Documente Academic
Documente Profesional
Documente Cultură
Oleh :
KELOMPOK E
PPDH Angkatan II Tahun 2015/2016
Mengetahui,
Wakil Dekan Bidang Akademik FKH IPB
Tanggal Pengesahan:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga magang profesi wajib biomedis produk veteriner ini
dapat diselesaikan dengan baik. Magang profesi wajib ini telah dilakukan di
Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS), Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Bandung Selatan, Jawa Barat. Terimakasih penulis ucapkan kepada:
1. Koperasi Peternak Bandung Selatan yang telah memberikan izin dan
kesempatan bagi penulis untuk melaksanakan kegiatan magang,
2. Drh Asep Khaerudin selaku pembimbing lapang atas bimbingan, arahan,
nasihat, dan ilmu yang diberikan selama kegiatan magang,
3. Drh Asep Yayan, drh Triyono, drh Tri Abadi, dan Yusnita Sari atas
bimbingan dan ilmu yang telah diberikan,
4. Seluruh paramedis yang bertugas di lapangan atas arahan serta ilmu yang
diberikan selama magang,
5. Dr Drh Chusnul Choliq MS MM selaku pembimbing dalam kampus atas
bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan magang,
Penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih jauh dari sempurna,
sehingga penulis terbuka atas saran yang diberikan. Semoga laporan kegiatan ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca.
Penulis
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan protein hewani seperti susu, daging, dan telur yang semakin
meningkat menjadikan peternakan menjadi salah satu aspek penting dalam hal
tersebut. Sapi perah sebagai penghasil utama susu sapi menjadi peluang besar
dibidang industri peternakan yang sangat potensial. Sapi perah sangat efisien
dalam mengubah makanan ternak berupa konsentrat dan hijauan menjadi susu
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan merupakan
koperasi yang sudah didirikan sejak tahun 1969. Wilayah kerja KPBS terletak
1000-1420 meter diatas permukaan laut, dengan suhu sekitar 12-28 C, dan
kelembaban udara 60-70%. Kondisi geografis tersebut cocok untuk
perkembangan sapi perah dan perkebunan sayuran. KPBS menjadi wadah bagi
peternak sapi perah tradisional untuk mengembangkan potensi peternakan sa pi
perah di Pangalengan. KPBS menyediakan pelayanan kesehatan ternak dan
penyuluhan serta mampu mengoptimalkan produksi susu dan mensejahterakan
para peternak sapi perah. Dengan begitu, kebutuhan dan keterampilan tenaga
medis, terutama dokter hewan dan paramedis harus selalu ditingkatkan agar
kesehatan sapi dan produksi susu dapat terus meningkat.
Dokter hewan merupakan profesi yang memiliki ruang lingkup kerja yang
luas. Dokter hewan memiliki peran penting dalam pengobatan penyakit hewan
dan dalam upaya pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan
serta penyakit zoonotik. Atas dasar tersebut, berbagai kegiatan dapat dilakukan
untuk meningkatkan kemampuan, profesionalitas, dan penambahan pengalaman
bagi dokter hewan. Salah satu kegiatan tersebut adalah adanya kegiatan magang
profesi wajib pelayanan kesehatan klinik dan reproduksi sapi perah untuk
mahasiswa PPDH FKH IPB.
Tujuan
METODE PELAKSANAAN
Kasus 2
- Sapi sudah seminggu - Operasi right
tidak makan hijauan flank, omentopexy
- Perut bagian kiri - Lidocain daerah
kembung dan saat operasi
diauskultasi terdengar - Penstrep 20 mL
suara ping sound IM
- Suhu : 38.6C - Flushing 500 mL
- Frekuensi nafas : 24x/ NaCl fisiologis +
menit 10 mL penstrep
- Frekuensi jantung : - Flushing 500 mL
72x/ menit NaCl fisiologis +
15 mL penstrep
- Infus Dextros +
Biodin 10 mL
- Limoxin spray
pada luka jahitan
Kasus 3
- Tidak mau makan - Operasi right
konsentrat 5 hari flank, omentopexy
- Lidocain daerah
operasi
- Penstrep 20 mL
IM
- Flushing 500 mL
NaCl fisiologis +
10 mL penstrep
- Flushing 500 mL
NaCl fisiologis +
15 mL penstrep
- Infus Dextros +
Biodin 10 mL
- Limoxin spray
pada luka jahitan
Diare Kasus 1
- Feses encer - Dimedryl 10 mL
IM
- Cotrimoxazole 2
buah ( Oral)
Kasus 2
- Feses encer - Infalgin 10 mL
- Tidak mau makan IM
- Vitol 10 mL IM
Indigesti Kasus 1
- Kembung - Infalgin 10 mL
- Tidak nafsu makan IM
- Dimedryl 15 mL
Kasus 2
- Kembung - Infalgin 10 mL
- Tidak mau makan IM
Asidosis Kasus 1
- Tidak mau makan - Infalgin 30 ml IM
konsentrat - Vitamin B1 10 ml
- Rumen besar dan keras IM
Laringitis Kasus 1
- Laring terlihat bengkak - Infalgin 10 mL
dan merah
- Imfonodus
mandibularis bengkak
- Tidak mau makan
Mastitis Kasus 1
- Susu kental saat - Penstrep 10 mL
diperah IM
- Ambing kuartir kanan - Biodin 15 mL IM
depan bengkak dan
merah
Kasus 2
- Susu encer dan ada - Phenylject 15 mL
gumpalan
- Ambing kuartir kiri
belakang merah dan
bengkak
Kasus 3
- Puting keras dan susu - Phenylject 20 ml
tidak keluar banyak IM
dan mengumpal - Vitamin B
kompleks 10 ml
IM
Kasus 4
- Puting kanan depan - Penylject 20 ml
keras, susu tidak IM
banyak keluar - Vitol 10 ml IM
- Kelenjar ambing - Lactaclox 6 buah
bengkak Intramamari
Laminitis Kasus 1
- Kaki belakang sebelah - Potong kuku
kiri - Infalgin 20 mL
- Pincang saat berjalan IM
- Terjadi peradangan - Limoxin spray
pada interdigit
Pododermatitis Kasus 1
- Kaki bengkak di atas - Infalgin 10 mL
kuku
- Tidak mau berdiri
Arthritis Kasus 1
- Terdapat benjolan - Phenylject 15 mL
bagian kaki kiri depan
Abses Kasus 1
- Adanya luka terbuka - Phenylject 15 mL
pada femur bagian kaki
kiri belakang
Kasus 2 - Kompres air
- Adanya benjola keras hangat
pada mandibula
sebelah kanan
Vulnus Kasus 1
- Terdapat luka dan - Glucortin 15 mL
terdapat abses pada - Thiamin 10 mL
femur
Hipokalsemia Kasus 1
- Sapi ambruk sehari - Infus Cofacalsium
setelah partus 500 mL
- Tidak nafsu makan - Infus Dextros +
- Suhu : 37.4C Biodin 15 mL
- Suhu : 38.3C
Kasus 2
- Sapi ambruk 12 jam - Infus Cofacalsium
setelah partus 500 mL
- Suhu : 38.1C - Infus Dextros 500
mL
Left Displasia Abomasum pada Sapi
Anamnesa
Jumat 09 Desember 2016 terdapat laporan dari peternak daerah Los Atas
Pangalengan bahwa sapi milik pak Dadang perutnya terlihat menggembung dan
kembung. Menurut pemilik sapi kebanyakan makan konsentrat selama satu
minggu. Setelah dilakukan pemeriksaan, perut bagian kiri kembung dan saat
auskultasi terdengar suara ping sound sangat jelas.
Signalement
Status Present
Keadaan Umum
Suhu tubuh : 38.6C
Frekuensi jantung : 72 x/menit
Frekuensi nafas : 24 x/menit
Pertumbuhan badan : Sedang
Perawatan dan Gizi : Sedang
Sikap berdiri : Menumpu pada keempat kaki
Temuan Klinis : Perut bagian kiri kembung dan terdengar suara
ping sound saat diauskultasi pada costae 11-13
Diagnosa : left displasia abomasum
Prognosa : Fausta
Terapi : Operasi Right flank, Omentopexy
- Lidocain daerah operasi
- Iodine daerah operasi
- Pen-strep 20 ml IM
- Flushing 500 ml NaCl fisiologis + pen-strep 10
ml
- Flushing 500 mL NaCl fisiologis + pen-strep 15
ml
- Infus dextrose + biodine 10 ml
- Limoxin spray pada jahitan
Prosedur Operasi
Gambar Tindakan
Persiapan alat operasi
A) Topografi normal visceral abdominal kiri pada sapi. B) LDA pada sapi.
LDA dapat terjadi pada ruminansia, terutama pada sapi FH, jersey, dan
Guernsey. Risiko yang tinggi terhadap kejadian LDA adalah satu bulan setelah
melahirkan, dan meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Selain itu, laktasi
pertama juga menjadi risiko penting terjadinya LDA. Hal ini diduga akibat
adaptasi nutrisi dan sosial yang kurang baik pada laktasi pertama. Pada kejadian
LDA, nafsu makan menjadi berkurang sehingga terjadi penurunan pengisian
rumen dan memungkinkan abomasum berpindah ke kiri. Selain itu, faktor
metabolis seperti hipokalsemia, alkalosis metabolik, dan keseimbangan energi
negatif dapat mempengaruhi kejadian displasia abomasum (Winden dan Kuiper
2002). Sekitar 80-90% kejadian LDA didiagnosa satu bulan post partus dan
sekitar 52% pada saat dua minggu post partus. Selain itu, periode transisi juga
berisiko tinggi terhadap kejadian LDA (Shaver 1997). Terjadinya LDA setelah
partus disebabkan karena terdapat mekanisme yang terjadi adalah uterus yang
membesar pada waktu kebuntingan dapat menyebabkan perubahan posisi pada
rumen ke atas dan mendorong abomasum ke arah kiri dan kranial, sehingga
menyebabkan displasia. Saat partus, abomasum yang mengalami semi-displasia
terperangkap di bagian kiri abdomen oleh rumen apabila uterus mengecil lagi
(McArthur dan Thompson 1983). Menurut Winden dan Kuiper (2002), periode
yang paling berisiko adalah bulan pertama setelah melahirkan, dengan risiko yang
bertambah pada sapi yang lebih tua. Perubahan pakan yang mendadak sebelum
melahirkan dengan tujuan persiapan untuk laktasi juga memicu LDA (Abd El-
Raof dan Ghanem 2007). LDA juga dapat dikaitkan dengan produksi susu,
semakin tinggi produksi susu maka semakin tinggi risiko terjadinya LDA. Hal ini
diduga produksi susu yang tinggi akan menyebabkan hipokalsemia dan menjadi
LDA karena tingkat kalsium yang rendah dari 1.2 mmol/L akan menurunkan
motilitas abomasum (Winden dan Kuiper 2002).
Dalam patogenesa LDA, distensi gas dalam abomasum adalah hal yang
penting. Dua hal yang menyebabkan terjadinya distensi gas dalam abomasum
adalah peningkatan produksi gas dalam abomasum dan hipomotilitas pada
abomasum (abomasum atony). Gas yang terakumulasi sebagian besar terdiri dari
methana (70%) dan karbon dioksida. Apabila motalitas abomasum tidak optimal,
akumulasi gas akan terjadi. Selain itu, nervus vagus juga berperan penting dalam
motilitas abomasum (Winden dan Kuiper 2002). Beberapa faktor penyebab
hipomotilitas abomasum antaranya, gangguan elektrolit, peningkatan volatile fatty
acids (VFA) yang abnormal, dan penyakit lain yang terjadi bersama dengan LDA
(concurrent disease), seperti metritis, hipokalsemia post-partus, ketosis, atau
retensio secundinaea (McArthur dan Thompson 1983).
Menurut Constable (2016), gejala klinis pada kejadian LDA diantaranya
anorexia, produksi susu menurun, namun suhu tubuh, denyut jantung dan
frekuensi nafas tetap normal. Dalam mendiagnosa LDA, hal penting yang harus
dilakukan adalah auskultasi abdomen dan perkusi dan terdapat suara ping yang
tedapat diantara costae ke-9 dan ke-13 pada abdomen kiri (Mueller 2011). Suara
ping tersebut bervariasi tergantung dari kecernaan dalam rumen, posisi
abomasum, dan jumlah gas didalam abomasum (Beteg et al. 2008). Menurut
Mamuti et al. (2012), pakan dengan konsentrat yang tinggi menyebabkan
penurunan pergerakan abomasum dan meningkatkan gas didalam abomasum.
Pada kasus LDA, terapi yang dilakukan adalah operasi pada flank kanan
dengan melakukan omentopexy (right flank omentopexy). Dengan menggunakan
operasi ini, tingkat ksembuhan LDA sangat tinggi yaitu mencapai 98,5% (Steiner
2006). Operasi ini dilakukan dengan posisi sapi berdiri dan dilakukan sayatan
vertikal pada bagian flank kanan sebesar 15-20 cm yang sebelumnya telah
dianesteri dengan lidocain HCl 2% sebanyak 70 ml. Selanjutnya penyayatan
kulit, otot abdomen, dan peritoneum serta dilanjutkan eksplorasi abdomen untuk
mencari abomasum. Setelah abomasum ditemukan, abomasum ditusuk
mengggunakan jarum yang disambungkan dengan selang untuk mengeluarkan
gas. Selanjutnya, bagian pylorus abomasum ditarik ke dekat dengan sayatan dan
dicari omentumnya. Omentum tersebut diikat sebanyak 2 kali menggunakan
benang nylon monofilament dan dijahit ke otot dinding abdomen bagian dalam.
Setelah itu, penjahitan dimulai dengan menjahit otot abomen bagian dalam
menggunakan jahitan tipe simple continous dan di flushing menggunakan
campuran NaCl fisiologis dan penstrep . Jahitan dilanjutkan pada otot abdomen
luar dengan tipe jahitan yang sama dengan benang catgut. Kemudian pada luka
jahitan diberikan penstrep secukupnya, sedangkan kulit dijahit menggunakan tipe
jahitan interlock dengan benang nylon monofilament.
Anestetik yang digunakan saat operasi adalah lidocain HCl 2%. Lidocain
HCl merupakan anestetik lokal yang bekerja dengan menghambat konduksi syaraf
melalui blokade channel natrium (Papich 2011). Saat operasi, sapi diinfus
menggunakan infadex sebanyak 500 ml dan biodin 10 ml. Infadex-40
merupakan terapi cairan yang berisi dextrose. Menurut ACVS (2016), terapi yang
digunakan pada kasus LDA dapat dilakukan dengan memberikan terapi cairan
berupa dekstrosa untuk menstabilkan sapi tersebut. Selain itu, menurut Mueller
(2011), kasus LDA sangat tinggi untuk terkena ketosis, oleh karena itu pemberian
dextrose dilakukan untuk memulihkan kondisi glukosa tubuh. Biodin diberikan
sebagai penguat otot dan daya tahan tubuh karena berisi ATP, vitamin B12, Mg
aspartat, K aspratat, dan Na selenit. Selain itu, sebelum dilakukan operasi, sapi
diberikan penisilin-streptomisin (penstrep) sebanyak 20 ml secara intramuskular.
Penstrep mengandung procain penisilin dan dihidrostreptomisin sulfat. Penisilin
merupakan antibiotik golongan beta laktam yang bersifat bakterisidal dan bekerja
terhadap bakteri Gram positif, bakteri anaerob, dan beberapa bakteri Gram
negatif, dan streptomisin juga bersifat bakterisidal dan efektif terhadap bakteri
Gram negatif. Kombinasi kedua antibiotik ini bersifat sinergisme (Papich 2011).
Penstrep juga diberikan yang dicampurkan dengan NaCl fisiologis pada saat
flushing pada luka jahitan.
Selain dengan operasi, LDA juga dapat dilakukan rolling. Rolling dilakukan
dengan membuat sapi diarahkan ke lateral kanan recumbency dan ke dorsal
recumbency dengan meremas bagian abdomen untuk memperbaiki displasia
abomasum. Cara lain operasi LDA adalah cara paramedian laparotomy (ventral
abomasopexy atau omentopexy), right flank laparotomy dengan right-sided
omentopexy atau pyloropexy (Mueller 2011).
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA