Sunteți pe pagina 1din 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kemajuan dibidang sosial dan ekonomi mempunyai pengaruh yang sangat
baik terhadap angka kematian bayi. Pengaruh demikian tidak seberapa tampak pada
angka kematia perinatal. Dalam 30 tahun terakhir angka kematian bayi turun
dengan menyolok, yaitu di bawah 25 per 1000 kelahiran.
Negara-negara Barat telah berhasil menurunkan angka kematian maternal
dan kini angka kematian perinatal digunakan sebagai ukuran untuk menilai kualitas
pengawasan antenatal. Dalam hubungan ini, maka pada pengawasan antenatal hal-
hal yang berhubungan dengan keadaan janin dalam uterus mendapat banyak
perhatian. Angka yang ada adalah angka kematian perinatal yang ada di Indonesia
yaitu di rumah sakit-rumah sakit besar yang umumnya merupakan referral hospital
yaitu berkisar antara 77,3 sampai 137,7 per 1000 kelahiran.
Perbaikan angka kematian perinatal dapat dicapai dengan pemberian
pengawasan antenatal untuk semua wanita hamil dan dengan menemukan dan
memperbaiki factor-faktor yang mempengaruhi keselamatan janin dan neonatus.
Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan
sempurna dari ibu tanpa memandang tuanya kehamilan. Kematian dinilai dengan
fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernapas atau tidak
menunjukkan tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, pulsasi tali pusat atau
kontraksi otot.
Kematian perinatal ini berdampak psikologis yaitu rasa kehilangan pada ibu/ suami
atau keluarga. Kehilangan pada perinatal dapat terjadi kapan saja selama periode
gestasi atau neonataus. Biasanya bila kehamilan mencapai puncak pada kematian
janin atau neonatus, kehilangan tidak diinginkan dan membuat klien/ pasangan tidak
berdaya. Kehilangan anak yang diinginkan dapat sama traumatiknya (atau bahkan
lebih traumatic) seperti kehilangan anggota keluarga dewasa atau teman yang
dekat.
Respon terhadap kehilangan akibat kematian janin dqalan rahim dari tiap
individu berbeda-beda, hal ini tentunya tidak terlepas dari sifat manusia yang unik.
Untuk itu kami mengangkat kasus Kematian Janin Dalam Rahim sebagai bahan
dalam Seminar Keperawatan Maternitas.

B. TUJUAN
Melaui makalah ini maka tujuan yang ingin dicapai adalah :
Tujuan Umum

Mengetahui gambaran secara umum tentang kasus Kematian Janin Dalam Rahim
dan perawatannya.
Tujuan khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan kasus Kematian Janin dalam
Rahim
2. Menetapkan Diagnosa keperawatan
3. Menetapkan rencana keperawatan
4. Melaksanakan Asuhan Keperawatan
5. Melakukan evaluasi keperawatan

C. MANFAAT
a. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi institusi Rumah Sakit khususnya di
bagian Poliklinik Ante Natal Care dalam memberikan pelayanan perawatan
professional pada ibu hamil/ prenatal..
b. Pelaksanaan Seminar kasus dapat menjadi masukan dan bahan informasi serta
koleksi bagi mahasiswa dan institusi pendidikan dalam rangka peningkatan
pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik, sehingga peserta didik
mampu mengaktualisasikan ilmu dan ketrampilan secara efisien ditempat praktek
atau dimasa yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP MEDIS KEMATIAN JANIN DALAM KANDUNGAN ( KJDK )

A. Pengertian.
Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK), biasa didefinisikan sebagai kematian
intrauterin dari janin dengan berat 500gr atau lebih atau janin pada umur kehamilan
sekurang kurangnya 20 minggu.( Melfiamsati S, 1994)
.
Sebelum 20 minggu : kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan

abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal
dalam rahim disebut missed abortion.
Sesudah 20 minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak

kehamilan 20 minggu dan seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin
dapat disangka terjadi kematian janin dalam rahim.

Kematian janin adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan


sempurna dari ibu tanpa memandang usia kehamilan. Kematian dinilai berdasarkan
fakta bahwa sesudah dipisahkan dari ibunya janin tidak bernapas atau menunjukkan
tanda-tanda kehidupan, seperti denyut jantung, atau pulsasi tali pusat, atau
kontraksi otot.
Menurut WHO Exspert Committee On the Prevention of Perinatal Morbidity and
Mortality ( 1970 ) untuk penyeragaman statistic, menyatakan bahwa yang
dinamakan kematian janin ialah kematian janin pada waktu lahir berat badannya
diatas 1000 gram.

Kematian janin dapat dibagi dalam 4 golongan yaitu :


1. Golongan 1 : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
2. Golongan II : kematian janin sesudah ibu hamil 20-28 minggu.
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan lebih 28 minggu (late Foetal
Death )
4. Golongan IV : kematian janin yang tidak masuk dalam ketiga golongan diatas.

B. Etiologi.
1. Perdarahan : plasenta previa dan solutio plasenta
2. Pre-eklamsia
3. Penyakit-penyakit kelainan darah, penyakit infeksi dan penyakit menular.
4. Penyakit saluran kencing : bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis dan payah
ginjal.
5. Penyakit endokrin : Diabetes Mellitus, hyperthyroid, malnutrisi dan sebagainya.
6. Gangguan pertumbuhan janin atau kelainan/anomali janin.

C. Diagnostik .
1. Anamnesis : ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan
janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan
semakin kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini
merasa perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
2. Inspeksi : tidak kelihatan gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat
terutama pada ibu yang kurus.
3. Palpasi :
Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba
gerakan-gerakan janin.
Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala
janin.
4. Auskultasi : baik memakai stetoskop maupun dengan Deptone tidak akan terdengar
denyut jantung janin.
5. Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin
mati dalam kandungan.
6. Rontgen Foto Abdomen :
#/ Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
#/ Tanda Najosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
#/ Tanda Gerhard : adanya hiperektensi kepala tulang leher janin.
#/ Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak.
#/ Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
#/ 5 hari atau lebih setelah kematian janin, kelainan kelainan yang
ditemukan meliputi tulang tulang tengkorak janin yang tumpang
tindih atau overlapping tulang tulang kepala (sutura) janin (Tanda Spalding)
yang disebabkan oleh mencairnya otak.
7. Ultrasonografi dengan scan real-time : Tidak terlihat denyut jantung janin dan
gerakan-gerakan janin memastikan kematian janin. Tengkorak janin yang kolaps
memberi kesan bahwa janin telah mati 1 minggu atau lebih.
8. Amniosentesis :
Cairan amnion cenderung untuk menjadi merah, coklat atau keruh..
9. Test test koagulasi :
Fibrinogen, jumlah trombosit, masa protrombin dan masa tromboplastin
parsial dapat mengidentifikasi atau menyingkirkan gangguan koagulasi.

D. Penanganan dan pendidikan klien.


1. Bila disangka telah terjadi kematian janin dalam rahim, tidak usah terburu-buru
bertindak, sebaiknya diobservasi dulu dalam 2-3 minggu untuk mencari kepastian
diagnosis.
2. Biasanya selama masih menunggu ini, 70-90 % akan terjadi persalinan yang
spontan.
3. Bila setelah 3 minggu kematian janin dalam kandungan atau 1 minggu setelah
diagnosis, partus belum mulai, maka wanita harus dirawat agar dapat dilakukan
induksi partus.
4. Induksi partus dapat dimulai dengan pemberian estrogen untuk mengurangi efek
progesterone atau langsung dengan pemberian oksitosin drips dengan atau tanpa
amniotomy.
5. Suppositoria vagina yang mengandung prostaglandin biasanya dianjurkan.
6. Sokongan emosional yang cukup adalah esensial.
7. Pemerikasaan patologi plasenta adalah untuk mengungkapkan adanya patologi
plasenta dan infeksi.

E. Pengaruh Terhadap Ibu


Kermatian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu.
Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadi kelainan darah ( hipo-
fibrinogenemia ) akan lebih besar; karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus
dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadai
hipofibrinogenemia bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah
dengan pemberian darah segar atau pemberian fibrinogen.
Selain itu jika penanganan tidak segera dilakukan maka mengakibatkan terjadinya
sepsis, perdarahan postpartum dan emboli cairan ketuban.

II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN.

I. PENGKAJIAN DASAR DATA KLIEN.

SIRKULASI
Riwayat hipertensi esensial, penyakit vaskuler.

INTEGRITAS EGO
Sejarah emosi labil : ansietas, takut, syok, tidak percaya, deperesi.

ELIMINASI
Nefritis kronik.

MAKANAN/CAIRAN
Status nutrisi ibu buruk.

KEAMANAN.
Pemajanan pada agen-agen toksik/teratogenik, Riwayat kejadian traumatic.
Adanya penyakit inflamasi, penyakit hubungan seksual, atau pemajanan penyakit
menular seperti rubella, sitomegalovirus, herpes aktif, Pecah ketuban dini.
Abnormalitas plasenta/tali pusat yang terlihat pada kelahiran, Inkompatibilitas ABO.

SEKSUALITAS.
Uterus birokrat atau septat, tumor fibrosa uterus (leiomioma), atau abnormalitas
lainnya dari kejadian kelahiran traumatic, komplikasi intrapartum.

PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Melaporkan penyalahgunaan obat/alcohol, Riwayat keluarga tentang kondisi genetic.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
USG, Foto abdomen, amniosentesis, test koagolasi.

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Memfasilitasi proses berduka.
2. Memberikan informasi mengenai kejadian-kejadian sekitar kehilangan dan implikasi
masa datang.

TUJUAN PULANG
1. Dukungan teridentifikasi dan pada tempatnya.
2. Rencana dibuat untuk pemakaman bayi.

DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDUKA (diperkirakan)


Ekspresi verbal dari distress, marah, kehilangan,
Dihubungkan dengan rasa bersalah : menangis; perubahan dalam
kebiasaan makan atau pola tidur.
Mengungkapkan tahap proses berduka yang dialami
Kemungkinan dibuktikan oleh Mengekspresikan perasaaan dengan tepat.
HASIL YANG DIHARAPKAN Mengidentifikasi masalah proses berduka
KLIEN AKAN ( mis: masalah fisik makan, tidur ) dan mencari
bantuan yang tepat.
TINDAKAN/ INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji pengetahuan klien/pasangan dan Sering, setelah kematian anak, orang tua
interpretasi terhadap KJDK. Berikan berespons syok, menyangkal, atau tidak percaya.
informasi dan perbaiki kesalahan konsep Reaksi emosi ini dapat menyembunyikan
berdasarkan kesiapan pasangan dan kemampuan pasangan untuk memproses informasi
kemampuan untuk mendengarkan dan menginterpretasi kejadian bermakna. Pola
secara efektif. berpikir konkrit (interpretasi literal) mungkin
merupakan cara mekanisme koping satu-satunya
yang ada terhadap informasi saat ini.

Tentukan makna kehilangan terhadap Luas dan durasi respons berduka dapat tergantung
kedua anggota pasangan. Perhatikan pada makna kehilangan (mis., apakah kehamilan
bagaimana kuatnya pasangan direncanakan, apakah pasangan telah kehilangan
menginginkan kehamilan ini. kehamilan yang lain, lama waktu berkenaan
dengan mencoba mengatur rencana). Selain itu,
orang tua dapat merasa kehilangan sepanjang
hidup mereka, berduka untuk anak yang tidak
pernah lagi mereka tahu atau lihat bertumbuh.

Identifikasi ekspresi dari tahap berduka; Bila anak meninggal dalam rahim, lahir mati, atau
mis., menyangkal, marah, menawar, meninggal setelah kelahiran, berduka dirasakan,
depresi, menerima. Gunakan tanpa melihat apakah anak diinginkan atau tidak.
keterampilan komunikasi terapeutik Bila berduka tidak selesai, berduka dapat menjadi
(mis., mendengarkan dengan aktif, disfungsional, mengakibatkan perilaku yang
pengakuan), menghargai merusak pada keamanan pribadi dan pada masa
hasrat/permintaan klien untuk tidak depan keluarga dan perkawinan/hubungan.
bicara.
Isyarat verbal dan nonverbal memberikan
Anjurkan keluarga untuk informasi tentang derajat kesedihan, rasa
mengekspresikan perasaan, dan bersalah, dan rasa takut keluarga. Keluarga yang
mendengar (tetap diam atau berduka memerlukan kesempatan ulang untuk
mengkomentari dengan tepat). Catat mengungkapkan pengalaman mereka. Diperlukan
bahasa tubuh. Tingkatkan situasi rileks. waktu untuk membuat situasi terapeutik.
Mendengarkan dengan aktif menunjukkan
perhatian, yang mengkomunikasikan kesadaran
tentang keunikan arti kehilangan pada klien.

Membantu pasangan untuk mengenali bahwa


respon mereka sebelumnya dan berikutnya adalah
Diskusikan respons yang diantisipasi normal. Berduka merupakan hal yang individual,
secara fisik dan emosi terhadap dan luas serta sifat dari respons dipengaruhi oleh
kehilangan. Evaluasi keterampilan sifat kepribadian, keterampilan koping masa lalu,
koping. Perhatikan keyakinan religius keyakinan religius , dan latar belakang budaya.
dan latar belakang
budaya.
DIAGNOSA KEPERAWATAN HARGA DIRI, SITUASIONAL RENDAH
Kegagalan yang dirasakan pada kejadian hidup
Dihubungkan dengan : Penilaian diri negatif sebagai respon terhadap
Kemungkinan dibuktikan oleh : kejadian hidup pada indivbidu dengan evaluasi diri
positif sebelumnya, pengungkapan perasaan
negatif tentang diri ( tidak berdaya, tidak berguna),
kesulitan membuat keputusan.
Mengidentifikasi kekuatan dan sumber-sumber
HASIL YANG DIHARAPKAN yang tersedia.
KLIEN AKAN Mengekspresikan harga diri positif
Mendemonstrasikan adaptasi terhadap kematian
bayi dan integrasi kehilangan kedalam hidup
sehari-hari dengan merencanakan masa depan.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Tentukan persepsi diri pasangan Kelahiran memberikan kesempatan untuk memberikan cinta,
sebagai individu dan orang tua. dicintai, mengembangkan harga diri, perasaan bangga dan
Evaluasi respons keluarga lengkap, membuat alasan untuk hidup, dan menciptakan
terhadap kehilangan, perhatikan jembatan untuk masa depan. Kehilangan kehamilan dan bayi
kesalahan yang dibuat oleh baru lahir selanjutnya sering dihubungkan dengan perasaan
anggota keluarga. tidak adekuat, tidak berdaya, dan tidak berharga, yang secara
langsung mempengaruhi perasaan diri dan kemungkinan
menghancurkan harga diri seseorang sebagai orang tua.
Ekspresi rasa marah atau menyalahkan dari anggota keluarga
yang lain dapat menurunkan harga diri lebih lanjut.
Diskusikan dengan pasangan apa
yang telah terjadi dan bagaimana Kemarahan dalam anggota keluarga mungkin berpindah ke
perasaan mereka terhadap klien/pasangan, mengakibatkan distorsi dari kejadian
kematian sebenarnya.

Berikan kesempatan untuk


mengungkapkan, menyalurkan Pengungkapan kehilangan memberikan kesempatan untuk
emosi dan menangis. penerimaan yang diperlukan, membantu orang tua untuk
menyaring perasaan dengan seksama, dan menfalidasi
perasaan normal orang tua tentanmg ketidakberdayaan dan
Diskusikan kebutuhan menjadi ketidakadekuatan.
orang tua terhadap anak yang
lain secara tepat. Kesinambungan perawatan dan merasa perlu bantuan dalam
memelihara identitas klien/ pasangan sebagai orang tua
Berikan penguatan positif untuk berguna.
mengidentifikasi kebutuhan-
kebutuhan dan masalah-masalah. Membantu dalam koping kesedihan terhadap situasi. Membantu
orang tua untuk menerima diri mereka sendiri sebagai manusia
Kolaborasi yang berharga.
Bantu dengan rujukan untuk
konseling dan koordinasi
perjanjian ( mis; pelayanan sosial
atau kelompok pendukung). Kemampuan klien/ pasangan untuk mengkoordinasikan dan
melakukan tugas mungkin menurun dan melakukan tugas
mungkin menurun. Rujukan membantu memberikan dukungan
dan bantuan, yang dapat memudahkan integrasi dari kehilangan
kedalam kehidupan setiap hari dan meningkatkan harga diri.

DIAGNOSA KEPERAWATAN PROSES KELUARGA, PERUBAHAN, RESIKO TINGGI TERHADAP;


PENAMPILAN PERAN, PERUBAHAN, RESIKO TINGGI TERHADAP.
Dihubungkan Krisis situasi ( kematian anak )
dengan ( tidak dapat diterapkan; adanya tanda/ gejala untuk
Kemungkinan dibuktikan menegakkan diagnosa actual).
oleh

Mengekspresikan perasaan dengan tepat dan sesuai.


Menunjukkan keterlibatan individu dalam proses pemecahan
HASILYANG
masalah yang diarahkan untuk resolusi krisis.
DIHARAPKAN
Mengungkapkan pemahaman tentang harapan peran/
KLIEN AKAN
kewajiban.
Mengidentifikasi kebutuhan dan sumber untuk memelihara
peran/ ikatan keluarga.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Evaluasi situasi keluarga saat ini dan status Anggota keluarga mungkin memberikan
psikososial ( mis; anak lain, keluarga besar, dukungan satu sama lain. Ketidakyakinan,
system pendukung ). marah, dan menyangkal, bagaimanapun, dapat
secara temporer merusak ketrampilan menjadi
orang tua, dan anak lain mungkin diabaikan atau
diperlakukan berbeda dari yang dilakukan
sebelum kematian bayi.
Identifikasi harapan perubahan peran yang
diperlukan karena adanya kehilangan. Perubahan yang diantisipasi meliputi periode
disorientasi atau terpecahnya pola kerja normal,
diikuti oleh periode reorganisasi, dimana energi
dengan tepat disimpan dalam individu dan
Berikan informasi dan Bantu orang tua aktivitas baru.
menghadapi situasi, keseimbangan perawatan
diri dan kebutuhan berduka serta tangguang Kematian anak merupakan perubahan peran
jawab menjadi orang tua. orang tua yang tidak diantisipasi. Pada kematian
anak pertama, fungsi orang tua yang terjadi
hanya berduka. Bila ada anak yang lain, orang
tua dapat mengekspresikan kekhawatiran
tentang tentang kemampuan mereka menjadi
Beri klien pilihan aktivitas sederhana, dengan orang tua. Perasaan tentang kegagalan atau rasa
kesempatan untuk melakukan lebih banyak tidak adekuat.
sesuai kemajuannya.
Klien perlu untuk menerima pesan bahwa ia
terlihat berfungsi, individu yang mampu
Kolaborasi meskipun ia mungkin tidak merasa kompeten.
Rujuk pada konseling psikiatrik atau psikoterapi
bila diindikasikan. Dukungan tambahan dalam koping berduka
mungkin diperlukan. Psikoterapi mungkin
membantu dalam kasus berduka patologis atau
mempengaruhi over protektif, yang secara
negatif mempengaruhi proses menjadi orang tua
yang normal dan integrasi kehilangan aktivitas
biasanya.
Dapat membantu klien memperoleh tidur/
istirahat ( mis; kesulitan atau kelelahan kelahiran
atau kelahiran sesaria).

BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan melaporkan hasil observasi dan perawatan
Langsung pada seorang ibu yang mengalami kematian janin dalam kandungan
( KJDK ),di rungan KIA
Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang.

I. PENGKAJIAN
A.Identitas klien :
Nama : Ny.H
Umur : 37 thn
Tanggal lahir : 24-09-1982
Agama : Kristen protestan
Pendidikan : Sma
Pekerjaan : Irt
Alamat : desa jumateguh
Jenis kelamin : perempuan
Tanggal kunjungan ke poliklinik KIA :
No.Register : 0012323
Golongan Darah :O
Suku : Batak toba
Diagnosa Medis : KJDK (kematian janin dalam kandungan )
B.Identitas penanggung jawab/keluarga terdekat
Nama : Tn.M
Umur : 40 thn
Jenis kelamin : laki laki
Pekerjaan : Petani
Alamat : desa jumateguh

AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Subjektif : Objektif :
Pekerjaan : IRT Kardiovaskuler : 88 x/ menit
Hobby : memasak Pernapasan : 24 x/menit
Aktivitas yang tidak dilakukan Status
semenjak hamil : Olah raga
Tidur malam : 20.30 05.00 neurologist : CM letargi stupor s
Tidur siang ( jam) : 15.00- 1600 emi koma koma
Insomnia GCS : 15
Pengkajian neuromuskuler :
Muscle Strench Reflex ( bisep, triseps,
brachiobrachialis, patella, achiles ) : +/+
Tremor Deformitas
Rentang pergerakan sendi ( ROM ) : Aktif
Derajat kekuatan otot : 5 5 5 5
SIRKULASI:
Subjektif :
Riwayat : Peningkatan 5555
TD Masalah jantung Demam 55555555

rematik Edema
tungkai Flebitis Penyembuhan Objektif :
lambat Kesemutan TD : 120/80 mmHg. Nadi : 88x/menit

Frekuensi napas : 24 x/menit Distensi vena


jugularis.
Bunyi jantung : Frekuensi : 88x/ menit
Irama : Teratur Tidak

teratur. Kualitas : Kuat Lemah Rub/


Murmur.
Ekstremitas :
Suhu : Hangat Akral dingin .

Pengisian Kapiler: < 3 detik > 3 detik


Tanda homan Varises.
Kuku : Warna : merah muda, tekstur : rata
Membrane mukosa : Konjungtiva : tidak
anemis. Sclera : tidak icterus.

INTEGRITAS EGO :
Subjektif :
Perencanaan

kehamilan : Ya Tidak.
Perasaan klien/ ayah tentang
kehamilan : senang.
Status hubungan : menikah Objektif :
Masalah
Status emosional ( cemas, apatis dll):
keuangan : Ada Tidak ada Ibu menangis saat menyatakan perasaannya.
Cara mengatasi stress : Ekspresi wajah murung.
dibicarakan dengan suami Kontak mata dengan orang lain kurang.
Agama ibu/ ayah : islam
Muncul perasaan : : Tidak

berdaya.
Putus asa Tidak

mampu.
Ibu menanyakan penyebab
janinnya menggal dalam
kandungan.
Ibu mangatakan sangat sedih dan
merasa bersalah atas kematian
anaknya.
Ibu mengatakan tidak berguna,
gagal sebagai ibu.
Ibu menanyakan tentang induksi/
memancing persalinan itu apa.
Ibu menyakan bagaimana bayinya
bisa lahir sedangkan tidak ada
Objektif :
kontraksi rahim. Palpasi
Ibu menanyakan apakah tindakan
abdoment : Nyeri Lunak Keras Teraba
induksi dapat membahayakan ibu.
massa.
Lingkar abdomen : 95 cm.
TFU-simpisis : 30 Cm.
Perkiraan BBJ : 95 x 30 = 2850 gram.
ELIMINASI:
Hemoroid Bising usus : +
Subjektif:
Palpasi kandung
Frekuensi Defekasi : 1 x/ hari
Pengunaan laksatif. Karakter kemih : Teraba Tidak Teraba Berkemih

fefses : lunak. berlebihan.


Waktu defekasi terakhir : 17 Juli Laporan urinalisis ( tanggal ) : Tidak ada.
2005 jam 16.00. Albuminuria Glikosuria Darah
Perdarahan Hemorhoid Diar samar Darah samar feses.
e konstipasi
Frekuensi berkemih : 5-6x/hari
Inkontinensia Urgensi Retensi
Karakter urine : kuning jernih
Nyeri/ rasa terbakar/ kesulitan
berkemih.
Riwayat peny.ginjal Peny.
Objektif :
Kandung kenih Penggunaan
Berat badab saat ini : 62 kg sebelum hamil : 54
diuretika.
kg.
Tinggi badan : 157 cm.
Bentuk tubuh : Lordosis
Turgor

MAKANAN / CAIRAN : kulit : Lembab Kering Membran mukosa


Subjektif:
mulut : Lembab Kering .
Pola diet : 3 x / hari
Hernia/ massa Edema ( lokasi &
Makanan / masukan terakhir :
derajat ): .. Pembesaran tiroid Bau mulut
nasi, lauk, sayur
kondisi gigi / gusi : Tidak ada caries. Bising
Kehilangan napsu makan
Usus : ( +)
Mual/ muntah
Skrining diabetic : tidak ada. Hb/ Ht : tidak ada.
Panas pada perut / salah cerna
Nyeri epigastrik
Alergi / intoleransi makanan
Masalah mengunyah/ menelan. Objektif :
Cara berpakaian : Rapih Kurang

rapih
Bau badan. Kondisi kulit kepala :
bersih Adakutu.

HIGIENE:
Subjektif :
Jenis aktivitas sehari-hari :
Objektif :
Mandiri : Makan,minum
Status mental ( orientasi waktu, tempat,
memasak.
orang ) : baik
Tergantung : Tidak ada
Bantuan diberikan : Tidak ada. Kacamata Alat Bantu
dengar Gangguan penciuman Gangguan
komunikasi.
NEUROSENSORI :
Subjektif :
Pingsan / pusing Sakit kepala
Frekuensi : - Kesemutan / kebas /
kelelahan ( lokasi ) : - Objektif :

Stroke ( efek residu ) Kejang Wajah meringis Melindungi area yang

Cara pengontrolan :- sakit Fokus menyempit.

NYERI / KETIDAKNYAMANAN :
Subjektif :
Lokasi : - Intensitas ( 0 10, pada
skala 10 paling berat ): - Frekuensi
:- Objektif :
Kualitas : - Durasi : - Frekuensi : 24 x / menit
Irama
Bagaimana hilangnya : -
Faktor pencetus : pernapasan : Eupnoe Tachipnoe Bradipno
Faktor yang berhubungan : -
e Apnoe Hiperventilasi Chine
-stokes Kusmaul Biots Bunyi
napas : Vesikuler Broncho vesikule
PERNAPASAN
r Bronchial .Tracheal
Sujektif :
Karakteristik Sputum : tidak ada
Dispnoe Batuk sputum Riw
Hasil Sinar X dada : tidak ada
ayat
bronchitis Asma TBC Emfis
ema Pneumonia berulang
Perokok pak/hari : - Objektif :
Selama ( tahun ): - Suhu : 36 0 C Diaforesis Integritas
Penggunaan alat bantu kulit : Jaringan
pernapasan oksigen ( L/menit ) :
parut Ruam Ekimosis Kulit/ lesi vagina.
tidak ada
Cara berjalan : lordosis Perestesia / paralysis.
Janin : DJJ : tidak terdengar. Lokasi :-
Metode auskultasi : doopler. TFU : 3

jari atas pusat. Perkiraan gestasi 28-30


minggu. Gerakan janin Ballotemen
Golongan darah ibu/ ayah : tidak diketahui
KEAMANAN
ibu/suami.
Subjektif :
Skrining Sel sabit Rubella Hepatitis HIV
Alergi/ sentivitas : tidak ada.
Reaksi : . .Tipe I Tipe
II Tipe III
Riwayat PHS ( Tgl/ jenis ) : Tidak
ada
Transfusi darah ( jumlah ( : Tidak
ada
Penyakit masa kanak-kanak :
Batuk, demam
Riwayat Immunisasi : Lengkap TT
2x
Infeksi virus terakhir : tidak ada.
Binatang peliharaan dirumah :
tidak ada
Masalah obstetric
sebelumnya : HKK Ginjal He Objektif :
moragi Jantung Diabetes Pemeriksaan payudara : simetris kiri/kanan,
mellitus Infeksi/ ISK ABO/ putting menonjol, ASI: -
sensitivitas Rh Bedah Benjolan/masa tumor : tidak ada
uterus Anemia.
Jarak waktu kehamilan terakhir : Pemeriksaan:
2,5 tahun. Leopold I : 3 jari atas pusat.
Riwayat kecelakaan Leopold II : Punggung kanan.
Fraktur/ Leopold III : Kepala

dislokasi Artritis Masalah Leopold IV: Convergen


Auskultasi :
punggung Pembesaran tahi
DJJ Tidak terdengar.
lalat Pembesaran
kelenjar Gangguan
penglihatan Gangguan
pendengaran prostese.

SEKSUALITAS(Komponen
Interaksi sosial ).
Subjektif :
Menarche : 15 tahun lamanya
durasi 6 hari, siklus : 28-30 hari
Hari pertama siklus menstruasi
terakhir : 14 des. 2004. jumlah: -
Pendarahan/ kram sejak PMA
( Periode Menstruasi terakhir ) :
Tidak
Rabas pervaginam : warna
jernih.
Keyakinan klien tentang kapan
Objektif :
terjadi konsepsi: - Perkiraan
Komunikasi verbal/ nonverbal dengan orang
tanggal kelahiran : 21 september
terdekat/ keluarga : baik.
2005. Praktik pemeriksaan
payudara sendiri ( Y/T ) : ya.
PAP Smear terakhir : tidak pernah.
Metode kontrasepsi terbaru :
suntikan 3 bulan.
Riwayat Obstetri : Arthritis
reumatoid Arthritis rheumatoid,
Arthritis rheumatoid, GIII, P II A 0.
Pertimbangan Rencana Pulang
Term : + 38 minggu. Kelahiran
hidup. Kelahiran multiple : tidak
( Bila dirawat di RS )
pernah.
Tanggal Informasi diambil : 18 Juli 2005
Riwayat kelahiran terakhir : tahun
Rencana rawat inap untuk induksi
2003.
Tanggal perkiraan persalinan : 22 Juli 2005
Tempat : dirumah ditolong Bidan
Ketersediaan sumber kesehatan terdekat:
desa. Lama gestasi 39 minggu
Puskesmas dan RS.
lama persalinan 18 jam, Tipe
persalinan : spontan. BB anak I
tidak diketahui; anak kedua BB
2700 gram, komplikasi ibu/janin:
tidak ada.

INTERAKSI SOSIAL :
Subjektif :
Status penikahan : Menikah. Lama
pernikahan : 10 tahun. Tinggal
serumah dengan : suami dan
anak.
Rencana untuk periode intra/
Pasca natal : Intranatal :
Pemeriksaan ANC
Pasca natal : KB

PENYULUHAN /
PEMBELAJARAN:
Subjektif :
Bahasa dominant : bahasa
Indonesia
Pendidikan terakhir : SD
Pendidikan Suami : SD
Pekerjaan : Wira swasta
Faktor penyakit dalan keluarga :
tidak ada riwayat Hipertensi, DM.
Obat yang diresepkan :
Corsaneuron 3 x 1
Obat tanpa resep/ bebas: tidak
ada
Keluhan penyerta kehamilan : bayi
tidak bergerak sejak 3 hari yang
lalu.
Harapan akan kehamilan : Dapat
melahirkan secara normal dengan
bayisehat, tapi setelah
mengetahui bayinya meninggal
ibu merasa gagal.
Jenis persalinan yang
direncanakan : spontan
pervaginam, tapi setelah
mengetahui bayinya meninggal
klien direncanakan persalinan
dengan induksi.
Jenis pemberian makanan yang
direncanakan ( ASI/ PASI ): ASI ( - )
Sumber Pendidikan tentan
Kehamilan : Puskesmas dan
Rumah Sakit.

B. ANALISA DATA
DATA MASALAH KEPERAWATAN
NO

1. DS :
Ibu menanyakan penyebab Kurang pengetahuan mengenai kematian
janinnya meninggal dalam perinatal, prosedur induksi dan prognosis.

kandungan.
Ibu menanyakan tentang induksi/
memancing persalinan itu apa.
Ibu menyakan bagaimana
bayinya bisa lahir sedangkan
tidak ada kontraksi rahim.
Ibu menanyakan apakah tindakan
2. Berduka
induksi dapat membahayakan ibu.

DO :
Klien tampak bingung

DS:
3.
Ibu mangatakan sangat sedih dan Harga diri rendah situasional
merasa bersalah atas kematian
anaknya.
Ibu mengatakan tidak berguna
DO :
Ibu menangis saat menyatakan
perasaannya.
Ekspresi wajah murung.
Kontak mata dengan orang lain
kurang.

DS :
Klien merasa bersalah atas
kematian janinnya.
Ibu mengatakan tidak berguna,
gagal sebagai ibu.

DO :
Ibu menangis saat menyatakan
perasaannya.
Ekspresi wajah murung.

D. DIADNOSA KEPERAWATAN
1. Berduka situasional berhubungan dengan kematian janin,
2. Harga diri rendah situasiona berhubungan dengan kegagalan yang dirasakan pada
kejadian hidup.
3. Kurang pengetahuan mengenai kematian perinatal, prosedur induksi dan prognosis
berhubungan dengan kurang terpajan informasi.

S-ar putea să vă placă și