Sunteți pe pagina 1din 11

FENOMENA PEMILIHAN BAHAN BANGUNAN PADA HUNIAN

DI SURABAYA DAN PERMUKIMAN DI KALI CODE


Uniek Praptiningrum Wardhono
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, Indonesia
e-mail: uniekw99@yahoo.com

Abstract: Choosing the materials has a very important role in Architecture. An architectural
work is categorized as an outstanding work if it has criterias, such as an interesting
appearance, comfortable, aesthetic, safety in construction, has a local wisdom, and the
consideration to ecological aspects. Nowadays, those criterias seem to change, especially in
the residential buildings in the city. This research aims to find out the reasons why people in
the city have changed those criterias in building their house. The method is a site survey by
questionnaire and direct interview. The result is the people in the city prefer to choose the
trend and the materials that easy to maintain than considering the local wisdom and ecological
aspects. It can be seen from the increasing number of houses which is built by using the
modern building materials, such as concrete, steel, and glass. The trend is not just seen in the
residential of the upper-middle classes, i.e. in some real estate within the city, but also in the
residential of the low-middle classes, such as the settlements in Code RT 01 RW 01 Girli Code,
Yogyakarta.

Keywords: materials, the local wisdom, the ecological aspects

Abstraksi: Dalam mewujudkan bangunan, pemilihan bahan memegang peranan penting.


Karya arsitektur yang baik memiliki kriteria nilai, yaitu penampilan menarik, nyaman saat
ditempati, indah dilihat, aman dalam konstruksi, memiliki kearifan lokal, dan ramah terhadap
alam dan lingkungan. Pada era globalisasi, nilai-nilai tersebut mulai berubah, terutama pada
hunian di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara detail penyebab
terjadinya perubahan kriteria nilai tersebut pada masyarakat perkotaan. Metoda yang
dilakukan adalah dengan survei lapangan. Survei ini menggunakan instrumen kuesioner dan
wawancara langsung terhadap responden. Hasil penelitian adalah masyarakat kota lebih
mengutamakan kemudahan perawatan di dalam memilih bahan bangunan dan cenderung
untuk mengikuti trend dibandingkan dengan pertimbangan untuk mempertahankan kearifan
lokal serta keramahan terhadap alam dan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari semakin
banyaknya rumah tinggal yang dibangun dengan menggunakan bahan bangunan modern.
Kecenderungan ini tidak saja terjadi pada golongan menengah ke atas di beberapa kawasan
real estate di Surabaya, tetapi juga sudah terjadi pada perumahan penduduk di kalangan
menengah ke bawah, contohnya di permukiman Code RT 01 RW 01 Girli Code, Yogyakarta.

Kata Kunci: material, kearifan lokal, aspek ekologi

Perkembangan teknologi menyebab- Pengaruh ini juga terdapat pada


kan adanya perkembangan kualitas bahan beberapa pembangunan gedung dan
bangunan, baik dari segi corak, warna, perumahan pada umumnya. Pembangunan
tekstur, kekuatan, keamanan, dan ukuran. Hal rumah tinggal di Surabaya, umumnya,
ini mempengaruhi penampilan bangunan, khususnya di kawasan menengah ke atas
baik dari segi fisik, melalui indera peng- lebih banyak memilih bahan bangunan
lihatan, maupun dari suasana, melalui rasa modern, dibanding dengan bahan bangunan
atau jiwa. Selain itu, dengan kemajuan lokal. Ini dapat dilihat dengan kecenderungan
teknologi, bahan bangunan semakin mudah menggunakan beberapa jenis material
didapat, mudah dalam mengerjakan, mudah tertentu yang penggunaannya sangat domi-
dalam perawatan serta harga yang relatif nan.
lebih murah.

44
Praptiningrum. U., Fenomena Pemilihan Bahan Bangunan pada Hunian di Surabaya dan Permukiman di Kali Code

Dahulu banyak dipergunakan pe- lainnya, seperti: penutup atap dengan bahan
nutup atap dari genteng dengan bahan dasar baku rumbia, sirap, dan masih banyak lagi.
tanah liat. Pembuatannya melalui proses
pembakaran dengan temperatur rendah, METODOLOGI
sehingga genteng tersebut sangat ringan dan
mudah pecah, dan sudut kemiringan Penelitian ini bertujuan untuk mene-
pemasangannya pun sangat terbatas. Sekitar mukan penyebab pemilihan bahan bangunan
lima belas tahun terakhir ini, ada pada rumah tinggal di Surabaya. Pengum-
kecenderungan penggunaan bahan dasar pulan data dilakukan dengan survei berda-
beton atau tanah liat dengan pembakaran sarkan wawancara dan penyebaran kuesioner
yang menggunakan temperatur tinggi. kepada 120 responden di beberapa rumah
Hasilnya memang lebih berat, tetapi lebih tinggal di Surabaya.
awet dalam pemakaian. Demikian juga
dengan kontruksi atap, saat ini banyak Hasil survei yang dilakukan pada 120
dipergunakan rangka atap besi, galvanis dan rumah (responden) di beberapa kawasan
sejenisnya. Rangka atap kayu sudah jarang perumahan dan real estate di Surabaya,
digunakan karena lebih mudah terbakar dan seperti di Darmahusada Indah Utara dan
rawan terhadap serangan rayap. Selatan, Babatan Pratama (Surabaya Barat),
Tenggilis Utara, Galaxy Bumi Permai,
Untuk penutup lantai, pada umumnya Medokan Ayu, dan Graha Family mene-
menggunakan bahan keramik, tetapi ada juga mukan adanya kecenderungan penggunaan
yang menggunakan marmer atau sejenis bahan-bahan bangunan modern, seperti jenis
granit untuk bagian-bagian tertentu ruang di penutup lantai, yang dahulu banyak
dalam rumahnya. Bahan kayu masih banyak digunakan ubin, teraso, dan semen, kini
digunakan untuk kusen, daun jendela, dan sebagian besar menggunakan bahan keramik.
daun pintu, tetapi untuk bangunan-bangunan Bervariasinya bahan dasar yang dipergu-
dengan gaya minimalis sudah mulai beralih nakan akan berpengaruh terhadap penam-
ke bahan alumunium sebagai kusen. Alasan pilan dan keawetan maupun sudut kemi-
penggunaan aluminium adalah karena lebih ringan pemasangan dari penutup atap.
awet, bebas rayap, dan mudah perawatannya.
Sebagai studi banding, survei
Pada dasarnya, hampir semua bahan dilakukan di Girli Code atau Pinggir Kali
bangunan yang biasa dipergunakan, pasti Code Yogyakarta, tepatnya di perkampungan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, peninggalan binaan almarhum Y.B. Mangun-
dengan perkembangan teknologi, kelemahan- wijaya yang sudah berusia lebih dari lima
kelemahan yang ada dapat diminimalisir, dan belas tahun. Hasil survei menunjukkan
kelebihannya dapat lebih dikembangkan, adanya keunikan yang sangat menonjol.
sehingga kualitasnya menjadi lebih tinggi. Selain bangunannya yang unik, rapi, dan
artistik, ternyata konstruksinya juga cukup
Namun, hingga kini, teknologi maju kuat. Saat terjadi gempa bumi dahsyat di
belum banyak menjawab beberapa tuntutan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2006,
terhadap bahan bangunan yang sebenarnya bangunan perumahan di Kampung Code
sangat tepat untuk bangunan di daerah masih berdiri kokoh, hanya beberapa jalan
beriklim tropis lembab dan ramah terhadap setapak dan talud di pinggir sungai yang
kondisi iklim tersebut, misalnya pengelolaan sedikit mengalami keretakan.
bangunan dari bambu, seperti gedeg
(dalam bahasa Jawa), batu alam berpori, dan Namun, kondisi tersebut sudah mulai
sejenisnya. Dengan teknologi tinggi, semes- terjadi banyak perubahan, baik dari segi
tinya bahan bangunan ini dapat diolah untuk bentuk bangunan, dan pemilihan bahan
menjadi bahan bangunan yang lebih berkua- bangunan. Bangunan yang menggunakan
litas, baik dari sisi keawetannya maupun bahan bangunan lokal/tradisional, seperti
keamanannya. Tentunya dengan harga yang bambu, gedeg, kayu hanya tinggal 40%.
dapat terjangkau oleh semua kalangan. Penggunaan bahan-bahan modern, seperti
Demikian juga dengan bahan-bahan lokal beton dan kaca lebih banyak digunakan

45
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

dengan pertimbangan keawetan dan kemu- mendukung struktur bangunan yang


dahan pemeliharaan. diinginkan.

Gambar 1 dan 2 menunjukkan salah Buckminster Fuller


satu contoh bangunan rumah tinggal di Buckminster Fuller banyak menggu-
pinggir Kali Code yang masih memper- nakan baja pada bangunannya. Ia mene-
tahankan penggunaan bahan banguan lokal kankan efisiensi bahan, berkaitan dengan ba-
dan yang sudah menggunakan bahan beton. han bangunan dan struktur, yaitu penggunaan
Sementara itu, Gambar 3 dan 4 menunjukkan bahan yang efisien akan mendapatkan hasil
contoh bangunan rumah tinggal di Surabaya yang optimum.
yang menurut hasil survei, hampir seluruhnya
menggunakan bahan bangunan modern, yaitu KARAKTERISTIK BAHAN BANGUN-
beton. AN LOKAL

PENDAPAT BEBERAPA PAKAR Bambu dan Buluh


MENGENAI BAHAN BANGUNAN Bambu dan buluh mudah dijumpai di
semua daerah yang beriklim tropis lembab,
Vitruvius terutama di Asia Tenggara dan pulau-pulau
Vitruvius adalah seorang arsitek dari di lautan Hindia dan Pasifik, tergantung pada
Romawi yang karya-karyanya mencapai kondisi lingkungannya, dari ketinggian
puncaknya pada sekitar abad ke-16. Dua dari permukaan laut sampai 3500 m. Secara
tiga teori yang sangat dikenal oleh hampir umum, sifatnya ringan, lentur, daya tahan
semua arsitek dunia, yaitu Firmitas yang sedang, cocok untuk tanah yang bergerak
berkaitan dengan kestabilan struktur (daerah gempa). Bambu digunakan sebagai
bangunan. Faktor faktor yang melandasi bahan bangunan untuk rumah tinggal dan
kekokohan struktur bangunan adalah pemi- bangunan umum di daerah pedesaan atau
lihan material, cara penggunaan material, dan perkampungan dengan metode tradisional.
metode pembangunan. Sifat penggunaannya mudah dikerjakan dan
diperbaiki dengan ruang lingkup penggunaan
Prinsip yang ketiga, yaitu Venustas yang luas dan murah. Bahan ini juga cocok
berkaitan dengan daya tarik bangunan. dipergunakan untuk daerah gempa karena
Penampilan yang menarik, tekstur, dan pola perbandingan berat dan ketahanan yang
material didukung oleh struktur bangunan menguntungkan.
yang kuat, sebenarnya telah memenuhi
fungsi bangunan yang diinginkan, sehingga Jenis bambu yang ada di Indonesia,
penampilan bangunan secara keseluruhan antara lain: bambu wuluh, bambu petung,
akan menimbulkan daya tarik visual bagi bambu tali, bambu adang, bambu duri dan
pengamat. lain-lain. Dari berbagai jenis bambu di atas,
bambu adang merupakan jenis bambu yang
Y.B. Mangunwijaya paling tidak tahan lama dibandingkan dengan
Romo Mangunwijaya adalah seorang jenis yang lain.
arsitek dan budayawan dari Indonesia. Beliau
mengatakan bahwa di dalam karya arsitektur Garis tengah batang bambu berkisar
diperlukan adanya kejujuran. Masing-masing antara 130 cm. Batang bambu raksasa
bahan memiliki kelebihan dan kekurangan. digunakan untuk konstruksi pemikul beban
Karena itu, sebelum menggunakan kita dapat atau tiang penyangga. Kulit bambu dan bilah-
mempertimbangkan penggunaan bahan ter- bilah bambu yang sudah dijalin menjadi
tentu untuk bagian bangunan tertentu pula gedeg umum dipergunakan untuk dinding,
karena ada bagian tertentu yang bisa diton- penutup lantai, atau plafon. Banyak juga
jolkan tetapi ada pula bagian yang perlu yang dijadikan tembikar atau alas tempat
disembunyikan. Pertimbangan mengenai ke- duduk di lantai atau amben. Rangkaian
kuatan bahan juga mendasari pemilihan bilah-bilah bambu juga bisa difungsikan
bahan tertentu, sehingga dapat tepat sebagai sunscreen atau kerai peneduh dari
sinar matahari maupun tampias hujan.

46
Praptiningrum. U., Fenomena Pemilihan Bahan Bangunan pada Hunian di Surabaya dan Permukiman di Kali Code

Bahanbahan ini sudah dikembangkan kecil. Kerapatan tergantung pada bentuk


menjadi bahan struktur dengan teknologi selnya, antara 200 kg/m3, yakni jenis kayu
tinggi. Bahan ini juga bisa dipergunakan balsa, sampai 1250 kg/m3 (lignum viate).
sebagai substitusi (bahan pengganti) baja Kayu memiliki kestabilan mekanis yang
(optimum 34 % dari garis tengah: 45 kali baik. Kemungkinan perbaikan dan
lebih tahan dibebani). penggantian mudah. Kadar kelembaban yang
ideal adalah 1215 %. Sisi-sisi papan serat
Permukaan bambu sangat tahan kayu sangat tidak tahan terhadap
terhadap air. Sistem pengudaraan bambu kelembaban.
baik, sedikit menyerap panas, pemantulan
sama dengan rumput, yakni 20%. Kerapatan Kelemahan kayu adalah mudah
bambu sekitar 650 kg/m3, sedangkan untuk terbakar, pengolahan yang kurang baik,
buluh sekitar 130180 kg/m3. Kelemahan mudah dimakan serangga, rayap dan
dari bambu hampir sama dengan rumput serangga perusak lainnya. Di dalam air/laut
yakni mudah terbakar, tidak tahan lama, dan kayu mudah dirusak oleh siput. Selain itu,
dapat menjadi tempat bersarangnya serangga konstruksi kayu dapat dirusak oleh binatang
dan binatang kecil serta jamur. pengerat, atau jamur yang menimbulkan
kebusukan kering.
Umur bambu bisa diperpanjang
dengan cara mengerinkan batang yang baru Beberapa pencegahan dan penang-
dipotong dan diletakkan berdiri pada tempat gulangan untuk mempertinggi ketahanan
yang teduh; melepaskan kadar gula dan kayu dapat dilakukan dengan beberapa cara,
tepung dengan merendamnya dalam air antara lain: pengecatan, memperkecil pori-
tenang; merendam batang hijau dalam larutan pori kayu, perendaman, pengawetan, atau
bambu hijau; mengisi bahan lautan ke dalam diffuse dengan bermacam-macam bahan
batang bambu hijau; dan pengolahan panas kimia. Ketahanan terhadap jamur dan
dengan berbagai bahan pelindung. serangga melalui pemrosesan dengan minyak
ter (kreosol), bahan-bahan yang larut dalam
Kayu air (garam, tembaga, khrom, Arsen, Brom)
Kayu dapat digunakan untuk bangunan atau larutan organik (penta khlorofenol,
rumah tinggal dan bangunan umum lainnya. naftalin dikhlorinasi). Bahan pencegah
Penggunaan kayu digunakan untuk bentang terhadap kebakaran adalah asam borat,
yang terbatas. Namun, dengan laminasi dapat monomonium fosfat, diamonium fosfat.
dicapai bentangan yang besar (dengan
perekat sintetis). Kayu dapat digunakan Tanah, Tanah Liat, Pasir
sebagai kolom, konstruksi atap, dinding, Tanah, tanah liat, dan pasir banyak
lantai, maupun ornamen dekoratif baik di terdapat di daerah tropis. Laterit adalah
dalam ruang maupun di bagian luar ruangan. bahan bangunan khas daerah tropis lembab,
Selain itu, rangkaian bilah-bilah kayu juga berwarna putih abu-abu sampai merah tua,
dipergunakan sebagai kerai, plafon, dan tergantung pada kadar besinya. Tanah liat
furniture. ada di daerah kering. Bahan ini umumnya
bisa dipergunakan untuk bangunan rumah-
Beberapa jenis kayu memiliki rumah tradisional tidak bertingkat. Namun,
ketahanan yang tinggi baik terhadap dengan pengolahan menjadi berbentuk blok
pengaruh iklim maupun serangga seperti yang distabilisasi dan diproduksi dengan
rayap dan sejenisnya. Dengan didukung mesin dapat dipergunakan untuk bangunan
pemakaian yang tepat dan pengolahan yang rumah tinggal bertingkat dua sampai tiga
baik, kayu akan menjadi lebih tahan lama. lantai, bahkan di Arab Selatan terdapat
Kemampuan pengisolasian panas dikate- rumah setinggi 10 12 tingkat yang terbuat
gorikan sedang, penyerapan panas kecil, dan dari batu bata-tanah liat kering udara-tanpa
mampu bertahan terhadap tiupan angin tulangan. Bentuk paling sederhana adalah
kencang. Kemampuan pemantulan rata-rata ditumpuk dengan tangan tanpa cetakan dan
50%. Namun, untuk kayu yang berwarna rangka, terutama di daerah tropis. Peng-
gelap, kemampuan pemantulan ini lebih

47
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

gunaan untuk daerah tropis lembab harus berongga (2550% lubang) memiliki daya
dipergunakan dengan sistim rangka. penyerapan dan transmisi panas yang lebih
kecil, sehingga cocok untuk iklim tropis
Batu bata dari tanah liat dikeringkan lembab. Kemampuan pantulnya ratarata 30-
dengan udara atau ditekan dengan tangan. 40% kerapatan, tergantung pada komposisi
Penguatan blok tanah liat tekan bisa dibuat bahan, 12002300 kg/m3. Kekuatan tekannya
dengan penambahan 3 20% semen, kapur, juga tergantung pada tingkat dan kualitas
bitumen, damar, atau bahan pengikat lainnya pembakaran dan bahan baku, yaitu antara
disesuaikan dengan komposisi tanah. Adukan 10180 N/mm2. Batu bata tahan terhadap
lumpur lebih tahan lama bila ditambahkan kerusakan mekanis. Penggunaan untuk
dengan bitumen. Laterit lembek dipotong saluran, dapat dibuat tahan asam dengan
dalam blok-blok, dikeringkan, dan digunakan penambahan bahan-bahan mineral dan logam
seperti batu bata, atau diperkuat dengan serta pembakaran sampai keras. Untuk bahan
bahan pengikat dan dibentuk dan ditekan konstruksi dinding, atau pada alur-alur
menjadi blok. Laterit keras dimanfaatkan retakan akibat gempa bumi atau angin,
seperti batu alam. dibutuhkan penguat sejenis besi baja atau
strimin/rangkaian kawat.
Tanah liat padat memiliki kerapatan
2100 kg/m3, tanah liat dengan jerami 1600 Kelemahan batu bata adalah bisa
kg/m3 dan batu laterit 2100 kg/m3. Ketahanan tembus air jika terkena tampias hujan yang
yang baik terdapat pada bahan yang telah terus menerus. Namun, ini bisa ditanggulangi
distabilisasi. Bahan padat memiliki kekuatan dengan mempertebal dinding atau pasangan
tekan tertinggi (sampai 40 N/mm2), terutama batu bata. Tekanan karena tembusan air pada
untuk keawetan, karena secara struktural waktu hujan lebat yang menerobos melalui
tidak diperlukan. Kemampuan pemantulan retakan pada sambungan lebih kuat diban-
2030%, kemampuan pengisolasian baik, dingkan dengan batu bata. Apabila terjadi hal
kemampuan penyerapan panas tinggi, dan seperti ini, penyumbatan dapat dilakukan
tahan terhadap angin. dengan cat silicon atau bahan lain yang tahan
air.
Tanah liat ini bisa dihaluskan,
dicampur dengan air, dibentuk sesuai Batu bata dapat menjadi retak akibat
kebutuhan, lalu dikeringkan, dan dibakar. tingginya pemanasan lapisan luar oleh sinar
Batu bata digunakan untuk dinding sebagai matahari dan pendinginan bagian dalam oleh
bahan pengisi maupun struktur utama, pendingin ruangan. Lubang batu bata yang
sebagai kolom, lantai, pipa drainase, atau tidak tertutup mudah menjadi sarang dan
pipa saluran yang lain. Tanah liat juga bisa jalan bagi serangga, rayap, lipas, tikus
dibuat menjadi tembikar, berupa patung, kelelawar, dan burung sriti. Apabila terkena
peralatan rumah tangga, maupun hiasan kelembaban yang terus menerus, maka akan
dekoratif. Tanah liat sangat bervariasi dalam tumbuh jamur dan lumut. Demikian juga
cara pengolahan, bentuk, ukuran, kualitas, yang terjadi apabila pemasangan pondasi di
dan tingkat kelentingan. Di Indonesia ukuran bawahnya dapat merembeskan air (air tanah
batu bata yang standar dan masih belum ada, dari bawah ke sepanjang pasangan batu bata).
di masing-masing daerah seringkali dite-
mukan batu bata dengan warna dan ukuran Kelemahan bahan dari tanah liat
yang berlainan. Untuk menghemat biaya adalah bila terkena hujan yang terus menerus
transportasi, bentuk-bentuk yang sederhana mudah rusak, daya tahan rendah terhadap
dapat diproduksi di daerah yang dekat de- kelembaban, sehingga diperlukan adanya
ngan lokasi bahan baku utama atau ba- perbaikan setelah musim hujan berhenti,
ngunan. penyusutan dan pemuaian tergantung pada
kadar kelembaban.
Bila diolah secara tepat, batu bata
dapat tahan terhadap cuaca, karena berpori. Batu Alam
Penyerapan panas cukup baik, dengan Batu alam mudah didapat di daerah
kemampuan penyaluran panas rendah. Bata tropis, tetapi jumlahnya lebih sedikit di

48
Praptiningrum. U., Fenomena Pemilihan Bahan Bangunan pada Hunian di Surabaya dan Permukiman di Kali Code

daerah dataran rendah tropis basah (hutan haya, kerusakan oleh akar, kemungkinan
musim) dan di daerah pasir yang tidak terdapat sarang serangga pada batuan
berbata (padang pasir pantai). Bahan ini berpori, dan dapat menjadi jalan rayap masuk
termasuk bahan bangunan lokal Indonesia. ke dalam bangunan. Di daerah bahaya
Jenis sangat bervariasi. Batuan jenis laterit gempa, ketahanan konstruksi batu alam
dan batu koral terdapat di daerah tropis. Batu tergolong rendah. Perubahan warna batu
alam digunakan secara struktural sebagai alam dapat terjadi apabila berhubungan
pondasi rumah tinggal dan bangunan dengan tembaga, perunggu, serta baja atau
sederhana lainnya, perkerasan jalan, trotoar, kayu yang diolah dengan asam tanik.
dam, jembatan, tembok tepi sungai, dan
turap. Selain itu, batu alam juga digunakan Semen Asbes
sebagai dinding pasangan batu, pasangan Semen asbes banyak digunakan,
lantai, dan relief dekoratif. Pada umumnya, terutama yang berbentuk lembaran
batu alam tahan terhadap angin dan cuaca. bergelombang sebagai penutup atap.
Pemasangannya mudah, fleksibel, dan dapat
Batu alam yang padat memiliki dipergunakan untuk bentangan yang cukup
kemampuan penyerapan panas tinggi, lebar. Selain itu, semen asbes juga dapat
sedangkan yang berpori baik sebagai isolator digunakan sebagai dinding, elemen
panas yang tinggi, seperti batu vulkanik dan pelindung matahari, saluran air limbah,
koral. Kerapatan jenis batu alam bervariasi lapisan pencegah api pada konstruksi baja
tergantung jenis batuannya, contohnya batu dan kayu, dan furniture. Semen asbes tahan
koral 1300 kg/m3, basalt 3000 kg/m3, terhadap korosi dan api. Penggunaannya
sedangkan laterit bervariasi menurut sangat cocok untuk daerah tropis dengan
komposisi dari porositasnya. karakteristik kedap angin, kemampuan
penghantaran panas kecil, penyerapan baik,
Kekuatan tekan bervariasi, tergantung dan pemantulan panas ratarata 2550%,
dari jenis batuannya, misalnya batuan tergantung pada usia bahan. Kerapatan
endapan, seperti batu tuff vulkanik 2030 2100kg/m2 (2,1 kg/m2 pada pelat dengan
N/mm2, batu kapur 20180 N/mm2; batuan tebal 1 cm)
eruptif lebih tinggi, seperti lava basalitik 80-
150 N/mm2, granit 160240 N/mm2, clorit Kelemahannya adalah adanya resiko
170300 N/mm2, dan basalt 250400 N/mm2, rusak saat pengangkutan, baik melalui darat
sedangkan batuan metamorfis, seperti maupun laut; sensitif terhadap tumbuhan
marmer 80180 N/mm2 dan kuarsit 50300 mekanik; tidak tahan gempa; mudah pecah
N/mm2. Ketahanan batu alam terhadap oleh tekanan. Namun, semen asbes tahan
kerusakan mekanis cukup tinggi. terhadap gangguan tumbuhan diatasnya, dan
tumbuhan tersebut dapat mengurangi
Batu alam juga memiliki kekurangan, pantulan. Semen asbes dapat dibersihkan
yaitu adanya bahaya gesekan pada batuan dengan larutan tembaga sulfat. Namun,
berpori, seperti batu kapur dan pasir oleh terdapat indikasi bahwa serbuk-serbuk semen
benda-benda keras yang terbawa angin; asbes sangat tidak baik terhadap kesehatan
bahaya korosi karena pencemaran udara; dan tubuh, terutama bagi pernafasan dan dapat
bahaya kerusakan karena pembentukan menyebabkan kanker. Bahanbahan yang
kristal garam yang terbawa oleh air laut, dapat merusak semen asbes, antara lain asam
tanah, atau adukan yang tidak bersih. organik dan anorganik, minyak dan lemak
tumbuhan, larutan garam, kondensasi air
Perubahan warna dan permukaan oleh panas yang terus menerus, dan air yang
perusak organik, seperti ganggang, jamur, agresif.
dan lumut; kerusakan oleh genangan air;
pertukaran ion; dan pembentukan asam juga HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat terjadi. Hal-hal yang perlu diper-
timbangkan juga dalam pemakaian batu alam Pada umumnya, pemilihan bahan
ialah adanya perusak organik yang dapat bangunan rumah tinggal di Indonesia saat ini
mempercepat pertumbuhan tumbuhan berba- lebih mempertimbangkan kepraktisan,

49
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

keamanan, keawetan, dan perawatan yang dan Graha Family tidak ada satu rumah pun
mudah. Pada dasarnya, bahan-bahan yang menggunakan penutup atap rumbia,
tradisional sangat baik dan tepat digunakan sirap, ijuk, seng gelombang, dan sirap.
pada bangunan beriklim tropis lembab.
Selain itu juga, bahan-bahan tersebut Hasil survei mengenai penggunaan
memiliki nilai estetis yang tinggi. Namun, bahan pada penutup lantai menunjukkan
karena belum banyak teknologi yang bahwa 90% responden menggunakan bahan
mengolah dan mengembangkan bahan-bahan keramik dan 10% menggunakan marmer,
lokal, seperti gedeg, bambu, rumput, ijuk, parket dan granit. Tidak ada satu responden
daun kelapa, dan sebagainya, terutama untuk pun yang menggunakan penutup lantai ubin
meningkatkan keawetan dan dengan harga atau teraso. Sebagai konstruksi dinding dan
terjangkau, maka bahan bangunan ini banyak kolom, hampir 100% responden meng-
ditinggalkan oleh masyarakat kota untuk gunakan bahan batu bata dan beton bertulang
membangun rumah tinggalnya. untuk kolom. Sebagai bahan finishing
dinding, hampir 100% finishing meng-
Hasil survei yang dilakukan terhadap gunakan lapisan semen yang dicat. Tidak
seratus dua puluh responden penghuni rumah satu responden pun yang menggunakan
tinggal yang tersebar di beberapa lingkungan dinding gedeg atau bambu, atau pun kayu.
perumahan atau real estate di Surabaya dan Untuk bahan plafon, 60% responden
sekitarnya, menunjukkan bahwa 99% menggunakan gypsum, 20% menggunakan
responden menggunakan bahan penutup eternit, dan 20% menggunakan kayu,
genteng beton, 80% menggunakan genteng lumbersering, atau asbes. Pada umumnya,
keramik, dan 15% menggunakan dak beton asbes juga berfungsi sebagai atap. Sementara
dan asbes. Pada survei yang dilakukan di itu, tidak ada satu pun yang menggunakan
Darmahusada Indah Utara dan Selatan, bahan gedeg (jalinan bambu) atau material
Babatan Pratama (Surabaya Barat), Tenggilis tradisional.
Utara, Galaxy Bumi Permai, Medokan Ayu,

Tabel 1. Data Hasil Survei 30 Rumah (Responden) dari 120 Rumah yang Disurvei dengan Pengamatan
terhadap Tujuh Macam Bahan Bangunan beserta Alasan Pemilihannya

Bersambung ke halaman 51 ...

50
Praptiningrum. U., Fenomena Pemilihan Bahan Bangunan pada Hunian di Surabaya dan Permukiman di Kali Code

Sambungan dari halaman 50 ...

Sumber: Hasil Survei Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,
Mata Kuliah Teknologi Bahan, 2004

51
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Survey dari 120 Rumah Tinggal di Surabaya

Sumber: Hasil Survei Mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya,
Mata Kuliah Teknologi Bahan, 2004

Gambar 1. Rumah tinggal di salah satu Gambar 2. Rumah tinggal di Surabaya.


kawasan real estate, Surabaya. Sumber: Dokumen Penulis, 2005-2009.
Sumber: Dokumen Penulis, 2005-2009.

Diban

Di bantaran Kali Code Yogyakarta,


yang terletak di pusat kota, tepatnya di
sebelah selatan Kreteg Gondolayu (Jembatan
Gondolayu), kita dapat menemui perkam-
pungan peninggalan Y.B. Mangun-wijaya.
Hasil survei menunjukkan bahwa 40% dari
rumah tinggal di kampung ini, masih
menggunakan metode tradisional dengan
material alam atau tradisional. Di bagian
tengah perkampungan masih menggunakan
pondasi pasangan batu kali. Tiang-tiang
masih menggunakan kayu, bambu, tetapi
sebagian sudah menggunakan beton bertu-
lang. beton

Gambar 3. Balai Serbaguna di


Permukiman Kali Code.
Sumber: Dokumen Penulis, 2005-2009.
52
Praptiningrum. U., Fenomena Pemilihan Bahan Bangunan pada Hunian di Surabaya dan Permukiman di Kali Code

bangunan baru dan perkerasan jalan


lingkungan yang mengalami keretakan.

Gambar 6. Bangunan di Tepi Luar Girli


Code yang Didominasi dengan Bahan Beton.
Sumber: Dokumen Pribadi, 2005-2009.

Gambar 4. Balai Serbaguna di Permukiman


Kali Code. SIMPULAN
Sumber: Hasil Survei oleh Mahasiswa,
2004. Berdasarkan beberapa referensi
kepustakaan dan survei lapangan, bahan
bangunan lokal/tradisional, sangat tepat
diterapkan untuk bangunan rumah tinggal di
iklim tropis lembab seperti Indonesia.
Kelebihan dari bahan bangunan lokal, antara
lain adalah memiliki nilai estetis, ramah
terhadap lingkungan, ringan, kuat, tahan
gempa, alami, isolator panas yang baik,
fleksibel, mudah dibentuk dan dikerjakan,
kondensator yang bagus, dan mudah
pemeliharaannya, serta memberi sirkulasi
Gambar 5. Penggunaan Lantai Keramik pada udara yang baik.
Kamar Mandi dan Tangga Rumah Tinggal
Ketua RT di Code. Namun, bahan-bahan lokal memiliki
Sumber: Dokumen Penulis, 2005-2009. kelemahan, yaitu dari segi keawetan, tidak
tahan terhadap kelembaban, mudah dijadikan
Secara keseluruhan, bangunan di sarang binatang sejenis serangga, memiliki
permukiman Kali Code tampak asri, karena resiko keamanan terhadap gangguan
pemilihan bahan bangunan yang ramah manusia. Sebenarnya, akibat perusakan
terhadap lingkungan dan tepat untuk alam/hutan oleh manusia, maka bahan baku
bangunan beriklim tropis lembab. Bahan- seperti kayu yang berkualitas menjadi
bahan bambu yang cukup ringan, beserta semakin sulit didapat dan mahal. Demikian
gedeg (jalinan bambu) dengan sifatnya juga tanah liat yang digunakan sebagai bahan
yang sangat bagus untuk sirkulasi udara juga baku untuj batu bata, pengambilan tanahliat
tepat untuk daerah dengan iklim tropis yang tidak terkontrol juga mengancam
lembab. Saat terjadi gempa di Yogyakarta terjadinya pengikisan tanah, sehingga
tahun 2006, banyak bangunan yang menimbulkan terjadinya rongga-rongga dan
dindingnya retak atau roboh, tetapi rumah cekungan pada dataran atau tanah.
tinggal di kawasan Code tidak banyak
mengalami kerusakan. Hanya beberapa

53
Jurnal Arsitektur KOMPOSISI, Volume 9, Nomor 1, April 2011

Dengan teknologi maju sekarang ini, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama


beberapa bahan bangunan lokal atau Press.
tradisional memiliki potensi untuk diting- Nas, J. M. P. 1998. The House in Indonesia:
katkan kualitasnya, terutama dari segi Between Globalization and Locali-
keawetan. Sejauh bahan baku yang diper- zation, Netherlands. Published in
gunakan tidak merusak alam dan lingkungan, Bijdra gen voor de Taal, Land-en
maka teknologi justru dapat mendukung Volkenkunde, 154 (2), p. 335-360.
kelangsungan pemanfaatan bahan bangunan Santosa, M. 2006. Sistem Pendinginan Pasif
lokal tersebut, dengan diolah menjadi bahan pada Bangunan di Daerah Tropis
bangunan yang ramah lingkungan, awet, untuk Upaya Pembangunan
aman, tetap menonjolkan nilai artistik dan Berkelanjutan. Laporan Akhir HPTP
estetika, serta mudah perawatannya. 2006. Surabaya: ITS.
Sukawi. 2008. Pemberdayaan Bambu sebagai
DAFTAR RUJUKAN Bahan Bangunan Perumahan yang
Ekologis. Jurnal Ilmiah Eprints.
Approriate Building Materials. 1993. A Semarang: Universitas Diponegoro.
Catalog of Potential Solutions, Studi tentang Kecenderungan Pemilihan
Enlarge Edition, Habitat for Humanity Bahan Bangunan untuk Beberapa
Philli pines. Switzerland: SKAT Rumah Tinggal di Surabaya, Jawa
Publication & IT Publication. Timur Indonesia. Hasil Survei
Ballinger, J. A. Energy Efficiency and Mahasiswa Teknik Arsitektur
Thermal Design of Building. Sydney: Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
The University of New South Wales. Tahun 2000 - 2005 dalam Mata Kuliah
Santoso, B., Santosa, M. 2006. Kinerja Teknologi Bahan Bimbingan Ir. Uniek
Termal Bangunan pada Lingkungan Praptiningrum W., M.M.
Berkepadatan Tinggi dengan Variabel Sumalyo, Y. 2005. Arsitektur Indonesia
Atap, Dinding, Ventilasi dan Plafon, dalam Perkembangan Dunia. Makas-
Studi Kasus di Kepadatan Tinggi di sar. Makalah disajikan dalam Upacara
Surabaya, Malang, dan Sumenep. Penerimaan Jabatan Guru Besar Tetap
Jurnal Ilmiah Gema Teknik. Surakarta: dalam Bidang Sejarah Perkembangan
UNS. Arsitektur pada Fakultas Teknik
Broadbent, G. 1980. Design In Architecture: Universitas Hasanuddin, di depan
Architecture and the Human Sciences. Rapat Senat Terbuka Luar Biasa
New York: John Wiley & Sons. Universitas Hasanuddin pada hari
Forsyt, A. 2003. Measuring Density: Sabtu 16 April 2005.
Working Definition for Residential Wardhono, U. P. 1997. Penerapan Metode
Density and Building Density. Quality Function Deployment (QFD)
Minnesota: University of Minnesota. dalam Peningkatan Kualitas Industri
Lippsmeier, G. Dipl. Ing. 1980. Tropenbau Real Estate (Studi kasus Kawasan
Building in the Tropics Verlag George Kota Mandiri Citra Raya dan Pratama
D,W. Munchen: Callwey. Estat). Thesis.
Malik, A. 2011. Memanusiakan Warga Wardhono, U. P. 8 Maret 2003. Karya
Bantaran Kali. Jurnal Ilmiah Arsitektur Tidak Harus Nyleneh.
Perancangan Kota dan Permukiman, Harian Surabaya Pagi.
10 (1).
Mangunwijaya, Y. B., Dipl,Ing. 1981. Pasal
Pasal Pengantar Fisika Bangunan.

54

S-ar putea să vă placă și