JAMUROLOGI

LEO LUBIS
 Struktur & Pertumbuhan
Jamur adalah organisme eukariotik yang ada dalam dua
bentuk dasar : ragi dan hifa.
Ragi adalah sel tunggal , sedangkan cetakan terdiri dari
filamen panjang sel yang disebut hifa .
Ragi berkembang biak dengan tunas , sebuah proses di
mana sel anak yang tidak sama dalam ukuran , sedangkan
cetakan berkembang biak dengan pembelahan sel ( sel anak
yang sama dalam ukuran ) .
Beberapa jamur yang dimorfik , yaitu , mereka dapat eksis
baik sebagai ragi atau jamur , tergantung pada suhu . Pada
suhu kamar , misalnya , 25 C , jamur dimorfik adalah
cetakan , sedangkan pada suhu tubuh mereka adalah khamir
( atau bentuk lain seperti bulatan kecil ).
 Struktur & Pertumbuhan
Dinding sel jamur terbuat dari kitin , dinding sel
bakteri terbuat dari peptidoglikan . Oleh karena itu
, antibiotik yang menghambat sintesis
peptidoglikan seperti penisilin, sefalosporin , dan
vankomisin tidak efektif melawan jamur .
Membran sel jamur mengandung ergosterol ,
sedangkan membran sel bakteri tidak
mengandung ergosterol . Oleh karena itu ,
antibiotik yang menghambat sintesis ergosterol (
seperti obat azole ) tidak efektif melawan bakteri .
Demikian pula , amfoterisin B yang mengikat
membran sel jamur di lokasi ergosterol tidak
efektif terhadap bakteri .
 Patogenesis
Infeksi jamur sistemik tertentu, seperti Histoplasma
dan Coccidioides , memunculkan respon pertahanan
granulomatosa ( terdiri dari makrofag dan sel T
helper ). Infeksi jamur lain , terutama Aspergillus ,
Mucor , dan Sporothrix , memunculkan respon
piogenik ( terdiri dari neutrofil ).

Infeksi jamur sistemik , seperti Histoplasma dan

Coccidioides , dapat dideteksi dengan menggunakan
tes kulit. Reaksi hipersensitivitas tertunda terwujud
sebagai indurasi ( penebalan ) kulit .
 Patogenesis

Imunitas seluler berkurang predisposisi

penyakit disebabkan oleh jamur sistemik ,
seperti Histoplasma dan Coccidioides ,
sedangkan berkurangnya jumlah neutrofil
predisposisi penyakit disebabkan oleh
jamur seperti Aspergillus dan Mucor .
 Toksin Jamur & Alergi
Menelan jamur Amanita menyebabkan nekrosis hati
karena kehadiran dua racun jamur , amanitin dan
phylloidin . Amanitin menghambat polimerase RNA
yang mensintesis mRNA seluler .
Menelan kacang dan biji-bijian yang terkontaminasi
dengan Aspergillus flavus menyebabkan kanker hati
karena adanya aflatoksin . Aflatoksin epoksida
menginduksi mutasi pada gen p53 yang menghasilkan
hilangnya protein penekan tumor p53 .

Menghirup spora Aspergillus fumigatus dapat

menyebabkan alergi bronchopulmonary aspergillosis .
Ini merupakan respon hipersensitif IgE -mediated .
 Laboratorium Diagnosis
Pemeriksaan mikroskopis persiapan KOH dapat
mengungkapkan adanya struktur jamur .

Tujuan dari KOH adalah untuk melarutkan sel-sel

manusia , yang memungkinkan visualisasi dari
jamur .

Agar Sabouraud yang sering digunakan untuk

tumbuh jamur karena pH yang rendah
menghambat pertumbuhan bakteri,
memungkinkan jamur tumbuh.
 Laboratorium Diagnosis

Probe DNA dapat digunakan untuk mengidentifikasi

jamur tumbuh dalam kultur pada tahap awal, yaitu ,
ketika ukuran koloni jauh lebih kecil .
Pengujian untuk kehadiran antigen jamur dan adanya
antibodi terhadap antigen jamur sering digunakan .
Dua tes yang umum digunakan adalah mereka untuk
antigen kriptokokus pada cairan tulang belakang dan
antibodi Coccidioides dalam serum pasien .
 Antifungal Therapy
Toksisitas selektif amfoterisin B dan kelompok azol obat didasarkan
pada adanya ergosterol dalam membran sel jamur, berbeda
dengan kolesterol yang ditemukan dalam membran sel manusia dan
tidak adanya sterol dalam membran sel bakteri .

Amfoterisin B mengikat membran sel jamur di lokasi ergosterol dan

mengganggu integritas membran.

Obat azol , seperti itraconazole , flukonazol , dan ketokonazol ,

menghambat sintesis ergosterol .

Toksisitas selektif echinocandins , seperti caspofungin , didasarkan

pada adanya dinding sel pada jamur . Echinocandins menghambat
sintesis D -glucan , yang merupakan komponen dari dinding sel
jamur .
 Spora aseksual. A: Blastoconidia dan pseudohyphae (Candida). B:
Chlamydospores (Candida). C: Arthrospores (Coccidioides). D: sporangia dan
sporangiospores (Mucor). E: Microconidia (Aspergillus). F: Microconidia dan
macroconidia (Microsporum).
Tabel 47-1. Perbandingan Jamur dan Bakteri.
Ciri Jamur Bakteri
Diameter Sekitar 4 m (Candida) Sekitar 1 m
(Staphylococcus)
Inti Eukariotik Prokariotik
sitoplasma Mitokondria dan Mitokondria dan
endoplasma endoplasma
retikulum retikulum absen

Membran Sel Sterol Sterol absen (kecuali

Mycoplasma)
Isi dinding sel Kitin Peptidoglikan
Spora Spora seksual dan Endospora untuk
aseksual untuk bertahan hidup,
reproduksi bukan untuk
reproduksi
Dimorfisme Thermal Ya (beberapa) Tidak
Metabolisme Membutuhkan karbon Banyak yang tidak
organik, tidak ada memerlukan karbon
anaerob obligat organik, banyak wajib
anaerob
Fitur Penyakit Jamur Penting.
Jenis Lokasi Penyakit Genus dari Keseriusan
anatomi Causative Penyakit
Organism (s)
Yg Lapisan kulit Tinea versicolor Malassezia 1+
Berhubung mati
Dgn Kulit
Epidermis, Dermatophytosis Microsporum, 2+
Rambut, Kuku (ringworm) Trichophyton,
Epidermophyton
Subkutan Subkutis Sporotrichosis Sporothrix 2+
Mycetoma beberapa genera 2+
Sistemik Organ Internal Coccidioidomycosis Coccidioides 4+
Histoplasmosis Histoplasma 4+
Blastomycosis Blastomyces 4+
Paracoccidioidomycosis Paracoccidioides 4+
Oportunistik Organ Internal Cryptococcosis Cryptococcus 4+
Candidiasis Candida 2 + to 4 +
Aspergillosis Aspergillus 4+
Mucormycosis Mucor, Rhizopus 4+

1 +, tidak serius , pengobatan mungkin atau mungkin tidak diberikan, 2 +,

cukup serius, pengobatan sering diberikan, 4 +, serius, pengobatan yang
diberikan terutama pada penyakit meluas .
 Mycoses sistemik
Infeksi ini terjadi akibat menghirup spora dari jamur
dimorfik yang memiliki bentuk cetakan mereka di
dalam tanah.
Dalam paru-paru, spora berdiferensiasi menjadi ragi
atau bentuk khusus lainnya.
Kebanyakan infeksi paru-paru tidak menunjukkan
gejala dan self-terbatas. Namun, pada beberapa
orang, penyakit disebarluaskan berkembang di mana
organisme tumbuh pada organ lain, menyebabkan lesi
destruktif, dan dapat menyebabkan kematian.
Orang yang terinfeksi tidak berkomunikasi penyakit ini
kepada orang lain.
 Mycoses Oportunistik
Jamur oportunistik gagal untuk
menginduksi penyakit pada sebagian
orang imunokompeten tetapi dapat
melakukannya pada mereka dengan
gangguan pertahanan host.
AWAS JAMURAN
 Eukaryotic Microbes
Parasites
Protozoa, Helminths, Arthropods
Eukaryotic Microbes

Table 12.1
 Protozoa
Life Stages
Trophozoite -vegetative; feeding, mostly motile
Cyst dormant; protective thick wall
Most are free living in water and soil
Classified by motility & life cycle
Subdivided by location in human host (GI, blood, GU)

1. Sarcodina- Amoeba - move by pseudopods

2. Ciliophora - Ciliates - move by cilia
3. Mastigophora - Flagellates - move by flagella
4. Apicomplexan - Sporozoa complex life cycle
Diversity among Protozoa
 Amoeba
Entamoeba histolytica
Amoebic dysentery

Naegleria
primary amoebic
meningoencephalitis

Acanthamoeba
contact lens contaminant

Figure 12.18a
 Amoebae

Protozoa with no truly defined shape

Move and acquire food through the use of
pseudopodia
Found in water sources throughout the world
Few cause disease
 Entamoeba histolytica

Carried asymptomatically in the digestive tracts

of humans
No animal reservoir exists
Infection usually occurs by drinking water
contaminated with feces that contain cysts
Trophozoites migrate to the large intestine
where they multiply
 Entamoeba histolytica
Three types of amebiasis can result from infection
Luminal amebiasis
Least severe form that is asymptomatic
Invasive amebic dysentery
More common form of infection
Characterized by bloody, mucus-containing stools
and pain
Invasive extraintestinal amebiasis
Trophozoites carried via the bloodstream throughout
the body
Maintaining clean water is important in prevention
The Course of Amoebiasis Due to Entamoeba histolytica
 Flagellate
Trichomonas vaginalis
no cyst stage
Trichomoniasis - STI
Giardia lamblia
intestinal malabsorption
Traveler's diarrhea, day
care centers, hikers

Figure 12.17b-d
Giardia
 Hemoflagellates
Trypanosoma
African sleeping
sickness or Chagas
disease
Transmitted by tsetse
flies or reduviid bugs

Leishmania
leishmaniasis
Baghdad Boil-
Desert Storm
Transmitted by sand
fly vector
 Ciliates
Complex cells with
rudimentary mouth
(cytostome)

Balantidium coli is the

only human parasite
intestinal disease
associated with pork
Paramecium
Vorticella
Figure 12.20
 Apicomplexans (Sporozoa)
Characteristics:
Nonmotile, Intracellular parasites
Complex life cycles, Asexual/sexual reproduction

Plasmodium malaria
transmitted by Anopheles mosquito
Cryptosporidium diarrhea; AIDS related
Toxoplasma toxoplasmosis; AIDS related
 Plasmodium
Sporozoites 1 Infected mosquito bites 2 Sporozoites
in salivary human; sporozoites undergo
gland migrate through schizogony in
bloodstream to liver cell;
liver of human merozoites
are produced
9 Resulting sporozoites
migrate to salivary glands
of mosquito
3 Merozoites
Sexual released into
reproduction bloodsteam from
liver may infect
Asexual new red blood
8 In mosquitos cells
Zygote digestive tract, reproduction
gametocytes
unite to form Intermediate host
Female
gametocyte zygote
4 Merozoite develops
Male into ring stage in red
gametocyte blood cell

Ring
stage
5 Ring stage
grows and
Definitive host divides,
producing
7 Another mosquito bites 6 Merozoites are released merozoites
infected human and ingests when red blood cell
gametocytes ruptures; some merozoites
infect new red blood cells,
and some develop into
male and female
gametocytes Merozoites

Figure 12.19
Plasmodium
 Cryptosporidium parvum
Waterborne
Found in cattle
Attach to intestinal lining
Cause watery diarrhea
Acid-fast Oocysts
Resistant to chlorine

Figure 25.19
Cryptosporidium life cycle
Toxoplasma gondii
Eukaryotic Microbes

Table 12.1
 Helminths - worms
Life Stages
egg, larva, adult; complex life cycles
infective stage: egg or larva
definitive host: harbors adult stage
intermediate hosts: may be more than one

Classifications:
Nematodes - roundworms
Platyhelminthes - flatworms
Trematodes - flukes- nonsegmented
Cestodes - tapeworms- segmented
 Nematodes- Roundworms
Intestinal roundworms:
Ascaris (Giant intestinal roundworm)
Enterobius (Pinworm)
Necator / Ancylostoma (Hookworm)
Tissue roundworms
Trichinella spiralis - trichinosis
 Features of the Life Cycle of
Roundworms
Parasites of almost all vertebrates
Have a number of reproduction strategies
Most intestinal nematodes shed their eggs into the lumen of the
intestine
Eggs are eliminated in feces
Eggs are consumed in contaminated food or water
Some intestinal nematodes release their eggs into the soil
Larvae actively penetrate the skin of a host
Inside the body, they travel to the intestine
Other nematodes encyst in muscle tissue and are consumed in raw
or undercooked meat
Mosquitoes transmit a few species of nematodes
Adult sexually mature stages are found only in definitive hosts
Nematodes - roundworms

Ascaris lumbricoides- adult stage

 Pinworm disease is the most
prevalent helminthic infection in
the United States
Enterobius vermicularis
Life cycle
Diagnosis with cellophane tape
Transmission
Enterobius - Pinworm

Figure 12.29
Diagnosing Pinworm Disease
Necator or Ancylostoma -
Hookworm
 The Life Cycle of the Hookworms
Ancylostoma duodenale and Necatur americanus
Trichinella
 Filariasis is a
lymphatic system infection
Wuchereria bancrofti
Life cycle
Transmission by
mosquito
Symptoms
Elephantiasis
 Platyhelminthes - Flatworms
Trematodes Flukes - nonsegmented
Schistosoma - blood fluke; Swimmers itch

Cestodes Tapeworms - segmented

Taenia beef or pork tapeworm
Echinococcus wild dog tapeworm
Trematodes - Flukes

Figure 12.25
Schistosoma blood fluke
 Cestodes - Tapeworms
Tapeworm parts:
Scolex
head with attachment
site
Proglottids
body segments with
testes and ovaries

Taenia saginata
beef tapeworm
Taenia solium
pork tapeworm
cysticercosis Figure 12.27
 Arthropods as Vectors
Kingdom: Animalia
Phylum: Arthropoda
(exoskeleton, jointed legs)
Class: Insecta (6 legs)
Lice, fleas, mosquitoes
Class: Arachnida (8 legs)
Mites and ticks
May transmit diseases (vectors)

Figure 12.31, 32
Arthropods as Vectors

Figure 12.33
Arthropod Vectors

Figure 23.24
Scabies - mite
 Arachnids
Adult arachnids have four pairs of legs
Ticks and mites resemble each other morphologically
Ticks are the most important arachnid vectors
Serve as vectors for bacterial, viral, and protozoan
diseases
Second only to mosquitoes in the number of diseases
they transmit
Hard ticks are the most prominent disease vector
Transmit Lyme disease, Rocky Mountain spotted
fever, tularemia, relapsing fever, and tick-borne
encephalitis
 Insects
Adults have three pairs of legs as well as a head, thorax,
and abdomen
Fleas
Most fleas are not associated with humans but a few do
feed on humans
Plague is the most significant disease transmitted by
fleas
Body lice
Parasites that can also transmit disease
Most common among poor or overcrowded
communities
 Insects
Flies
Among the most common insects
Those that transmit disease are generally
bloodsuckers
Mosquitoes
Most important arthropod vector of disease
Carry some of the worlds most devastating diseases
Kissing bugs
Often take blood meals near the mouth of their
human hosts
Feed on blood nocturnally while the host sleeps
 Eukaryotic Microbe
Parasites
Protozoa Helminths
Amoeba Roundworms
Entamoeba histolytica Intestinal
Naegleria Ascaris lumbricoides
Acanthamoeba Enterobius vermicularis
Flagellates Necatur americanus
Giardia lamblia Tissue
Trichomonas vaginalis Trichinella spiralis
Trypanosoma Wucheraria bancrofti
Leishmania
Ciliates Flatworms
Balantidium coli Flukes
Sporozoa Schistosoma
Plasmodium Tapeworms
Cryptosporidium Taenia
Toxoplasma
Arthropods
Insects
Arachnids