Sunteți pe pagina 1din 23

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN SIFILIS

OLEH:

KELOMPOK 14

1. Ni Made Riski Wedayanti (10.321.0714)


2. Gusti Ayu Budiasih (10.321.0994)
3. I Dewa Ayu Kusumadewi (10.321.0998)
4. NI Made Evy Purnama Antara (10.321.1022)

PROGRAM S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI

TAHUN AJARAN 2012/2013

KATA PENGANTAR

1
Om Swastyastu,

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat-

Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

pada Pasien Sifilis . Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem

Integumen .

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga

makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk

pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, September 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

2
Halaman Judul.............................................................................................................................i

Kata Pengantar...........................................................................................................................ii

Daftar Isi...................................................................................................................................iii

Bab I...........................................................................................................................................1

Pendahuluan...............................................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

C. Tujuan..........................................................................................................................1

D. Metode.........................................................................................................................1

Bab II..........................................................................................................................................2

Pembahasan................................................................................................................................2

A. Konsep Dasar Penyakit Sifilis.....................................................................................2

1. Pengertian....................................................................................................................2

2. Epidemiologi...............................................................................................................3

3. Etiologi........................................................................................................................3

4. Faktor Predisposisi......................................................................................................3

5. Patofisiologi.................................................................................................................4

6. Klasifikasi....................................................................................................................5

7. Manifestasi Klinis........................................................................................................7

8. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................................7

9. Komplikasi..................................................................................................................7

10. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan..................................................................7

11. Pencegahan..................................................................................................................7

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Sifilis.............................................7

1. Pengkajian...................................................................................................................7

2. Diagnosa Keperawatan................................................................................................7

3
3. Intervensi.....................................................................................................................7

4. Implementasi...............................................................................................................7

5. Evaluasi.......................................................................................................................7

Bab III.....................................................................................................................................7

Penutup...................................................................................................................................7

A. Kesimpulan..................................................................................................................7

Daftar Pustaka............................................................................................................................7

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak dari para penderita sifilis yang tidak menyadari jika mereka terkena sifilis
dan karena itu mereka tidak mendapat pengobatan yang baik. Infeksi terutama didapat
apabila ada kontak langsung dengan luka terbuka sifilis yang sedang aktif.

Sifilis mempunyai beberapa stadium infeksi. Setelah terinfeksi dengan sifilis, ada
masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka terbuka yang disebut
chancre sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari sudah terlihat.

Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium
laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaiaman Konsep Dasar Penyakit Sifilis?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sifilis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit pada pasien sifilis
2. Untuk mengetahui bagaimana konsep dasar pada pasien dengan sifilis

D. METODE

Adapun metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
metode kepustakaan,yaitu dengan mencari data data yang menunjang materi yang
berhubungan dengan gangguan sistem integumen yaitu penyakit sifilis.

BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT SIFILIS


1. Pengertian

1
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan melalui
hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain
itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat dideteksi
sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh dengan
menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga dapat
menginfeksi janin (Soedarto, 1998).

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema pallidum.
Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat tubuh
(Hidayat, 2009).

Sifilis ialah penyakit infeksi oleh Treponema palidum dengan perjalanan penyakit yang
kronis, adanya remisi dan aksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama
sistem kardiovaskular, otak, dan susunan saraf, serta dapat terjadi sifilis kongenital
(Mansjoer, Arif, et al, 2000: 153). Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan
bahwa sifilis adalah penyakit infeksi yang dapat digolongkan Penyakit Menular Seksual
(PMS), yang disebabkan oleh Treponema palidium, yang bersifat kronis dan bekerja secara
sistemik.

2. Epidemiologi

Asal penyakit sifilis ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa.
Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa
penularan sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa.
Sesudah tahun 1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian

2
sifilis meningkat dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah tahun
1946.Kasus sifilis di Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium
laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.

3. Etiologi

Sifilis disebabkan oleh Treponema Pallidum. Treponema Pallidum termasuk ordo


Spirochaeta, famili Treponemetoceae yang berbentuk seperti spiral dengan panjang antara
5- 20 mikron dan lebar 0,1- 0,2 mikron, mudah dilihat dengan mikroskop lapangan gelap
akan nampak seperti spiral yang bisa melakukan gerakan seperti rotasi. Organisme ini
bersifat anaerob mudah dimatikan oleh sabun, oksigen, sapranin, bahkan oleh Aquades.
Didalam darah donor yang disimpan dalam lemari es Treponema Pallidum akan mati
dalam waktu tiga hari tetapi dapat ditularkan melalui tranfusi mengunakan darah segar
(Soedarto, 1990). Sifilis ini juga dapat menular melalui hubungan seksual dengan
penderita sifilis. Kontak kulit dengan lesi yang mengandung T. pallidum juga akan
menularkan penyakit sifilis.

4. Faktor Predisposisi

Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).

Sering berganti pasangan.

Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.

Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.

Janin yang orang tuanya menderita sifilis.

Kurangnya kebersihan diri .

Menggunakan alat-alat yang telah di pakai penderita tanpa di desinfektan atau di


sterilisasi terlebih dahulu, misalnya jarum suntik.

Virulensi kuman yang tinggi.

3
Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

5. Patofisiologi
Stadium Dini

Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui
mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui senggama. Kuman tersebut
berkembang biak, jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-
sel limfosit dan sel-sel plasma, terutama di perivaskuler, pembuluh-pembuluh darah
kecil berproliferasi dikelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang.
Enarteritis pembuluh darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofi endotelium yang
menimbulkan obliterasi lumen (enarteritis obliterans). Pada pemeriksaan klinis
tampak sebagai S I. Sebelum S I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah
bening regional secara limfogen dan berkembang biak, terjadi penjalaran hematogen
yang menyebar ke seluruh jaringan tubuh. Multiplikasi diikuti oleh reaksi jaringan
sebagai S II yang terjadi 6-8 minggu setelah S I. S I akan sembuh perlahan-lahan
karena kuman di tempat tersebut berkurang jumlahnya. Terbentuklah fibroblas-
fibroblas dan akhirnya sembuh berupa sikatrik. S II juga mengalami regresi perlahan-
lahan lalu menghilang. Timbul stadium laten. Jika infeksi T. pallidum gagal diatasi
oleh proses imunitas tubuh, kuman akan berkembang biak lagi dan menimbulkan lesi
rekuren. Lesi dapat timbul berulang-ulang.

Stadium Lanjut

Stadium laten berlangsung bertahun-tahun karena treponema dalam keadaan


dorman. Treponema mencapai sistem kardiovaskuler dan sistem saraf pada waktu
dini, tetapi kerusakan perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun
untuk menimbulkan gejala klinis. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten
tidak memberi gejala.

6. Klasifikasi
a. Menurut WHO
Sifilis Dini
Dapat menularkan penyakit karena terdapat treponema pallidum pada lesi
kulitnya.

4
Sifilis Lanjut
Tidak menular karena Treponema pallidum tidak ada.
b. Secara Klinis
Sifilis Kongenital
Penularan intrauterin setelah pembentukan plasenta (bulan ke V kehamilan)
tidak berakibat keguguran awal / prematur, tetai dapat menyebabkan bayi
lahir mati.
Sifilis Akuisita
Penularan dengan senggama, melalui luka mikroskopik, karena kuman tidak
menembus kulit / mukosa setelah masuk jaringan, segera melakukan
pembiakan dan masuk saluran limfatik sehingga dalam 24 jam sudah didapati
dalam kelenjar limfatik regional.
Stadium I
Terjadi 7 hari sampai 3 bulan setelah invasi kuman, berupa nodulsoliter pada
penis, vulva, serviks atau ekstragenital, yang kemudian membentuk ulkus
durum dengan tepi meninggi dan tidak dirasa nyeri.
Stadium II
Terjadi 2 sampai 12 minggu setelah ulkus durum, sebagai lesi mukokutan
yang menyeluruh tubuh disertai limfa denopati generalisata, demam, rasa
lesu dan sekita kepala.
Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3 7 tahun setelah infeksi.

Sifilis Kardiovaskuler
Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup. Tanda-
tanda sifiliis kardiovaskuler adalah insufisiensi aorta atau aneurisma
berbentuk kantong pada arota torakal.Umumnya bermanifestasi 10 20
tahun setelah interaksi, seumlah 10 % pasien sifilis akan mengalami fase ini.
Pria dan orang denga kulit warna lebih banyak terkena, jantung pembuluh
darah, yang terkena terutama yang besar. Kematian pada sifilis terjadi akibat
kelainan sistem ini.
Neurosifilis
Umumnya bermanifestasi dalam 10 20 tahun setelah terinfeksi. Kelainan
ini lebih banyak didapat pada orang kulit putih. Neurosifilis dibagi menjadi :
Neurosifilis Asimtomatik
Pemeriksaan serologi reaktif tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan
saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan
sel, protein total, dan tes serologi reaktif.
Neurosifilis Meningovaskuler

5
Terdapat tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan
pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda
adanya fokus neurologis sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan
sumsum tulang beakang menunjukkan kenaikan sel, protein total, dan tes
serologi reaktif.
Neurosifilis Parenkimatosa, yang terdiri dari:
Paresis :
Tanda dan gejala paresis sangat banyak dan selalu menunjukkan
penyebaran kerusakan parenkimatosa perubahan sifat diri dapat terjadi,
mulai dari yang ringan hingga psikotik. Terdapat tanda-tanda fokus
neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan
kenaikan sel, protein total, dan tes serologi reaktif
Tabes dorsalis :
Tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat degenerasi
kolumna posterior adalah parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan
kandungan kemih impotensi, dan perasaan nyeri seperti dipotong-
potong, pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada
hampir semua penderita dan pemeriksaan serologis sebagian
menunjukkan reaktif.

7. Manifestasi Klinis

Secara umum gejala klinis dari Penyakit Sifilis, yaitu:

a. Keluarnya cairan dari vagina, penis, atau dubur yang berbeda dari biasanya.
Dapat berwana putih susu, kekuningan, kehijauan, atau disertai berak darah dan
bau yang tidak enak.
b. Perih, nyeri, atau panas saat BAK atau setelah BAK
c. Adanya luka terbuka (luka basah disekitar alat kemaluan atau mulut). Dapat
terasa nyeri atau tidak.
d. Tumbuh sesuatu seperti jengger ayam atau kutil di sekitar kemaluan.
e. Pada pria, skrotum menjadi bengkak dan nyeri.
f. Sakit perut bagian bawah, terkadang timbul, terkadang hilang.
g. Secara umum merasa enak badan atau demam.

Infeksi oleh Treponema pallidum berkembang melalui beberapa tahapan:


a. Sifilis primer

Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre


sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah

6
masuknya Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih,
tidak nyeri dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi
primer akan terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan
terutama terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar
regional yang tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema
pallidum yang hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga
ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh
dengan sendirinya dalam 4 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan
jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya berkembang ke
manifestasi sifilis sekunder.

a. Sifilis Sekunder

Terjadi sifilis sekunder, 210 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi


sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non
pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan
telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di
sekitar anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abuabu
putih sampai eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat
ditemukan pada membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder
adalah penyakit seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise,
anoreksia, penurunan berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta
limfadenopati menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat
ditemukan juga, meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder
dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal
(CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.

c. Relapsing sifilis

Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat


dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala gejala klinik dapat
timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya
yaitu dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif.
Gejala yang timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis
sekunder. Relapsing sifilis yang ada terdiri dari :

7
Sifilis laten
Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan
tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal).
Tidak terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang
tidak mungkin bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4
tahun pertama sedang sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4
tahun tersebut. Sifilis laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik
hanya reaksi STS positif.
Sifilis tersier
Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun tahun sejak sesudah gejala sekunder
menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan
manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi
gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau
gumma. Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh
sehingga dapat terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan
kelainan pada susunan syaraf pusat (neurosifilis ).

8. Pemeriksaan penunjang

Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik,


serologi atau pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield
microscope). Pada kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis
treponema dan non protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research
Laboratory ( VDRL ). Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya
Treponema pallidum. Hasil uji kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan
aktifitas penyakit sehingga amat membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit
aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi) dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan
sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari berbagai penyakit yang ditularkan
melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma inguinale, limfogranuloma
venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan ( kanker ).

9. Komplikasi

Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh.


Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan

8
gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa
mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

a. Benjolan kecil atau tumor

Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang,


hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini dilakukan
pengobatan, gummas biasanya akan hilang.

b. Masalah Neurologi

Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa masalah pada nervous
sistem, seperti:

Stroke
Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord
(meningitis)
Koordinasi otot yang buruk
Numbness (mati rasa)
Paralysis
Deafness or visual problems
Personality changes
Dementia

c. Masalah kardiovaskular

Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor,
dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart
desease, seperti aortic valve stenonis.

d. Infeksi HIV

Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya
mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap
HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang
sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.

e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir

9
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya
melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja.
Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.

Pada stadium primer komplikasi diatas belum terjadi. Manifestasi di atas dapat
muncul pada sifilis dengan stadium tersier dan kongenital karena infeksi
Treponema mencapai sistem saraf pusat (SSP), sehingga apabila sudah mengenai
SSP maka akan mengganggu semua sistem tubuh sehingga akan terjadi
penurunan daya imun yang memudahkan masuknya infeksi lainnya, pada organ
ginjal akan menyebabkan gangguan sistem perkemihan dan akan mengganggu
sistem organ lainnya.

10. Penatalaksanaan medis dan keperawatan


a. Penatalaksanaan Medis

Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif). Bagi yang


alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4500 mg/hr, atau eritromisin 4500
mg/hr, atau doksisiklin 2100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S II
dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas
meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin
yaitu 90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan
sefalosporin, misalnya sefaleksin 4500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin
memberi hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan
S II.

Sifilis primer dan sekunder


Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan
diberikan 1 x seminggu
Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM
sehari selama 10 hari.
Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit,
diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.
Sifilis laten
Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit
Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000
unit sehari).

10
Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).
Sifilis III
Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit
Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000
unit)
Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu)

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai
berikut:
1) Bahaya PMS dan komplikais
2) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
4) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika
tidak dapat dihindarkan lagi.
5) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6) Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

11. Pencegahan
a. Menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.
b. Menghindari alcohol dan penggunaan narkoba juga dapat membantu mencegah,
penularan sifilis karena kegiatan tersebut dapat mengakibatkan perilaku seksual
beresiko.
c. Menggunakan kondomsaat berhubungan, mencegah penularan IMS.
d. Disarakan Sebelum melakukan hubungan seksual, komunikasikan dengan
pasangan, anda tentang seks yang aman.
e. Terbukalah pada pasangan dan pastikan mereka tidak melakukan seks dengan
orang lain.
f. Batasi pasangan seks anda.
g. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfuse darah
yang sudah terinfeksi.
h. Melakukan dan pengecekann tes penyakit menular seksual secara berkala.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SIFILIS

1. Pengkajian
a.Anamnesa
Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.

11
Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar
warna tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat
BAK, apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian
bawah (nyeri berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan
seksual), apakah ada daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan
menstruasi, kapan terjadi haid terakhir (sedang haid sekarang atau sedang
hamil)
Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien). Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual.
Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan
seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks
dalam 1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun
terakhir, pekerjaan suami beresiko tinggi.

Riwayat kesehatan keluarga


(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain
atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak). Apakah ada
anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain,
atau penyakit degeneratif lainnya

Aktivitas/istirahat
Gejala : Keterbatasan gerak
Kesulitan tidur karena terganggu rasa nyeri

Tanda : kelemahan, perubahan tanda- tanda vital


Integritas ego
Gejala : Adanya faktor stress yang lama
Perasaan berdosa karena perilakunya
Perasaan tak berdaya akibat cacat yang tertinggal
Tanda : Menolak, terutama pada saat diketahui penyakitnya
Malu, takut, mudah tersinggung.
Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Penurunan berat badan

12
Tanda : Otot atropi, kehilangan lemak subkutan.

Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri pada lesi, sendi, dan dada
Tanda : Berhati-hati dalam bergerak
Membatasi gerak
Eliminasi
Gejala: penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluar
Nanah.
Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.

Hygiene
Gejala: kurang kebersihan genitalia
Keamanan
Gejala : Adanya ancaman penyebaran penyerangan kuman dan proses
yang akan meninggalkan bekas.
Tanda : Lesi tidak segera membaik, muncul dibanyak tempat.
Interaksi sosial
Gejala : Perasaan terasing/penolakan karena penyakit memalukan.
Perubahan pola tanggungjawab/peran sebagai ibu rumah
tangga.
Pengetahuan tentang penyakit
Gejala : Riwayat keluarga dengan kasus sifilis
Ketidak mampuan merawat diri/kurang informasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi T.Pallidum
b. Nyeri kronis berhubungan dengan proses inflamasi
c. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake asupan
yang tidak adekuat
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia (T. pallidum)

3. Intervensi

13
No Tujuan dan KH Intervensi Rasional
Dx
1 setelah dilakukan a. Kaji TTV a. Sebagai pengawasan
tindakan terhadap adanya perubahan
keperawatan ....x... keadaan umum px
b. untuk mencegah dehidrasi
diharapakan suhu
karena kehilangan cairan
tubuh kembali b. Anjurkan minum 8
dan elektroliy
normal, dengan gelas/ hari (2500 ml)
c. membantu menurunkan
Kriteria hasil:
panas tubuh
a. Suhu 3637 C
b. Pasien tidak
c. Beri kompres hangat
menggigil
b. Pasien dapat pada lipatan paha, aksila,
d. pakaian yang menyerap
istirahat dengan temporal jika panas
keringat efektif untuk
d. Anjurkan keluarga untuk
tenang
meningkatkan efek
c. Turgor kulit memakaikan pakaian
evaporasi
elastis yang dapat menyerap
keringat seperti katun e. Untuk mengurangi demam /
e. Kolaborasi dengan tim
menurunkan suhu tubuh
medis pemberian obat
anti piretik.

2 Setelah dilakukan a. Kaji ulang lokasi, a. Mempengaruhi pilihan /


tindakan intensitas, tipe nyeri dan pengawasan keefektifan
keperawatan selama skala nyeri intervensi. Tingkat ansietas
x.. dapat mempengaruhi
diharapkan nyeri persepsi/reaksi terhadap
berkurang/terkontrol nyeri
Kriteria hasil:
b. Memungkinkan pasien
a.
untuk siap secara mental
Pasien menyatakan b. Berikan lingkungan yang
untuk aktivitas juga
nyei berkurang tenang dan berikan
berpatisipasi dalam
b. dorongan untuk
mengontrol tingkat
Skala nyeri (3-0) melakukan aktivitas
kenyamanan
c. hiburan c. Memfokuskan kembali
Tampak rileks, perhatian, meningkatkan

14
d. c. Dorong menggunakan rasa control dan dapat
Mampu berpartisipasi tehnik manajemen stress, meningkatkan kemampuan
dalam contoh : relasksasi, koping dalam managemen
aktivitas/tidur/istir latihan nafas dalam, nyeri , yang mungkin
ahat dengan tepat imajinasi visualisasi, menetap untuk periode yang
sentuhan lama
d. Mengontrol keadaan pasien
e. Diberikan untuk
menurunkan nyeri
d. Observasi tanda-tanda
vital
e. Kolaborasi : pemberian
analgetik

3 Setelah dilakukan a. Mengevaluasi keefektifan


a. Timbang berat badan
tindakan atau kebutuhan mengubah
dengan baju, jam dan
keperawatan selama pemberian nutrsi.
timbangan yang sama.
x. diharapkan
nutrisi pasien dapat b. Mengevaluasi peningkatan
b. Kaji nafsu makan ps.
terpenuhi, dengan nafsu makan ps.
Kriteria hasil:
a. BB sesuai dengan c. Perawatan mulut sebelum
c. Berikan perawatan
IMT dan sesudah makan dapat
mulut sebelum dan
b. Pasien tidak mual mengurangi
sesudah makan
dan muntah ketidaknyamanan dan dapat
c. Pasien tidak meningkatkan nafsu makan.
d. Pemberian makanan sedikit
terlihat lemas
tetapi sering dapat
d. Makan 3x sehari d. Berikan makan sedikit
mengurangi mual dan
@makan habis 1 tapi sering.
meningkatkan nafsu makan
porsi
ps.
e. Menyediakan diet
e. Konsultasi dengan tim berdasarkan kebutuhan
pendukung ahli individu dengan rute tepat.
gizi/diet.

15
4 setelah dilakukan a. Menentukan garis dasar
a. Kaji warna, turgor,
tindakan perubahan yang terjadi untuk
sirkulasi dan sensasi
keperawatan menentukan intervensi yang
kulit.
selama ....x...., tepat.
b. Menurunkan iritasi
pasien memiliki b. Anjurkan menggunakan
integritas kulit yang baju katun dan hindari
baik.dengan Kriteria baju ketat.
c. Pertahankan kecukupan
hasil:
a. Integritas kulit masukan cairan untuk c. Untuk menyeimbangkan
yang baik bias hidrasi yang adekuat cairan
d. Berikan dengan latihan
dipertahankan
rentang gerak
(sensasi, elastic,
e. Kolaborasi dalam
temperature, d. Mencegah kerusakan lebih
melindungi ulkus dengen
hidrasi, lanjut
balutan basah atau salep
e. lindungi area ulkus dari
pigmentasi).
antibiotic dan balutan
b. Tidak ada kontaminasi dan
non stik.
luka/lesi pada mempercepat penyembuhan.
kulit
c. Perfusi jaringan
baik
d. Menunjukkan
adanya perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya cidera
berulang.
e. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan

16
alami.

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat

5. Evaluasi
DX 1 : suhu tubuh kembali normal
Suhu 3637 C
Pasien tidak menggigil
Pasien dapat istirahat dengan tenang
Turgor kulit elastis

DX2 : nyeri berkurang/terkontrol

Pasien menyatakan nyei berkurang

Skala nyeri (3-0)

Tampak rileks,

Mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat

DX3 : nutrisi pasien dapat terpenuhi, dengan Kriteria hasil:

BB sesuai dengan IMT

Pasien tidak mual dan muntah

Pasien tidak terlihat lemas

Makan 3x sehari @makan habis 1 porsi


DX4 : pasien memiliki integritas kulit yang baik.dengan Kriteria hasil:
Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi, elastic, temperature,
hidrasi, pigmentasi).
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan adanya perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cidera
berulang.
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan
perawatan alami.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema


pallidum. Penyakit ini bisa menular melalui hubungan seksual, baik vaginal, rektum,
anal, maupun oral. Sifilis tidak menular melalui peralatan makan, tempat dudukan
toilet, knop pintu, kolam renang, dan tukar-menukar pakaian.

Banyak dari para penderita sifilis yang tidak menyadari jika mereka terkena sifilis
dan karena itu mereka tidak mendapat pengobatan yang baik. Infeksi terutama didapat
apabila ada kontak langsung dengan luka terbuka sifilis yang sedang aktif.

Sifilis mempunyai beberapa stadium infeksi. Setelah terinfeksi dengan sifilis, ada
masa inkubasi, yaitu masa sampai sebelum timbulnya gejala luka terbuka yang disebut
chancre sekitar 9-90 hari, umumnya rata-rata saat 21 hari sudah terlihat.

Untuk ke depannya, jika sifilis menerima penanganan dengan baik pada awal
terkena sifilis, akan memberikan hasil yang cukup baik. Perlu diingat, kegagalan
terapi bisa saja terjadi dan bisa saja terjadi reinfeksi. Tidak ada kriteria pasti mengenai
kesembuhan pasien dengan infeksi sifilis pertama dan kedua, tetapi sifilis bisa
dipertimbangkan sembuh jika selama dua tahun tes darah negatif dan tidak ada gejala
yang timbul.Kegagalan terapi bisa saja terjadi dan bisa saja terjadi reinfeksi. Tidak ada
kriteria pasti mengenai kesembuhan pasien dengan infeksi sifilis pertama dan kedua,
tetapi sifilis bisa dipertimbangkan sembuh jika selama dua tahun tes darah negatif dan
tidak ada gejala yang timbul.

DAFTAR PUSTAKA

Compenito J. Lynda. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 2. Jakarta : EGC

18
Daili Fahmi Syaiful .2003. Penykit Menular Seksual. Jakarta : FKUI

Doenges E. Marillyn. 1999. Rencana Asuhan Keerawtan, Edisi 3. Jakarta: EGC

Mansjoer Arif. 2000 . Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid 2 ; Jakarta : Media
aesculapius.

Smeltzer,Suzzanne C. 2001.Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Jakarta:EGC

Anonime. 25 mei 2010. Askep. askep-sifilis.html.diakses tanggal 21 september 2012

Cicillia.24 september 2012. Asuhan Keperawatan Sifilis. asuhan-keperawatan-pada-


sifilis.html. diakses tanggal 21 september 2012

19

S-ar putea să vă placă și