Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
A. PENGERTIAN
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah.
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien.
Waham dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan,
kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. (Keliat, 1999).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan keyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (Depkes RI, 1994).
B. JENIS-JENIS WAHAM
1. Waham kebesaran
2. Waham Kejar.
Klien yakin bahwa ada orang yang sedang mengganggunya, menipunya, memata-matai
atau menjelekkan dirinya.
4. Waham nihilistik
Suatu kenyataan bahwa dirinya atau orang lain sudah meninggal atau dunia ini sudah
hancur.
Kecenderungan yang menyimpang dan bersifat dungu mengenai fungsi dan keadaan
tubuhnya, misalnya penderita merasa tubuhnya membusuk atau mengeluarkan bau busuk.
6. Waham hubungan.
Keyakinan bahwa ada hubungan langsung antara inteprestasi yang salah dari
pembicaraan, gerakan atau digunjingkan.
7. Waham pengaruh.
Keyakinan yang palsu bahwa dia adalah berlebihan dan diucapkan secara berulang tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan.
8. Waham curiga
Klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
C. PENYEBAB
1. Faktor predisposisi
a. Genetik, faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan
suatu kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan
yang sama (orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
b. Neurobiologis, adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan korteks limbic.
2. Faktor presipitasi
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun
psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status
sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin dan menderita.
Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya untuk melakukan
kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi
kesenjangan antara realiti dengan self ideal sangat tinggi.
Klien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang ia katakan
adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan keyataan, tetapi
menghadapi keyataan bagi klien adalah suatu yang sangat berat, karena kebutuhannya
untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi
prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara
optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi
pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan
klien tidak merugikan orang lain.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap bahwa
semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan sering
disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien
sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial (isolasi sosial).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu keyakinan yang
salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering berkaitan dengan
traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain.
E. PENGKAJIAN
Tanda dan gejala dari perubahan proses pikir : waham, yaitu klien mengatakan
dirinya sebagai seseorang besar yang mempunyai kekuatan, pendidikan atau kekayaan luar
biasa, klien menyatakan perasaan dikejar-kejar oleh orang lain atau sekelompok orang, klien
menyatakan perasaan mengenai penyakit yang ada dalam tubuhnya, menarik diri dan isolasi,
sulit menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, rasa curiga yang berlebihan,
kecemasan yang meningkat, sulit tidur, tampak apatis, suara memelan, ekspresi wajah datar,
kadang tertawa atau menangis sendiri, rasa tidak percaya kepada orang lain, gelisah.
Untuk mendapat data waham sesuai dengan jenis wahamnya, harus dilakukan
observasi terhadap perilaku klien sebagai berikut :
1. Waham kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Waham curiga.
3. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
4. Waham somatik
5. Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan berulang kali
tetapi tidak sesuai dengan keyataan.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
G. RENCANA KEPERAWATAN
TUM :
TUK 1
Kriteria Evaluasi :
Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, mau
mengutarakan masalah yang dihadapi.
Rencana Tindakan :
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.
TUK 2
Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran klien,
Kriteria evaluasi :
Klien menceritakan ide-ide dan perasaan yang muncul secara berulang dalam pikirannya.
Rencana Tindakan :
TUK 3
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan kejadian-kejadian sesuai dengan urutan waktu serta harapan/kebutuhan
dasar yang tidak terpenuhi, seperti : harga diri, rasa aman dsb. Dapat menyebutkan hubungan
antara kejadian traumatis/kebutuhan tidak terpenuhi dengan wahamnya.
Rencana Tindakan :
1. Bantu klien mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta kejadian yang menjadi
faktor pencetus wahamnya.
2. Diskusikan dengan klien tentang kejadian-kejadian traumatik yang menimbulkan rasa takut,
cemas maupun perasaan tidak dihargai.
4. Diskusikan dengan klien cara-cara mengatasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kejadian
traumatik.
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
1. Bantu klien mengidentifikasi keyakinan yang salah tentang situasi yang nyata (bila klien sudah
siap) :
d. Bantu klien membedakan situasi nyata dengan situasi yang dipersepsikan salah oleh klien.
TUK 5
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan gangguan fungsi hidup sehari-hari yang diakibatkan ide-ide/pikirannya
yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Rencana Tindakan :
2. Ajak klien melihat bahwa waham tersebut adalah masalah yang membutuhkan bantuan orang
lain.
TUK 6
Klien dapat melakukan tehnik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran terpusat pada
wahamnya,
Kriteria evaluasi :
Klien dapat melakukan melakukan aktivitas yang konstruktif sesuai dengan minatnya yang dapat
mengalihkan fokus klien dari wahamnya.
Rencana Tindakan :
2. Anjurkan klien memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan perhatian dan
ketrampilan fisik.
3. Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu.
TUK 7
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menjelaskan tentang : pengertian waham, tanda dan gejala waham, penyebab dan
akibat waham, cara merawat klien waham dan dapat mempraktekan cara merawat klien waham.
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung untuk mengatasi waham.
3. Jelaskan kepada keluarga tentang : pengertian, tanda dan gejala, penyebab dan akibat, cara
merawat klien waham.
TUK 8
Kriteria evaluasi :
Klien dapat menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak minum obat, efek samping dan
efek terapi. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. Klien dapat
menyebutkan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.
Rencana Tindakan :
1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat.
5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://keperawatan-gun.blogspot.com/search/label/JIWA :
Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed). St.
Louis Mosby Year Book.
Stuart dan Laraia (2001). Principle and Practice of Psychiatric Nursing, Edisi 6, St. Louis
Mosby Year Book.