Sunteți pe pagina 1din 8

PERENCANAAN PENATAAN LANSKAP KAWASAN WISATA DAN

PENYUSUNAN ALTERNATIF PROGRAM WISATA DI GRAMA TIRTA


JATILUHUR, KABUPATEN PURWAKARTA, PROVINSI JAWA BARAT
Landscape Planning of Tourism ABSTRACT
Area and Formulation of Tourism
Programme Alternatives in Grama Grama Tirta Jatiluhur (GTJ) is tourism area which is located in the eastern of Ir. H.
Tirta Jatiluhur, Purwakarta Djuanda water reservoir. This tourism area is one of potential tourism destination in
District, West Java Purwakarta which has many objects and attractions. The purpose of this research are
to identify and analyze natural tourism resources, to analyze land suitability of
tourism area, to analyze ecological value of green open space, to analyze characteristics
and perceptions of tourists in GTJ, and to decide touring plan based on objects and
attractions. This research use qualitative and quantitative descriptive method. The
qualitative descriptive method consists of potentials and constrains of biophysical
aspects, technical aspects, and social aspects. Whereas the quantitative descriptive
method applies Geographic Information System (GIS) proces by: (1) overlaying
Bambang Sulistyantara thematic maps of physical-biophysical aspects, objects and attractions potentials
Staf Pengajar Departemen Arsitektur variables using software ArcView 3.2; and (2) calculating the value of nature by using
Lanskap IPB extention CITYgreen 5.4. The results of this research are landscape planning for
e-mail : bbsulistyantara@yahoo.co.id
tourism area and formulation of Tourism Programme Alternatives with ecologically
Prita Indah Pratiwi sustainable development. The landscape plan consists of touring plan, spatial,
Alumni Departemen Arsitektur Lanskap vegetation, circulation, activities, facilities, and tourism programmes.
IPB dan saat ini tercatat sebagai
mahasiswi program master Departemen Keywords: landscape planning, tourism area, GIS, CITYgreen.
Arsitektur Lanskap IPB

PENDAHULUAN Keberadaan Waduk Ir. H. Djuanda Tujuan


sebagai salah satu objek wisata me-
Latar Belakang Tujuan dari penelitian ini adalah :
miliki hubungan yang erat dengan
Kabupaten Purwakarta merupakan dampak kegiatan wisata di sekitar- 1. Mengidentifikasi dan menganali-
salah satu wilayah yang memiliki nya. Volume tangkapan air waduk sis sumberdaya lanskap (demand)
potensi alam berupa perbukitan dan yang meningkat diakibatkan oleh dan persepsi pengunjung
objek yang cukup terkenal seperti degradasi lingkungan di daerah (supply).
Waduk Ir. H. Djuanda dimana se- hulu, sedimentasi yang masuk keda- 2. Menganalisis kesesuaian lahan
belah Timur waduk telah dikem- lam waduk semakin besar, dan kawasan wisata.
bangkan sebagai Kawasan Wisata kegiatan wisata yang tidak ramah 3. Menganalisis nilai ekologis
Grama Tirta Jatiluhur. Grama Tirta lingkungan maupun melebihi daya kawasan wisata.
Jatiluhur (GTJ) memiliki sumberdaya dukung. 4. Menentukan touring plan wisata
lanskap dan potensi wisata yang alam berdasarkan keberadaan
Agar kelestarian alam kawasan
baik seperti keragaman objek dan objek dan atraksi yang terdapat
wisata dapat terjaga dan berke-
atraksi wisata, keragaman topografi, di GTJ.
lanjutan maka diperlukan perenca-
vegetasi, atraksi, dan akses yang 5. Merencanakan penataan lanskap
naan penataan lanskap dan penyu-
mudah. Sumberdaya untuk kegiatan kawasan wisata di GTJ.
sunan program wisata. Program
wisata menurut Gold (1980) adalah
wisata, khususnya wisata alam dibu- Manfaat
tempat tujuan bagi orang yang
at untuk menciptakan lingkungan
melakukan wisata yang merupakan Hasil dari penelitian ini diharapkan
fisik luar atau bentang alam yang
suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat menjadi masukan bagi Peme-
dapat mendukung tindakan dan
dapat menarik keinginan untuk rintah Daerah Kabupaten Purwakar-
aktivitas rekreasi manusia yang
berwisata. ta dalam pengembangan wisata di
menunjang keinginan, kepuasan dan
Kabupaten Purwakarta, khususnya
Menurut Holden (2000), pemba- kenyamanannya, dimana proses
bagi pengelola GTJ maupun ka-
ngunan wisata di tempat tujuan perencanaan dimulai dari pemaham-
wasan wisata lainnya. Selain itu,
meliputi penggunaan sumberdaya an sifat dan karakter serta kebijakan
rencana lanskap yang dihasilkan
fisik dan alam yang kemudian akan manusianya dalam menggunakan
diharapkan dapat mengkonservasi
berdampak terhadap ekonomi, buda- tapak untuk kawasan wisata
water catchment area di sekitar waduk
ya dan ekologi di tempat tujuan (Knudson, 1980).
Ir. H. Djuanda.
wisata yang sedang berkembang.

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 58


SULISTYANTARA DAN PRATIWI

METODOLOGI
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kawasan
Wisata Grama Tirta Jatiluhur, Keca-
matan Jatiluhur, Kabupaten Purwa-
karta, Propinsi Jawa Barat (Gambar
1). Penelitian berlangsung dari bulan
Maret hingga Juli 2010.

Bahan dan Alat Penelitian


Bahan yang digunakan dalam pene-
litian antara lain peta orientasi,
masterplan, kuesioner, dan literatur.
Sedangkan alat yang digunakan
antara lain Global Positioning System, Gambar 1. Peta Lokasi Grama Tirta Jatiluhur
kamera digital, alat gambar, dan
komputer dalam pengolahan data dan atraksi wisata secara spa- san wisata alam dengan memper-
menggunakan software Arcview 3.2, sial melalui scoring dengan timbangkan konsep yang telah
Ekstension CITYgreen 5.4, AutoCAD pengolahan GIS berdasarkan ditetapkan. Rencana lanskap ini
2006, Adobe Photoshop CS4, standar kriteria menurut termasuk di dalamnya rencana
Microsoft Word 2007, dan Microsoft Inskeep (1991). ruang, rencana tata hijau, ren-
Excel 2007. cana perjalanan wisata/ touring
c. Analisis kesesuaian lahan,
plan, rencana aktivitas, serta ren-
yaitu menganalisis kesesuai-
Tahapan dan Metode Penelitian cana fasilitas.
an lahan terhadap 5 peubah
Penelitian ini dilakukan dengan me- yang telah diskoring dengan
tode pendekatan sistematis sebagai- pengolahan GIS mengguna- KONDISI UMUM
mana yang dikemukakan oleh Gold kan teknik overlay berdasar-
Kawasan Wisata Grama Tirta Jati-
(1980). Metode terdiri atas tahap per- kan standar kriteria menurut
luhur (GTJ) berbatasan di sebelah
siapan, inventarisasi, analisis, sinte- USDA (1968), Hardjowigeno,
Barat Kabupaten Purwakarta, dima-
sis, dan perencanaan. Penelitian dila- et al. (1968), dan Direktorat
na terletak di Kecamatan Jatiluhur,
kukan sampai tahap perencanaan. Jenderal Perlindungan Hutan
Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
dan Konservasi Alam dalam
1. Persiapan. Tahap persiapan me-
Mulyati (2007). Batas-batas tapak GTJ adalah sebagai
liputi penetapan tujuan perenca-
berikut:
naan dan pencarian informasi d. Analisis nilai ekologis, yaitu
umum tentang kondisi eksisting mengidentifikasi penutupan 1. Sebelah Utara : Desa Kutamanah,
di lokasi penelitian. lahan, melihat karakter RTH Desa Jatimekar, dan Desa Cikao
kawasan secara spasial, dan Bandung.
2. Inventarisasi. Pengambilan data
menganalisis manfaat ekolo- 2. Sebelah Selatan : Desa Sindang
meliputi aspek fisik-biofisik,
gis RTH (carbon storage, air Laya, Desa Tajur Sindang, dan
sumberdaya wisata, sosial, dan
pollution removal, stormwater Desa Cibinong.
teknis. Cara pengumpulan data
control) dengan pengolahan 3. Sebelah Timur : Desa Jatiluhur,
meliputi survei lapang, penye-
GIS. Desa Cilegong, dan Desa Kem-
baran kuesioner, wawancara
bang Kuning.
dengan pengunjung maupun pe- e. Analisis karakteristik, persep-
4. Sebelah Barat : Waduk Ir. H.
ngelola, dan studi pustaka. si pengunjung, dan preferensi
Djuanda
pengunjung, yaitu menganali-
3. Analisis. Data aspek fisik-bio-
sis hasil kuesioner tentang
fisik, sumberdaya wisata, sosial, Aspek Fisik-Biofisik
karakteristik, persepsi, dan
dan teknis yang telah didapatkan
preferensi pengunjung terha- a. Topografi
kemudian disusun dan diolah.
dap kawasan wisata menggu-
Analisis yang dilakukan yaitu: Kawasan Wisata GTJ merupakan
nakan metode deskriptif kua-
daerah bergelombang dengan kemi-
a. Analisis penilaian potensi as- litatif.
ringan lahan 3-70%. Elevasi tertinggi
pek fisik-biofisik yang terda-
4. Sintesis. Hasil dari tahap ini yaitu (271 m) berada di sebelah Selatan
pat di kawasan wisata meng-
zonasi tapak berdasarkan kesu- tapak yang berbatasan dengan Desa
gunakan metode deskriptif
aian lahan untuk kawasan wisa- Cilegong. Elevasi terendah (100 m)
kualitatif.
ta. Pembagian ruang ini berben- berada di sebelah Barat Daya hingga
b. Analisis penilaian potensi ob- tuk rencana blok /block plan. Utara tapak yang berbatasan lang-
jek dan atraksi wisata, yaitu sung dengan Waduk Ir. H. Djuanda.
5. Perencanaan. Pada tahap ini di-
menganalisis potensi objek
hasilkan rencana lanskap kawa-

59 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011


SULISTYANTARA DAN PRATIWI

b. Geologi dan Tanah e. Vegetasi dan Satwa yang ada di sekitar Waduk Ir. H.
Djuanda, maka Unit Pariwisata
Berdasarkan Peta Geologi lembar Vegetasi yang terdapat di kawasan
Perum Jasa Tirta II mulai mengem-
Cianjur, Jawa Barat, yang diterbitkan tumbuh secara alami ataupun dibu-
bangkan aset wisatanya.
oleh Direktorat Geologi 1972, didayakan. Pengelompokkan jenis
struktur batuan daerah Jatiluhur vegetasi antara lain: (1) vegetasi hu- b. Kependudukan Kawasan Sekitar
yaitu: (1) batu berumur Miosin (batu tan, berupa hutan campuran, hutan (Kecamatan Jatiluhur)
pasir kuarsa dan anggota batuan produksi, dan hutan lindung; (2)
Kecamatan Jatiluhur memiliki luas
kapur batu terobosan), (2) batuan vegetasi semak belukar; (3) vegetasi
wilayah 32.287.135 ha yang terdiri
vulkanis tua (batu pasir, tuff, dan talun, kebun campuran, dan peka-
dari lahan pertanian 725 ha, per-
konglomerat), dan (3) batu terobosan rangan; (4) vegetasi perladangan,
airan darat/kolam 12 ha, permu-
yang lain. Kawasan ini tersusun atas dan (5) vegetasi daerah ekoton.
kiman dan kebun 2.755 ha, dan zona
beragam jenis tanah sesuai dengan Ekoton adalah daerah peralihan
industri 478 Ha. Kecamatan Jatiluhur
jenis batuan induknya yang kom- antara perairan dan daratan yang
terdiri dari 10 desa. Berdasarkan
pleks, yaitu: (1) asosiasi grumosol memiliki keanekaragaman biota dan
sensus penduduk tahun 2009, jumlah
kelabu kekuningan regosol kelabu sangat peka terhadap gangguan atau
penduduk di Kecamatan Jatiluhur
dan mediteran kuning meliputi se- perubahan dari luar. Satwa yang
yaitu sebesar 63.847 orang. Mata
belah selatan kawasan; (2) asosiasi terdapat di kawasan wisata seperti
pencaharian penduduk di Keca-
latosol merah kekuningan dan litosol serangga, ular, ternak (kambing dan
matan Jatiluhur mayoritas adalah
meliputi tengah kawasan; dan (3) ayam), kucing, dan burung.
karyawan/buruh sebesar 10.508
aluvial kelabu meliputi sebagian
orang, petani 4.515 orang, pedagang
kecil sebelah utara kawasan. Aspek Wisata
2.836 orang, PNS 952 orang, home
c. Iklim Berdasarkan hasil studi Rencana industry 376 orang, dan TNI POLRI
Induk Pengembangan Pariwisata 87 orang.
Suhu rata-rata bulanan (2005-2009)
Daerah (RIPPDA) Kabupaten Purwa-
Kawasan Wisata GTJ dari tahun c. Wisatawan
karta Tahun 2001, kawasan wisata di
2005-2009 diperoleh rata-rata bulan-
Jatiluhur, khususnya GTJ memiliki Sebagian besar wisatawan GTJ ada-
an tertinggi 26.7 oC dan rata-rata
potensi obyek dan daya tarik wisata lah keluarga dan businessman. Gam-
bulanan terendah 25.9 oC. Kelem-
di Kabupaten Purwakarta. Adapun bar 2 menunjukkan jumlah wisata-
baban udara diperoleh rata-rata
objek dan atraksi wisata utama yaitu: wan yang datang ke kawasan wisata
bulanan tertinggi 90.1 % dan rata-
(1) bendungan utama, (2) dermaga pada perode Tahun 2005-2009.
rata bulanan terendah 88.4%. Curah
apung dan kampung air, merupakan
hujan diperoleh rata-rata bulanan
tempat berlabuhnya kapal dan area
tertinggi 21.17 mm/hari dan rata-
rekreasi, (3) objek wisata darat, (4)
rata bulanan terendah 14.35 mm/
Jatiluhur Water World dan pang-
hari. Kecepatan angin rata-rata
gung terbuka yang merupakan wa-
bulanan tertinggi pada siang hari
hana rekreasi air, (5) kolam peman-
5.81 km/jam dan terendah 3.02
cingan, (6) servis/pelelangan ikan,
km/jam. Kecepatan angin rata-rata
(7) area budidaya ikan jaring ter-
bulanan tertinggi pada malam hari Gambar 2. Grafik Pengunjung Tahun
apung, area disewa dan dikelola oleh
2.06 km/jam dan terendah 0.72 2005-2009
masyarakat Desa Jatimekar, dan (8)
km/jam.
bangunan operasional, terdiri atas
d. Hidrologi bangunan Divisi PLTA, Divisi 4, dan Aspek Teknis
Subdivisi Bendungan dan Loka Riset Berdasakan Keppres No. 32 Tahun
Kawasan Wisata GTJ terletak pada
Pemacuan Stok Ikan. 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Wilayah Aliran Sungai Citarum dan
Cikao. Kebutuhan air untuk kawasan Lindung membagi kawasan lindung
Aspek Sosial menjadi: (1) kawasan yang mem-
wisata diperoleh dari Sungai Cita-
rum yang kemudian dipompa me- a. Sejarah dan Tujuan Pendirian berikan perlindungan kawasan ba-
nuju pompa Biki Baru untuk dijer- Kawasan Wisata wahnya, (2) kawasan perlindungan
nihkan, setelah itu dipompa ke Biki setempat, (3) kawasan suaka alam
Lokasi proyek pengembangan kawa- dan cagar budaya, dan (4) kawasan
Lama. Dari Biki Lama, air dipom-
san wisata Jatiluhur ini mengambil rawan bencana. Adapun kawasan
pakan ke Reservoir Cimumput dan
sebagian tanah milik penduduk, perlindungan setempat meliputi
Pos Gereja yang ditujukan kepada
tanah Perum Otorita Jatiluhur, tanah sempadan sungai, kawasan sekitar
konsumen dan kawasan wisata. Ka-
perkebunan, tanah Perhutani, dan danau atau waduk, dan kawasan
wasan wisata menggunakan Waduk
sebagian Waduk Ir. H. Djuanda. sekitar mata air.
Ir. H. Djuanda sebagai objek wisata
Pembangkit Listrik Tenaga Air
utamanya. Waduk ini memiliki vo- Adapun kriteria sempadan sungai
(PLTA) serta sarana pengairannya
lume rata-rata sebesar 1.825,40 m3 Keppres No. 32 Tahun 1990 adalah
selesai dibangun pada tahun 1967,
dan ketinggian air waduk rata-rata sekurang-kurangnya 100 meter di
menjadi obyek wisata utama yang
sebesar 98,66m. kiri-kanan sungai besar dan 50 meter
mendorong pengembangan pariwi-
sata. Setelah melihat potensi alam di kiri-kanan anak sungai yang

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 60


SULISTYANTARA DAN PRATIWI

berada di luar permukiman. Untuk Tabel 1. Potensi dan Kendala Aspek Fisik-Biofisik
sungai di kawasan permukiman Data Potensi Kendala
Letak dan Letak kawasan cukup strategis, Luas kawasan (570.85 Ha)
berupa sempadan sungai yang Luas berada di perlintasan kota besar menyulitkan wisatawan yang tidak membawa
diperkirakan cukup untuk dibangun Jakarta-Bandung kendaraan untuk mengakses objek dan atraksi
wisata
jalan inspeksi antara 1015 meter. Geologi Sebagian besar kawasan Ruang non-wisata (didominasi oleh area terbangun)
dan Tanah merupakan tanah lempung dimana merupakan tanah liat berdebu dimana air tanah <50
Kriteria kawasan danau/waduk ketinggian air tanah >75 cm, cm, drainase buruk-sangat buruk, permeabilitas
adalah daratan sepanjang tepian drainase baik, permeabilitas sangat lambat berpeluang terjadinya erosi akibat run
sedang-cepat, tanpa bahaya banjir off>laju infiltrasi
danau/waduk yang lebarnya pro- sehingga dapat dikembangkan
porsional dengan bentuk dan kon- menjadi kawasan wisata
Topografi Topografi bervariasi dan berpotensi Lahan dengan kemiringan yang curam rentan
disi fisik danau/waduk antara 50 dikembangkannya beragam aktivitas bahaya erosi sehingga dapat membahayakan
wisata wisatawan
100 meter dari titik pasang tertinggi
Iklim Kelembaban udara cukup nyaman Berada dalam kisaran suhu yang tidak ideal bagi
ke arah darat. berada dalam kisaran 40-75 %, manusia untuk beraktivitas
faktor kecepatan angin yang dapat
menurunkan kelembaban udara
Hidrologi Sungai Citarum merupakan Sungai Citarum sebagai sumber air baku juga
ANALISIS SINTESIS penyuplai air bersih utama bagi menampung limbah domestik dari kegiatan wisata
kawasan sehingga berpeluang mengalami penurunan kualitas
Analisis Aspek Fisik-Biofisik air(kawasan wisata belum memiliki sistem
pengolahan limbah)
Vegetasi Sebagian besar tapak merupakan Vegetasi di sempadan waduk kurang optimal,
1. Analisis Penilaian Potensi dan Satwa kawasan perkebunan dan hutan ternak liar milik masyarakat berkeliaran sehingga
sehingga tanahnya relatif subur dan mengganggu aktivitas wisata
Analisis penilaian potensi dengan membentuk ekosistem yang baik
metode deskriptif kualitatif ini ber-
tujuan untuk menganalisis potensi Tabel 2. Penilaian Potensi Sumberdaya Lanskap
dan kendala dari aspek fisik-biofisik Variabel Kategori Skor
Tanah Lempung, air tanah >75 cm, drainase baik, permeabilitas sedang-cepat, 3
yang terdapat di kawasan wisata tanpa bahaya banjir
sehingga potensi yang ada dapat Pasir, air tanah >50 cm, drainase agak baik, permeabilitas agak lambat- 2
lambat, tanpa bahaya banjir dalam musim kemah
dimanfaatkan dan kendala akan Liat berdebu, air tanah <50 cm, drainase buruk-sangat buruk, permeabilitas 1
diatasi dengan baik. Hasil analisis sangat lambat, banjir dalam musim kemah
Kemiringan 0-8%,tidak berpotensi longsor 3
disajikan pada Tabel 1. Lahan 8-15%, sedikit berpotensi longsor 2
>15%, berpotensi longsor 1
2. Analisis Kesesuaian Lahan Vegetasi Tegakan pohon alami, kondisi dan kualitas visual vegetasi baik, beragam 3
Persawahan, kondisi vegetasi cukup baik, kualitas visual baik, cukup 2
Analisis kesesuaian lahan menggu- beragam 1
Tegakan pohon perkebunan dan ladang, kondisi vegetasi baik, kualitas visual
nakan metode deskriptif kuantitatif kurang baik, cukup beragam
dengan pengolahan GIS melalui Penutupan Seluruh area tertutup RTH 3
Lahan Sebagian area tertutup RTH dan bangunan 2
scoring variabel sumberdaya lanskap Hampir seluruh area tertutup bangunan 1
(tanah, kemiringan lahan, vegetasi, Tata Guna Lahan pertanian sawah irigasi dan hutan produktif (penggunaan maksimal) 3
Lahan Lahan perkebunan dan ladang (penggunaan cukup maksimal) 2
penutupan lahan, dan tata guna Permukiman penduduk (penggunaan tidak maksimal) 1
lahan). Setelah itu peta-peta tematik Sumber: Hardjowigeno, et al. (1968); USDA (1968); modifikasi.
tersebut digabungkan dengan teknik
overlay. Tabel 2 menunjukkan kriteria
Penghematan dari aliran per- wisata dengan scoring dan kemudian
penilaian potensi sumberdaya lan-
mukaan tahunan: $ 48,159 setara di-overlay dengan potensi sumber-
skap dan potensi penembangan la-
dengan Rp 433.431.000,- daya lanskap. Tabel 3 memperlihat-
han dalam mendapatkan peta
Total penghematan tahunan: $ kan hasil analisis aspek sumberdaya
komposit.
91,670 setara dengan wisata.
3. Analisis Nilai Ekologis Rp 825.030.000,-
Analisis Aspek Sosial
Analisis manfaat ekologis dan Kawasan Perencanaan
distribusi penutupan lahan kawasan Penghematan dari penyerapan 1. Analisis Karakteristik Wisatawan
eksisting dan kawasan perencanaan polusi udara tahunan: Berdasarkan data kunjungan lapang
GTJ pada tahun 2007 dilakukan de- $172,029 setara dengan Rp yang diperoleh dari pihak pengelola,
ngan didukung data dari Google 1.548.261.000,- diketahui jumlah kunjungan wisa-
Earth Plus tahun 2007. Dari data Penghematan dari aliran tawan selama lima tahun terakhir
spasial dan data atribut yang di- permukaan tahunan: $ 48,159 (tahun 2005-2009) dengan rataan
analisis dengan metode GIS meng- setara dengan Rp 433.431.000,- jumlah pengunjung 222.137 orang.
gunakan ArcView 3.2, ekstensi CITY- Total Penghematan tahunan: $ Wisatawan lokal yang berkunjung
green 5.4 didapat hasil sebagai 220,188 setara dengan Rp berasal dari daerah Jabodetabek dan
berikut: 1.981.692.000,- Bandung, sedangkan wisatawan
Kawasan Eksisting mancanegara sebagian besar berasal
Analisis Aspek Sumberdaya Wisata dari Jepang, Korea, Belanda, Ameri-
Penghematan dari penyerapan
polusi udara tahunan: Analisis Penilaian Potensi Objek dan ka, dan Australia.
$ 43,511 setara dengan Rp Atraksi Wisata 2. Analisis Persepsi Wisatawan
391.599.000,-
Analisis yang digunakan adalah Sebagian besar wisatawan adalah
analisis potensi objek dan atraksi pegawai, baik pegawai negeri sipil

61 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011


SULISTYANTARA DAN PRATIWI

maupun pegawai swasta (51 res- Tabel 3. Penilaian Potensi Objek dan Atraksi Wisata
ponden). Kelompok wisatawan ter- Peubah Bobot Kategori Nilai
Aksesibilitas 20 % Jalan primer dekat, mudah dicapai, kondisi baik 4
sebut berusia 20-30 tahun (46 res- Jalan sekunder, kondisi sedang 3
ponden). Kelompok wisatawan ter- Jalan tersier, kondisi sedang 2
Tidak ada akses 1
sebut mengunjungi kawasan wisata Objek dan Atraksi 30 % Semua atraksi bernilai tinggi 4
untuk refreshing. Objek wisata yang Wisata Atraksi sedang-tinggi 3
Atraksi sedang-rendah 2
paling sering dikunjungi adalah Tidak terdapat objek dan atraksi 1
Jatiluhur Water World yaitu seba- Letak dari Jalan 10 % Dekat (<1 km) 4
Utama Sedang (1-3 km) 3
nyak 32 responden dengan lama Cukup jauh (3-5 km) 2
berkunjung 1-6 jam. Jauh (>5 km) 1
Fasilitas Wisata 10 % Tersedia, lengkap, kualitas baik, terawat 4
yang Tersedia 3
3. Analisis Preferensi Wisatawan Ada beberapa, cukup terawat
2
Ada beberapa, kurang terawat
1
Adapun mengenai preferensi wisata- Tidak tersedia
Dampak Kerusakan 30 % Keberadaan objek dan atraksi sangat selaras 4
wan terhadap penataan lanskap terhadap Keberadaan objek dan atraksi cukup selaras 3
yang akan direncanakan, hampir Lingkungan Keberadaan objek dan atraksi kurang selaras 2
Keberadaan objek dan atraksi tidak selaras 1
sebagian besar responden meng- Sumber: Inskeep (1991); Rosmalia (2008); modifikasi.
inginkan aktivitas wisata di ruang
terbuka (98 responden) yang didu- Tabel 4. Pembagian Zona pada Sintesis
kung fasilitas penunjang wisata. Zona Ruang/Fungsi Deskripsi
Potensi Penerimaan Zona ini berada pada kawasan yang memiliki nilai sumberdaya
Selain itu, sebagian besar dari res- Rendah Pelayanan dan wisata rendah dan memiliki nilai kesesuaian yang kurang sesuai
ponden menyetujui dibangunnya penunjang wisata unrtuk dikembangkan menjadi zona wisata
Potensi Wisata pertanian, Zona ini yang berada pada kawasan dengan kombinasi karakter
sarana olahraga (83 responden) de- Sedang wisata teknologi/ alami dan buatan (man made), sehingga pengembangan menjadi
ngan fasilitas olahraga yang bera- agrowisata,wisata wisata semi alami.
air (wisata
gam. Mereka juga menyetujui diba- penunjang)
ngunnya trotoar untuk jalur pejalan Potensi Wisata alam Pada zona ini terdapat atraksi wisata yang memiliki nilai tinggi.
Tinggi (wisata inti) Ruang ini berada pada kawasan dengan vegetasi dominan
kaki (96 responden) dan jalur sepeda hutan/lanskap karakter alami sehingga dikembangkan menjadi
(57 responden). kawasan wisata alami.

Analisis Aspek Teknis


Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Purwakarta No. 8 Tahun
1991 dan Keppres No. 32 Tahun
1990, penggunaan area sekitar
waduk sebagai area rekreasi/wisata
dengan sempadan berjarak 50-100
meter ke arah darat sehingga jenis
wisata yang dikembangkan digo-
longkan sebagai wisata semi intensif.
Selain itu penggunaan area sem-
padan sungai sebagai area wisata
dengan sempadan berjarak 100 meter
ke arah darat, selebihnya area Gambar 3. Peta Komposit
ditekankan pada fungsi konservasi.
terintegrasi dengan wisata penun-
Konsep Tata Hijau
SINTESIS jangnya di Timur Waduk Ir. H.
Djuanda yang berkelanjutan. Pene- Konsep tata hijau ini dibagi menjadi
Pada tahap sintesis ditentukan block rapan konsep pada lanskap berupa empat zona, yaitu zona inti, zona
plan sesuai dengan analisis yang model rencana pengembangan yang pengembangan, zona penyangga,
dilakukan (Tabel 4). Block plan ini disesuaikan dengan karakter sum- dan zona konservasi. Konsep vege-
kemudian digunakan sebagai dasar berdaya lanskap dan potensi objek tasi yang direncanakan di zona inti
dalam perencanaan penataan lans- dan atraksi wisata dikaitkan dengan adalah zona tanaman kayu, zona
kap. Berdasarkan hasil analisis di- tingkat tantangan jenis wisata. tanaman perkebunan, dan zona ta-
dapatkan 3 zona, yaitu zona berpo- naman pangan. Zona pengembangan
tensi tinggi, sedang, dan rendah Konsep Ruang diarahkan menggunakan jenis ta-
(Gambar 3). naman yang memiki bentuk arsi-
Kawasan dibagi ke dalam enam ru-
tektural yang baik. Zona penyangga
ang, yaitu ruang penerimaan, ruang
dan konservasi diarahkan pada
KONSEP pelayanan dan penunjang wisata,
penggunaan tanaman dengan fungsi
ruang wisata inti, ruang wisata
Konsep perencanaan yang dikem- ekologis.
penunjang, ruang penyangga, dan
bangkan pada Kawasan Wisata GTJ
ruang konservasi.
ini adalah kawasan wisata alam yang

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 62


SULISTYANTARA DAN PRATIWI

Konsep Sirkulasi Rencana Ruang buah, maupun biji. Zona penyangga


diarahkan pada fungsi ekologis yang
Konsep sirkulasi di kawasan wisata Berdasarkan konsep perencanaan
dapat merekayasa iklim, dan me-
terbagi menjadi tiga, yaitu jalur sir- lanskap kawasan wisata GTJ dan
lindungi kawasan dari gangguan di
kulasi primer, sekunder, dan tersier. data yang telah dianalisis secara
luar kawasan. Zona konservasi di-
Jalur sirkulasi primer merupakan spasial maupun dilihat dari potensi
arahkan untuk pengembangan area
jalur yang menghubungkan ruang dan kendalanya, kawasan dibagi
yang memiliki kemiringan >25%,
utama, sedangkan jalur sirkulasi menjadi lima ruang utama meliputi:
area sempadan waduk yang dite-
sekunder menghubungkan kelom- 1. Ruang penerimaan, merupakan
kankan untuk fungsi ekologis.
pok-kelompok atraksi wisata dalam pintu masuk utama bagi para
ruang wisata. Jalur sirkulasi tersier wisatawan untuk memasuki
Rencana Sirkulasi
berfungsi menghubungkan antara Kawasan Wisata GTJ.
fasilitas satu dengan fasilitas lainnya 2. Ruang pelayanan dan penunjang Rencana sirkulasi di kawasan wisata
dalam masing-masing kelompok wisata, direncanakan agar para terbagi menjadi tiga, yaitu: jalur
atraksi tersebut. wisatawan mendapatkan infor- sirkulasi primer, sekunder, dan ter-
masi sekilas mengenai GTJ dan sier. Jalur sirkulasi primer diper-
Konsep Aktifitas dan Fasilitas pelayanan yang disediakan pihak untukkan bagi pengguna kendaraan
pengelola. roda dua, kendaraan roda empat,
Konsep aktivitas wisata yang diren-
3. Ruang wisata inti, merupakan dan pejalan kaki yang berfungsi
canakan yaitu dalam bentuk wisata
ruang wisata utama yang dikem- menghubungkan ruang-ruang uta-
dengan tingkat tantangan tinggi (wi-
bangkan sebagai ruang wisata ma, sedangkan jalur sirkulasi sekun-
sata alam), wisata dengan tingkat
semi intensif. Pada ruang ini der menghubungkan kelompok-
tantangan sedang (wisata air/waduk
terdapat objek wisata utama ya- kelompok atraksi wisata dalam
dan wisata teknologi), dan wisata
itu hutan wisata dengan atraksi ruang wisata. Jalur sirkulasi tersier
dengan tingkat tantangan rendah
beragam. diakses oleh pejalan kaki yang
(agrowisata). Adapun fasilitas dibagi
4. Ruang wisata penunjang, terdiri berfungsi menghubungkan antara
menjadi dua yaitu fasilitas utama
dari subruang wisata semi inten- fasilitas satu dengan fasilitas lainnya
dan fasilitas pelengkap. Fasilitas
sif dan intensif yang terdapat di dalam masing-masing kelompok
utama adalah fasilitas yang diper-
area sempadan waduk, bendung- atraksi tersebut.
untukkan bagi pariwisata alam,
an utama, area sawah, dan
sedangkan fasilitas pelengkap adalah
perkebunan. Rencana Aktivitas dan Fasilitas
fasilitas umum, signsystem, maupun
5. Ruang penyangga, merupakan
site furniture. Rencana aktivitas pada ruang wisata
ruang yang berfungsi menyang-
direncanakan berupa aktivitas aktif
ga ruang-ruang wisata di dalam
dan pasif. Aktivitas wisata pada
PERENCANAAN LANSKAP Kawasan Wisata GTJ dari gang-
ruang dibedakan menjadi tiga, yaitu
guan yang berasal dari luar ka-
Perencanaan lanskap ini didasarkan aktivitas wisata dengan tingkat
wasan.
pada konsep wisata alam di Timur tantangan tinggi (wisata alam),
6. Ruang konservasi, merupakan
Waduk Ir. H. Djuanda, yaitu: aktivitas wisata dengan tingkat
ruang yang berfungsi melindungi
meningkatkan potensi alam sebagai tantangan sedang (wisata waduk/
kawasan wisata dari kerusakan,
wisata yang berkelanjutan yang bendungan), dan aktivitas wisata
mengkonservasi tanah dan air.
harus memiliki prinsip: (1) lingkung- dengan tingkat tantangan rendah
an memiliki nilai edukatif sebagai (agrowisata).
Rencana Tata Hijau
aset wisata; (2) memberikan keun-
Sarana dan fasilitas utama yang
tungan kepada komunitas lokal, Pembagian ruang hijau dibagi ke
direncanakan di GTJ ini sebagai
pengelola, dan wisatawan; (3) hu- dalam empat zona, yaitu zona inti,
kawasan wisata alam, seperti (1)
bungan antara wisata dan ling- zona pengembangan, zona penyang-
sarana akomodasi, (2) fasilitas
kungan harus dikelola sehingga ter- ga, dan zona konservasi. Zona inti
pelayanan umum dan kantor, (3)
capai lingkungan yang berkelanjutan dibagi menjadi menjadi zona ta-
sarana rumah makan, (4) sarana
dalam jangka panjang. naman kayu, zona tanaman pangan,
wisata tirta, (5) sarana wisata alam,
dan zona tanaman perkebunan. Ta-
Pendekatan yang dilakukan dalam (6) sarana wisata waduk, (7) sarana
naman kayu diarahkan untuk kegiat-
perencanaan ini adalah pendekatan wisata agro, (8) sarana angkutan wi-
an wisata alam. Adapun tanaman
sumberdaya dan aktivitas pengun- sata, dan (9) sarana kios cindera-
pangan (padi) dan perkebunan (be-
jung sehingga diperoleh kebutuhan mata. Selain itu, direncanakan pula
ragam buah-buahan) diarahkan un-
ruang dan touring plan yang meng- fasilitas pelengkap wisata seperti
tuk memperkuat karakter fisik ka-
hubungkan ruang-ruang wisata de- papan interpretasi, bangku dan meja
wasan sebagai kawasan pertanian.
ngan tingkat penggunaan tertentu piknik, tempat ibadah, toilet, wartel,
dan tipe kelompok pengunjung yang Zona pengembangan diarahkan pa- pasar tradisional pelelangan ikan,
berbeda. da fungsi keindahan/arsitektural kantor pos, children playground, arena
yaitu tanaman yang memiliki bentuk olahraga, kolam renang, dan fasilitas
arsitektural yang baik dilihat dari lainnya.
bentuk tajuk, bunga, daun, batang,

63 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011


SULISTYANTARA DAN PRATIWI

Rencana Penyelenggaraan Program rencana lanskap. Saran


Wisata
Berikut ini adalah saran-saran yang
Pengembangan objek dan atraksi SIMPULAN DAN SARAN dapat diaplikasikan:
wisata yang telah ada dan pe- 1. Perencanaan penataan lanskap
Simpulan
nambahan objek bertujuan menarik yang telah dilakukan ini lebih
minat pengunjung untuk mengeks- Berdasarkan aspek fisik-biofisik, kepada pendekatan sumberdaya
plorasi jenis kegiatan wisata di GTJ. potensi objek dan atraksi wisata, lanskap. Selanjutnya penelitian
Penyelenggaraan objek dan atraksi serta sosial, maka GTJ cukup ber- dapat dilakukan dengan pende-
direncanakan pada hari biasa dan potensi untuk dikembangkan wisa- katan sosial pada masyarakat
hari tertentu/insidental (Tabel 5). tanya. Zona potensi tinggi memiliki sekitar agar masyarakat dapat
luas 184.91 ha (32.40 %), zona potensi lebih berperan serta dalam me-
Rencana Perjalanan Wisata/Touring sedang 196.45 ha (34.41 %), dan zona wujudkan wisata yang berke-
Plan potensi rendah 189.49 ha (33.19 %). lanjutan.
Sebagian besar objek dan atraksi 2. Strategi utama dalam perenca-
Rencana perjalanan wisata dibuat
wisata memiliki nilai potensi yang naan lanskap yang digunakan
berdasarkan akses dan jenis atraksi
tinggi. Konsep wisata yang dikem- adalah maksimalisasi alokasi
wisata sesuai dengan pilihan paket
bangkan yaitu wisata alam yang ruang terbuka hijau di sekitar
wisata, touring circuit, maupun longer
didasarkan pada potensi sumber- objek wisata seperti penanaman
stay. Rencana perjalanan wisata di-
daya lanskap serta objek dan atraksi jalur hijau, koridor, dan taman.
rencanakan dalam sebuah rencana
wisata yang potensial untuk menjaga Strategi ini dapat diterapkan oleh
jalur wisata/touring plan. Gambar 4
kelestarian sumberdaya lanskap dan pemerintah daerah untuk me-
menunjukkan rencana perjalanan wi-
keberlanjutan kawasan wisata. nambah ruang terbuka hijau
sata berdasarkan waktu sedangkan
yang berfungsi sebagai area
Gambar 5 menggambarkan detail
rekreasi/ wisata.

Tabel 5. Rencana Penyelenggaraan Objek dan Atraksi


Program Objek dan atraksi Waktu Pelaksanaan
Rutin Information center Setiap waktu
Hiking trails, canopy trails, bungee jumping camp site, picnic lawn (wisata alam) 06.00-17.00 (kecuali Camping Ground)
Dermaga apung, dermaga kampung air, JWW, pemancingan (wisata waduk) 06.00-17.00 (kecuali JWW, 09.00-17.00)
Bendungan utama, museum (wisata teknologi) 08.00-14.00
Nursery, budidaya ikan jaring terapung, sawah, dan perkebunan (wisata pertanian) 06.00-16.00
Insidental Lomba dayung Hari Jadi PON
Festival perahu hias Hari Jadi Porseni
Pagelaran budaya Hari Ulang Tahun Purwakarta
Workshop teknologi dan lingkungan Hidup Hari Pendidikan Nasional
Penanaman pohon di area sempadan waduk Hari Bumi
Lomba Rakyat Hari Kemerdekaan RI

Gambar 4. Rencana Perjalanan Berdasarkan Lama Wisata

JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011 64


SULISTYANTARA DAN PRATIWI

Gambar 5. Detail Rencana Perjalanan/Touring Plan

DAFTAR PUSTAKA Perencanaan Tata Guna Lahan. Inskeep E. 1991. Tourism Planning: An
Yogyakarta: Gadjah Mada Uni- Integrated and Sustainable De-
Gold SM. 1980. Recreation Planning
versity Press. velopment Approach. VNR
and Design. New York: Mc
Tourism and Recreation Series.
Graw-Hill Book Company. Holden A. 2000. Environment and
New York: Van Nostrad Rein-
Tourism. London: Routledge.
Hadjowigeno S, Widiatmaka. 1968. hold.
Evaluasi Kesesuaian lahan dan

65 JURNAL LANSKAP INDONESIA | VOL 3 NO 2 2011

S-ar putea să vă placă și