Sunteți pe pagina 1din 7

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dewasa ini, media massa semakin berkembang dengan adanya kemajuan
pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi. Salah satu alat penyebar
informasi yang cepat dan menarik adalah melalui media televisi, karena media ini
tidak hanya menggunakan audio tetapi juga visual yang mana setiap individu
mampu melihat gambar dan mendengar suara secara langsung. UU Penyiaran
Nomor 32 tahun 2002 pada Bab I ayat 4 menyatakan bahwa penyiaran televisi
adalah media komunikasi massa dengar pandang yang menyalurkan gagasan dan
informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka maupun
tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
Memasuki abad ke-21 ini, pers memiliki kebebasan yang besar dalam
menyalurkan setiap informasi kepada khalayak dibandingkan pada era orde baru.
Pada era orde baru, keberadaan pers diawasi ketat oleh pemerintah dibawah
naungan departemen penerangan. Pers tidak bisa melakukan apapun selain patuh
kepada pemerintah. Hal ini dilakukan agar pemberitaan buruk mengenai
pemerintahan jaman orde baru tidak sampai ke masyarakat. Apabila pers tidak taat,
pemerintah bisa langsung melakukan pembredelan melalui pencabutan SIUPP
(Surat Ijin Usaha Pernerbitan Pers). Berbeda dengan saat ini, yang mana setiap
media malah memiliki kebebasan penuh dalam memberitakan sesuatu termasuk
mengkritisi pemerintah. Bahkan saking bebasnya, makin kesini media massa
semakin tidak beraturan dalam memberikan informasi atau hiburan kepada
khalayak khususnya televisi, media massa pertelevisian Indonesia sudah tidak
menunjukkan fungsinya secara benar sesuai UU No 40 Tahun 1999 pasal 3 a.yat 1
yang menyatakan bahwa pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial dengan ditunjukkannya banyak tayangan
pertelevisian kita yang tidak mendidik. Tayangan tidak mendidik tersebut antara
lain seperti acara hiburan yang menyajikan humor dengan banyak mengandung
kata-kata yang tidak sopan, menyudutkan dan merendahkan orang lain, serta
kekerasan sehingga mampu mempengaruhi penonton secara langsung maupun tidak
langsung. Mempengaruhi penonton baik secara langsung maupun tidak langsung

Page | 1
disini dapat diartikan adanya dampak yang ditimbulkan dari menonton acara
maupun program televisi tersebut, khususnya dampak negatif yang bisa merubah
pola perilaku masyarakat. Tayangan pertelevisian kita saat ini tidak lagi
memperhatikan segi kualitasnya tetapi lebih cenderung memperhatikan untung rugi
jika menayangkan sebuah program acara tertentu. Hal inilah yang mendasari
bagaimana kita seharusnya bisa lebih melek terhadap apa yang disajikan oleh media
massa dan bagaimana hal tersebut menyadarkan kita tentang rendahnya tingkat
pengawasan pemerintah dan kesadaran masyarakat itu sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam laporan lanjutan


poster saya yaitu bagaimana analisis hukum media massa terhadap tayangan
hiburan televisi seperti Yuk Keep Smile TRANS TV, Pesbukers dan Campur-
campur ANTV.

1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan laporan ini adalah:
1. Sebagai wujud pertanggung jawaban lanjutan dari pembuatan poster Hukum
Media Massa.
2. Memberikan wawasan kepada mahasiswa Fakultas Imu Sosial dan Ilmu Politik
terhadap pentingnya kesadaran atas tayangan-tayangan di media massa yang
tidak memiliki etika, moral, dan pendidikan bagi penontonnya.

1.4 MANFAAT
Manfaat dari laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa untuk dapat lebih memilah-milah
dan mengkritisi setiap tayangan media massa.
2. Memberikan kesadaran kepada mahasiswa bahwa ada beberapa efek negatif
yang ditimbulkan apabila mengkonsumsi tayanga-tayangan media massa yang
hanya menonjolkan hiburan tanpa adanya kualitas isi tayangan.

PEMBAHASAN

Page | 2
Semakin banyaknya stasiun televisi yang muncul di pertelevisian Indonesia,
tidak merubah atau menunjukkan semakin baiknya kualitas tayangan yang disajikan
media televisi. Yang terlihat dari kaca pertelevisian kita saat ini adalah maraknya media
kita melakukan pelanggaran hukum dan kode etik yang berlaku di masyarakat. Mereka
berlomba-lomba untuk menjual tayangan mereka agar mampu mendapatkan banyak
penonton rating tinggi. Tayangan yang disajikan oleh media pun sudah tidak
menunjukkan adanya pendidikan dan nilai moral yang dapat diambil dan dijadikan
contoh oleh masyarakat.

Dalam tayangan seperti Yuk Keep Smile, Campur-campur ANTV, Pesbuker


lebih menitikberatkan pada hiburan yang merendahkan martabat manusia karena
banyaknya adegan baik perilku maupun bahasa verbal yang menjatuhkan. Tidak kalah
dengan tayangan tersebut, sinetron dan ftv yang ditayangkan pada jam-jam prime time
juga menunjukkan bagaimana rendahnya kualitas tontonan masyarakat kita ini.

Gambar 1. YKS, Pesbukers, Campur-


campur.

Tayangan Yuk Keep Smile tayang di Trans TV setiap hari dimulai pada pukul
19.30 WIB, Pesbukers tayang di ANTV setiap jam 17.30 WIB, sedangkan campur-
campur tayang pada jam 20.30 WIB di ANTV. Konten ataupun isi dari tayangan-
tayangan ini secara keseluruhan hampir sama, yaitu hiburan berupa komedi yang
mengandung unsur celaan atau hinaan yang menjatuhkan harkat dan martabat manusia,

Page | 3
berisikan gosip kehidupan privasi seseorang, dan musik dangdut yang saat ini semakin
populer disetiap acara dengan menampilkan penyanyi ataupun artis yang
mengedepankan tampilan dandanan dan goyangan yang sensual.

Tayangan-tayangan yang demikian diputar pada jam prime time yang mana
hampir semua masyarakat beristirahat dan menonton televisi adalah salah satu hiburan
bagi mereka tidak terkecuali anak-anak. Anak-anak sangat mudah terpengaruh dengan
apa yang mereka lihat sehingga sangat besar dampak yang akan ditimbulkan
dikehidupan anak-anak tersebut dari hanya sekedar duduk menonton televisi.

Pers nampaknya pula seolah tutup mata dan tidak melihat sampai kearah sejauh
mana sebuah tayangan yang dikonsumsi oleh masyarakat dengan perbedaan usia. Hal
ini sangat bertolak belakang dengan bunyi pasal 5 point b dan point c Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa penyiaran diarahkan untuk menjaga dan
meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa; meningkatkan
kualitas sumber daya manusia..

Kebebasan pers saat ini cenderung liberal, bebas yang sebebas-bebasnya


meskipun kelihatannya tetap ada peraturan yang mengkawalnya dalam memberikan
sebuah tontonan kepada masyarakat seperti adanya Undang-undang Nomor 32 Tahun
2002 tentang penyiaran, P3SPS (Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran), dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang pers. Namun, lagi-lagi
lemahnya pengawasan pemerintah dan ketidaktegasan hukum bagi pelanggar aturan
menjadi faktor utama bagaimana lambatnya perkembangan kualitas tontonan
masyarakat kita.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002, pasal 8 ayat 3a menyatakan, tentang


tugas dan kewajiban KPI bahwa KPI menjamin masyarakat memperoleh informasi yang
layak dan benar sesuai dengan hak asasi manusia. Adanya badan hukum ini seolah tidak
digubris oleh pemilik media. Peringatan melalui Komisi Penyiaran Indonesia seolah
tidak membuat efek jera bagi media untuk berhenti memproduksi tayangan-tayangan
tersebut. Yuk Keep Smile misalnya, program ini sempat menampilkan seorang
penonton yang hadir mengucapkan kata-kata jorok, alat kelamin laki-laki. Jenis
pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas ketentuan perlindungan anak,

Page | 4
ungkapan kasar, norma kesopanan, dan penggolongan program siaran, ujar Judha,
Ketua KPI Pusat (13/3 pada www.republika.com). Hal tersebut melanggar P3SPS Bab 4
pasal 31 tentang kesopanan, kepantasan, dan kesusilaan sesuai dengan kodratnya,
lembaga penyiaran dapat menjangkau secara langsung khalayak yang sangat beragam
baik dalam usia, latar belakang, ekonomi, budaya, agama, dan keyakinan. Karena itu
lembaga penyiaran harus senantiasa berhati-hati agar isi siaran yang dipancarkan tidak
merugikan, menimbulkan efek negatif, atau bertentangan dan menyinggung nilai-nilai
dasar yang memiliki beragam kelompok khalayak tersebut. Namun, setelah pihak KPI
menjatuhkan sanksi beberapa kali kepada YKS, nyatanya sampai sekarang hiburan
tersebut masih tetap muncul dilayar kaca kita dan masih saja melakukan banyak
pelanggaran.

Gambar 2. Poster Hukum Media Massa

Sudahkah makan sampah hari ini? Itulah pertanyaan nyinyir yang ingin kami
sampaikan kepada khalayak, khususnya mahasiswa yang merupakan target awal
ditujukannya poster kami. Melalui poster ini, kami menyindir dan mencoba

Page | 5
menyadarkan masyarakat tentang buruknya kebiasaan mengkonsumsi program televisi
kita. Dimulai pada gambar pertama dan kedua dari atas, televisi mencoba meracuni
pikiran kita dan menyodorkan banyak tayangan tidak sehat yang bisa merusak kita
seperti makanan kita sehari-hari yang sebenarnya hal tersebut kita pandang sebagai
sesuatu yang wajar dan merupakan kebiasaan.
Pada gambar ketiga kami juga ingin menggambarkan bagaimana tayangan-
tayangan seperti Yuk Keep Smile, Pesbukers, Campur-campur, sinetron, ftv dan lainnya
layaknya seperti sampah yang ditemukan orang ditempat sampah, kami ingin
menyampaikan bahwa tayangan yang disajikan oleh media massa tidak mendidik, tidak
bermoral dan tidak mencerdaskan kehidupan generasi kita serta cenderung berdampak
negatif seperti perilaku suka berkata kasar dan kotor, melakukan tindak asusila,
menimbulkan rasa malas sampai pada tindakan kriminal. Tayangan tersebut seperti
sampah yang beraroma tidak enak yang seharusnya masyarakat sudah tidak lagi
mengkonsumsi hal itu dan sadar diri dapat memilah-milah mana program televisi yang
layak dan tidak layak untuk dikonsumsi.

KESIMPULAN

Dampak buruk yang ditimbulkan media massa khususnya televisi tidak


seharusnya diabaikan begitu saja karena hal ini akan sangat terkait dengan masa depan
masyarakat ketika tayangan-tayangan tidak berkualitas terus mewarnai program
pertelevisian kita. Kita perlu untuk menghindari dampak buruk jika tidak secara selektif
menentukan tontonan televisi yang akan kita konsumsi. Teori komunikasi uses and
gratification menyatakan audiens dianggap sebagai pihak yang aktif dan menentukan
apa yang ingin dikonsumsinya. Audiens sendiri bertanggung jawab dalam memilih
media untuk kebutuhan mereka sendiri. Melek media dan proses seleksi atau filter harus
ditanamkan kepada masyarakat agar masyarakat tidak langsung menerima begitu saja
setiap informasi ataupun hiburan yang disajikan oleh televisi.

Page | 6
Selain dari masyarakat sebagai konsumen program televisi, pihak pemerintah dan
peraturan perundangan sebagai regulator hendaknya lebih tegas dalam menyikapi setiap
pelanggaran tayangan pertelevisian kita. Karena ditinjau dari waktu siaran dan isi siaran
ternyata tayangan televisi masih banyak yang bertentangan dengan Undang-Undang
Penyiaran No. 32 Tahun 2002 dan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program
Siaran (P3SPS). Dalam UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 36 Ayat 1 tentang penyiaran
disebutkan, dalam setiap isi siaran di media massa wajib mengandung informasi,
pendidikan dan hiburan. Selain itu juga disebutkan isi siaran harus bermanfaat untuk
pembentukan intelektualitas, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya
Indonesia. Juga dalam ayat 3 disebutkan, isi siaran wajib memberikan perlindungan dan
pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja. Masih dalam ayat
ini disebutkan dalam menyiarkan mata acara stasiun televisi diwajibkan agar
menyiarkan tayangan pada waktu yang tepat serta lembaga penyiaran wajib
mencantumkan atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. Komisi
Penyiaran Indonesia sebagai pihak terkait dalam memantau isi siaran diharapkan juga
tegas dalam menindak setiap stasiun yang melakukan pelanggaran. Tidak hanya sebatas
pemanggilan pihak terkait saja, namun adanya tindakan tegas pada pelanggar.

DAFTAR PUSTAKA

Nurudin. 2009. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Littlejohn, Stephen W. dan Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi; Edisi 9. Jakarta:
Salemba Humanika.

Kriyantono, Rachmat. 2013. Potret Media Masssa di Indonesia. Malang: UB Press.

Page | 7

S-ar putea să vă placă și