Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Disusun Oleh :
Amaliyah Dina Anggraeni
V100160041
Dosen Pengampu :
Anita Sukmawati, Ph.D., Apt.
A. Latar Belakang
Sediaan parenteral adalah sediaan yang cara pemberiannya
langsung menuju jaringan tubuh tnpa melewati saluran
pencernaan. Parenteral berasal dari bahasa Yunani yaitu kata
para yang artinya disamping dan enteron yang artinya usus dan
paling sering merujuk pada sediaan subkutan, intramuscular dan
intravena. Pemberian obat secara parenteral menimbulkan resiko
lebih besar dibandingkan dengan sediaan peroral. Oleh karena itu
sediaan parenteral harus dijaga kualitas dan kemurniaannya
mulai dari kestabilan sifat fisiko kimia bahan obat, terhindar dari
kontaminasi mikroba dan pirogen serta pemilihan kemasan yang
tepat.
Salah satu sediaan parenteral yaitu injeksi difenhidramin
klorida yang termasuk antihistamin golongan etanolamin yang
mempunyai khasiat sebagai, antikolinergik dan juga antiemetik.
Setelah pemberian oral atau parenteral, difenhidramin HCl
diabsorpsi secara baik. Untuk dapat memberikan efek yang cepat
biasanya diphenhidramin HCl diberikan secara parenteral/injeksi.
Injeksi diphenhidramin HCl dapat diberikan secara intravena
maupun intramuskular.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, diperoleh beberapa rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
Bagaimana rancangan formula parenteral untuk sediaan
injeksi?
Bagaimana indikasi dan sifat fisika-kimia zat aktif dalam
formula?
Hal apa saja yang menjadi pertimbangan pemilihan zat aktif
dan tambahan dalam formula?
Bagaimana rancangan mengenai kontrol kualitas produk?
Dosis
o Mc.grow hills IV Drug Handbook : p.222
Orang dewasa dan anak-anak lebih tua dari usia 12:
10 sampai 50 I.V. mg q 2 sampai 3 jam p.r.n.
Tidak melebihi 400 mg / hari.
Anak-anak usia 6 sampai 12:
1,25 mg / kg (37,5 mg / m2) I.V. q.i.d. Tidak melebihi 150
mg / hari
C. Uraian Bahan
Difenhidramin HCL
Nama Resmi : Diphenhydramine Hidrochloride
Sinonim : Difenhidramine hidroklorida
RM / BM : C17H21NO,HCl / 291.8
Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih atau hampir
putih, tidak berbau.
Struktur Kimia :
. HCL
Kelarutan : Sangat larut dalam air, sangat mudah larut
dalam alcohol, sangat sedikit larut dalam eter
dan dalam benzene
Kegunaan : Zat aktif
Penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap udara. Lindungi
dari cahaya
Sterilisasi : Filtrasi
Inkompaktibilitas : Amphoterisin B, Cefmetazol Sodium,
Cefalatin Sodium, Hidrokarbon, Sodium
Succinat, golongan barbiturat, larutan alkali
dan asam kuat
pH : Larutan 5% dalam air memiliki pH 4.0-6.0
Kestabilan : disimpan dalam wadah yang terlindung dari
cahaya terkontrol dalam suhu kamar dan
hindari pembekuan.
D. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas terhadap sediaan injeksi meliputi:
1. Uji Steril
Uji sterilitas dilakukan menggunakan transfer dan filtrasi
membran teknik langsung. Teknik filtrasi membran untuk
cairan, serbuk larut dengan bacterio statis atau jamur statis,
minyak, krim dan salep. Uji sterilitas dengan transfer langsung
dilakukan melalui transfer aseptis pada volume tertentu dari
wadah uji ke medium kultur dan diinkubasi selama 14 hari dan
pengamatan visual dari media dilakukan pada hari ke-
3,4,5,7,8 dan 14. Sebuah filter membran dengan porositas
0.45um, diameter 47mm, laju alir 55-75 ml air per menit pada
tekanan 70 cm air raksa. Dapat dikatakan memenuhi
persyaratan ketika diamati ada pertumbuhan dan jika tidak
maka pengujian diulang pada tahap kedua dan tahap
umumnya kedua diulang dengan dua kali lipat jumlah
spesimen yang diuji dalam tahap pertama ketika tes
ditemukan dilakukan di bawah teknik aseptik atau tidak
memadai.
2. Pyrogen test
Uji LAL (Limulus Amebocyte Lysate) digunakan untuk
mengkarakterisasi endotoksin bakteri yang mungkin ada
dalam sediaan parenteral. Referensi standar USP berisi 10.000
USP endotoksin per botol. LAL reagen yang digunakan untuk
uji pembentukkan gel-gumpalan. Dilakukan dengan
menggunakan nilai yang dinyatakan dalam volume produk,
standar, kontrol positif, kontrol negatif endotoksin. Tabung
diinkubasi pada 37 + -1 0 C sampai 60 + -2 minutes. Saat
tabung terbalik di 180 sudut 0 C, pembentukan gel
menegaskan reaksi positif. Sementara pembentukan gel kental
yang tidak menjaga integritas atau tidak adanya gel
menegaskan reaksi negatif. Tes ini tidak valid jika endotoksin
standar atau kontrol produk positif tidak menunjukkan titik
akhir dalam + -1 dua pengenceran kali lipat dari sensitivitas
label klaim LAL reagen atau jika kontrol negatif menunjukkan
gel-gumpalan titik akhir.
3. Particular metter testing
Sediaan parenteral harus bebas masalah bentuk partikel dan
harus jelas ketika diperiksa secara visual. Dua metode yang
dijelaskan oleh USP berdasarkan pada volume dari produk
yang akan diuji. Untuk parenteral volume besar (LVP),
digunakan teknik filtrasi yang diikuti oleh prosedur
pemeriksaan mikroskopis. Untuk parenteral volume kecil (SVP)
digunakan pengaburan cahaya berbasis sensor yang
mengandung sistem partikel cair elektronik.
Standar USP terpenuhi jika LVP ini diuji mengandung NMT 50
partikel per ml 10 um, dan NMT 5 partikel per ml 25um dalam
mode dimensi linear efektif.
Standar USP terpenuhi jika SVP berisi NMT 10.000 partikel per
kontainer dari 10 um, dan NMT 1000 partikel per kontainer
dari 25um di diameter bola yang efektif.
4. Package integrity test methods
Sediaan parenteral harus steril baik secara fisika, kimia
maupun biologi
o Sediaan obat harus jernih. Jernih maksudnya tidak ada
partikel yang tidak larut dalam sediaan tersebut. Jadi,
meskipun sediaan berwarna, tetap terlihat jernih (tidak
keruh).
o Tidak berwarna. Maksudnya sediaan larutan bisa saja
berwarna, namun warna larutan sama dengan warna zat
aktifnya sehingga tidak ada campuran warna lain dalam
sediaan itu.
o Bebasa dari partikel asing. Partikel asing; partikel yang
bukan penyusun obat. Sumber partikel bisa berasal dari:
air, bahan kimia, personil yang bekerja, serat dari
alat/pakaian personil, alat-alat, lingkungan, pengemas
(gelas, plastik).
5. Isotonis
Isotonis, yaitu tekanan osmosis larutan sama dengan tekanan
osmosis cairan tubuh. Di luar isotonis disebut paratonis, meliputi:
hipotonis dan hipertonis.
hipotonis yaitu tekanan osmosis larutan lebih kecil dari
tekanan osmosis cairan tubuh (NaCl 0,9%). NaCl jika terurai
menjadi Na (15,1 mOsmol) dan Cl (154 mOsmol) sehingga
total 308 mOsmol. Sedangkan tekanan osmosis cairan tubuh
yaitu 300 mOsmol. Pada hipotonis, cairan masuk ke tubuh dan
masuk ke sel darah merah, sehingga sel darah merah bisa
pecah (irreversibel)
hipertonis, yaitu tekanan osmosis larutan lebih besar dari
tekanan osmosis cairan tubuh. Air kan mengalir keluar dari sel
darah sehinggga sel mengkerut (krenasi), bersifat reversibel.
6. Isohidris
Isohidris yaitu pH larutan sama dengan pH darah. Sebisa mungkin
pH sama dengan pH darah, tapi tidak selalu, tergantung terhadap
stabilitas obat.
7. Bebas pirogen
Hal ini dilakukan dengan menggunakan kelinci sebagai hewan uji.
Sebanyak 10 ml / kg BB hewan disuntikkan melalui pembuluh
darah pada 37 +/- 2 0C dalam waktu sepuluh menit dari suhu
awal penyuntikan. Dicatat pada jam ke 1, 2 dan 3 setelah injeksi.
Persyaratan USP terpenuhi jika kenaikan suhu kelinci individu
adalah NMT 0,6 0C dan jumlah kenaikan suhu tiga kelinci adalah
NMT 1,4 0 C. Jika salah satu kelinci menunjukkan kenaikan suhu
0,6 0C dan jumlah kenaikan suhu tiga kelinci melebihi 1.40C maka
pengujian diulang menggunakan 5 kelinci. Persyaratan terpenuhi
jika 3 dari 8 kelinci menunjukkan kenaikan individu dalam suhu
NMT 0,6 0C dan jumlah kenaikan maksimum suhu 8 kelinci adalah
NMT 3,7 0C.
BAB III
METODE KERJA
B. Perhitungan
R/ Diphenhydramine HCl 10 mg
Aqua pro injeksi ad 1 ml
(Formularium Nasional, ed 2 hal 113)
10 mg x 10 ml
Difenhidramin HCl : =100 mg
1 ml
Aqua pro injeksi : ad 10 ml
C. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Disterilkan masing-masing alat sesuai dengan cara
sterilisasinya
Diphenhydramine HCl 100 mg yang telah ditimbang dalam
kaca arloji bertutup dipindahkan ke dalam beaker glass
Tambahkan aqua pro injection ad 10 ml
Saring (sterilisasi) melalui penyaringan 0,22 m
Isikan ke dalam vial secara aseptic
Sesudah pengeringan, tutup vial dengan karet penutup dan
segel aluminium
Diberi etiket dan dikemas dalam wadah
D. Kemasan
A. Kesimpulan
Penggunaan injeksi difenhidramin HCl digunakan untuk
mengatasi kondisi pasien yang mengalami alergi atau
berkaitan dengan pelepasan histamine dan tidak
dimungkinkan untuk diberikan secara peroral.
Pembuatan sediaan parenteral harus memperhatikan sifat
fisiko-kimia dari bahan aktif agar dapat memenuhi kriteria
aman, efikasi dan dapat diterima pasien.
Perlu dilakukan kontrol kualitas untuk menjamin mutu sediaan
parenteral aman digunakan mengingat resiko efek samping
terhadap pasien lebih besar dibandingkan dengan sediaan
peroral.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA