Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi
prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan.
Suwelo melaporkan prevalensi karies anak prasekolah di DKI Jakarta 89,16% dengan def-t
rata-rata 7,02 5,25 dan hasil survei di 10 provinsi (19841988) pada daerah kota, prevalensi
karies anak umur 8 tahun 45,20% dengan DMF-T 0,94 serta menurut SKRT 1995, indeks
DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,21 dengan angka prevalensi sebesar
76,9%. Hal ini menunjukkan suatu keadaan kerusakan gigi yang hamper tanpa penanganan.
Seluruh tindakan pencegahan baik pencegahan primer dan sekunder ataupun tersier
harus berdasarkan pada pemeriksaan klinik dan radiografi, penilaian risiko karies, hasil
perawatan terdahulu, kemajuan dari riwayat karies terdahulu, pilihan dan harapan orang tua
dan dokter gigi akan perawatan serta penilaian kembali pada saat kunjungan berkala. Tingkat
risiko karies anak terbagi atas tiga kategori yaitu risiko karies tinggi, sedang dan rendah.
Pembagian risiko karies ini berdasarkan pengalaman karies, penemuan di klinik, kebiasaan
diet, riwayat sosial, penggunaan fluor, kontrol plak, saliva dan riwayat kesehatan umum anak.
Karies
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang
progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah. Risiko
karies adalah kemungkinan berkembangnya karies pada individu, risiko bervariasi pada
setiap individu tergantung pada keseimbangan factor pencetus dan penghambat terjadinya
karies. Risiko karies dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu risiko karies tinggi, sedang dan
rendah.
Penilaian risiko karies merupakan suatu metode evaluasi klinik dimana dokter gigi
nantinya dapat menyesuaikan tindakan pencegahan dan perawatan pada setiap anak.
Penilaian risiko karies pada anak berdasarkan tiga indicator yaitu : kondisi klinik,
karakteristik lingkungan, dan kondisi kesehatan umum.
Kondisi klinis merupakan indicator risiko karies tinggi
Pengalaman karies
Li and Wang mengatakan bahwa anak yang mempunyai karies pada gigi sulung
mempunyai kecenderungan tiga kali lebih besar untuk terjadinya karies pada gigi permanen.
Penemuan klinik yang dapat dilihat pada anak yang berisiko karies tinggi adalah
terjadi karies yang baru pada setiap kunjungan berkala, ekstraksi yang prematur, terdapat
lebih dari satu area demineralisasi enamel (white spot), adanya enamel hipoplasia, tingginya
proporsi Streptococcus mutans, penggunaan alat kedokteran gigi seperti alat ortodonti
ataupun gigi palsu.
Kontrol plak
Plak yang menempel erat di permukaan gigi dapat dipakai sebagai indikator
kebersihan mulut. Skor indeks OHIS (oral hygiene index simplified) adalah skor 0,01,2
dikatakan kebersihan mulut baik, skor 1,33,0 kebersihan mulut sedang dan 3,16,0
kebersihan mulut buruk. Anak yang berisiko karies tinggi mempunyai oral hygiene yang
buruk ditandai dengan adanya plak pada gigi anterior disebabkan jarang melakukan kontrol
plak.
Saliva
Fungsi saliva adalah sebagai pelicin, pelindung, buffer,pembersih, anti pelarut dan
antibakteri. Faktor yang ada dalam saliva yang berhubungan dengan karies antara lain adalah
aksi penyangga dari saliva, komposisi kimiawi, aliran (flow), viskositas dan faktor anti
bakteri.
Riwayat sosial
Banyak penelitian menunjukkan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada anak yang
berasal dari status social ekonomi rendah dikarenakan makananan yang dimakan kebanyakan
bersifat kariogenik.
Kebiasaan makan
Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di antara jam makan dan
pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang besar.
Pembahasan
Pada umumnya anak mempunyai risiko terkena karies. Penilaian risiko karies terbagi
atas risiko karies tinggi, sedang dan rendah berdasarkan indikator yang meliputi kondisi
klinis, karakteristik lingkungan dan kondisi kesehatan umum. Penilaian ini harus dilakukan
untuk setiap anak sebagai tindakan dasar rutin untuk menentukan tindakan pencegahan dan
perawatan serta menentukan jadwal kunjungan berkala. Tindakan pencegahan primer pada
anak yang berisiko karies tinggi meliputi modifikasi kebiasaan anak (kebersihan mulut dan
diet konsumsi gula) dan perlindungan gigi (penggunaan silen, fluor dan klorheksidin).
Tindakan pencegahan yang dilakukan harus melihat indikator mana sebagai penyebab
utama. Berdasarkan kajian konsep pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi,
maka dapat disimpulkan bahwa anak yang berisiko karies tinggi harus mendapatkan
perhatian khusus karena perawatan intensif dan ekstra harus dilakukan untuk menghilangkan
karies atau setidaknya mengurangi terjadinya karies tinggi menjadi
rendah. Tindakan pencegahan yang lebih baik dilakukan adalah pencegahan primer dengan
cara modifikasi kebiasaan anak dan perlindungan terhadap gigi.