Sunteți pe pagina 1din 13

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PARENT STOCK BROILER FASE

LAYER DI PT CHAROEN POKHPHAND JAYA FARM UNIT SEMARANG 6


REMBANG 2

LAPORAN PRAKTIK KERJA

Oleh

FAJAR PRIYANA

NIM. D1E014053

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PETERNAKAN

PURWOKERTO

2017
MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PARENT STOCK BROILER FASE
LAYER DI PT CHAROEN POKHPHAND JAYA FARM UNIT SEMARANG 6
REMBANG 2

Oleh

FAJAR PRIYANA

NIM. D1E014053

LAPORAN PRAKTIK KERJA

Untuk memenuhi salah satu persyaratan kurikuler


pada Program Studi Peternakan
Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PETERNAKAN

PURWOKERTO

2017
LAPORAN PRAKTIK KERJA

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PARENT STOCK BROILER FASE


LAYER DI PT CHAROEN POKHPHAND JAYA FARM UNIT SEMARANG 6
REMBANG 2

Oleh

FAJAR PRIYANA

NIM. D1E014053

Diterima dan disetujui

Pada tanggal : ..........................

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Sri Suhermiyati, M.S. Ir. Hj. Rahayu Widiyanti, SE., M.P.

NIP. 19480517 197501 2 001 NIP. 19660903 199702 2 001

Mengetahui

Pembantu Dekan 1 Ketua Program Studi

Ir. Endro Yuwono, MS Ir. H. Pambudi Yuwono, M. Sc

NIP. 19610310 198601 1 001 NIP. 19630915 198803 1 002


PRAKATA

Puji syukur terhadap kehadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan kegiatan
praktik kerja di peternakan ayam broiler parent stock serta dapat menyelesaikan
laporan ini dengan baik. Laporan praktik kerja ditulis sebagai salah satu
persyaratan kurikuler pada Program Studi Peternakan, Universitas Jendderal
Soedirman, Purwokerto.

Tujuan dan kegunaan praktik kerja yaitu untuk menambah pengetahuan serta
wawasan dalam manajemen pemeliharaan ayam broiler parent stock serta untuk
menambah pengalaman dan keterampilan kerja dalam bidang peternakan.
Sehingga dapat melengkapi pengetahuan dan wawasan yang selama ini diperoleh
dari perkuliahan serta dapat meningkatkan skill melalui pengalaman kerja secara
langsung.

Laporan Praktik Kerja disusun berdasarkan hasil kerja lapangan di PT


Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2 yang dimulai pada 11
Januari 2017 sampai 9 Februari 2017. Pada kesempatan ini, dengan hormat
penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Agus Hartejo Dwiputro selaku Manajer di PT Charoen Pokphand


Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2.
2. Ipux selaku Forman 1 di PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang
6 Rembang 2.
3. Adip selaku Forman 2 di PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang
6 Rembang 2.
4. Pak Sakti, Pak Ujang, Pak Alwi, serta Pak Alan selaku Supervisor di PT
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2.
5. Mas Huda, Mas Roni, Mas Adi, serta Mas Rizal selaku Chieflock di PT
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2.
6. Seluruh Anak Kandang, Harian, serta Pengganti Libur (PL) yang sangat
penulis banggakan.
7. Pak Parno dan seluruh karyawan PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Semarang 6 Rembang 2 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa Laporan Praktik Kerja ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan
demi kesempurnaan laporan selanjutnya. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat
bagi kita semua. Amin.
DAFTAR ISI

Sampul........................................................................................................................
Halaman Judul.................................................................................................
Lembar Pengesahan...................................................................................................
Prakata........................................................................................................................
Daftar Isi

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

1.1. Lokasi/Letak Geografis


PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2 berlokasi
di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa
Tengah. Bersuhu 28-35 derajat C dengan kelembaban 65-70% dan berada
pada ketinggian kurang lebih 50m diatas permukaan air laut.
1.2. Riwayat usaha/Sejarah Perusahaan
Charoen Pokphand Group merupakan perusahaan yang bergerak dalam
berbagai bidang yang berdiri pada tahun 1921 di Bangkok, Thailand. Charoen
Pokphand Group masuk ke Indonesia pada tahun 1972 dengan nama PT
Charoen Pokphand Indonesia Tbk. Pada bidang peternakan PT Charoen
Pokphand Indonesia Tbk memiliki anak perusahaan yaitu PT Charoen
Pokphand Jaya Farm yang bergerak dalam bidang pembibitan atau breeding
farm.
PT Charorn Pokphand Unit Semarang 6 Rembang 2 berdiri pada tahun
2013 di Desa Sendangmulyo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang.
1.3. Bidang Usaha yang Dijalankan
PT Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2
menjalankan usaha dalam bidang pembibitan ayam parent stock pedaging
dengan produk utama yang dihasilkan berupa telur berkualitas HE. Produk
sampingan berupa telur komersil, ayam afkir, serta kotoran ayam.

METODE

2.1. Materi
2.1.1. Ternak
2.1.2. Pekerja
2.1.3. Perkandangan
2.1.4. Peralatan kandang
2.1.5. Lain-lain
2.2. Cara Kerja
2.2.1. Rutin
2.2.2. Insidental atau khusus
2.2.3. Penunjang
2.3. Waktu dan Tempat
Praktik Kerjadilakukan mulai tanggal 11 Januari 2017 sampai 9 Februari
2017 dengan praktik lapangan 9 jam per hari. Lokasi praktik kerja yaitu di PT
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2yang berlokasi di
Desa Sendangmulyo, Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.

KEGIATAN DAN PEMBAHASAN


3.1. Rutin
3.1.1. Biosecurity
3.1.2. Perkandangan
3.1.3. Peralatan kandang
3.1.4. Pemberian pakan
3.1.5. Pemberian air minum
3.1.6. Grading telur
3.1.7. Floor egg
Floor egg adalah telur yang berada pada lantai atau slat. Jadi floor egg
merupakan akibat dari ayam yang tidak bertelur ditempatnya. Karena
tempat untuk bertelur seharusnya pada sangkar. Floor egg dipengaruhi
oleh tingkat kenyamanan sangkar dan kondisi ayam. Apabila sangkar
terasa nyaman untuk bertelur makan floor egg akan sedikit, sebaliknya
apabila kondisi sangkar jelek sehingga membuat ayam tidak nyaman
makan floor egg akan meningkat. Sangkar yang baik yaitu jumlah sangkar
sesuai dengan jumlah ayam, memiliki pijakan yang kuat untuk ayam, serta
memiliki sekam yang cukup atau tidak tipis. Ayam yang sakit seperti
lemah, pincang, serta bumble foot akan lebih banyak bertelur pada slat
ataupun pada litter. Hal ini dikarenakan tidak adanya tenaga dan kesulitan
untuk naik ataupun masuk kedalam sangkar. Sehingga ayam-ayam yang
sakit merupakan penyumbang terhadap banyaknya floor egg.
3.1.8. Recording
Recording pada perusahaan pembibitan meliputi produksi telur, hen
day production, jumlah konsumsi pakan, program vaksinasi, program
pengobatan, bobot badan ayam, deplesi atau jumlah ayam yang di culling,
dan jumlah floor egg. Manfaat dari recording adalah untuk mendapatkan
informasi lengkap tentang ternak yang dipelihara, yang akan berguna
dalam manajemen pemeliharaan ternak, memudahkan pengambilan
keputusan, mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya, memudahkan dalam
controling serta monitoring. Catatan atau recording juga dapat digunakan
sebagai evaluasi pengelolaan kegiatan dimasa yang akan datang.
Produksi telur merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam waktu
tertentu seperti dalam waktu sehari. Melalui pencatatan produksi dapat
dilihat produksi telur dari hari ke hari. Apabila produksi telur turun
presentasenya maka perlu dilakukan pemeriksaan. Bobot badan
merupakan salah satu kriteria yang dijadikan sebagai acuan berhasil atau
tidaknya suatu pemeliharaan ayam pembibibit. Hen day production
merupakan jumlah telur yang dihasilkan per hari berdasarkan jumlah
populasi. Tujuannya yaitu untuk mengetahui jumlah telur yang dihasikan
oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. Produksi telur berhubungan
langsung dengan konversi pakan. Semakin besar produksi telur yang
dihasilkan, nilai konversi pakan semakin kecil. Standar hen day prduction
setiap strain berbeda-beda tergantung dari strain yang dipelihara.
Setiap perusahaan pembibitan memiliki standar bobot badan yang
harus dicapai setiap minggunya, oleh sabab itu dilakukan kontrol bobot
badan setiap minggunya dengan melakukan penimbangan. Kontrol bobot
badan ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan bobot badan ayam
sudah sesuai dengan standar atau belum dan untuk mengetahui tingkat
keseragaman ayam dalam sekelompok ayam atau per pen. Penimbangan
dilakukan setiap minggunya per individu ayam dengan mengambil sampel
sebanyak 5% untuk ayam betina dam 10% untuk ayam jantan yang ada
dalam kandang. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan
dengan mengumpulkan sampel ayam ke salah satu pojok pada tiap
pen kandang dengan menggunakan jaring. Hal ini bertujuan untuk
menghindari pemilihan dalam pengambilan sampel yang sama atau
pengulangan penimbangan. Kemudian ayam ditimbang satu per satu.
Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan
atau cekaman panas yang dapat mengakibatkan nafsu makan menurun
yang berakibat pada pertumbuhan bobot badan ayam. Kecepatan
pertumbuhan dipengaruhi oleh genetik (strain), jenis kelamin, lingkungan,
manajemen, kualitas dan kuantitas pakan yang dikonsumsi. Peningkatan
pertambahan bobot badan berbanding lurus dengan meningkatnya
konsumsi pakan yaitu semakin tinggi konsumsi pakan maka meningkat
pula bobot badannya, karena salah satu fungsi pakan dalam tubuh ayam
selain untuk kebutuhan hidup pokok juga untuk pertumbuhan.
3.2. Insidental atau khusus
3.2.1. Vaksinasi
3.2.2. Nose bar
Nose bar merupakan alat dipasang pada garis hidung ayam jantan
dengan tujuan agar ayam jantan tidak bisa memakan pakan ayam betina
yang berada pada feeder trough sehingga hanya memakan pakan yang
berada pada male feeder. Hal ini dikarenakan formulasi pakan yang
berbeda untuk ayam jantan dan ayam betina. Dimana pakan ayam jantan
mengandung nutrisi yang berguna untuk memelihara jaringan tubuh,
pembentukan sperma serta mengontrol bobot badan. Sedangkan pakan
ayam betina mengandung nutrisi yang berguna untuk produksi telur.
Nose bar dipasang setelah dilakukannya mixing atau pencampuran
ayam jantan dengan ayam betina dalam satu pen yaitu pada minggu ke 18.
Selanjutnya nose bar dilepas pada minggu ke 26. Hal ini karena pada umur
26 minggu pial pada ayam jantan sudah tumbuh besar. Jadi ayam jantan
akan kesulitan untuk memakan pakan betina pada feeder trough
dikarenakan pial yang telah membesar. Selain itu juga untuk memudahkan
perkawinan karena pada minggu ke 26 di asumsikan sudah masuk fase
laying.
3.2.3. Grading ayam
Grading ayam atau penyetaraan pada fase laying didasarkan pada
perbandingan jumlah jantan dan betina, besarnya bobot badan ayam, serta
kondisi ayam. Perbandingan jumlah jatan dan betina yaitu 1:10 yang
berarti satu jantan dapat mengawini 10 betina. Penyetaraan berdasarkan
bobot badan ayam dilakukan untuk setiap pen. Dimana ayam besar
ditempatkan pada pen 1, pen 2 untuk ayam normal besar, pen 3 untuk
ayam normal, pen 4 untuk ayam normal kecil, dan pen 5 untuk ayam kecil.
Sehingga terdapat keseragaman yang baik dalam setiap pen. Grading
terhadap ayam sakit atau lemah dilakukan dengan memindahkan ayam
yang sakit atau lemah dari pen 1, pen 2, pen 3, dan pen 4 ke dalam pen 5.
Kemudian membawa ayam yang sehat dari pen 5 untuk ditukarkan.
Tujuan grading yaitu untuk memperoleh uniformity atau keseragaman
serta meratanya konsumsi pakan dengan meminimalisir persaingan pakan.
Keseragaman ayam minimal yang harus dicapai yaitu 80%, jika tingkat
keseragaman rendah maka dapat dipastikan bahwa puncak produksi ayam
akan sulit tercapai. Pengaturan keseragaman sebaiknya dilakukan sejak
DOC. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keseragaman seperti
penyakit, program pemberian pakan yang kurang baik, serta jumlah ayam
yang berpengaruh terhadap persaingan pakan. Grading dilakukan dengan
melihat data recording seperti Body Weight (BW), jumlah deplesi, serta
jumlah ayam yang diculing.
3.3. Penunjang
3.3.1. Pembersihan kandang
Pembersihan kandang dilakukan secara rutin serta apabila kandang
terlihat kotor. Pembersihan kandang yang dilakukan meliputi pembersihan
atap kandang, sekat, dinding, inlet, cellpad, dan pembersihan
nippel. Kandang dibersihkan agar tidak menyebabkan tumbuhnya penyakit
yang bisa menular ke ayam. Oleh karena itu, kebersihan kandang harus
tetap terjaga. Alat yang digunakan untuk membersihkan debu dan sarang
laba-laba di dalam kandang adalah sapu. Pembersihan dilakukan dengan
menyapu debu dan sarang laba-laba pada langit kandang, dinding, sekat
antar pan. Pembersihan dilakukan agar tidak menghambat proses
pengeluaran angin dari dalam kandang. Selain itu juga lampu kandang
juga harus dibersihkan dari debu atau sarang laba-laba agar cahaya lampu
terang serta tidak terhambat oleh debu yang menempel pada lampu.
Pembersihan coolingpad dilakukan satu kali seminggu sehingga udara
yang masuk dari inlet dapat masuk tanpa terhambat oleh sarang laba-laba.
Tujuan membersihkan coolingpad ini adalah supaya udara yang masuk
kedalam kandang tidak terhambat oleh sarang laba-laba yang menempel
pada bagian sela-selah colingpad. Untuk itu bagian inlet dibersihkan
dengan menggunakan sapu supaya dapat membersihkan sarang laba-laba.
Pembersihan cellpad dilakukan dengan sprayer bertekanan tinggi,
sehingga kotoran pada cellpad dengan cepat akan hilang.
Pembersihan blower dilakukan dengan menyapu debu serta sarang
laba-laba pada kipas dan area sekitar blower. Pembersihan blower
dilakukan menggunakan sapu. Blower dibersihkan agar tidak menghambat
laju perputaran dan agar tidak menahan laju angin sehingga blower dapat
bekerja dengan maksimal. Pembersihan nippel dilakukan dengan cara
flushing nippel. Flushing nippel dilakukan agar kotoran yang berada
didalam pipa paralon dapat dikeluarkan sehingga tidak mengganggu laju
air serta tidak mengkontaminasi air. Hal ini juga dimaksudnya untuk
menjaga kesehatan ayam dengan menjaga kualitas air minum melalui
pembersihan alat. Flushing nippel dilakukan setiap satu minggu sekali.
3.3.2. Penambahan sekam
Penambahan sekam dilakukan apabila sekam dalam kandang semakun
berkurang atau menipis. Tujuan dari penambahan sekam adalah agar pada
saat bertelur, ayam merasa nyaman dan menghindari adanya telur retak
atau pecah. Selain itu juga untuk menghindari floor egg yaitu dimana
ayam bertelur tidak pada tempatnya atau bertelur pada slat, karena salah
satu faktor yang mempengaruhi floor egg yaitu tingakat kenyamanan
sangkar. Penambahan sekam dilakukan pada nest dan litter. Penambahan
sekam pada nest dilakukan apabila sekam telah berkurang dan menipis.
Penambahan sekam pada nest atau sangkar dilakukan pada sore hari. Hal
ini agar tidak mengganggu ayam yang sedang bertelur. Sehingga tidak
mengurangi produksi telur.
Penambahan sekam pada litter dilakukan agar litter memiliki
ketebalan lebih dari 5 cm, selain itu juga agar liter tetap kering sehingga
kesehatan ayam dapat selalu terjaga. Litter yang basah dapat
meningkatkan kandungan amonia sehingga menjadi tempat berkembang
biak berbagai jenis penyakit dan dapat menimbulkan bau yang berbahaya
bagi sistem pernafasan. Selain itu sekam yang basah juga dapat
mengakibatkan bulu kotor ketika ayam melakukan mandi sekam.
Penambahan sekam pada litter dilakukan apabila sekam pada litter sudah
menipis dan sudah banyak kotoran sehingga menyebabkan litter basah dan
menggumpal. Kontrol terhadap kondisi litter dilakukan setiap hari agar
apabila litter basah, kotor, dan menggumpal bisa segera dilakukan
penanganan.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

S-ar putea să vă placă și