Sunteți pe pagina 1din 4

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Analisis Klinis

Pada kasus pasien Tn.D telah dilakukan pendekatan kedokteran keluarga untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang holistik, komprehensif, berkesinambungan,
terpadu dan paripurna, dengan memandang pasien sebagai bagian dari dirinya
sendiri.
Tn. D datang ke Puskesmas Salaman 1 untuk kontrol pengobatan bulan kedua,
karena sejak 4 bulan yang lalu pasien mengalami batuk berdahak. Pada bulan
Desember 2016, pasien datang ke Puskesmas Salaman dengan keluhan batuk
berdahak, dan terkadang disertai sesak napas. Pada saat itu batuk dirasakan sudah
hampir 2 bulan namun tidak kunjung membaik, Pasien juga mengeluh pada saat itu
sering berkeringat di malam hari. Pasien juga mengeluh ada penurunan berat badan.
Pada saat itu oleh dokter Puskesmas, pasien diduga menderita TB paru. Saat ini,
pasien merupakan penderita TB paru yang telah selesai menjalani pengobatan fase
intensif. Pada kedatangan ke puskesmas saat ini pasien akan melakukan pemeriksaan
sputum kembali. Saat ini pasien akan menjalani pengobatan OAT fase lanjutan.
Keluhan lain yang dirasakan pasien saat ini adalah mual-mual dan ngilu-ngilu pada
sendi.
Menurut Konsensus TB oleh perhimpunan dokter paru Indonesia (PDPI) pada
tahun 2006, pada akhir pengobatan fase intensif (akhir bulan kedua) perlu dilakukan
pemeriksaan sputum ulang, hal ini bertujuan untuk melihat apakah telah terjadi
konversi dari BTA (+) ke BTA (-). Jika pemeriksaan sputum menjadi BTA (-) maka
pengobatan diteruskan dengan fase lanjutan, namun bila hasilnya BTA masih positif
maka fase intensif harus diteruskan selamu satu bulan lagi dengan OAT sisipan
kemudian dilanjutkan dengan fase lanjutan. Jika pada akhir bulan kelima sputum
masih BTA (+) maka pasien dinyatakan gagal pengobatan dan pasien harus
menjalani pengobatan TB ulang secara penuh sebagai kategori dua.1
Selama tiga minggu terakhir ini Tn. D merasakan mual-mual dan ngilu pada
sendi-sendinya, Menurut PDPI 2006, keluahan yang dirasakan oleh Tn. D
kemungkinan besar disebabakan oleh efek samping OAT. Efek sampng OAT
dbedakan dalam dua kategori yaitu efek samping minor dan mayor. Bila pasien
mengalami efek samping mayor maka OAT yang menajdi penyebab timbuknya efek
samping harus dihentikan terlebih dahulu. Padakasus Tn.D efek samping yang
dirasakan oleh Tn. D termasuk efek samping minor, sehngga tidak perlu
pemberhentian konsusmsi OAT. Rasa mual-mual yang timbul merupakan efek
samping dari 0AT rifampisin, untuk menguranginya bias diberikan ranitidine dan
edukasikan kepada pasien untuk meminum rifampisin pada saat malam hari ketika
akan tidur. Ngilu-ngilu pada sendi akibat efek sampng dari pirazinamid, untuk
mengurangnya bias ditambahkan NSAID.1

B. Analisis Home Visite

Pada hasil home visit yang telah dilakukan, pasien tinggal bersama istri dan
ketiga anak perempuannya. Sehari-hari, pasien bekerja sebagai petani dan buruh
tani.
Dari hasil penilaian family assessment tools, pasien tinggal bersama istri dan
ketiga anaknya dalam satu rumah dan bentuk keluarga adalah keluarga inti
(nuclear family), serta siklus keluarga adalah family with young children, dimana
ketiga anaknya masih bersekolah. Di dalam perangkat genogram tidak ditemukan
faktor yang berhubungan dengan penyakit TB paru pasien. Hubungan pasien
dengan istri ataupun anaknya adalah dekat dan baik. Fungsi keluarga pasien
dinilai dengan perangkat APGAR dan keluarga pasien termasuk ke dalam
keluarga yang memiliki fungsi keluarga sehat dengan skor 9. Untuk mengetahui
factor-faktor yang mempengaruhi derajat keshatan pasien dan keluarga maka kia
perlu meninjau aspek factor resiko intrinsic dn ekstrinsik.
1. Aspek Faktor resiko Intrinsik
Dari segi usia, pasien dengan usia 52 tahun dan masih memliki anak usia
sekolah dasar menjadiaknnya beban psikologis. Pasien dan keluarga memiliki
Kebiasaan makan dalam keluarga pasien kurang gizi seimbang.

2. Aspek Faktor resiko Ekstrinsik


Berdasarkan penilaian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
didapatkan hasil yang rendah dengan kesimpulan keluarga tidak berperilaku
hidup bersih dan sehat. Begitu pula pada penilaian rumah sehat, berdasarkan
hasil pemeriksaan rumah pasien termasuk dalam kategori kurang sehat.

Untuk melihat secara keseluruhan factor yan menyebabkan timbulnya turunnya


derajat kesehatan keluarga TN.D ini kami simpulkan dalam diagram mandala of health
pada halaman selanjutnya.
Dalam menilai kemampuan keluarga terhadap penguasaan masalah dan
kemampuan beradaptasi maka dinilai denan menggunakan tabel Penilaian Kemampuan
Mengatasi Masalah (Koping Keluarga) dengan skala 1-5 yang dapat dilihat pada bab
sebelumnya. Kesan dari kemampuan penyelesaian masalah awal dalam keluarga adalah
2,2 artinya partisipasi keluarga hanya berupa keinginan saja karena tidak mampu, tidak
ada sumber, penyelesaian sepenuhnya dilakukan oleh orang lain/dokter/pelayanan
kesehatan dan skor akhir rata-rata 4,2 artinya penyelesaian hampir seluruhnya oleh
keluarga dengan sedikit petunjuk dari orang lain / dokter / pelayanan kesehatan.
GAYA HIDUP

Prioritas utama :
pemenuhan kebutuhan
primer.
PERILAKU KESEHATAN LINGKUNGAN PSIKO-
SOSIO-EKONOMI
- Masih aktif merokok
- Makanan utamanya - Pendapatan
tinggi karbohidrat keluarga rendah
rendah protein - Kehidupan sosial
- Higiene lingkungan dengan lingkungan
kurang dalam kondisi baik
- Berobat jika hanya
ada keluhan

Tn.D Laki-laki 52 tahun, menderita TB


paru dalam pengobatan tahap akhir
fase intensif.
PELAYANAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
KERJA
Jarak rumah ke
puskesmas tidak Tidak ada.
terlalu jauh.

FAKTOR BIOLOGI LINGKUNGAN FISIK

- Istri dan ketiga anaknya tinggal Ventilasi rumah kurang, pencahayaan


dalam satu rumah alamiah kurang, jendela penuh dengan
debu dan luas rumah kecil
dibandingkan dengan jumlah
penghuninya.

Diagram 1. Mandala of health keluarga Tn.D

S-ar putea să vă placă și