Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
OLEH:
TUTI SURYANI
AGUNG MOH NURSABANI
OPIK KURNIAWAN
FAJAR PRIYANA
RIZKY SAPUTRI HIDAYAT
ZAENAL MUSTOFA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2017
I. MATERI DAN METODE
I.1. Materi
Materi yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini yaitu kandang,
peralatan kandang dan ayam bibit (Parent Stock) fase layer di PT. Charoen
Phokpand Jaya Farm unit semarang 6 Rembang, Jawa Tengah.
I.2. Metode
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini
adalah dengan ikut malaksanakan kegiatan manajemen pemeliharaan yang
diterapkan oleh PT. Charoen Phokpand Jaya Farm Unit Semarang 6 Jawa Tengah.
Pengambilan data dilakukan dengan diskusi dan wawancara bersama supervisor.
Data yang sudah didapat kemudian dibandingkan dengan pustaka dan disusun
menjadi laporan Praktek Kerja Lapangan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Kandang
Kandang yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Jaya Farm Unit
Semarang 6 yaitu kandang closed house yang merupakan kandang tertutup dengan
sistem sirkulasi yang baik yang dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Keuntungan menggunakan kandang closed house adalah ayam lebih nyaman,
udara yang tersedia lebih baik, meningkatkan produktivitas, efisiensi tenaga kerja,
ayam tidak terpengaruh cuaca dari luar secara langsung dan pengaturan suhu
dalam kandang lebih mudah.
Dinding kandang terbuat dari bahan beton pada bagian depan dan
belakang terbuat, sedangkan pada bagian dinding kanan dan kiri kandang terbuat
dari kawat. Penggunaan kawat bertujuan agar memudahkan dalam pengaturan dan
sirkulasi udara.
Lantai kandang slat terletak pada sisi kandang dengan bahan slat terbuat
dari plastik. Lantai slat setiap pent yaitu pent 1 sampai 4 berukuran 25 m 4 m
dan pent 5 berukuran 20 4 m. lantai slat yang dibutuhkan dalam satu kandang
sebanyak 488 slat. Lantai litter berada ditengan diantara lantai slat dengan
menggunakan sekam untuk bahan litter, lantai litter berukuran 112 4 m dengan
ketebalan litter 10 cm.
2.2. Ventilasi
Gambar 8. Outlet
Cooling pad terbuat dari bahan selulosa dengan ukuran 15 0,15 1,5 m.
Cooling pad tersusun oleh cell pad dan bak cooling pad dengan ukuran sama
yaitu 150 20 30 cm dengan kapasitas 900 liter. Inlet dengan ukuran 150 80
cm. Jarak inlet dengan tunnel door yaitu 80 cm. Kecepatan angin pada cell pad
yaitu 350 400 fpm, sedangkan kecepatan angin didalam ruang cooling pad
menuju ke dalam kandang sebesar 900 - 1000 fpm. Cell pad berfungsi untuk
menghasilkan uap dingin karena adanya proses evaporasi. Cooling pad dipasang
di sebelah kiri dan kanan kandang dengan jumlah masing-masing 44 buah cell
pad. Total cell pad dalam satu kandang yaitu sebanyak 88 cell pad. Sistem kerja
cooling pad yaitu air dari dalam tandon dipompa hingga penuh lalu berhenti
sendiri secara otomatis. Lalu pompa akan mempompa air dengan dibantu oleh
mesin motor dari bak penampungan bawah menuju ke pipa atas, selanjutnya air
yang berada dipipa atas turun membasahi cell pad dan membawa uap air sehingga
membuat udara sejuk melalui tunnel door. Air mengalir melewati lubang-lubang
kecil pada pipa cooling pad dan membasahi cell pad. Cell pad memiliki 2 jenis
lubang dengan kemiringan yang berbeda yaitu 15 dan 45. Kemiringan 15
berfungsi untuk masuknya udara dan kemiringan 45 berfungsi untuk turunnya
air. Uap dingin yang dihasilkan oleh cell pad akan disebarluaskan kedalam
kandang dengan bantuan blower sehingga udara didalam kandang menjadi sejuk.
Udara yang masuk kedalam kandang akan ditingkatkan kecepatannya oleh
deflektor atau spoiler yang ada didalam kandang. Deflektor memiliki ukuran 120
cm 20 cm 50 cm. Jarak antar deflektor yaitu 6 m. jumlah deflektor dalam satu
kandang yaitu 32 buah.
Gambar 9. Deflector
Exhaust fan yang digunakan sebanyak 8 buah dan untuk setiap kandang,
dengan ukuran 50 inch. Exhaust fan memiliki ukuran 137 25 140 cm dengan
diameter 110 cm. Pada satu kandang memiliki 8 buah exhaust fan, 2 sebelah
kanan dan 2 sebelah kiri bersifat dirrect tanpa atau aktif terus, dan 4 exhaust fan
lainbersifat indirect atau dikendalikan temptron yang disetting dan akan aktif
sesuai pengaturan suhu didalam kandang. Ventilasi berfungsi sebagai pertukaran
udara, mensuplai udara segar dari luar kandang, mengeluarkan udara kotor dan
amoniak di dalam kandang.
2.3.2. Palet
Palet berfungsi sebagai tempa untuk meletakan pakan supaya tidak mudah
rusak. Apabila tidak memakai palet maka pakan akan mudah berjamur.
Pompa air
2.3.9. Tandon
Gambar 18. Tandon
Tandon air yang ada didalam kandang memiliki kapasitas tempung 1000
liter air. Ada 2 tandon dalam kandang yaitu untuk air minum biasa dan untuk air
minum yang diberi vitamin atau obat.
2.3.10. Tempat Minum
Jumlah nipple dalam satu kandang sebanyak 1416 buah nipple. Jarak panjang
pipa nipple 3 m terdapat 9 putting nipple. Jarak nipple satu dengan lainnya sebesar
33 cm. Rangkaian nipple diantaranya yaitu putting nipple sebagai tempat minum
ayam, pipa yang digunakan untuk mengalirkan air, regulator sebagai alat untuk
mengatur tekanan air yang mengalir dalam nipple, jumlah regulator dalam
kandang ada 4 dan terletak bagian tengah. Kapasaitas nipple 1 buah nipple untuk
5-10 ekor ayam.
2.3.11. Tempat Pakan
Tempat pakan ada 2 jenis tempat pakan otomatis yaitu male feeder untuk
tempak pakan ayam jantan dan female feeder untuk tempat pakan ayam betina.
Jumlah pan feeder pada masing-masing pent yaitu 94. Jarak antar tiap male
feeder 39 cm. Kapasitas 1 pan feeder untuk 10-12 ekor ayam. Jarak dan
ketinggian diatur sesuai dengan tingginya ayam jantan, hal tersebut dilakukan agar
tidak menyulitkan ayam jantan dalam mengkonsumsi pakan. Pemberian pakan
pada jantan dilakukan dengan cara memasukkan pakan yang sudah disiapkan ke
dalam male feeder yang masih tergantung dan akan digunakan untuk esok hari.
Penurunan male feeder selang 5 menit setelah pengaktifan automatic feeder
through yaitu pada pukul 07.00 WIB. Pan feeder dinaikkan kembali setelah
pakan habis.
Feeder trough merupakan tempat pakan betina yang terdiri dari 3 hopper
utama, 18 hopper tambahan dan 3 jalur thraw (luar, tengah dan dalam). Hopper
utama berukuran 1,2 m 0,65 m 0,55 m. Total panjang lintasan 650 m.
Kapasitas hopper utama dapat menampung sebanyak 150 kg pakan. Hopper
tambahan dapat menampung 50 kg pakan dan terletak pada pent 2, 3 dan 5 yang
terdiri dari 6 hopper pada masing-masing pent dengan jarak antar hopper 30 m..
feeder trough terdiri dari grill dan rantai. Panjang trough sebesar 5 cm, lebar 10
cm, tinggi thraw 15 cm. Grill berukuran 150 5 7 cm. Bagian dari feeder
trough yaitu corner untuk rantaimberbelok, motor penggerak untuk menggerakkan
pakan melalui rantai trough. Kapasitas thraw per 1 m yaitu 14 ekor ayam.
Terdapat 3 jalur thraw yaitu jalur luar, tengah dan dalam. Jarak thraw luar dengan
tembok depan yaitu 1 m, jarak dengan tembok samping yaitu 1 m, panjang thraw
luar sebesar 118 m, jarak thraw bagian tengah dengan tembok depan yaitu 2m,
jarak dengan tembok samping sebesar 2 m, panjang thraw tengah sebesar 116m.
Jarak thraw dalam dengan tembok depan yaitu 3 m, jarak dengan tembok samping
3 m, panjang thraw dalam 114 m. Jarak antar thraw luar, tengah dan dalam yaitu 1
m.
2.3.12. Sangkar (Nest)
Sangkar terbuat dari seng dengan ukuran 150 70 100 cm, dalam satu
kandang memiliki 86 buah sangkar, yang mana setiap sangkar terdiri dari 24 hole,
1 hole dapat digunakan untuk 4 ekor ayam dan dalam 1 sangkar dapat digunakan
96 ekor. Sangkar ini harus mudah dipindahkan, redup, sirkulasi udara yang baik
dan nyaman untuk ayam.
2.3.13. Lampu
Bagian-bagian blower yaitu: cerobong kipas, puller kipas, fan belt, blade,
pulley motor.
Manajemen Pencahayaan
I. Lama Pencahayaan
Pencahayaan saat ini di berikan selama 14 jam yang
bertujuan untuk meningkatkan produksi telur, sedangkan lama
pencahayaan alami dari sinar matahari biasanya berlangsung
hanya selama 12 jam tergantung dengan cuaca alam. Jika lama
pencahayaan kurang, maka produksi telur akan turun dan
bahkan bisa sampai berhenti. Kekurangan lama pencahayaan
seringkali menyebabkan rontok bulu lalu. Untuk mengatasi hal
ini, dilakukan dengan memberikan cahaya tambahan untuk
meningkatkan lama pencahayaan tetap konstan 14 jam per hari..
Penambahan cahaya dilakukan secara bertahap. Salah satu
program pencahayaan adalah dengan menaikkan lama
pencahayaan 1 jam tiap 2 minggu. (Nurgiartiningsih, et al, 2005).
Penambahan cahaya di berikan menggunakan lampu neon
berwarna kuning dengan intensitas yang berbeda di sesuaikan
dengan letak lampunya. Lampu yang terletak di pen 1 area inlet
mengguakan lampu 23 watt 1430 lumen, sedangkan yang
lainnya menggunakan lampu 14 watt 850 lumen. Perbedaan ini
terjadi karena di area inlet, cahaya matahari tidak bisa masuk
sehingga diberikan lampu yang lebih terang sehingga dapat
mengimbangi cahaya di area lain yang bertujuan penyebaran
cahaya dapat merata.
Jadwal pencahayaan tambahan oleh lampu di sesuaikan
berdasarkan letak dan waktunya. Daerah inlet diberikan cahya
tambahan pukul 05.00 sampai 19.00, pemberian full 14 jam
karena untuk menggantikan cahaya matahari yang tidak bisa
masuk. Daerah samping ( slat ) diberikan cahaya tambahan
pukul 05.00 sampai 08.00 dan pukul 16.00 sampai 19.00. Daerah
tengah ( litter ) diberikan cahaya tambahan pukul 05.00 sampai
09.00 dan pukul 14.00 sampai 19.00.
II. Fungsi cahaya
Pemberian cahaya harus dikontrol dan di program dengan
baik terkait berhasil tidaknya pencapaian target performa ayam
di masa produksi. Cahaya yang menembus ke otak unggas akan
merangsang hipotalamus untuk menghasilkan hormon
Gonadotropin dan merangsang kelenjar pituitari untuk
menghasilkan FSH dan LH yang merangsang dan
mempertahankan fungsi reproduksi (Iskandar, 2009) Folicle
Stimulating Hormone berfungsi untuk mematangkan folikel telur
sedanngkan Luteinizing Hormone berfungsi untuk menggertak
saat ovulasi ( pelepasan telur dari ovarium ke oviduct).
4 meter
4 meter
Diketahui :
- hm = tinggi kandang = 2,5 m
- W = panjang kandang = 120 m
- L = lebar kandang = 12 m
- E = minimal lux laying = 20 lux
- A = area kandang = 1440 m2
- CU= Coefficient of utilization = 0,69
- MF= maintenance factor = 0,65
- Lumen lampu laying = 8500 lm
Room Index
(L W)
h m (L W)
K =
12 120
2,5 12 120
=
1440
330
=
= 4,36
EA
CU MF
TL =
20 1440
0,69 0,65
=
28800
0,45
=
= 64000
Total Lumen
Lumen per lampu
JL =
64000
850
=
= 75,29
`= 75 lampu
Manajemen Kesehatan
1. Program Biosecurity
Program biosecurity yang telah dilaksanakan pada farm Rembang 2
tersebut sesuai dengan pendapat Jeffrey (2006) bahwa, biosecurity memiliki arti
sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran organisme penyebab penyakit
dengan cara menghalangi kontak antara hewan dan mikroorganisme.
Tujuan utama penerapan biosecurity pada peternakan unggas
yaitu: meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan
kesempatan agen berhubungan dengan induk semang, membuat tingkat
kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin.
2. Vaksinasi
Untuk program vaksinasi di farm Rembang 2 pada periode laying
dilaksanakan ketika ayam berumur 27, 36, 44, 52, 60 dan 68 minggu.
Namun, ketika praktik kerja hanya dilakukan vaksinasi pada umur 24
minggu saat pre laying dan 27 minggu periode laying. Vaksinasi umur 24
minggu dikenal dengan triple, dilaksanakan siang hari. Vaksinasi pada
umur 27 biasa dikenal dengan istilah vaksin single dan dilaksanakan sore
hari.
Vaksinasi yang dilakukan pada umur ayam 24 minggu yaitu vaksin
ND (kill), AI (kill), ND (lived). Vaksinasi ND dan AI kill dengan metode
intra muscular sedangkan ND lived dengan metode Intra Okuler. Vaksin
ND dan AI kill sebelumnya diencerkan dengan oil anjuran selama 11 jam.
Dosis vaksin ND dan AI kill yang digunakan yaitu 0.5 ml, sedangkan ND
lived 0.03 ml. Sebelum dilakukan vaksinasi ayam terlebih dahulu
diberikan nobstres dengan kadar 400 gram per 500 liter air. Nobstres juga
diberikan 1 hari setelah vaksinasi.
Vaksinasi yang dilakukan ketika ayam umur 28 minggu yaitu
vaksinasi single ND lived (clone 30). Vaksinasi ND lived dilakukan
dengan metode IO (Intra okuler) atau tetes mata dengan dosis 1 tetes.
Menurut Puspitasari (2009) ayam yang divaksinasi dengan vaksin lived
mempunyai tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ayam yang divaksinasi gabungan vaksin lived dan killed, jika terjadi
kegagalan vaksinasi. Foreman (orang yang mengurusi tentang obat dan
program vaksinasi) menyiapkan vaksin dan peralatan yang dibutuhkan
sebelum vaksinasi dimulai. Vaksin yang akan digunakan yaitu vaksin ND
lived diencerkan terlebih dahulu dengan diluent. Sisa vaksin yang telah
diencerkan harus dan tidak dapat digunakan lagi. Vaksin yang akan
digunakan disimpan dalam tempat yang bersuhu dingin dengan diberi es
batu serta ditutup rapat. Vaksin harus dibawa dalam kondisi dingin dan
terhindar dari sinar matahari.
Vaksin yang digunakan yaitu ND dan AI sedangkan vaksin sendiri
ada 2 jenis yaitu vaksin live (aktif) dan vaksin killed (inaktif). Vaksin live
diaplikasikan dengan cara meneteskan pada mata, hidung atau mulut.
Vaksin killed diaplikasikan dengan cara injeksi di bawah kulit
(Subcutaneus) ataupun bawah otot (Intra Muscular).
Keuntungan dilakukan vaksinasi adalah mencegah timbulnya
gejala klinis dan kematian, mengurangi keluarnya virus dari tubuh unggas
serta mengurangi populasi unggas yang rentan terhadap penyakit.
Kelemahan vaksinasi adalah memerlukan waktu yang cukup lama hingga
mencapai kekebalan protektif, flock yang divaksinasi tidak akan
memperlihatkan gejala kinis sesudah dilakukan vaksin, tetapi tetap dapat
terinfeksi virus dan bertindak sebagai reservoir (Rahardjo, 2004).
Kekurangan dari penggunaan vaksin inaktif antara lain tidak munculnya
respon kekebalan yang terjadi secara seketika (memerlukan waktu lebih
lama).
Manajemen Pemeliharaan
1. Pembersihan Kandang
Pembersihan kandang dilakukan secara rutin serta apabila kandang terlihat
kotor. Pembersihan kandang yang dilakukan meliputi pembersihan atap kandang,
sekat, dinding, inlet, cellpad, dan pembersihan nippel. Kandang dibersihkan agar
tidak menyebabkan tumbuhnya penyakit yang bisa menular ke ayam. Oleh karena
itu, kebersihan kandang harus tetap terjaga. Alat yang digunakan untuk
membersihkan debu dan sarang laba-laba di dalam kandang adalah sapu.
Pembersihan dilakukan dengan menyapu debu dan sarang laba-laba pada langit
kandang, dinding, sekat antar pan. Pembersihan dilakukan agar tidak
menghambat proses pengeluaran angin dari dalam kandang. Selain itu juga lampu
kandang juga harus dibersihkan dari debu atau sarang laba-laba agar cahaya
lampu terang serta tidak terhambat oleh debu yang menempel pada lampu.
Pembersihan coolingpad dilakukan satu kali seminggu sehingga udara yang
masuk dari inlet dapat masuk tanpa terhambat oleh sarang laba-laba. Tujuan
membersihkan coolingpad ini adalah supaya udara yang masuk kedalam kandang
tidak terhambat oleh sarang laba-laba yang menempel pada bagian sela-selah
colingpad. Untuk itu bagian inlet dibersihkan dengan menggunakan sapu supaya
dapat membersihkan sarang laba-laba. Pembersihan cellpad dilakukan dengan
sprayer bertekanan tinggi, sehingga kotoran pada cellpad dengan cepat akan
hilang.
Pembersihan blower dilakukan dengan menyapu debu serta sarang laba-laba
pada kipas dan area sekitar blower. Pembersihan blower dilakukan menggunakan
sapu. Blower dibersihkan agar tidak menghambat laju perputaran dan agar tidak
menahan laju angin sehingga blower dapat bekerja dengan maksimal.
Pembersihan nippel dilakukan dengan cara flushing nippel. Flushing nippel
dilakukan agar kotoran yang berada didalam pipa paralon dapat dikeluarkan
sehingga tidak mengganggu laju air serta tidak mengkontaminasi air. Hal ini juga
dimaksudnya untuk menjaga kesehatan ayam dengan menjaga kualitas air minum
melalui pembersihan alat. Flushing nippel dilakukan setiap satu minggu sekali.
2. Penambahan Sekam
Penambahan sekam dilakukan apabila sekam dalam kandang semakun
berkurang atau menipis. Tujuan dari penambahan sekam adalah agar pada saat
bertelur, ayam merasa nyaman dan menghindari adanya telur retak atau pecah.
Selain itu juga untuk menghindari floor egg yaitu dimana ayam bertelur tidak
pada tempatnya atau bertelur pada slat, karena salah satu faktor yang
mempengaruhi floor egg yaitu tingakat kenyamanan sangkar. Penambahan sekam
dilakukan pada nest dan litter. Penambahan sekam pada nest dilakukan apabila
sekam telah berkurang dan menipis. Penambahan sekam pada nest atau sangkar
dilakukan pada sore hari. Hal ini agar tidak mengganggu ayam yang sedang
bertelur. Sehingga tidak mengurangi produksi telur.
Penambahan sekam pada litter dilakukan agar litter memiliki ketebalan lebih
dari 5 cm, selain itu juga agar liter tetap kering sehingga kesehatan ayam dapat
selalu terjaga. Litter yang basah dapat meningkatkan kandungan amonia sehingga
menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis penyakit dan dapat menimbulkan
bau yang berbahaya bagi sistem pernafasan. Selain itu sekam yang basah juga
dapat mengakibatkan bulu kotor ketika ayam melakukan mandi sekam.
Penambahan sekam pada litter dilakukan apabila sekam pada litter sudah menipis
dan sudah banyak kotoran sehingga menyebabkan litter basah dan menggumpal.
Kontrol terhadap kondisi litter dilakukan setiap hari agar apabila litter basah,
kotor, dan menggumpal bisa segera dilakukan penanganan.
3. Grading Ayam
Grading ayam atau penyetaraan pada fase laying didasarkan pada
perbandingan jumlah jantan dan betina, besarnya bobot badan ayam, serta kondisi
ayam. Perbandingan jumlah jatan dan betina yaitu 1:10 yang berarti satu jantan
dapat mengawini 10 betina. Penyetaraan berdasarkan bobot badan ayam dilakukan
untuk setiap pen. Dimana ayam besar ditempatkan pada pen 1, pen 2 untuk ayam
normal besar, pen 3 untuk ayam normal, pen 4 untuk ayam normal kecil, dan pen
5 untuk ayam kecil. Sehingga terdapat keseragaman yang baik dalam setiap pen.
Grading terhadap ayam sakit atau lemah dilakukan dengan memindahkan ayam
yang sakit atau lemah dari pen 1, pen 2, pen 3, dan pen 4 ke dalam pen 5.
Kemudian membawa ayam yang sehat dari pen 5 untuk ditukarkan.
Tujuan grading yaitu untuk memperoleh uniformity atau keseragaman serta
meratanya konsumsi pakan dengan meminimalisir persaingan pakan.
Keseragaman ayam minimal yang harus dicapai yaitu 80%, jika tingkat
keseragaman rendah maka dapat dipastikan bahwa puncak produksi ayam akan
sulit tercapai. Pengaturan keseragaman sebaiknya dilakukan sejak DOC. Terdapat
berbagai faktor yang mempengaruhi keseragaman seperti penyakit, program
pemberian pakan yang kurang baik, serta jumlah ayam yang berpengaruh terhadap
persaingan pakan. Grading dilakukan dengan melihat data recording seperti Body
Weight (BW), jumlah deplesi, serta jumlah ayam yang diculing.
4. Male Agresif
Male agresif merupakan suatu kondisi dimana ayam bibit jantan memiliki
bobot badan yang lebih besar dan mengalami dewasa kelamin yang lebih cepat
dibanding ayam lainnya. Sehingga ayam pejantan tersebut memiliki agresifitas
yang lebih tinggi dibanding ayam yang lain. Apabila dimixing dengan ayam
betina akan beresiko yang lebih tinggi seperti menyerang ayam betina karena
ayam betina belum dewasa kelamin sehingga dapat menyebabkan deplesi. Ada
beberapa cara untuk melihat adanya male agresif dalam kandang seperti
berkokoknya pejantan pada masa grower, menyerang betina, serta melihat jumlah
betina pada litter ketika sore hari. Apabila tidak ada betina di litter pada waktu
sore hari maka dapat disimpulkan bahwa dipen tersebut banyak maleagresif.
Karena ayam betina takut untuk turun ke liiter.
Pada masa awal mixing ayam jantan yang mengalami pertumbuhan terlalu
cepat tersebut dipisahkan dan ditempatkan pada male pan yang berada pada pen 5
dengan sekat tersendiri. Hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko adanya
deplesi yang diakibatkan oleh male agresif. Selama di male pen, ayam-ayam
jantan tersebut diperlakukan berbeda dengan ayam dipen lain. Seperti tidak
memberikan cahaya serta membatasi jumlah pakan. Hal ini dilakukan untuk
memperlambat laju pertumbuhan ayam tersebut. Sehingga pada saatnya nanti
ayam jantan tersebut akan memiliki bobot badan yang seimbang dengan ayam
jantan dipen lain. Pada saat itulah ayam jantan tersebut dikeluarkan dan
dimasukan ke dalam pen sesuai dengan grade dan sex ratio.
5. Nose Bar
Nose bar merupakan alat dipasang pada garis hidung ayam jantan dengan
tujuan agar ayam jantan tidak bisa memakan pakan ayam betina yang berada pada
feeder trough sehingga hanya memakan pakan yang berada pada male feeder. Hal
ini dikarenakan formulasi pakan yang berbeda untuk ayam jantan dan ayam
betina. Dimana pakan ayam jantan mengandung nutrisi yang berguna untuk
memelihara jaringan tubuh, pembentukan sperma serta mengontrol bobot badan.
Sedangkan pakan ayam betina mengandung nutrisi yang berguna untuk produksi
telur.
Nose bar dipasang setelah dilakukannya mixing atau pencampuran ayam
jantan dengan ayam betina dalam satu pen yaitu pada minggu ke 18. Selanjutnya
nose bar dilepas pada minggu ke 26. Hal ini karena pada umur 26 minggu pial
pada ayam jantan sudah tumbuh besar. Jadi ayam jantan akan kesulitan untuk
memakan pakan betina pada feeder trough dikarenakan pial yang telah membesar.
Selain itu juga untuk memudahkan perkawinan karena pada minggu ke 26 di
asumsikan sudah masuk fase laying.
6. Floor Eggs
Floor egg adalah telur yang berada pada lantai atau slat. Jadi floor egg
merupakan akibat dari ayam yang tidak bertelur ditempatnya. Karena tempat
untuk bertelur seharusnya pada sangkar. Floor egg dipengaruhi oleh tingkat
kenyamanan sangkar dan kondisi ayam. Apabila sangkar terasa nyaman untuk
bertelur makan floor egg akan sedikit, sebaliknya apabila kondisi sangkar jelek
sehingga membuat ayam tidak nyaman makan floor egg akan meningkat. Sangkar
yang baik yaitu jumlah sangkar sesuai dengan jumlah ayam
----------------------------------------------------------------------, memiliki pijakan yang
kuat untuk ayam, serta memiliki sekam yang cukup atau tidak tipis. Ayam yang
sakit seperti lemah, pincang, serta bumble foot akan lebih banyak bertelur pada
slat ataupun pada litter. Hal ini dikarenakan tidak adanya tenaga dan kesulitan
untuk naik ataupun masuk kedalam sangkar. Sehingga ayam-ayam yang sakit
merupakan penyumbang terhadap banyaknya floor egg.
7. Sweeping
Sweeping adalah mencari ayam yang mati untuk di keluarkan dari kandang
dan ayam yang sakit untuk di tempatkan di kandang macan. Sweeping untuk
ayam mati atau bangkai dilakukan setiap hari untuk mencari ayam yang mati
untuk dikeluarkan dari dalam kandang kemudian di tempatkan di tempat bangkai
yang berada didepan kandang. Hal ini dimaksudkan agar bangkai tidak sampai
manimbulkan bau yang tidak sedap serta meminimalisir adanya penyebaran
penyakit yang dapat menyerah ayam lain. Bangkai tersebut selanjutnya dilakukan
pembakaran ditempat pembakaran. Tempat untuk pembakaran bangkai berada
jauh dari area kandang. Hal ini untuk meminimalisir adanya bibit penyakit yang
dapat menyerang ayam yang sehat. Namun tempat pembakaran bangkai masih
dalam lingkungan farm. Karena jika berada diluar lingkungan dapat mengganggu
lingkuang sekitar.
Sweeping untuk ayam sakit dilakukan pada saat-saat tertentu untuk di
tempatkan di kandang macan. Ayam yang sakit memiliki ciri-ciri seperti bulu
rontok, lemas atau bahkan tidak bergerak, wajah pucah, serta terdapat luka di
bagian tubuh, sehingga berpengaruh terhadap produksi. Apabila anak kandang
menemukan ayam yang mati atau bangkai, maka anak kandang harus menulis
jumlah ayam yang mati pada daftar buku yang sudah disiapkan.
8. Seleksi Ayam
Seleksi ayam dilakukan dengan memisahkan atau memindahkan ayam ke
kandang karantina. Ayam yang di pisahkan adalah ayam yang sakit dengan ciri-
ciri ayam cacat dan lemah, bulu terlihat kusam, nafsu makan menurun, badan
kurus, rontok bulu, dan jengger terlihat pucat serta tidak aktif. Tujuan dari
pemindahan ayam yaitu agar sakit yang diderita oleh ayam tidak menular ke ayam
yang sehat.Seleksi juga dapat dilakukan berdasarkan bobot badan. Dimana ayam
besar berada di pen 1, ayam normal besar berada di pen 2, ayam normal berada di
pen 3, ayam normal kecil berada di pen 4, dan ayam kecil berada di pen 5.
Sehingga tingkat keseragaman tinggi. Seleksi pejantan dilakukan dengan memilih
pejantan bagus, sakit atau lumpuh. Apabila seleksi rutin dilakukan maka
perbandingan antara ayam jantan dan betina harus tetap diperhatikan agar daya
tetas tetap baik.
9. Culling
Culling merupakan proses pemilihan individu ayam baik itu anak ayam,
pullet, induk betina maupun pejantan yang cacat, lemah, terlihat tanda-tanda
terserang penyakit, dan tidak produktif lagi, sehingga ayam tersebut harus
dikeluarkan dari kelompoknya. Culling dilakukan dengan maksud untuk
mengurangi penyebaran bibit penyakit, mengurangi kepadatan kandang sehingga
ayam yang produktif dapat lebih nyaman didalam kandang, mengurangi efisiensi
penggunaan pakan, efisiensi dalam penggunaan tenaga kandang dan sarana
produksi lainnya, serta menghindari adanya kanibalisme. Kriteria ayam jantan
yang harus diculling yaitu berat badan terlalu kurus, kaki yang lecet sehingga sulit
melakukan aktivitas seksual, warna wajah serta pial yang pucat. Sebelum
diculling ayam yang sakit dan lemas ditempatkan dikarantina terlebih dahulu
dengan harapan ayam dapat sembuh dan akan dikeluarkan dari kandang karantina
untuk dikembalikan dengan ayam yang lain. Namun apabila kondisi ayam sudah
tidak memungkinkan untuk sembuh. Maka culling perlu dilakukan sebelum ayam
tersebut mati dan menjadi bangkai.
10. Recording
Recording pada perusahaan pembibitan meliputi produksi telur, hen day
production, jumlah konsumsi pakan, program vaksinasi, program pengobatan,
bobot badan ayam, deplesi atau jumlah ayam yang di culling, dan jumlah floor
egg. Manfaat dari recording adalah untuk mendapatkan informasi lengkap tentang
ternak yang dipelihara, yang akan berguna dalam manajemen pemeliharaan
ternak, memudahkan pengambilan keputusan, mengefisienkan waktu, tenaga, dan
biaya, memudahkan dalam controling serta monitoring. Catatan atau recording
juga dapat digunakan sebagai evaluasi pengelolaan kegiatan dimasa yang akan
datang.
Produksi telur merupakan jumlah telur yang dihasilkan dalam waktu tertentu
seperti dalam waktu sehari. Melalui pencatatan produksi dapat dilihat produksi
telur dari hari ke hari. Apabila produksi telur turun presentasenya maka perlu
dilakukan pemeriksaan. Bobot badan merupakan salah satu kriteria yang dijadikan
sebagai acuan berhasil atau tidaknya suatu pemeliharaan ayam pembibibit. Hen
day production merupakan jumlah telur yang dihasilkan per hari berdasarkan
jumlah populasi. Tujuannya yaitu untuk mengetahui jumlah telur yang dihasikan
oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. Produksi telur berhubungan langsung
dengan konversi pakan. Semakin besar produksi telur yang dihasilkan, nilai
konversi pakan semakin kecil. Standar hen day prduction setiap strain berbeda-
beda tergantung dari strain yang dipelihara.
Setiap perusahaan pembibitan memiliki standar bobot badan yang harus
dicapai setiap minggunya, oleh sabab itu dilakukan kontrol bobot badan setiap
minggunya dengan melakukan penimbangan. Kontrol bobot badan ini bertujuan
untuk mengetahui pertumbuhan bobot badan ayam sudah sesuai dengan standar
atau belum dan untuk mengetahui tingkat keseragaman ayam dalam sekelompok
ayam atau per pen. Penimbangan dilakukan setiap minggunya per individu ayam
dengan mengambil sampel sebanyak 5% untuk ayam betina dam 10% untuk ayam
jantan yang ada dalam kandang. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan
timbangan dengan mengumpulkan sampel ayam ke salah satu pojok pada tiap
pen kandang dengan menggunakan jaring. Hal ini bertujuan untuk menghindari
pemilihan dalam pengambilan sampel yang sama atau pengulangan penimbangan.
Kemudian ayam ditimbang satu per satu.
Pertambahan bobot badan dapat dipengaruhi oleh suhu lingkungan atau
cekaman panas yang dapat mengakibatkan nafsu makan menurun yang berakibat
pada pertumbuhan bobot badan ayam. Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh
genetik (strain), jenis kelamin, lingkungan, manajemen, kualitas dan kuantitas
pakan yang dikonsumsi. Peningkatan pertambahan bobot badan berbanding lurus
dengan meningkatnya konsumsi pakan yaitu semakin tinggi konsumsi pakan
maka meningkat pula bobot badannya, karena salah satu fungsi pakan dalam
tubuh ayam selain untuk kebutuhan hidup pokok juga untuk pertumbuhan.
11. Perkawinan
Pencampuran jantan dan betina dilakukan pada umur 16 minggu dengan
perbandingan 1 jantan untuk 9 betina. Jadi 1 ekor jantan dapat untuk mengawini 9
ekor betina. Sex ratio merupakan salah satu faktor yang penting dalam proses
pemeliharaan ayam bibit. Penggunaan jantan yang terlalu padat dalam satu pen
dapat meningkatkan stress karena adanya kegaduhan akibat dari persaingan. Hal
ini tentu akan berbahaya bagi ayam betina karena dapat menurunkan produksi
telur. Penggunaan jantan yang terlalu sedikit pun tidak menguntungkan dalam segi
ekonomis. Karena walaupun produksi telur tinggi, fertilitas telur akan rendah
karena kurangnya pejantan yang mengawini betina atau dengan kata lain ada
betina yang tidak dikawini.
Metode perkawinan yang digunakan yaitu flock maing atau perkawinan
kelompok. Jadi flock mating merupakan perkawinan antara dua pejantan atau
lebih dengan beberapa induk dalam satu kelompok ayam. Cara perkawinan seperti
ini banyak digunakan oleh perusahaan pembibitan karena lebih menguntungkan
dibanding dengan metode lain. Beberapa keuntungan dari metode ini seperti
efisiensi dalam penggunaan tenaga, tempat, dan peralatan. Selain itu bila ada
pejantan yang mempunyai nafsu kawin rendah, maka pejantan lain dapat
menggantikannya. Namun, pada metode ini juga terdapat kerugian seperti
keturunan tidak diketahui dengan pasti pejantannya dan sering terjadi pertarungan
karena terdapat lebih dari satu pejantan dalam satu kelompok.
Performance
1. Produksi telur
Dikatakan sudah memasuki fase layer (produksi) yaitu dimana
ayam telah bertelur dengan persentase 5% dari banyaknya ayam yang
dipelihara. Umur ayam pada saat dilaksanakannya praktek kerja ini adalah
26-28 minggu dengan jumlah ayam betina untuk H-07 minggu ke 26 yaitu
8816 ekor dan jantan 926 ekor pada populasi awal, secara keseluruhan
jumlah ayam 9742 ekor. Sedangkan pada minggu ke 28 jumlah ayam
betina H-07 yaitu 8753 ekor dan ayam jantan 876 ekor secara keseluruhan
jumlah ayam 9629 ekor. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Roni Fadilah
(2007) yang menyatakan bahwa berdasarkan produksi, ayam yang sudah
memasuki periode laying jika sudah mulai bertelur sekitar 5%. Populasi
awal ayam betina breeder mulai masuk periode bertelur (laying period)
dijadikan patokan populasi untuk penghitungan performa ayam selama
satu siklus produksi. Pada masa produksi selalu terjadi telur lantai (floor
eggs) yaitu ayam bertelur tidak pada tempatnya atau dilantai, dan menurut
Fadilah dkk (2007), cara mencegah telur lantai (floor eggs) sebagai berikut
:
1. Telur lantai biasanya banyak diperoleh disetiap sudut kandang. karena itu,
disetiap sudut kandang sebaiknya diberi pembatas agar ayam tidak dapat
menuju ke sudut kandang. Jika melihat ayam yang akan bertelur disudut
kandang sesegera mungkin ayam dipindahkan ke sangkar.
2. Sangkar sebaiknya diletakkan dibagian kandang yang agak gelap
3. Pengambilan telur dilakukan sesering mungkin, bisa empat kali sehari
4. Jika kandang berbentuk slat postal sangkar diletakkan dibagian ujung
kandang slat dan sebagian lagi dikandang postal.
5. Sangkar disimpan ketika ayam masih pullet sehingga ayam mempunyai
kesempatan beradaptasi dengan lingkungan sangkar.
6. Jumlah sangkar harus cukup sehingga ayam yang mau bertelur selalu ada
tempat di sangkar.
7. Litter didalam sagkar harus selalu bersih dan selalu tersedia.
8. Tidak membiarkan ayam jantan berada didalam sangkar. Selain bisa
menyebabkan telur menjadi pecah, adanya ayam jantan didalam sangkar
juga tidak memberikan kesempatan kepada ayam betina untuk bertelur
didalam sangkar tersebut.
Pada dasarnya, yang mempengaruhi produksi telur yaitu faktor luar
dan faktor dalam. Faktor luar seperti makanan, rontok bulu/luruh, suhu
dalam kandang, kegaduhan dan penyakit, sedangkan faktor dalam yaitu
keturunan/ genetik. Pencatatan produksi telur dilakukan pada saat ayam
mulai berproduksi 5% (hen day). Perhitungan produksi telur di perusahaan
dilakukan setiap hari berdasarkan produksi hen day. Pada saat produksi
telur mencapai 30%, koleksi telur dilakukan sebanyak lima kali dalam
sehari, karena jika terlalu lama beradi di dalam sangkar akan
mengakibatkan telur banyak yang pecah dan telur akan terkontaminasi
dengan mikroorganisme yang mengakibatkan infertil. Proses pengambilan
telur dilakukan dengan menggunakan troli yang yang sudah didesain
sesuai dengan kebutuhan. Proses koleksi telur dilakukan oleh 2 orang dan
diusahakan selalu bersamaan dari belakang sampai kedepan agar telur-
telur di nest box kanan dan kiri diambil secara bersamaan sehingga proses
koleksi bisa berlangsung cepat. Pengambilan PE (Production Egg)
menggunakan tray berwarna merah dengan kapasitas 36 butir telur
sedangkan untuk HE (Hatching Egg) menggunakan tray putih dengan
kapasitas 42 butir telur. Telur yang sudah diambil lalu di fumigasi dengan
menggunakan forcent fumigant 45 gram dan formalin 100 ml. Tujuan dari
fumigasi adalah untuk membunuh mikroorganisme Sallmonela sp yang
ada dipermukaan telur, proses fumigasi dilakukan selama 15-20 menit.
Pada saat fumigasi berjalan blower/kipas yang ada didalam ruangan
fumigasi dinyalakan untuk mengaduk dan meratakan udara dalam ruangan
agar merata keseluruh permukaan telur dan tepi ruangan. Ukuran ruangan
memiliki panjang 2 m,lebar 0,82 dan tinggi 0,90 m. Jadi volume ruangan
untuk fumigasi adalah 1,476 m3 . Setelah difumigasi telur diseleksi
terlebih dahulu berdasarkan keadaan luar telur, yang dikelompokkan ke
dalam telur normal, abnormal, retak dan kotor. Selain itu seleksi juga
dilakukan berdasarkan berat telur. Menurut Suprijatna, dkk (2005), tujuan
seleksi telur tetas adalah untuk mendapatkan anak ayam yang sesuai
dengan yang diharapkan.Tahap awal dari proses penetasan dimulai dari
penyeleksian telur (grading).
Dan Berikut adalah jadwal pengambilan telur yang dilaksanakan tiap hari pada
periode laying / produksi :
Pengambilan telur pertama Pada pukul 07:15
Pengambilan telur kedua Pada pukul 08:30
Pengambilan telur ketiga Pada pukul 10:30
Pengambilan telur keempat Pada pukul 14:00
Pengambilan telur kelima Pada pukul 15:30
Kriteria telur tetas (Hatch Egg) dalam seleksi meliputi telur utuh
dan bersih, bentuk telur normal dengan indeks 74%, ketebalan kerabang
0,33 mm. Berikut adalah standar grading telur berdasarkan berat telur.
B1 = kotor, pecah, tipis A1 = 55-61.9 gram
B2 = 45-49.9 gram A2 = 62-68 gram
B3 = 50-54.9 gram A3 = 69 up
Komersial = jumbo, kecil, kulit tidak rata, retak rambut
Perlakuan telur yang pertama setelah dilakukan koleksi telur adalah Grading telur
dan diletakan dan ditata pada egg tray 42, selanjutnya pemberian kode pada
masing masing Grade telur yang terdiri dari Golongan grade telur, kode farm dan
tanggal produksi. Setelah diberikan kode pada masing masing grade telur
kemudian telur dimasukan pada bucket egg (keranjang telur) dengan bantuan alat
dudukan box telur serta dimasukan pada holding room dan selanjutnya
didistribusikan ke Hatchery.
2. Body weight
Pakan yang tercerna dalam tubuh ayam akan menjadi jaringan di bawah kulit
sehingga ayam akan mengalami pertambahan bobot badan setiap harinya, untuk
mengetahui pertambahan bobot badan ayam maka dilakukan pengontrolan bobot
badan ayam dengan cara penimbangan bobot badan. Ayam ditimbang
menggunakan timbangan gantung dan sampling dilakukan di tengah,
penimbangan dilakukan sebelum pakan diberikan dan dilakukan dengan cara
mengambil sampel ayam betina sebanyak 5% dan jantan 10% dari total populasi.
Penimbangan bobot badan ayam selain berfungsi untuk mengetahui pertambahan
bobot badan juga berfungsi sebagai acuan standar. Maksudnya apakah ayam
tersebut sudah mencapai standar bobot badan atau belum. Standart bobot badan
digunakan sebagai acuan keseragaman (uniformity). Uniformity yang ada di PT
Charoen Pokphand Jaya Farm Unit Semarang 6 Rembang 2 yaitu kisaran 80%.
Tabel 1. Uniformity Bobot Badan Ayam pada Kandang 6
Minggu ke Female Male
BB saat di Uniformity (%) BB saat di Uniformity
timbang (g) timbang (g) (%)
26 3501 71 3700 68
27 3627 71 3732 68
28 3685 70 3808 71
Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak
mengganggu kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed)
digunakan untuk hewan yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas
serta keseimbangan zat pakan yang terkandung di dalamnya. .Pakan
adalah segaalah sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi
dan zat-zat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan baku pakan,
pada kenyataanya sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan
penggunaan kata pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang telah
diolah menjadi pellet, crumble atau mash. (Wright dan Lackey, 2008)
b.
Sudaryani (1994) bahwa grill yang ada dalam tempat pakan ayam betina
bertujuan untuk mengontrol ayam jantan supaya tidak dapat mengambil jatah
pakan untuk ayam betina sehingga konsumsi pakan ayam jantan tidak melebihi
jumlah kebutuhan pakan yang sudah ditentukan. Selain itu penggunaan tempat
pakan tersebut dapat mengurangi pakan yang tercecer. Menurut Jull (1958),
beberapa keuntungan pakan ditempatkan di dalam hopper antara lain: pakan tidak
berceceran, mencegah kaki ayam masuk dalam pakan, memudahkan ketika
pembersihan tempat pakan, mempermudah ayam betina ketika makan.
Rata-rata konsumsi pakan harian ayam pada HH 07 sebesar 130,7 gram
untuk ayam betina dan 104 gram ayam jantan pada umur 27 minggu. Pernyataan
tersebut sesuai dengan Saefullah (2006), untuk mencapai produksi telur yang
maksimum, ayam petelur harus mengkonsumsi 17 gram protein dengan jumlah
konsumsi ransum 100 g/ekor/hari. Summers (1995) dalam Saefullah (2006)
menyatakan bahwa kandungan fosfor sebesar 0,2% nyata mempengaruhi produksi
telur yang lebih rendah dibandingkan dengan kandungan fosfor sebesar 0,4%.
Salah satu keberhasilan usaha peternakan dipengaruhi oleh pakan.
Pemberian pakan untuk ayam harus sesuai porsi dan kebutuhannya yang
digunakan untuk mencukupi hidup pokok dan produksi telur. Pemberian pakan
harus sesuai, jika tidak sesuai dengan kebutuhan maka akan mempengaruhi
produksi serta pertambahan bobot badan ayam. Peningkatan produksi telur
dipengaruhi oleh tingkat konsumsi ransum, protein dan energi. Tercukupinya
kebutuhan protein ayam dapat mengindikasikan tercukupinya kebutuhan asam-
asam amino di dalamnya. Ketersediaan berbagai asam amino dalam jumlah yang
cukup di dalam ransum ayam mampu mengoptimalkan produksi telur yang
dihasilkan (Saefullah, 2006).
Secara umum zat-zat makanan secara esensial untuk unggas adalah
air, karbohidrat, lemak, protein, mineral dan vitamin. Unggas
membutuhkan air bersih dan segar setiap saat karena kandungan air yang
tinggi dalam telur dan daging. Berikut adalah program pakan ayam
periode produksi pada saat praktik kerja beserta kandungan nutriennya.
Tabel 1 Program pakan ayam umur 25-28 minggu
Umur Kode Pakan RJ Keterangan
( Minggu ) Betina Jantan
25 Mix 532 Mix 532 dengan Mix dilakukan selama 3
dengan 534 535 hari, hari 1 25% 534 75%
26 534 RJ45 535 RJ45
532,hari 2 50% 543, 50%
27 534 RJ 535 RJ
542 dan ,
28 534 RJ 535 RJ hari ke 3 75% 534, 25%
532
Kemasan Pakan
cup
Karbohidrat
Vitamin
Lipid
Protein
Mineral
Air
Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu
sebesar 65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004).
Pemberian ransum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok,
pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh dan produksi (Suprijatna et al. 2005).
Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan
ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga
pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi.
2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai zat yang mengandung atom
karbon, hidrogen, dan oksigen. Karbohidrat berasal dari kata karbon dan
hidrat, karbon artinya adalah atom karbon dan hidrat adalah air.
Karbohidrat yang terdapat dalam tubuh ternak unggas sebagian besar
berupa glikogen dan chitin, glikogen dijumpai dalam daging dan chitin
dalam kulit dan sisik terutama pada kulit udang. Karbohidrat adalah
senyawa organik yang unsur kimia pembentuknya terdiri dari karbon (C),
hidrogen (H) dan oksigen (O), atau sering diringkas dengan CHO.
Karbohidrat di dalam pakan atau bahan pakan terdiri dari pati atau
starch, gula dan polisakarida (termasuk serat kasar). Karbohidrat yang
dimakan digunakan sebagai sumber energi untuk metabolisme di dalam
tubuh. Sebagian karbohidrat juga diubah menjadi energi tersimpan di
dalam tubuh ayam. Namun, tidak semua karbohidrat dapat digunakan oleh
ayam sebagai sumber energi tetapi hanya karbohidrat yang bisa dicerna
seperti pati dan gula. Serat kasar seperti selulosa, hemiselulosa, lignin dan
pektin tidak dapat dicerna oleh ayam, sehingga tidak dapat diandalkan
sebagai sumber energi.
2.1.2. Vitamin
Vitamin ada yang larut di dalam air dan ada yang larut di dalam
lemak/minyak. Vitamin yang larut dalam air adalah vitamin B (Thiamine
atau Vitamin B1, Riboflavin atau Vitamin B2, Pyridoxine atau Vitamin B6,
Vitamin B12, asam folat, biotin, Niacin atau asam Nicotinic, asam
pantotenat dan Choline) dan vitamin C. Sedangkan vitamin yang larut
dalam lemak adalah: Vitamin A, Vitamin D, Vitamin E dan Vitamin K.
2.1.3. Lemak
Lemak merupakan senyawa yang terdiri dari beberapa asam lemak.
Lemak juga merupakan sumber energi bagi unggas, dengan nilai energi
sekitar 2,5 kali lebih besar dari karbohidrat. Asam lemak sangat diperlukan
untuk pembentukan dan integritas hormon di dalam tubuh.
2.1.4. Protein
protein sangat penting sebagai penyusun dari semua kehidupan sel
dan merupakan kelompok kimia terbesar didalam tubuh setelah air. Daging
rata-rata mengandung 75% air, 16% protein, 65% lemak , dan 3% abu.
Protein merupakan komponen esensial dari inti sel dan protoplasma sel.
Oleh sebab itu protein jumlahnya besar dalam jaringan otot karkas, organ-
organ dalam, syaraf, dan kulit.
Kelebihan :
Sedikit penurunan pada pertumbuhan.
Penurunan kandungan lemak tubuh.
Meningkatnya sam urat dalam tubuh.
Meningkatnya konsumsi air karena di perlukan untuk mengeluarkan asam
urat Stress yang di tandai dengan membesarnya kelenjar adrenal dan
meningkatnya produksi adrenokortikosteroid.
2.1.5. Mineral
Mineral Ayam
Natrium 51
(mEq)
Kalium (mEq) 69
Klor (mEq) 44
Kalsium (g) 13
Besi (mg) 60
Seng (mg) 30
Mineral natrium atau sodium (Na), potasium atau kalium (K) dan
klor (Cl) dibutuhkan sebagai pengatur keseimbangan asambasa atau pH di
dalam tubuh ayam. Ketiga mineral ini sering disebut elektrolit yang
jumlahnya di dalam pakan perlu dalam keseimbangan tertentu agar pH dan
tekanan osmose cairan tubuh tetap terjaga optimum. Na merupakan kation
yang berfungsi untuk mengatur jumlah air di dalam tubuh. Kekurangan
mineral Na dapat menyebabkan pertumbuhan yang terhambat, penggunaan
protein dan energi yang tidak efisien serta penurunan produksi dan berat
telur. Mineral K sangat dibutuhkan agar fungsi jantung, ginjal, otot dan
saraf berjalan dengan normal. Kekurangan K dapat menyebabkan
menurunnya selera makan dan akhirnya memperlambat pertumbuhan.
Kekurangan mineral klor (Cl) dapat menyebabkan pertumbuhan yang
lambat bahkan mortalitas pada ayam.
Mineral magnesium (Mg) sangat dibutuhkan dalam banyak reaksi
biokimia di dalam tubuh, terutama dalam pembentukan tulang, fungsi otot
dan saraf dan mempertahankan irama denyut jantung dan juga
pembentukan kerabang telur. Kekurangan mineral magnesium (Mg) dalam
ransum dapat menyebabkan pertumbuhan bulu dan berat badan yang
lambat serta ayam mudah terengah-engah. Kekurangan Mg di dalam pakan
ayam petelur dapat menyebabkan penurunan produksi dan ukuran telur.
6. Air
Air merupakan komponen darah dan cairan tubuh, pencernaan,
transport makanan dan sisa pencernaan, pengatur suhu tubuh, Sumber : air
minum, air dalam makanan. Air mempunyai peranan yang sangat vital
bagi proses kehidupan ternak, karena air merupakan salah satu penyusunan
jaringan tubuh yang sangat penting. Suatu data persentase komposisi dari
tubuh hewan menunjukkan bahwa kadar air menurun dengan
meningkatnya umur hewan tersebut. Variasi pada umur tertentu
disebabkan terutama oleh keadaan gizi makanan seperti yang terlihat pada
penimbunan lemak, pada hewan yang terlalu gemuk mempunyai 40% air.
Air lebih penting peranannya bagi kehidupan dari pada energi, dan
minum air menempati posisi ke dua setelah bernafas. Peranan air dalam
tubuh erat hubungannya dengan sifat fisik dan kimianya, yaitu:
KEBUTUHAN NUTRIEN
A. KEBUTUHAN PROTEIN
HP = (BB(g)x0,0016)
EPP
= 3630x0,0016)
0.55
= 10.56 gram
2. PROTEIN PERTUMBUHAN JARINGAN
EPP
= 18 x0,18)
0,55
= 5,9 gram
EPP
= 18 x0,07 x0.82)
0,55
= 1,88 gram
= 10,56+5,9+1,88+11,18
= 29,52 gram
B.KEBUTUHAN ENERGI
=80{3,63}
=210,39 kkal
MEm = NEm
0,82
MEm = 210,39
0,82
= 256,57 kkal
= 0,50 x256,57
= 128,28
= 86 x 58,21 %
= 50 kkal
= 12,96 +24,3
= 37,26 kkal
= 472,11 kkal
C. KEBUTUHAN KALSIUM
Keb.Ca = bobot telur x kandungan Ca telur
Efisiensi absropsi Ca
= 51,25 x 0,035
0,50
= 3,59 gram
D.KEBUTUHAN FOSFOR
Ca : P =2:1
3,59: P= 2:1
2P=3,59
P =3,59
P = 1,79
3. PEMBERIAN NUTRIEN
Nutrien Kandungan
Kadar air (max) 13 %
Protein 16 %
Lemak (min) 3,0 %
Serat kasar (max) 6,0 %
Abu (max) 12 %
Calcium (min) 3,0 %
Phosphor 0,6 %
A. PEMBERIAN PROTEIN
PEMBERIAN PROTEIN = KONSUMSI PAKAN x % PROTEIN
= 130,7 x 16 %
= 20,91 gram
B. PEMBERIAN ENERGI
KANDUNGAN ENERGI PAKAN = PEMBERIAN PROTEIN x 170
= 20,91 x 165
= 3450,15 kkal /kg
PEMBERIAN ENERGI =
KONSUMSI
KANDUNGAN ENERGI PAKAN (kkal/kg) x PAKAN
1000
== 3450,15 x
450,93 kkal
130,7
1000
C. PEMBERIAN KALSIUM
PEMBERIAN Ca = KONSUMSI PAKAN x % Ca
= 130,7 x 3%
= 3,9 gram
D. PEMBERIAN FOSFOR
PEMBERIAN P = KONSUMSI PAKAN x % P
= 130,7 x 0,6 %
= 0,78 gram
Total energy yang di butuhkan ayam untuk hidup pokok pertumbuhan ,aktivitas
dan produksi adalah sebesar 472,11 kkal namun protein dalam pakan untuk setiap
130,7 gram pakan komplit yang di konsumsi adalah sebesar 450,93 gram sehingga
ayam masih kekurangan energi sebesar 21,18 gram
KEBUTUHAN NUTRIEN
A. KEBUTUHAN PROTEIN
HP = (BB(g)x0,0016)
EPP
= 3730x0,0016)
0.55
= 10.85 gram
EPP
= 4,57 x0,18)
0,55
= 1,5 gram
EPP
= 4,57x0,07 x0.82)
0,55
= 0,47 gram
= 12,85 gram
B.KEBUTUHAN ENERGI
=80{3,73}
=214,72 kkal
MEm = NEm
0,82
MEm = 214,72
0,82
= 261,85 kkal
= 0,50 x261,85
= 130,9
= 3,29 +6,17
= 9,46 kkal
= 261,85 +130,9+9,46
= 402.21 kkal
3. PEMBERIAN NUTRIEN
Nutrien Kandungan
Kadar air (max) 13 %
Protein 14,5 %
Lemak (min) 3,0 %
Serat kasar (max) 6,0 %
Abu (max) 7%
Calcium (min) 0,95 %
Phosphor 0,6 %
A. PEMBERIAN PROTEIN
PEMBERIAN PROTEIN = KONSUMSI PAKAN x % PROTEIN
= 104,9 x 14,5 %
= 15,2 gram
B. PEMBERIAN ENERGI
KANDUNGAN ENERGI PAKAN = PEMBERIAN PROTEIN x 165
= 15,2 x 165
= 2508 kkal /kg
PEMBERIAN ENERGI = KANDUNGAN ENERGI PAKAN (kkal/kg) x
= 2508 x 104,9
1000
= 263 kkal
KONSUMSI
PAKAN
1000
PROTEIN ENERGI
KEBUTUHAN 12,85 gram 402.21 kkal