Sunteți pe pagina 1din 4

Jurnal : PENGARUH PENYULUHAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU


IBU BALITA GIZI KURANG DAN BURUK DI KABUPATEN
KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Penulis : Ira Rhmawati, Toto Sudargo, Ira paramastri (November 2007)

Analisis : Audya Tyas Regita (160110150075)

Kondisi kekurangan gizi menjadi penyebab kematian bila balita menderita suatu
penyakit. Penyakit yang mematikan balita ketika asupan gizinya kurang, antara lain penyakit
saluran pernafasan (pneumonia), diare, dan campak. Gizi buruk bila diteloto diperkirakan
menyebabkan kematian 54% pa (sangat tinggi) gizi kurang pada balita di kabupaten di
Indonesia terdapat pada 35 kabupaten.
Perbaikan keadaan gizi penting untuk meningkatkan kesehatan, menurunkan angka
kematian bayi dan balita, meningkatkan kemampuan tumbuh kembang, fisik, mentak, soasial
anak, produktivitas kerja, serta prestasi akademik. Upaya yang dilakukan pada sector
kesehatan melalui penyuluhan dengan media audio visual lebih mengutamakan upaya
preventif, sebagai ujung tombak paradigm sehat mencapai Indonesia sehat 2010. Salah satu
pendekatan yang sering digunakan adalah dengan menyampaikan pesan atau informasi
sehingga mudah diterima dan dipahami. Intevensi penyuluhan dengan audio visual dapat
dilakukan sebagai upaya untuk merangsang masyarakat terutama keluarga (ibu rumah tangga)
agar mampu menjadi innovator di lingkungan rumah tangganya sendiri.
Sebagian besar masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan memiliki sarana
audio visual di rumahnya masing masing. Oleh karena itu, penyuluhan dengan media audio
visual perlu dikembangkan sebagai jawan terhadap kebutuhan untuk memberikan penyuluhan
secara sistematis kepada masyarakat dengan focus pad peningkatan, pengetahuan, sikap dan
perilaku terhadap masalah kesehatan.

BAHAN DAN CARA PENELITIAN


Penelitian ini merupakan eksperimen semu rancangan pretest-postest, dengan control
group design. Rancangan postest disusun tiga tingkat yaitu posttest pertama dilakukan pada
satu minggu setelah intervensi, untuk melihat secara langsung peran/ pengaruhnya dalam
jangka pendek. Posttest kedua dilakukan empat minggu setelah pretest, dan postest ketiga
dilakukan enam minggu setelah pretest. Responden diberi intervensi penyuluhan sebanyak 3
kali mulai dari presert sampai postest terakhir. Penelitian ini dilaksakan di Kabupaten
Kotawaringin Barat (Kobar), Provinsi Kalimantan Tengaj, di Puskesmas Kumai Hulu, Kumai
Hilir, dan Arut Selatan.
Jumlah sampel pada tiap kelompok adalah 15 orang ibu dengan balita gizi
buruk/kurang berdasarkan metode penentuan puroosive sampling. Data diolah dengan
menggunakan analisis static t-test, analitik paires sample t-test digunakan untuk
membandingkan hasil rerata pretest dan postest, independent sample test juga digunakan
untuk membandingkan mean nilai pengetahuan, sikap, dan perilaku responden antar
kelompok. Hasil uji statistic diintepretasikan dan dijadikan hasil analisis untuk menjawab
tujuan penelitian.

HASIL DAN BAHASAN


Keadaan Responden Penelitian
Pemilihan responden dalam penelitian antarkelompok ini sedapat mungkin setara.
Hasil pengujian karakteristik responden berdasarkan umur, pedidikan, pekerjaan, pendapatan,
dan status pernikahan pada penelitian pada dasarnya ketiga kelompok tersebut homogeny
atau seimbang.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden Sebelum Perlakuan
Pada hasil analisis static dengan anova terhadap nilai rerata pretest pengetahuan dan
sikap menunjukan bahwa ketiga kelompok ada perbedaan yang signidikan antara
pengetahuan dan sikap responden sebelum perlakuan. Hal ini disebabkan karena peneliti
memilih responden pada ketiga kelompok secara purposive, yaitu berdasarkan kesetaraan
karakteristik responden.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Responden Stelah Perlakuan
1. Pengetahuan
Kenaikan rerata pada kelompok control disebabkan adanya bias ingatan.
Terjadinya bias ingatan ini dibebkan karena pengulangan test yang mengakibatkan
adanya pengingatan akan item-item yang ditanyakan pada kuisioner.
Peningkatan pengetahuan responden dengan metode media audio visual sangat
signifikan. Hal tersebut juga dikarenakan penyuluh memberikan proses belajar
mengajar pada responden memanfaatkan semua alat inderanya, rangsangan dengan
audio visual membuahkan hasil beljar yang lebih baik untuk tugas-tugas seperti
mengingat, mengenali, dan mengingat kembalu dengan mehubung-hubungkan fakta
dan konsep.
Selain itu, agar gambar mencapai tujuan semaksimal mungkin, gambar
tersebut harus sesuai dengan tingkat kecerdasan orang yang melihatnya,
kesederhanaan pada gambar, gambar harus benar atau autentik, gambar harus cocok
dengan apa yang sedang dipelajari, gambar juga harus bagus, jelas, detail, dan
realistis.
Pengetahuan responden pasa postest 3 mengalami penurunan nilai reratnya.
Namun metode audio visual masih lebih baik daripada modul. Hal ini disebabkan
konsentrasi responden sedikit terganggu waktu perlakuan tidak sesuai dengan situasi
dan kondisi lingkungan yang dihadapi responden.
2. Sikap
Kelompok media audio visual dan modul dari pretest ke postest 3, nilai selisih
reratanya meingkat tetapi tidak signifikan, perubahan sikap yang dihasilkan lambat,
tetapi perubahan sikap yang terjadi positif.
Perubahan sikap dipengaruhi sejauh mana isi komunikasi atau rangsangan
diperhatikan, dipahami dan diterima sehinggan memberi respon positif. Selain itu,
pembentukan sikap tidaklah mudah karena tidak dapat lepas dari adanya factor yang
mempengaruhi responden, seperti pengalaman, kebudayaan, media massa, serta factor
emosi dalam diri individu.
3. Perilaku
Nilai perilaku pada kelompok control tidak signifikan, sedangkan kelompok
modul signifikan. Pada postest 3 selisih reratnya menurun lagi, dan kelompok control
yang signifikan, kelompok modul tidak signifikan. Kelompok media audio visual
secara statistic peningkatannya signifikan. Media selain digunakan sebagai alat untuk
memperjelas, juga dapat menimbulkan kesan yang mendalam, artinya yang sudah
diberikan tidak mudah dilupakan oleh responden.
Kenyataannya di lapangan, ada berbagai kendala yang dapat mempengaruhi
perubahan perilaku, seperti kebiasaan dan keyakinan masyarajat setempat yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku, selain itu juga adanya seleksi ingatan. Secara
teoritis orang akan masih ingat isi pesan yang disampaikan dalam waktu 10-14 hari
setelah pesan itu disampaikan.
Factor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan perilaku. Pada
kelompok media audio visual responden mengalami peningakatan pada variable
perilakunya. Hal ini karena responden melihat gambar-gambar, dan langsung
mempraktikkan secara bersama-sama cara menjaga kesehatan yang telah mereka lihat.
Semakin banyak jenis pancaindera yang mendapat rangsangan yang memberikan
kesan menyenangnkan, semakin menarik makanan tersebut (makanan yang bergizi)
untuk dikonsumsi dan disukai.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku ibu balita yang mengikuti penguluhan
dengan media audio visual lebih tinggi dibandingkan dengan yang mengikuti penyulihan
dengan modul dan control. Pengetahuan, sikap, dann perilaku ibu balita berbeda antara
sebelum dan sesudah intervensi.
Saran
Pemerintah daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, pihak departemen kesehatan,
puskesmas, dan instansi terkait lainnya, dalam pelaksanaan penyuluhan, untuk meningkatkan
oengetahuan, sikap dan perilaku bagi ibu balita gizi kurang dan buruk disarankan agar
menggunakan media audio visual untuk memberikan hasik yang optimal bagi masyarakat
setempat.

S-ar putea să vă placă și