


bagi anak dan keluarga tingkat tergantung pada pola kultural yang
ansietas(mis.renda,sedang,parah dipelajari.
).
Nyatakan retalita dan situasi Pasien mugkin perlu menolak
seperti apa yang dilihat keluarga realita sampai siap
tanpa menayakan apayang menghadapinya.
dipercaya.
Sediakan informasi yang akurat Informasi yang menimbulkan
sesuai kebutuhan jika diminta ansietas dapat diberikan dalam
oleh keluarga. jumlah yang dapatdibatasi setelah
periode yang diperpanjang.
Hindari harapan harapan Harapan palsu akan diintervesikan
kosong mis ; pertanyaan seperti sebagai kurangnya pemahaman
semua akan berjalan lancar. ataukejujuran.

Bab iii
Penutup

A. Kesimpulan
Poliomilitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan
predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti
motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan
terjadi kelumpuhan serta autropi otot.

B. Saran
1. Waspadai virus polio dengan melakukan imunisasi polio untuk mencegah
terjangkitnya virus polio.
2. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Daftar pustaka

Who-searo. Poliomyelitis surveillance : weekly report 2001. Sear

Polio bulletin.

Dit.jen p2m & plp, dep.kes. Ri. Pekan imunisasi nasional 2002.

Materi informasi dan advokasi.dep.kes.r.i.2002.

Gendrowahyuhono dkk.

Laporan akhir peneltian serologis poliomyelitis

Setelah pin ii di daerah terpencil. 1998.

Who-searo. Polio laboratory manual. Department of vaccines and

Biologicals.2001.

Gendrowahyuhono. Pengaruh sanitasi lingkungan terhadap pembentukan

Antibody anak setelah pemberian vaksinasi oral. Maj. Kes. Masy. Indon.

No.4/2000: 214- 8.

An alliance with a powerful man is never safe

Cermin dunia kedokteran no. 148, 2005

By:defka

S-ar putea să vă placă și