Sunteți pe pagina 1din 4

ANALISIS JURNAL

EFFECT OF PRONE POSITIONING DURING MECHANICAL


VENTILATION ON MORTALITY AMONG PATIENTS WITH
ACUTE RESPIRATORY DISTRESS SYNDROME: A
SYSTEMATIC REVIEW AND META-ANALYSIS

Pengaruh Posisi Tengkurap Selama Ventilasi Mekanis Pada Kematian di Antara Pasien dengan
Acute Respiratory Distress Syndrome: Review Sistematis dan Meta-Analisis

Dede Nurhayati
220110130005

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
Penulis :
Sachin Sud MD MSc, Jan O. Friedrich MD DPhil, Neill K. J. Adhikari MDCM MSc, Paolo
Taccone MD, Jordi Mancebo MD, Federico Polli MD, Roberto Latini MD, Antonio Pesenti MD,
Martha A.Q. Curley RN PhD, Rafael Fernandez MD, Ming-Cheng Chan MD, Pascal Beuret MD,
Gregor Voggenreiter MD, Maneesh Sud MD, Gianni Tognoni MD, Luciano Gattinoni MD,
Claude Gurin MD PhD

Penerbit:

Canadian Medical Association

Diterbitkan pada tanggal 8 July 2014

Latar Belakang:

Acute respiratory distress syndrome (ARDS) adalah penyakit paru yang ditandai oleh
gangguan oksigenasi, kesulitan bernapas, penurunan compliance paru seperti, aspirasi atau
pneumonia, cedera sistemik, seperti sepsis atau trauma. Biasanya pada pasien dengan ARDS
dipasang ventilasi mekanik, sebagai alat bantu napas. Namun pemasangan ventilasi mekanik
yang berkepanjangan dapat melukai paru-paru mengarah ke morbiditas jangka panjang dan
mortalitas. Meskipun meminimalkan volume tidal dan mengoptimalkan tekanan positif akhir
ekspirasi (PEEP) dapat mengurangi cedera paru, kematian terkait dengan ARDS tetap tinggi.

Menempatkan pasien dalam posisi tengkurap setiap hari selama pemasangan ventilasi
mekanik pertama kali diusulkan pada tahun 1974. Posisi tengkurap terkadang dijadikan sebagai
strategi pelindung paru pada pasien dengan ARDS. Kerusakan paru yang disebabkan oleh
ventilasi mekanik kemungkinan akibat overdistensi alveoli, terbuka dan kolaps jalan napas
distal yang berulang. Dalam posisi tengkurap dapat meminimalkan stretch alveolar dan
perbaikan strain. Perbaikan oksigenasi dapat mengurangi risiko kematian dari hypoxia.

Uji coba awal terkontrol acak (RCT) dari prone positioning tidak menunjukkan
pengurangan mortality. Uji coba ini dilakukan pada pasien dengan ARDS ringan, durasi rawan
positioning setiap hari pendek, dan tidak digunakan pelindung ventilasi paru (volume tidal
rendah). Namun sebuah meta-analisis selanjutnya menunjukkan bahwa posisi rawan mengurangi
mortalitas pasien dengan hypoxemia parah. Karena adanya perbedaan pengaruh prone
positioning pada penelitian sebelumnya maka dari itu, peneliti dalam jurnal ini melakukan
sistematis review dan meta analisi untuk mengetahui pengaruh prone positioning pada kematian
pasien dengan ARDS yang menggunakan ventilasi mekanik.

Tujuan:

Untuk mengetahui pengaruh posisi rawan pada kematian di antara pasien dengan ARDS
yang menggunakan ventilasi paru pelindung.

Metode:

Metode penelitian pada jurnal ini yaitu dengan cara melakukan tinjauan sistematis dan
meta analisi. Sumber yang dicari yaitu terkait dengan perbandingan prone positioning dengan
posisi terlentang selama pemasangan ventilasi mekanik pada pasien ARDS. Sumber didapatkan
dari pencarian database elektronik MEDLINE, embase and CENTRAL (the Cochrane Central
Register of Controlled Trials) untuk artikel yang diterbitkan dari tahun 2009-2013, review artikel
dan hasil konferensi American Thoracic Society (1994-2013), Society of Critical Care Medicine
(1994-2013) dan European Society of Intensive Care Medicine (1994-2013).

Kemudian hasil dari pencarian tersebut direkap ulang dan dianalisis sesuai dengan
kriteria yaitu pasien anak dan dewasa dengan ARDS didukung dengan ventilasi mekanik,
penelitian yang menggunakan prone positioning pada kelompok eksperimen dan posisi
terlentang pada kelompok kontrol, kecuali periode intervensi yang singkat berlangsung 48 jam
atau kurang tidak akan mempengaruhi hasil klinis tidak dimasukkan kedalam kriteria.

Hasil:

Dari analisis didapatkan hasil bahwa posisi rawan dapat menurunkan mortalitas dan
meningkatkan oksigenasi secara konsisten. Penggunaan prone positioning mengurangi kematian
di subkelompok pasien yang memiliki hipoksemia berat pada awal (PaO2 / FIO2 rasio <100 mm
Hg), dengan heterogenitas statistik minimal, sebuah temuan yang konsisten dengan hasil literatur
review.

Rawan positioning mengurangi semua penyebab kematian di antara


pasien dengan hipoksemia berat pada awal (RR 0,76, 95% CI 0,61-0,94; I2 = 0%). Dalam
sub kelompok pasien dengan ringan dan sedang hipoksemia, posisi rawan tidak signifikan
mengurangi angka kematian, dan heterogenitas statistik meningkat pada kelompok dengan
moderat hipoksemia (I2 = 42%). Perbaikan oksigenasi lebih besar dikelompok prone positioning
dibandingkan kelompok terlentang, dengan PaO2 / rasio FIO2 meningkat sebesar 25% -36%
selama 3 hari pertama setelah pengacakan. Heterogenitas moderat terdeteksi untuk analisis PaO2
/ FIO2 rasio pada hari 1 (I2 = 49%) dan hari 2 (I2 = 27%), tetapi tidak pada hari 3 (I2 = 0%).
Namun, kami tidak menemukan bukti bahwa posisi rawan memiliki efek diferensial menurut
keparahan hipoksemia, karena keterbatasan jumlah pasien dengan hipoksemia ringan sampai
sedang. Percobaan di masa depan dapat membantu untuk memperjelas efek dari posisi rawan
pada pasien dengan ringan sampai sedang pada pasien ARDS.

Kesimpulan:

Analisis menunjukkan bahwa ventilasi mekanis dalam posisi tengkurap secara signifikan
mengurangi angka kematian di antara pasien dengan ARDS yang menerima ventilasi paru
pelindung. Teknik ini bermanfaat bagi pasien dengan moderat untuk ARDS parah ketika
digunakan untuk jangka waktu 16 jam atau lebih setiap hari.

Implikasi bagi keperawatan:

Menurut Hawkins, Stone, dan Plummer (1999), pengaturan posisi pasien adalah
tindakan keperawatan dasar. Pada posisi ini perawat mempunyai peran yang
penting karena yang ada disamping pasien selama 24 jam ialah perawat. Peran
perawat menggunakan posisi terapi untuk mencegah komplikasi dan immobilitas,
memonitor hemodinamik, kenyamanan serta perubahan patologis selama reposisi.

S-ar putea să vă placă și