Sunteți pe pagina 1din 26

MAKALAH

PEMERIKSAAN PENUNJANG SISTEM PENCERNAAN

(BARIUM ENEMA, USG ABDOMEN DAN ENDOSKOPI)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Medikal Bedah I

Disusun Oleh :

Kelompok 9
2-B
1. Neng Fitri Utami : NIM.34403515091
2. Nidi Pratiwi : NIM. 34403515093

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAHAN KABUPATEN CIANJUR
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Jln. Pasir Gede Raya No. 19 Telp. (0263) 267206 Fax. 270953 Cianjur 4321
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat dan kasih sayangNya kepada kami karena hanya dengan izinNya lah kami
dapat menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I, khususnya dapat menambah wawasan, menyimpulkan gagasan dan
menympaikan dari setiap buku.

Shalawat dan salam semoga tetap tecurahlimpahkan kepada nabi kita Nabi
Muhammad SAW. Dan juga tercurah pula kepada keluarganya, sahabatnya dan
kepada kita sebagai umatnya.

Alhamdulillah, makalah ini bisa selesai sesuai dengan kemampauan kami.


Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna sebagai pembenahan
dalam penyusunan makalah yang lebih baik.Semoga makalah ini bisa bermanfaat
bagi kita semua.

Cianjur, November 2016

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
D. Sistematika Penulisan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pemeriksaan Penunjang Barium Enema ...................................................3
B. Pemeriksaan Penunjang Endoskopi ..........................................................9
C. Pemeriksaan Penunjang USG Abdomen...................................................15
BAB III PENUTUP
A. Simpulan....................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbagai jenis pemeriksaan x-ray digunakan untuk memeriksa bagian
yang berbeda dari saluran pencernaan.barium enema disebut sebagai pemeriksaan
saluran cerna bawah, agen kontras barium diberikan sebagai enema melalui
tabung kecil yang dimasukan ke dalam rectum (dwirosid, 2014). Barium enema
sendiri adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon sehingga dapat
membantu menegakkan diagnose suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada
kolon (dwirosid,2014). Pemeriksaan saluran cerna dengan menggunakan alat
yang menyerupai endoskopi untuk pertama kali dilakukan pada abad ke-18. Pada
saat itu pemeriksaan dilakukan dengan cara mengintp melalui suatu tabung yang
dimasukan ke dalam rectum penderita dengan penerangan lilin untuk dapat
melihat keaadan di dalam rekrum.
Ultrasonografi (USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang
Doppler, yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas
rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam jaringan.
Ultrasonografi dapat digunakan untuk endeteksi berbagai kelainan yang ada pada
abdomen, otak, kandung kemih, jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain
itu USG juga dpaat digunakan untuk membedakan antara kista dan tumor.
Endoskopi adalah suatu tehnik dalam bidang ilmu gastro-enterologi.
Hepatologi untuk melihat secara lansung keaadan didalam saluran cerna bagian
atas. Pada tahun 2008 jumlah pasien yang dilakukan kolonsopi di rspad gatot
soebroto jakarta sebanyak 182 paien dengan klasifikasi kasus yaitu. Haemorroid
sebanyak 33 pasien, colitis infektif 59 pasien, pasien dengan normal kolon
sebanyak 27, pasien dengan tumor kolon sebanyak 41 pasien.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Cara Pemeriksaan Barium Enema ?

1
2. Bagaiman Cara Pemeriksaan Endoskopi ?
3. Bagaiman Cara Pemeriksaan Usgabdomen ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas makalah yang diberikan dan untuk
melaksanakan pemeriksaan penunjang sistem pencernaan,barium enema,usg
abdomen dan endoskopi secara optimal pada pasien.
2. Tujuan Khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam
proses asuhan keperawatan serta mendapatkan pengalaman dalam
melaksanakan asuhan keperawatan penulis diharapkan mampu :
1. Mampu melaksanakan cara pemeriksaanpenunjang barium enema
2. Mampu melaksanakan cara pemeriksaanpenunjang endoskopi
3. Mampu meaksanakan cara pemeriksaanpenunjang usg abdomen

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun dengan sistematika dari empat bab, yaitu :
Bab I : Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan
Bab II : Pembahasan yang terdiri dari pengertian pemeriksaan penunjang
barium enema, usg abdomen dan endoskopi.
Bab III : Penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG BARIUM ENEMA


1. Pengertian Pemeriksaan Penunjang

2
Pemeriksaan penunjang atau diagnostik untuk saluran pencernaan di
definisikan sebagai pemeriksaan yang dilakukan untuk sistem pencernaan
terdiri dari:
a) Endoskop (tabung serat optik yang digunakan untuk melihat struktur
dalam dan untuk memperoleh jaringan dari dalam tubuh)
b) Rontgen
c) Ultrasonografi (usg)
d) Perunut radioaktif
e) Pemeriksaan kimiawi.
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut bisa membantu dalam menegakkan
diagnosis, menentukan lokasi kelainan dan kadang mengobati penyakit pada
sistem pencernaan. Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus
dikosongkan terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-
12 jam sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak
memerlukan persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis
kelainan sistem pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.tetapi
gejala dari kelainan pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter
mengalami kesulitan dalam menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis
(misalnya kecemasan dan depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan
dan menimbulkan gejala-gejalanya.
2. Pengertian Pemeriksaan Barium Enema
Barium enema adalah pemeriksaan x-ray terhadap usus besar. Barium
sulfat ( zat kontras tunggal ) atau barium sulfat dan udara ( kontras ganda atau
kontras udara ) diberikan secara perlahan melalui selang rektal. Proses
pengisian dimonitor melalui fluoroskopi, dan kemudian dilakukan foto
ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan tinja sehingga barium
memperlihatkan gambaran usus besar untuk dideteksi adanya berbagai
gangguan. Teknik kontras ganda (barium dan udara) sangat bermanfaat untuk
mengidentifikasi polip.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih
pada foto rontgen dan membatasi saluran pencernaan, menunjukkan kontur
dan lapisan dari kerongkongan, lambung dan usus halus. Barium yang

3
terkumpul di daerah abnormal menunjukkan adanya ulkus, erosi, tumor dan
varises kerongkongan. Foto rontgen bisa dilakukan pada waktu-waktu tertentu
untuk menunjukkan keberadaan barium. Atau digunakan sebuah fluoroskop
untuk mengamati pergerakan barium di dalam saluran pencernaan. Proses ini
juga bisa direkam. Dengan mengamati perjalanan barium di sepanjang saluran
pencernaan, dokter dapat menilai:
1. Fungsi kerongkongan dan lambung
2. Kontraksi kerongkongan dan lambung
3. Penyumbatan dalam saluran pencernaan.
Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi usus
besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan
adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
menyebabkan nyeri kram serta menimbulkan rasa tidak nyaman. Barium yang
diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan dibuang ke dalam
tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur. Setelah pemeriksaan, barium
harus segera dibuang karena bisa menyebabkan sembelit yang berarti. Obat
pencahar bisa diberikan untuk mempercepat pembuangan barium.
3. Tujuan Pemeriksaan Barium Enema
Barium enema dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan polip,
tumor, atau lesi lain dari usus besar dan menunjukkan adanya kelainan
anatomi atau gangguan fungsi usus. (brunner & suddarths, 2010)

4. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Barium Enema


a. Kontra indikasi diantaranya :
1) Perforasi
2) Obstruksi akut atau penyumbatan
3) Diare berat
b. Indikasi diantaranya :
1) Colitis : penyakit2 inflamasi pada colon

2) Carsinoma

3) Diverticulum : merupakan kantong yg menonjol pada dinding kolon,


terdiri lapisan mukosa dan muskularis mukosa

4
4) Polyps : penonjolan pada selaput lendir

5) Volvulus : penyumbatan isi usus karena terbelitnya usus ke bagian


yang lain

6) Invagination : melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri

7) Intussusception

8) Atresi ani : tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada

9) Stenosis : penyempitan saluran usus besar

10) Mega colon : suatu kelainan kongenital yang terjadi karena tidak
adanya sel ganglion di pleksus mienterik dan submukosa pada segmen
colon distal menyebabkan feses sulit melewati segmen ganglionik.
5. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Barium Enema.
a. Persiapan alat untuk pemeriksaan barium enema
1) Larutan barium sulfat dengan kepekatan 1 : 8 dan temperature 37
derajat celsius, sebanyak 2 liter
2) Rectal kateter
3) Irigator set . Dewasa ini sering digunakan disposible barium enema
kits yang terdiri dari:
a) Enema bag, biasanya dari bahan translusen dengan kapasitas 3
liter.
b) Dekat bagian atas kantong enema, terdapat lubang untuk
menambah larutan barium.
c) Kateter yang panjangnya 1,5 meter serta clip, untuk mengatur laju
bahan kontras saat dilakukan pemeriksaan dalam berbagai posisi.
d) Rectal kateter.
4) Glycerin
5) Kayu pengaduk barium ( bila menggunakan irrigator set)
6) Receiver (ember)
7) Kain laken ( penutup meja pemeriksaan )
b. Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Barium Enema (Brunner &
Suddarths, 2010)

5
1) Persiapan pasien
a) Pasien makan makanan lunak dua hari sebelum pemeriksaan.
b) Pasien dianjurkan untuk menghentikan minum obat, dikhawatirkan
dapat menimbulkan gambaran radioopak, kecuali obat-obat yang
esensial seperti digitalis atau steroid dan obat-obat kontrasepsi.
c) Minum obat pencahar pada jam 7.00 malam, setelah itu puasa
sampai pemeriksaan radiografi dilakukan.boleh minum samapai
jam 11. 00 malam
d) Pasien tidak boleh merokok dan harus mengurangi bicara.
e) Premedikasi biasanya diberikan glucagon atau buscopan, untuk
memperlemah gerak peristaltik.
f) Untuk pasien dirawat biasanya dilakukan klisma.
2) Pra persiapan
a) Informed consent, serta beri penjelasan tentang procedure
tindakan, indikasi, dan kemungkinan yang terjadi agar
menghilangkan rasa cemas.
b) Diet rendah sisa 1 sampai 2 hari sebelum pemeriksaan.
c) Anjuran klien untuk diet cair bening malam sebelum
pemeriksaan.
d) Berikan pencahar (minyak kastor atau magnesium sitrat )yang
sebaiknya dilakukan sehari sebelum pemeriksaan pada sore hari
atau menejlang malam ( 16.00 18.00 )
e) Enema atau laksatif supositoria mis . Bisakodil (dulcolax)
dapat diberikan pada malam sebelum pemeriksaan
3) Pasca pemeriksaan
a) Menginformasikan tentang meningkatkan asupan fluida
b) Mengevaluasi buang air besar untuk mengeluarkan barium
c) Mencatat peningkatan buang air berar karena barium, osmolaritas
tinggi, dapat menarik cairan kedalam usus sehingga meningkatan
isi intraluminal dan menghasilkan outpus yang lebih besar.
6. Sop barium enema
A. Pengertian
Pemeriksaan radiologi terhadap daerah usu besar dengan memasukan
kontras media negative, positif atau keduanya.
B. Tujuan
Untuk melihat kelainan daerah kolon
C. Persiapan alat dan bahan
1) Barium powder

6
2) Air
3) Folley chateter no 24 atau 18
4) Gunting klem
5) Spuit 50 cc
6) Jelly
7) Handscone
D. Tehnik pemeriksaan
1) Pertama lakukan foto polos abdomen,hal ini bertujuan untuk
melihat persiapan pasien dan untuk mendapatkan faktor ekposi
yang tepat
2) Siapkan barium yang sudah dicampur air
3) Masukan fellow cateter no 24 yang sudah diberi jelly ke dalam
anus pasien dan buat balon pada kateter agar cateter tidak lepas.
4) Setelah itu masukan barium sebanyak 100cc
5) Agar barium tidak keluar lagi dari cateter, maka ujung luar cateter
di kelm.
6) Buat foto lateral dan abdomen prone
7) Masukan barium semuanya secara perlahan-lahan dan diberi juga
kontras udara, kemudian pasien diguling-gulingkan sebanyak 5x.
8) Buat foto abdomen prone,supine, dengan tampak seluruh kolon.
9) Persilahkan pasien ke toilet untuk mengeluarkan bahan kontras.
10) Bereskan alat
11) Pemeriksaan colon in loop selesai.
E. Dokumentasi
Catat semua tindakan yang dilakukan perawat, beri nama, tanggal,
waktu dan tanda tangan perawat.
Gambar Barium Enema :

7
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG USG ABDOMEN
1. Pengertian Usg Abdomen
Ultrasonography adalah teknik diagnostic invasive dimana gelombang
suara frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh internal dan gema
ultrasonic dicatat pada osiloskop karena mereka menyerang jaringan
kepadatan yang berbeda. (brunner & suddarths, 2010 hal 987). Usg
merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan diatas permukaan kulit
atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan suatu ultrasound di dalam
jaringan. (uliyah,2008)
Hal ini sangat berguna dalam mendeteksi sebuah kantong empedu
yang membesar atau pankreas, adanya batu empedu, ovarium
membesar,kehamilan ektopik, atau usus buntu. Baru-baru ini teknik ini telah
terbukti bermanfaat dalam mendiagnosis diverticulitis kolon akut. Usg
menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi yang dihasilkan oleh
kristal piezo-elektrik pada transduser gelombang tersebut berjalan melewati
tubuh dan dipantulkan kembali secara bervariasi, tergantung pada jenis
jaringan yang terkena gelombang. Alat ini dapat digunakan sebagai salah satu
cara untuk membantu menegakkan diagnosis penyakit dalam, terutama
pemeriksaan organ2 tubuh bagian dalam.

2. Tujuan Pemeriksaan Usg Abdomen

8
Mendeteksi kelainan pada empedu, kandung kemih, dan pankreas
yang memungkinkan adanya pembesaran ovarium kehamilan, atau usus
buntu. (brunner & suddarths, 2010)
3. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Usg Abdomen
a. Kontra indikasi diantaranya :
Tidak terdapat kontraindikasi pada pemeriksaan usg, karena
pemeriksaan ini sama sekali tidak memperburuk penyakit klien. Usg akan
berdampak negatif jika dilakukan lebih dari 400 kali, dampaknya hanya
panas yang tak berbahaya, usg mempunyai peranan penting untuk
menentukan kelainan berbagai organ tubuh. Dalam pengunaan usg untuk
menegakkan diagnose medis tidak memiliki kontraindikasi atau efek
samping terhadap pasien.
b. Indikasi diantaranya :
1. Nyeri abdomen/colic.
2. Inflamed apnedikx/pembengkakan apendik.
3. Pembesaran organ pada abdomen.
4. Tersangka batu empedu atau batu ginjal.
5. Aneurysma pada aorta.
6. Peradangan pada organ rongga abdomen.
7. Otot-otot pada rongga abdomen.
8. Abses ataupun koleksi cairan ( ascites ).
4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Usg Abdomen
a. Persiapan alat
1) Hidupkan peralatan usg sesuai dengan tatacara yang dianjurkan oleh
pabrik pembuat peralatan tersebut.
2) Panduan pengoperasian peralatan usg sebaiknya diletakkan di dekat
mesin usg, hal ini sangat penting untuk mencegah kerusakan alat
akibat ketidaktahuan operator usg.
3) Perhatikan tegangan listrik pada kamar usg, karena tegangan yang
terlalu naik-turun akan membuat peralatan elektronik mudah rusak.
4) Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan ups.
Setiap kali selesai melakukan pemeriksaan usg.
5) Bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada transduser
(penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai
kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak

9
merusak transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik
pembuat mesin usg).
6) Selanjutnya taruh kembali transduser pada tempatnya, rapikan dan
bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak atau terjepit. Setelah
semua rapih, tutuplah mesin usg dengan plastik penutupnya. Hal ini
penting untuk mencegah mesin usg dari siraman air atau zat kimia
lainnya. Agar alat ini tidak mudah rusak, tentukan seseorang sebagai
penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.
b. Persiapan pasien
1) Penderita obstipasi sebaiknya diberikan laktasif di malam sebelumnya.
2) Untuk pemeriksaan organ-organ di rongga perut bagian atas,
sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa agar tidak menimbulkan
gas dalam perut karena akan mengaburkan gambar organ yang
diperiksa.
3) Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan puasa sekurang-
kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif
yang maksimal.
4) Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli-buli harus dalam
keadaan penuh.
c. Persiapan dan pelaksanaan (Uliyah,2008) :
1) Lakukan informed consent.
2) Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan usg aorta abdomen, kandung empedu, hepar, limpa,
pancreas.
3) Oleskan jelly koduktif pada permukaan kulit yang akan
dilakukan usg.
4) Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan
dan belakang diatas permukaan kulit.
5) Lakukan antara 10-30 menit.
6) Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam
keadaan gelisa.
7) Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk
mencegah masuknya udara.
8) Pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan ke dua),
pelvis dan ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak

10
boleh berkemih. Sementara untuk trimester ke tiga, pemeriksaan pada
pasien dilakukan pada saat kandung kemih kosong.
9) Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua
perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10) Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk
bernapas secara perlahan-lahan dan menahannya setelah inspirasi
dalam.
5. Sop Barium Enema
A. Pengertian
Ultrasonografi (usg) adalah suatu pemeriksaan diagnostik non invasif
dengan menggunakan gelombang frekuensi tinggi kedalam abdomen.
Gelombang-gelombang ini dipantulkan kembali dari permukaan struktur
organ sehingga komputer dapat menginterprertasikan densitas jaringan
berdasarkan gelombang-gelombang tersebut.
B. Tujuan
1. Mendeteksi adanya massa diabdomen.
2. Membedakan antara kista yang berisi air atau massa padat.
3. Mengevaluasi dan memetakan organ di abdomen sebelum
dilakukan biopsi.
4. Mengevaluasi kelainan-kelainan lain yang terdapat dalam
rongga abdomen.
C. Tindakan
1. Pengkajian
Mengkaji Program/Instruksi Medik Untuk Prosedur Pemeriksaan Usg
Abdomen. Mengkaji Tingkat Pengetahuan Klien Tentang Prosedur
Yang Akan Dliakukan.
2. Intervensi
Persiapan Alat :
a. Status atau rekam medik klien.
b. Hasil pemeriksaan diagnostik sebelumnya.
c. Formulir pesanan pemeriksaan usg.
Persiapan Klien :
Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur yang
akan dilakukan.
3. Implementasi
a. Melaporkan / membuat perjanjian dengan petugas usg.
b. Mencuci tangan.

11
c. Membawa klien ketempat pemeriksaan dengan menggunakan kursi
roda atau meja dorong (sesuai kondisi klien) bersama rekam medik
dan formulir usg klien.
d. Menjelaskan kepada klien prosedur yang akan dilalkukan.
e. Menjamin kebutuhan privacy klien.
f. Mengatur posisi klien (berbaring pada tempat pemeriksaan dan
mengolesi jelly / lubricant pada area permukaan kulit yang
akandiperiksa).
g. Untuk usg kandung kemih : 2 jam sebelum pemeriksaan klien
diberi banyak minum dan diminta menahan buang air kecil sampai
pemeriksaan selesai.
h. Merapihkan klien dan membawa klien kembali keruang perawatan.
i. Mencuci tangan.
4. Evaluasi
Mengevaluasi respon klien selama dan sesudah prosedur.
5. Dokumentasi
Mencatat tanggal dan waktu pemeriksaan, mencatat respon klien
selama, dan sesudah prosedur. Catat semua tindakan yang dilakukan
perawat, beri nama, tanggal, waktu dan tanda tangan perawat.
6. Sikap
a) Sistematis.
b) Hati-hati.
c) Berkomunikasi.
d) Mandiri.
e) Teliti.
f) Tanggap terhadap respon klien.
g) Rapih.
h) Menjaga privacy.
i) Sopan.
Gambar Pemeriksaan Usg Abdomen

12
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG ENDOSKOPI
1. Pengertian Endoskopi
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan
melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa:
a. Kerongkongan (esofagoskopi)
b. Lambung (gastroskopi)
c. Usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).

Jika dimasukkan melalui anus, maka endoskop bisa digunakan untuk


memeriksa :

a. Rektum dan usus besar bagian bawah (sigmoidoskopi)


b. Keseluruhan usus besar (kolonoskopi).

Diameter endoskop berkisar dari sekitar 0,6 cm-1,25 cm dan


panjangnya berkisar dari sekitar 30 cm-150 cm. Sistem video serat-optik
memungkinkan endoskop menjadi fleksibel menjalankan fungsinya sebagai
sumber cahaya dan sistem penglihatan.banyak endoskop yang juga dilengkapi
dengan sebuah penjepit kecil untuk mengangkat contoh jaringan dan sebuah
alat elektronik untuk menghancurkan jaringan yang abnormal. Dengan
endoskop dokter dapat melihat lapisan dari sistem pencernaan, daerah yang
mengalami iritasi, ulkus, peradangan dan pertumbuhan jaringan yang
abnormal.biasanya diambil contoh jaringan untuk keperluan pemeriksaan
lainnya.endoskop juga bisa digunakan untuk pengobatan. Berbagai alat yang
berbeda bisa dimasukkan melalui sebuah saluran kecil di dalam endoskop:
elektrokauter bisa digunakan untuk menutup suatu pembuluh darah dan
menghentikan perdarahan atau untuk mengangkat suatu pertumbuhan yang
kecil. Sebuah jarum bisa digunakan untuk menyuntikkan obat ke dalam

13
varises kerongkongan dan menghentikan perdarahannya. Tindakan endoskopi
dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

1. Gastroskopi : untuk melihat dan mengetahui keadaan bagian dalam


saluran cerna bagian atas dan melakukan tindakan terapi atau pengobatan
dalam rongga saluran cerna bagian atas mulai dari tenggorokan
(esofagus), lambung (maag), sampai ke usus 12 jari.

2. Kolonoskopi : untuk melihat dan mengetahui keadaan bagian dalam


saluran cerna bagian bawah dan melakukan tindakan terapi atau
pengobatan dalam rongga saluran cerna bagian bawah (usus besar).
2. Tujuan Pemeriksaan Endoskopi (Agus Priyanto Dkk,2009)
a. Untuk menentukan atau menegakkan diagnosis yang pada pemeriksaan
radiologi menunjukkan hasil yang meragukan atau kurang jelas.
b. Untuk menentukan diagnosis pada klien yang sering mengeluh nyeri
epigastrum, muntah-muntah, sulit atau nyeri telan. Sedangkan radiologi
menunjukkan hasil yang normal.
c. Melaksanakan biopsi atau sitologi pada lesi-lesi di saluran pencernaan
yang diduga keganasan.
d. Untuk menentukan sumber pendarahan secara cepat dan tepat.
e. Memantau residif pada keganasan maupun menilai klien pasca-bedah.
f. Menentukan diagnosis pada kelainan pankreatobiliter.
3. Kontra Indikasi Dan Indikasi Pada Pemeriksaan Endoskopi
a. Kontra indikasi diantaranya :
Kontraindikasi absolut
1) Pasien tidak cooperactive / menolak prosedur
2) Renjatan berat karena pendarahan
3) Oklusi koroner akut
4) Gagal jantung berat
5) Koma
6) Emfisema dan penyakit paru obstruksi berat
7) Pada keadaan-keadaan tersebut, pemeriksaan endoskopi harus ditunda
dulu sampai keadaan penyakitnya membaik.

Kontraindikasi Relatif

14
1) Luka korosif akut pada esofagus, aneurisma aorta, aritmia jantung
berat.
2) Kifoskoliosis berat, divertikulum zenker, osteofit bear pada tulang
servikal, struma besar.
3) Pasien gagal jantung.
4) Penyakit infeksi akut (pneumonia, peritonitis, kolesistitis)
5) Anemia berat seperti pendarahan, harus diberikan transfusi darah
terlebih dahulu sampai hb sedikitnya 10 g %
6) Toksemia pada kehamilan terutama bila disertai hipertensi atau
kejang-kejang
7) Pasien pasca bedah abdomen yang baru
8) Gangguan kesadaran
9) Tumor mediastinum
10) Pasien dalam keadaan demam
b. Indikasi diantaranya :
1) Menerangkan perubahan radiologist yang meragukan atau tidak jelas.
2) Pasien dengan gejala menetap disfagia, nyeri epigastrium, muntah
yang pada pemeriksaan radiologist tidak didapatkan kelainan.
3) Pada pemeriksaan radiologist dicurigai adanya kelainan
4) Pendarahan saluran cerna bagian atas / melena
5) Endoskopi ulang untuk memantau penyembuhan tukak jinak dan tukak
yang dicurigai ganas
6) Observasi pasien pasca gastrectomi
7) Kasus syndrome dispepsia dengan usia lebih atau di bawah 45 tahun
dengan tanda bahaya, pemakaian anti inflamasi non-steroid (oains) dan
riwayat kanker pada keluarga. Tanda-tanda: muntah-muntah hebat,
demam, hematemesis, anemia, ikterus, dan penurunan berat badan.
8) Prosedur terapetik: polipektomi, pemasangan selang makanan, dilatasi
esophagus, dll.
4. Persiapan Alat Dan Persiapan Pasien Pada Pemeriksaan Endoskopi
a. Persiapan alat
1) Peralatan kardio pulmuner untuk resusitasi (blue code) & monitor kardio
pulmuner
2) Oxygen saturation
3) Blood pressure
4) Pulse rade
5) Suction, air, wate
6) Light source
7) Biopsi forsep baik dan lengkap

15
8) Cairan formalin tersedia dalam botol kecil
9) Scope endoskopi harus berfungsi dengan baik
10) Alat foto / printer
11) Obat-obat premedikasi (sebelum dan selama pemeriksaan endoskopi)
minor tranquilizer (untuk anxietas, kenyamanan), diazepam 5 - 10 mg iv
atau midazolam 2,5 - 5 mg iv atau pethidine 25 - 50 mg atau propofol
(anesthesis). Sulfas atropin masih kontroversi ada yang menganjurkan ada
yang tidak untuk mencegah vagal reflex. Buscopan diberikan 5 - 10 menit
sebelum prosedur untuk mengurangi gerakan lambung yang berlebihan.
Untuk mengurangi gerakan busa-busa yang menghalangi gambaran
endoskopi dapat diberikan, oksigen selama prosedur, obat anestesi lokal
spray xylocain jelly mouth piece.
b. Persiapan pasien
1) Mental dan psikologis pasien dalam keperawatan endoskopi.
2) Fisik pasien
3) Pastikan pasien berpuasa 6 - 8 jam sebelum tindakan.
4) Observasi tanda-tanda vital.
5) Pastikan pasien sudah terpasang infus (darurat), kolaborasi dengan dokter.
6) Check lab. Hb, ctbt, trombosit, anti hcv, anti hiv, hbsag
7) Ekg terbaru
5. Sop endoskopi
A. Pengertian
Gastroscopy adalah suatu tindakan pemeriksaan terhadap
esophagus, lambung, dan duodenum dengan menggunakan alat endoscope
fiberoptic yang fleksibel. Melaului endoskop dapat juga
dimasukkan forcep biopsy atau brush cytology untuk pemeriksaan
jaringan. Pemeriksaan gastroscopy memmerlukan anesthesi local dan
dilakukan diruangan endoskopi.
B. Tujuan pemeriksaan
Untuk melihat adanya sumber perdarahan, lesi pada permukaan
atau proses penyembuhan pada jaringan. Menilai adanya perdarahan akut
atau kronik, anameia perniciosa, injury esophagus, massa, striktura,
dyspaghia, nyeri substernal, nyeri epigastrik, atau inflamasi pada penyakit
usus. Dan mengambil jaringan sebagai bahan pemeriksaan cytology atau
biopsy.
C. Tindakan

16
1. Pengkajian
a) Mengkaji program/instruksi medik tentang rencana gastroscopy dan
persiapannya.
b) Mengkaji tanda-tanda vital.
c) Mengkaji adanya riwayat penyakit kardiovaskuler berat.
d) Mengkaji keadaan rongga mulut dan catat jumlah gigi yang hilang
atau adanya lesi pada mulut.
e) Mengkaji kemampuan klien untuk menelan.
2. Intervensi
Persiapan alat :
1. Surat ijin tindakan (informed concent).
2. Pemeriksaan diagnostik sebelumnya, satus atau kartu opname
klien.
3. Alat pemeriksaan tanda-tanda vital.
Persiapan klien :
1. Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang tujuan dan prosedur
pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Menjelaskan jenis anesthesi yang akan dilakukan.
3. Meminta tanda tangan persetujuan tindakan (informed concent).
3. Implementasi
Menginstruksikan kepada klien untuk puasa 8 12 jam
sebelum pemeriksaan, melepaskan perhiasan dan gigi palsu klien,
menjelaskan kepada klien bahwa ruangan pemeriksaan mungkin akan
dingin dan gelap, serta klien tidak dapat berbicara selama
pemeriksaan gastroscopy. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
selama pemeriksaan :
a. Selama pemeriksaan klien dalam keadaan sadar.
b. Pemberian anesthesi local spray pada pharing posterior.
c. Pemberian sedatif, opiat, untuk penenang.
d. Posisi klien selama prosedur adalah lateral recumbent ke kiri.
e. Endoskopi akan masuk melalui mulut, esofagus samapi ke
duodenum.
f. Selama pemeriksaan, tanda-tanda vital klien ; tekanan darah,
denyut nadi, pernafasan dan pulse oximetry akan dimonitor.
g. Jika diperlukan akan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
h. Mengantarkan klien ke ruang endoscopy.
i. Menganjurkan kepada klien untuk menarik nafas dalam saat
pemeriksaan atau bila merasa mual.

17
j. Setelah klien kembali dari ruang endoscopy , monitor tanda-tanda
vital, dan adanya tanda-tanda perdarahan, serta perforasi.
k. Menganjurkan klien untuk tidur dengan posisi sims samapi sedasi
lokal anesthesi berkurang
l. Menganjurkan kepada klien untuk puasa 1 2 jam setelah
pemeriksaan atau sampai gag refleks kembali normal.
4. Evaluasi
Mengevaluasi respon serta toleransi klien sebelum, selama,
dan sesudah prosedur, mengevaluasi apakah gag refleks sudah kembali
dengan menilai refleks menelan, mengkaji adanya operdarahan selama
dan sesudah pemeriksaan gfastroscopy dan mengobservasi tanda-tanda
vital pasca prosedur secara periodik.
5. Dokumentasi
Mencatat respon serta toleransi klien sebelum, selama, dan
sesudah prosedur, acat adanya tanda-perdarahan, hematoma pada klien
dan mencatat hasil pemeriksaan tanda-tanda vital. Catat semua
tindakan yang dilakukan perawat, beri nama, tanggal, waktu dan tanda
tangan perawat.
6. Sikap
a) Sistematis.
b) Hati-hati.
c) Berkomunikasi.
d) Mandiri.
e) Teliti.
f) Tanggap terhadap respon klien.
g) Rapih.
h) Menjaga privacy.

Gambar Pemeriksaan Endoskopi :

18
19
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pada beberapa pemeriksaan, sistem pencernaan harus dikosongkan
terlebih dahulu; ada juga pemeriksaan yang dilakukan setelah 8-12 jam
sebelumnya melakukan puasa; sedangkan pemeriksaan lainnya tidak memerlukan
persiapan khusus. Langkah pertama dalam mendiagnosis kelainan sistem
pencernaan adalah riwayat medis dan pemeriksaan fisik.tetapi gejala dari kelainan
pencernaan seringkali bersifat samar sehingga dokter mengalami kesulitan dalam
menentukan kelainan secara pasti. Kelainan psikis (misalnya kecemasan dan
depresi) juga bisa mempengaruhi sistem pencernaan dan menimbulkan gejala-
gejalanya.proses pengisian dimonitor melalui fluoroskopi, dan kemudian
dilakukan foto ronsen. Kolon harus bebas dari bahan-bahan tinja sehingga barium
memperlihatkan gambaran usus besar untuk dideteksi adanya berbagai gangguan.
Endoskopi yang digunakan dalam penilaian saluran pencernaan termasuk
fibroscopy/esophagogastroduodenoscopy (egd), enteroscopy usus kecil,
kolonoskopi, sigmoidoskopi, proctoskopi, anoskopi, dan endoskopi melalui
ostomy.esophagogastroduodenoscopy fibroscopy dari saluran pencernaan bagian
atas memungkinkan visualisasi langsung dari esofagus, lambung, dan mukosa
duodenum melalui endoskopi menyala (gastroscope). Egd penting ketika
esofagus, lambung, duodenum atau gangguan atau inflamasi, neoplastik, atau
proses infeksi yang dicurigai. Prosedur ini juga dapat digunakan untuk

20
mengevaluasi esophageal dan motilitas lambung dan mengumpulkan sekresi dan
spesimen jaringan untuk analisa lebih lanjut.
B. Saran
Dari pembahasan yang kita buat himbauan kepada seluruh mahasiswa
umumnya masyarakat banyak, jangan merasa cepat puas terhadap materi yang
kami sajikan karena di takutkan banyak kekurangan dari materi tentang
pemeriksaan penunjang sistem pencernaan,barium enema,barium meal,usg
abdomen dan endoskopi.
DAFTAR PUSTAKA

Batiansyah, E. 2008. Panduan Lengkap: Membaca Hasil Kesehatan. Jakarta: EGC


Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2000. Pedoman Perawat Endoskopi.
Jakarta. Depkes Ri
Priyanto, A. 2009. Endoskopi Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika
Joyce, L.At All.1997. Pemeriksaan Laboratorium Dan Diagnostik Dengan Implikasi.
Jakarta. Egc
Uliyah, M. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Suddarths & Brunner. Medical- Surgical Nursing. China : Isbn, 2010

21
22

S-ar putea să vă placă și