‘Maj Ked Gi, Juni 2012; 19(1): 49-52 ISSN: 1978-0206
EXFOLIATIVE CHEILITIS DAN PENATALAKSANAANYA
Dewi Agustina’ & Goeno Subagyo"*
“PS IKGK Minat Stuch lim Penyakt Mulut
“*Bagian imu Penyakit Muut, Falaitas Kedokteran Gigi, Universitas Gacjah Mada, Yogyakarta
ABSTRAK
Latar Belakang: Exfolative cheité adalah cuatu keadaan inflamatori kronis cupersil yang dtandai dengan adanya
‘pengelupasan permukaan keratin bbir sedangkan area yang lain trjadi pembentukan lapisan keratin. Tujuan: untuk melaporkan
‘sual asus exfolative cheils yang dikuti + selama 2 bulan beseria penatalaksanaannya. Laporan kasus: Seorang wana
‘berusia 52 tehun mengoluh bbir bawahnya pecah-pecan,teraca kering dan panas. Berdasarkan pemoriksaan subyekti'dan kins,
‘axfoliative cheiitiscitetapkan sebagai diagnosis keria. Penatalaksanaan: Komunikasi-Informasi-Edukasi (KIE)diberkan kepada
ppasien pada aval kunjungan disartal pemberian metil prednisolon, vitamin B,,., dan anjuran untuk menghentikan kebiasaan
‘menjlajlatbibir bawah, menghindar stras dan meningkatkan asupan makanaf yang mengandung vitamin A. Pada kunjungan
berikutnya pemberian mei prednisolon dhentixan Karena terdetoksi adanya poringkatan tokanan darah, Untuk selanjtnya kon-
disi bib bawah dievaluasi + selama 2 bulan. Kesimpulan: Progresitas Exioliative cheii's dapat dinentikxan dengan bantuan KIE
‘Serta menghindar faktor pomicu sires, yang pada akhienya akan dapat meminimalsr akivitas fachiious berupa menilat-jlat Bibir
Dawah, Maj Ked Gi, Juni 2012; 19(1): 49-52
‘Kata kunci: exfoliative cheltis, penataiaksanaan,aktivtas facttious
ABSTRACT
Background: Exiolative cheilts is a chronic superficial inammatory condtion that is characterized by regular peeling
a supericial excessive fayerof keratin, on the other hand, keratnization is developed in the othor area. Alm: to report an extola-
tive cheiltis case monitored fortwo months and its managemont. Case report a 52 year female has been suffering frm fissured
ewer lo with dry and burning sensations. According o subjective end cinical examinations, exolitive cheilis was determined
18S the working diagnosis. Management: Communication -Information-Eaucaion (CIE) ware given to the patint at the fst vi,
besides metyi prednisolon and vitamin B,., administrations. Patient was also suggested to step licking the lower lip, to avoid any
‘stress and to increase vitamin A containing food. For the next vis, mety prednisolon administration was stooped since increasing
‘ood pressure detected. Then, evaluation to the lower ip was conducted during around two months. Conclusion: Progression of
‘extolaive cheitis can be stopped oy CIE and stress avoidance, in tur, faciious actvty (Ieking the lower lip) can be minimalized.
‘Maj Ked Gi: uni 2012; 19(1): 49:52
Key words: extolatve cheilts, management, facttious activity
PENDAHULUAN
CCheittis merupakan istlah umum untuk me-
nyebutkan adanya inflamasi pada vermilion border
bibir Daerah vermiion merupakan batas aniara kulit
dengan mukosa. Daerah tersebut mempunyai ba-
nyak pembuluh darah kapiler sehingga berwama le-
bih merah dibanding area lain dan ditutupi oleh epitel
‘skuamous yang cukup tebal'. Dalam membicarakan
pperadangan bibir ada beberapa kemungkinan penya-
ket yang dapat aiajukan seperti angular chats, choi
itis granulomatosa, allergic cheilis, actinic chelts,
exiolatve cheilts, chellocancidoss, faciious cheil-
tis dan cheiltis glandulars. Lesibibir dapat muncul
sebagai manifestasi dari penyakitsistemik atau pe-
‘iyakit kul maupun sebagai koncis! lokal dari bibiritu
sendir2.
Exfolatve cheltis tergolong suatu koncisi
yang jarang terjadi sebagai keadaan inflamator kro-
ris superfsial yang ditandai dengan adanya penge-
lupasan permukaan keratin bibir sedangkan area
yang lain teradi pembentukan lapisan keratin, se-
hingga memberi Kesan pengelupasan bibir secara
kontinyu. Seseorang dengan kondisi tersebut sering
‘mengeluh nyeri, kesultan berbicara, makan maupun
tersenyum, bahkan kadang terjadi perdarahan yang
akhirnya menjadi krusta '?*
Makalah ini bertujuan untuk melaporkan
suatu kasus Extoliaive cheiltis yang dikuti = solama
2 bulan beserta penatalaksanaannya.
LAPORAN KASUS
Wanita berusia 62 tahun datang ke Klinik limu
Penyakit Mulut atas rujukan dari seorang dokter gigi
SUD Purworejo. Pasien mengeluh bibir bawahnya
Pecah-pecah, terasa kering dan panas. Kelunan
tersebut dirasakan paling parah kurang lebih sete-
'ngah bulan yang lalu dan pasien merasa sering haus.
‘Ada riwayat perakaian lipstik yang dijval kelling tiga
tahun yang lalu. Ketika sedang parah-parahnya bibir
ssampal mengelupas dan berdarah. Pasien mengaku
pernah memakai bioplacenton tetapi tidak ada pe-
rubahan dan selalu mengolesi dengan kenalog bila
terasa perih
Pasien adalah seorang penderita sakit maag
49Dewi A., dkk : Extoliave Cheiltis Dan Penatalaksanaannya
ssejak 1997, bahkan pernah rawat inap pada tahun
2007, Pasian sering merasa stres karena memikirkan,
kondisi bibirnya, kemudian diminumi dogmatil atau
hofamag. Pasien pernah menjalani operasi tubektomi
pada tahun 1996. Pasien mengalami menopause se-
jak bulan Mei 2009. Pasien juga seorang penderita,
hipertensi. Menderita hipertensi sejak Agustus 2008
dan selama ini mengkonsumsi noperten (lisinopril)
10 mg, tx/hari diminum 30 menit sebelum makan
malam. Ibu dan kakak pasien juga pengidap hiper-
tensi. Pasien pernah melakukan operasi batu ginjal
pada tahun 2000, sejak saat itu pasien dianjurkan,
harus banyak minum.
Dari kisah perfalanan hidup pasien dapat
. Penyakit ini juga cikait-
an dengan depresi schingga pemberian antidepre-
‘san kemungkinan dapat mengurangi keparahannya
*, walaupun penyakitnya tidak dapat remisi secara
total. Bia ditelusur dari anamnesis terbukti bahwa,
ppasien ini memang mengalami stres karena bebera-
pa peristiva hidup yang dialaminya. Pasien juga se-
ring mengkonsumsi dogmati bila merasa stres. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa, pasien memang
‘mempunyal problem psikologis seperti yang diakul
‘leh pasion sendiri. Untuk tu peru ctambankan bah-
wa, dalam menegakkan diagnosis kasus-kasus yang
berkaitan erat dengan kondisis psikologis seperti ex-
foliative cheiitis dan factitious cheilts ini maka perl
mempertimbangkan perawatan_ psikofarmakologis,
ddan psikoterapeutik berdasarkan adanya comorbid
Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disor-
ders (DSM-IV), Axis J disorder (depresi) dan Axis I!
disorder (bordextine personality) °
Sepsis oral juga dlimplikasikan sebagai pe-
ryebab exfoliative cheiliis, terbukti dengan pening-
katan kebersihan mulut penyaki ini dapat mereda
Untuk itu KIE berupa instruksi Kebersihan mulut me-
mang cukup beralasan untuk direkomendasikan ka-
rena tingkat kebersinan mulut pasien juga tidak baik,
serta banyak djumpai karies gigi, sisa akar gigi dan
gingivitis. Disamping itu, hasil pengukuran curah sa-
liva yang hanya 1.08 mlmenit kemungkinan menjadi
faktor risiko untuk terjadinya karies gigi, kabersinan
mulut yang kurang memuaskan dan gingivitis yang
cisebabkan kurangnya self cleansing. Ada kecuriga-
an konsumsi obat antihipertens! seperti amlodipine
‘ada tendensi terjadinya mulut kering "™"? , namun
‘dalam hal ini obat yang dikonsumsi pasien adalah
noperten yang tidak berefek membuat mulut kering,
walaupun hasil pengukuran curah saliva dalam ba-
tas bordertine Karena yang dianggap hiposalivasi
jka cura saliva kurang dari 0.1 m/menit ®. Dalam
insiruksi yang diberikan kepada pasien direkomen-