Sunteți pe pagina 1din 14

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Syukur alhamdulilah penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW sehingga penyusun diperkenankan untuk menyelesaikan makalah asuhan
kebidanan kesehatan reproduksi sebagai syarat untuk melengkapi tugas pada semester ganjil
tahun pelajaran 2017 di STIKES Fort De Kock Bukittinggi. Tidak lupa penyusun sampaikan rasa
terima kasih kepada semua pihak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.

Wassalamuaaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Bukittinggi, Februari 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ genitalia
eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami gangguan, salah satunya adalah
infeksi, infeksi dapat mengenai organ genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai
macam manifestasi dan akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau
dikenal dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang terdapat
pada bagian bawah introitus vagina. Jika kelenjar ini mengalami infeksi yang
berlangsung lama dapat menyebabkan terjadinya kista bartolini, kista bartolini adalah
salah satu bentuk tumor jinak pada vulva. Kista bartolini merupakan kista yang terbentuk
akibat adanya sumbatan pada duktus kelenjar bartolini, yang menyebabkan retensi dan
dilatasi kistik. Dimana isi di dalam kista ini dapat berupa nanah yang dapat keluar
melalui duktus atau bila tersumbat dapat dapat mengumpul di dalam menjadi abses.
Kista bartolini ini merupakan masalah pada wanita usia subur, kebanyakan kasus terjadi
pada usia 20 sampai 30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista
bartolini atau abses dalam hidup mereka, sehingga hal ini merupakan masalah yang perlu
untuk dicermati. Kista bartolini bisa tumbuh dari ukuran seperti kacang polong menjadi
besar dengan ukuran seperti telur. Kista bartolini tidak menular secara seksual, meskipun
penyakit menular seksual seperti Gonore adalah penyebab paling umum terjadinya
infeksi pada kelenjar bartolini yang berujung pada terbentuknya kista dan abses, sifilis
ataupun infeksi bakteri lainnya juga dianggap menjadi penyebab terjadinya infeksi pada
kelenjar ini.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kista bartolini?
2. Apa penyebab dan gejala kista bartolini
3. Bagaimana patofisiologi pada kista bartolini ?
4. Bagaimana cara pengobatan kista bartolini ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu kista bartolini
2. Untuk mengetahui kenapa kista bartolini dapat terjadi pada perempuan atau penyebab
terjadinya kista bartolini
3. Untuk menambah pengetahuan tentang pencegahan agar tidak terjadi kista bartolini
4. Untuk menambah wawasan tentang penanganan atau pengobatan kista bartolini

D. Manfaat
1. Memberikan penjelasan pada perempuan tentang gangguan reproduktif mengenai hal-
hal yang terjadi bila mengalami kista bartolini .
2. Memberikan informasi tentang pengobatan kepada perempuan apabila terkena kista
bartolini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di
bawah kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika
kelenjar ini menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan,
seperti infeksi, peradangan atau iritasi jangka panjang. Apabila saluran kelenjar ini
mengalami infeksi maka saluran kelenjar ini akan melekat satu sama lain dan
menyebabkan timbulnya sumbatan. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar ini kemudian
terakumulasi, menyebabkan kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu
abses terjadi bila kista menjadi terinfeksi.

B. Anatomi, Histologi dan Fisiologi kelenjar Bartolini Anatomi


Kelenjar bartolini merupakan salah satu organ genitalia eksterna, kelenjar
bartolini atau glandula vestibularis major, berjumlah dua buah berbentuk bundar, dan
berada di sebelah dorsal dari bulbus vestibulli. Saluran keluar dari kelenjar ini bermuara
pada celah yang terdapat diantara labium minus pudendi dan tepi hymen. Glandula ini
homolog dengan glandula bulbourethralis pada pria. Kelenjar ini tertekan pada waktu
coitus dan mengeluarkan sekresinya untuk membasahi atau melicinkan permukaan
vagina di bagian caudal. kelenjar bartolini diperdarahi oleh arteri bulbi vestibuli, dan
dipersarafi oleh nervus pudendus dan nervushemoroidal inferior. Kelenjar bartolini
sebagian tersusun dari jaringan erektil dari bulbus, jaringan erektil dari bulbus menjadi
sensitif selama rangsangan seksual dan kelenjar ini akan mensekresi sekret yang mukoid
yang bertindak sebagai lubrikan. Drainase pada kelenjar ini oleh saluran dengan panjang
kira- kira 2 cm yangterbuka ke arah orificium vagina sebelah lateral hymen, normalnya
kelenjar bartolini tidak teraba pada pemeriksaan palapasi.

C. Epidemiologi
Dua persen wanita mengalami kista Bartolini atau abses kelenjar pada suatu saat
dalam kehidupannya. Abses umumnya hampir terjadi tiga kali lebih banyak daripada
kista. Salah satu penelitian kasus kontrol menemukan bahwa wanita berkulit putih dan
hitam yang lebih cenderung untuk mengalami kista bartolini atau abses bartolini daripada
wanita hispanik, dan bahwa perempuan dengan paritas yang tinggi memiliki risiko
terendah. Kista Bartolini, yang paling umum terjadi pada labia majora. Involusi bertahap
dari kelenjar Bartolini dapat terjadi pada saat seorang wanita mencapai usia 30 tahun. Hal
ini mungkin menjelaskan lebih seringnya terjadi kista Bartolini dan abses selama usia
reproduksi. Biopsi eksisional mungkin diperlukan lebih dini karena massa pada wanita
pascamenopause dapat berkembang menjadi kanker. Beberapa penelitiantelah
menyarankan bahwa eksisi pembedahan tidak diperlukan karena rendahnya risiko kanker
kelenjar Bartholin (0,114 kanker per 100.000 wanita-tahun).Namun, jika diagnosis
kanker tertunda, prognosis dapat menjadi lebih buruk. Sekitar 1 dalam 50 wanita akan
mengalami kista Bartolini atau abses di dalam hidup mereka. Jadi, hal ini adalah masalah
yang perlu dicermati.Kebanyakan kasus terjadi pada wanita usia antara 20 sampai 30
tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pada wanita yang lebih tua atau
lebih muda.

D. Etiologi
Kista Bartolini berkembang ketika saluran keluar dari kelenjar Bartolini
tersumbat. Cairan yang dihasilkan oleh kelenjar kemudian terakumulasi, menyebabkan
kelenjar membengkak dan membentuk suatu kista. Suatu abses terjadi bila kista menjadi
terinfeksi. Abses Bartolini dapat disebabkan oleh sejumlah bakteri. Ini termasuk
organisme yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti Klamidia dan Gonore
serta bakteri yang biasanya ditemukan di saluran pencernaan, seperti Escherichia coli.
Umumnya abses ini melibatkan lebih dari satu jenis organisme. Obstruksi distal saluran
Bartolini bisa mengakibatkan retensi cairan, dengan dihasilkannya dilatasi dari duktus
dan pembentukan kista.
4
E. Gejala
Banyak kista Bartolini tidak menyebabkan gejala apapun. Biasanya ditemukan
ketika seorang wanita datang kedokter untuk pemeriksaan umum tanpa keluhan apapun,
tanpa rasa sakit vagina. Namun, jika kista tumbuh lebih besar dari diameter 1 inci, dapat
menyebabkan ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama hubungan seksual. Jika kista
menjadi terinfeksi, berisi nanah, dan menjadi bengkak, hal ini sangat menyakitkan,
sehingga sulit bagi seorang wanita untuk duduk, berjalan atau melakukan hubungan
intim. Kista Bartolini menyebabkan pembengkakan labia di satu sisi, dekat pintu masuk
ke vagina. Sebuah kista biasanya tidak sangat menyakitkan, dan rasa sakit yang
signifikan menunjukkan bahwa abses telah berkembang. Namun, kista yang besar
mungkin akan menyakitkan sesuai dengan ukurannya.Karena letaknya di vagina bagian
luar, kista akan terjepit terutama saat duduk dan berdiri menimbulkan rasa nyeri yang
terkadang disertai dengan demam. Pasien berjalan mengegang ibarat menjepit bisul
diselangkangan.

F. Pengobatan
Biasanya penderita bartholinitis berobat karena nyeri. Pada abses bartholini
terdapat ciri kelenjar membesar, kadang merah, nyeri dan berisi nanah atau darah serta
pada palpasi teraba massa kistik. Pada abses bartholini sudah diperlukan terapi operatif,
berupa incisi yaitu membuat irisan pada dinding kista/abses untuk mengeluarkan isinya.
Selain itu juga diberi terapi obat antibiotic dan obat simptomatik. Radang pada glandula
bartholini dapat terjadi berulang-ulang dan akhirnya dapat menjadi menahun dalam
bentuk kistha bartolini. Pengobatan kista bartholini dengan memberikan analgetik dan
antibiotic spectrum luas. Jika terjadi menahun maka harus dilakukan marsupialisasi.

5
BAB III
TINJAUAN KASUS

KASUS
Seorang ibu benama Ny. M datang ke RB Permata Bunda. Ibu mengatakan pada bidan bahwa ia
merasa adanya benjolan atau massa di dekat lubang vagina. Ibu juga mengatakan bahwa ia tidak
nyaman pada saat duduk dan berjalan. Ibu mengatakan benjolan tersebut terasa sakit dan
mengganggu aktivitasnya. Ibu merasa khawatir atas keadaannya sekarang ini. suami dan
keluarga mendukung ibu untuk berobat. Ibu berharap benjolan tersebut dapat disembuhkan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY M DENGAN KISTA BARTOLINI
DI RB PERMATA BUNDA

No. Reg : 02451


Tanggal : 4 April 2016
Jam : 10.00 WIB
Oleh : Bidan Lusi Eka Sari

A. SUBJEKTIF
Identitas, tanggal 4 April 2016 jam 10.00 WIB oleh: bidan Lusi
Nama ibu : Ny M Nama suami : Tn K
Usia : 23 th Usia : 25 th
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa Suku/bangsa : Jawa
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : buruh pabrik Pekerjaan :Pekerja

6
1. Alasan datang
Ibu mengatakan ingin memeriksakan keadaannya
2. Keluhan utama
Ibu mengeluh merasa adanya benjolan atau massa di dekat lubang vagina. Ibu juga
mengatakan bahwa ia tidak nyaman pada saat duduk dan berjalan
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah mengidap penyakit menurun seperti asma, diabetes
melitus,dsb, dan tidak mengidap penyakit menular seperti Hepatitis, HIV/AIDS.
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun seperti asma, diabetes militus,
jantung dsb dan tidak sedang menderita penyakit menular seperti hepatitis , HIV/AIDS
dsb.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarga Ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit
menurun sepeti asma, diabetes melitus, jantung dsb dan tidak ada yang menderita
penyakit menurun seperti hepatitis, HIV/AIDS dsb
6. Riwayat Perkawinan
Usia menikah : Istri 20 tahun dan Suami 23 tahun
Lama menikah : kurang lebh 3 tahun
Menikah : 1x
Status pernikahan : syah
7. Riwayat haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Haid : teratur siklus 28 hari
c. Banyaknya : hari pertama :bercak-bercak merah
hari 2-3 :2-3 kali ganti pembalut penuh
hari 4-6 :2-3 kali ganti pembalut tidak penuh hanya sedikit dan bercak-bercak.
d. Disminore : tidak
e. Warna : pada hari pertama dan kedua merah kehitaman bentuk darah mengumpal

7
f. Bau : khas darah
g. Keputihan : ada
8. Riwayat obstetric : P1 A0 Ah1
9. Riwayat KB
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
10. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Eliminasi
Ibu mengatakan 1X BAB dalam 1 hari. Konsistensi lunak warna kuning.
BAK 3-4x sehari dengan warna kekuningan, bau khas.
b. Nutrisi
Makan 3x sehari dengan komposisi 1 porsi nasi, sayur dan lauk.
Minum 4-5 gelas perhari, jenis hanya air putih dan teh kadang-kadang
c. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2X sehari, ganti baju 2X sehari, gosok gigi 2X sehari.
Terkadang ibu mandi di sungai. Keluhan kadang ibu merasa gatal di daerah
kemaluan.
d. Pola Seksual
Ibu mengatakan semenjak adanya benjolan tersebut hanya melakukan hubungan 1-2x
dalam 1 minggu. Ibu mengatakan tidak nyaman dan merasa sakit saat berhubungan
intim.
11. Riwayat psikososial dan spiritual
a. Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya saat ini.
b. Keluarga dan suami mendampingi
c. Keluarga dan suami ibu mendukung untuk berobat.
d. Hubungan ibu dengan suami, keluarga, tetangga baik.
e. Ibu menjalankan ibadah dengan baik di tempat tidur.
f. Ibu mengatakan tidak memiliki hewan peliharaan.
g. Keluarga masih percaya dengan mitos dimasyarakat
h. Adat dan kebudayaan masih sangat kental
i. Pengambilan keputusan dalam keluarga : ibu dan suami
8
12. Kebiasaan-kebiasaan yang menggangu kesehatan
a. Merokok : tidak pernah
b. Minuman beralkohol : tidak pernah
c. Jamu-jamuan : tidak pernah
B. Data Objektif
tanggal 4 April 2016 jam 10.30 WIB. Oleh: bidan Lusi
Keadaan Umum : Kelihatan lemas
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 110x/menit
Suhu : 37o C
Pernafasan : 30x/menit
BB : 57kg
TB : 157cm

1. Pemeriksaan fisik
a. Rambut : bersih,hitam,tidak rontok,tidak mudah dicabut
b. Edema wajah : tidak ada
c. Mata : simetris, sklera putih,konjungtiva merah muda.
d. Hidung : tidak ada polip dan bersih
e. Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran serumen dan bersih
f. Mulut : bersih, bibir pucat, kering, caries tidak ada
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, kelenjar tiroid dan tidak ada
pelebaran vena jugularis
h. Payudara : simetris,, puting susu menonjol, tidak ada benjolan.
i. Abdomen : tidak ada bekas luka parut.
j. Ekstremitas : tidak ada oedem dan varises, reflek patella kanan/kiri positif
k. Genetalia : Vulva tidak varises, terdapat benjolan kecil di dekat lubang vagina.
Ada nyeri tekan pada labia mayora kanan.
l. Anus : Tidak hemoroid.
9
C. Assesment
tanggal 4 April 2016 jam 11.45 WIB oleh: Bidan Lusi
Ny M umur 23 tahun dengan kista bartolini
D. Planing
tanggal 4 April 2016 jam 11.45 WIB oleh: Bidan Lusi
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaannya bahwa ibu menderita kista bartolini dan ibu
mengerti
2. Memberikan dukungan psikologi kepada ibu seperti menenangkan ibu dan ibu merasa
lebih tenang.
3. Meberikan penjelasan pada ibu bahwa penyakit ini dapat disembuhkan, ada dokter
spesialis yang bisa menangani masalah ini. Ibu mengerti dan merasa lebih tenang.
4. Memberikan penjelasan kepada ibu untuk menjaga kebersihan personal hygiene karena
dengan personal hygiene yang tidak bagus akan memperparah keadaannya, ibu mengerti
dan mau melaksanakan anjuran bidan.
5. Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat Asam Mefenamat 3 x 500 mg dan
parasetamol 3 x 500 mg pada ibu. Ibu bersedia meminumnya.
6. Melakukan rujukan ke RS untuk tindakan selanjutnya seperti pembedahan kista tersebut
dan pengobatan lebih lanjut. Ibu bersedia untuk dilakukan rujukan.
7. Mendokumentasikan tindakan
Bidan sudah mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.

10

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kista adalah kantung yang berisi cairan atau bahan semisolid yang terbentuk di bawah
kulit atau di suatu tempat di dalam tubuh. Kista kelenjar Bartholin terjadi ketika kelenjar ini
menjadi tersumbat. Kelenjar Bartolini bisa tersumbat karena berbagai alasan, seperti infeksi,
peradangan atau iritasi jangka panjang.
Banyak kista Bartolini tidak menyebabkan gejala apapun. Biasanya ditemukan ketika
seorang wanita datang kedokter untuk pemeriksaan umum tanpa keluhan apapun, tanpa rasa
sakit vagina. Namun, jika kista tumbuh lebih besar dari diameter 1 inci, dapat menyebabkan
ketidaknyamanan ketika duduk, atau selama hubungan seksual. Jika kista menjadi terinfeksi,
berisi nanah, dan menjadi bengkak, hal ini sangat menyakitkan, sehingga sulit bagi seorang
wanita untuk duduk, berjalan atau melakukan hubungan intim. Pengobatan kista bartholini
dengan memberikan analgetik dan antibiotic spectrum luas. Jika terjadi menahun maka harus
dilakukan marsupialisasi.

B. Saran
Untuk penulisan makalah selanjutnya diharapkan kritikan dan saran yang membangun.

11
DAFTAR PUSTAKA

Padjajaran,Universitas.2003.Obstetri Patologi Edisi 2,Jakarta : EGC


Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo.
Wiknjosastro, H. 2006.Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i

DAFTAR ISI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... 3
B. Anatomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... 3
C. Epidemiologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
D. Etiologi . . . . . .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
E. Gejala . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5
F. Pengobatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB III TINJAUAN KASUS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... 6


BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...... 11
B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
C. Resume . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ........... 12

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI


PADA NY M DENGAN KELENJAR BARTOLINI

OLEH : LUSI EKA SARI


1615301220

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


STIKES FORT DE KOCK BUKITTINGGI
2016/2017

S-ar putea să vă placă și