Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
s=diabetes+mellitus
on Jun. 1, 2008.
Abstrak
Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang, disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. Apabila
penyakit ini dibiarkan tidak terkendali, akan menimbulkan komplikasi-
komplikasi yang dapat berakibat fatal. Hal ini tidak akan terjadi apabila DM
diketahui lebih awal dan penderita patuh terhadap pengobatan yang
ditetapkan. Terdapat empat pilar penatalaksanaan penderita DM agar dapat
menikmati hidupnya dengan nikmat yaitu: penyuluhan, perencanaan makan,
latihan jasmani dan Obat berkhasiat hipoglikemik
A. Definisi
Diabetes Melitus berasal dari kata diabetes yang berarti kencing dan melitus
dalam bahasa latin yang berarti madu atau mel (Hartono, 1995). Penyakit ini
merupakan penyakit menahun yang timbul pada seseorang disebabkan
karena adanya peningkatan kadar gula atau glukosa darah akibat kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).
DM tipe II adalah DM yang pengobatannya tidak tergantung pada insulin,
umumnya penderita orang dewasa dan biasanya gemuk serta mudah menjadi
koma (Soesirah, 1990).
1
B. Etiologi
Diabetes Mellitus dibedakan menjadi dua yaitu Tipe I atau IDDM ( Insulin-
Dependen DM) dan Tipe II atau NIDDM (Non Insulin-Dependent DM). DM
tipe I atau IDDM terjadi akibat kekurangan insulin karena kerusakan sel beta
pankreas (Moore,1997). Sedangkan DM tipe II disebabkan oleh berbagai hal
seperti bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat
infeksi dan meningkatnya faktor resiko akibat cara hidup yang salah seperti
kegemukan, kurang gerak, dan pola makan yang tidak sehat (Suyono, 2002).
C. Patofisiologi
2
D.Gejala
1) Gejala akut
Pada tahap permulaan, gejala yang ditunjukkan meliputi: banyak makan atau
polifagia, banyak minum atau polidipsia, dan banyak kencing atau poliuria.
Pada fase ini, biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus naik,
karena pada saat ini jumlah insulin masih mencukupi (Tjokroprawiro, 2001).
2) Gejala Kronik
Gejala kronik yang sering timbul adalah kesemutan, kulit terasa panas atau
seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal dikulit, kram, lelah, mudah
mengantuk, mata kabur, gatal disekitar kemaluan terutama wanita, gigi
mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, pada ibu
hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan,
atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg (Tjokroprawiro, 2001).
E. Diagnosis
3
F. Komplikasi
1) Komplikasi Akut
a) Reaksi Hipoglikemia
Koma diabetik timbul karena kadar glukosa di dalam darah terlalu tinggi,
dan biasanya lebih dari 600 mg/dL. Gejala yang sering timbul adalah: nafsu
makan menurun, haus, minum banyak, kencing banyak, disusul rasa mual,
muntah, nafas penderita menjadi cepat dan dalam serta berbau aseton, dan
sering disertai panas badan karena biasanya terdapat infeksi (Tjokroprawiro,
1998).
2) Komplikasi Kronis
a. Komplikasi mikrovaskuler
4
Retinopati diabetika, yaitu kerusakan mata seperti katarak dan glukoma
atau meningkatnya tekanan pada bola mata. Bentuk kerusakan yang paling
sering terjadi adalah bentuk retinopati yang dapat menyebabkan kebutaan.
Nefropati diabetika, yaitu gangguan ginjal yang diakibatkan karena
penderita menderita diabetes dalam waktu yang cukup lama.
Neuropati diabetika yaitu gangguan sistem syaraf pada penderita DM.
Indera perasa pada kaki dan tangan berkurang disertai dengan kesemutan,
perasaan baal atau tebal serta perasaan seperti terbakar.
b. Komplikasi makrovaskuler
G. Penatalaksanaan
5
2) Perencanaan makan
a) Tujuan diet
b) Prinsip Diet
6
tinggi badan, aktivitas, suhu tubuh dan kelainan metabolik.
Untuk kepentingan klinik praktis, kebutuhan energi dihitung berdasarkan
status gizi penderita, dengan rumus Broca, yaitu :
BB idaman = (TB 100) 10%
Status gizi : - Berat badan kurang = 120% BB idaman
Jumlah energi yang dibutuhkan =
Laki-laki: BBI x (30 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) + koreksi status gizi
Perempuan: BBI x (25 kkal/kg BB) + Aktivitas (10-30%) +koreksi status
gizi
Koreksi status : - gemuk dikurangi
- kurus ditambah (Perkeni, 1998)
(2) Hidrat arang diberikan 60-70% dari total energi, disesuaikan dengan
kesanggupan tubuh untuk menggunakannya.
(3) Makanan cukup protein dianjurkan 12% dari total energi.
(4) Cukup vitamin dan mineral.
(5) Pemberian makanan disesuaikan dengan macam obat yang diberikan
(Persagi, 1999).
(6) Lemak dianjurkan 2025% dari total energi.
(7) Asupan kolesterol hendaknya dibatasi, tidak lebih dari 300/mg perhari.
(8) Mengkonsumsi makanan yang berserat,anjuranya adalah kira-kira
25g/hari dengan mengutamakan serat larut.
7
dendeng, sarden dan semua produk makanan yang diolah dengan gula
murni.
e) Macam diet
Energi (kal) 1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500
Protein (gr) 50 55 60 65 70 80 85 90
Lemak (gr) 30 35 40 45 50 55 65 65
Hidrataran (gr) 160 195 225 260 300 325 350 390
f) Standar diet
8
penukar. Makanan sehari-hari pasien dapat disusun berdasarkan pola makan
pasien dan daftar bahan makanan penukar (Sukardji, 2002).
DBMP adalah suatu daftar yang memuat nama bahan makanan dengan
ukuran tertentu dan dikelompokan berdasarkan kandungan energi, protein,
lemak dan hidrat arang. Setiap kelompok bahan makanan dianggap
mempunyai nilai gizi yang kurang lebih sama (Sukardji, 2002).
h) Pedoman diet
3) Latihan Jasmani
Latihan jasmani dianjurkan secara teratur yaitu 3-4 kali dalam seminggu
selama kurang lebih 30 menit yang sifatnya CRIPE (Continuous, rhytmical,
interval, progresife, endurance training) (Perkeni, 1998). Menurut Haznam
(1991) olahraga dianjurkan karena bertambahnya kegiatan fisik menambah
reseptor insulin dalam sel target. Dengan demikian insulin dalam tubuh
bekerja lebih efektif, sehingga lebih sedikit obat anti diabetik (OAD)
diperlukan, baik yang berupa insulin maupun OHO (Obat Hipoglikemik
Oral).
9
4) Obat berkhasiat hipoglikemik
10
DAFTAR PUSTAKA
Hartono Andry. 1995. Tanya Jawab Diet Penyakit Gula. Jakarta: Arcan.
Margatan Arcole. 2000. Kiat Sehat Bagi Diabetesi. Solo: CV. Aneka.
11
Soegondo Sidartawan, dkk. 2002. Diabetes Melitus Penatalaksanaan
Terpadu. Jakarta: FKUI.
12