Sunteți pe pagina 1din 15

1.

Laporan Pendahuluan Kasus Abortus Inkomplit

1.1 Definisi

Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin
mampu hidup diluar kandungan (Nugroho,2010).
Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih
tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan
sebagian placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus
(Sujiyatini dkk,2009)
Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian
dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang
tertinggal pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010)

1.2 Etiologi

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan
cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
1) Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,
termasuk kromosom seks.
2) Faktor lingkungan endometrium yang belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi.
3) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
4) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan
hasil konsepsi terganggu.

1.2.2 Kelainan Pada Plasenta


1) Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi.
2) Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus
3) Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
1.2.3 Penyakit Ibu
1) Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis,
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal,
penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus.
2) Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh
kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri,
uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum (Manuaba, 2010).

1.3 Manifestasi Klinis


Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari
uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi.
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
1.4 Patofiosiologis

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
benda asing tersebut.
Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus
desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila
kehamilan 8-14 minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan
dari pada plasenta.
Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah
meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering
dan karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak
gepeng. Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis.
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya
maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena
terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).

Abortus(mati janin 22
minggu/500 gr
1.5 Klasifikasi
1. Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena
a. Tuberculosis paru adalah tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
b. Tuberculosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ tubuh
lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendiaan, kulit, usus, ginjal, saluran
kencing, alat kelamin.

2. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis


a. Tuberculosis paru BTA positif
Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif, 1
spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto thoraks dada
menunjukkan gambaran tuberculosis, 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif dan biakan kuman TB positif, 1 atau lebih specimen dahak hasilnya
positif setelah 3 spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
memberi hasil BTA negative dan tidak ada perbaikan selama pemberian
antibiotika non OAT.
b. Tuberculosis paru BTA negative
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif, kriteria
diagnosis TB paru BTA negative harus meliputi : paling tidak 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA negatif, foto thoraks abnormal menunjukkan
gambaran tuberculosis, tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotic
non OAT, ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.
3. Klasifikasi berdasarkan tingkat keparahan penyakit
a. TB paru BTA negative foto thoraks positif dibagi menjadi bentuk ringan dan
berat berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya. Bentuk berat bila
gambaran foto thoraks memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang
luas (misalnya proses far advanced) dan atau keadaan umum pasien buruk.
b. TB ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya
yaitu : TB ekstra paru ringan misalnya, TB kelenjar limfe, pleuritis
eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi dan kelenjar
adrenal. TB ekstra paru berat, misalnya meningitis, milier, pericarditis,
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB
saluran kemih, dan alat kelamin.
4. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a. Baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah
pernah menekan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kambuh (relaps) adalah pasien tuberculosis yang sebelumnya pernah
mendapatkan pengobatan tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau
pengobatan lengkap, di diagnosa kembali dengan BTA positif (apusan atau
kultur).
c. Pengobatan setelah putus obat (default) adalah pasien yang telah berobat 2
bulan atau lebih dengan BTA positif
d. Gagal (failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama
pengobatan
e. Pindahan (transfer in) adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang
memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatanya.
f. Lain lain adalah semua kasus yang tidak memenuhi kriteria diatas, dalam
kelompok ini termasuk kasus kronik yaitupasien dengan hasil pemeriksaan
masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulang.

1.6 Komplikasi
Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada
penderita tuberculosis paru stadium lanjut, yaitu :
1. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya
jalan nafas.
2. Atelectasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat
retraksi bronchial.
3. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
4. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendiaan, dan ginjal.
Komplikasi yang dapat timbul akibat tuberculosis lainya yaitu terjadi pada
sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan antara lain menimbulkan
pneumothoraks, efusi pleura, dan gagal nafas, sedangkan diluar sitem
pernafasan menimbulkan tuberculosis usus, meningitis serosa, dan
tuberculosis milier.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Sputum culture : positif untuk mycobacterium tuberkulosa pada stadium aktif
2. Zhiel neelsen (acid fast staind applied to smear of body fluid) : positif untuk
BTA
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, volmer patch) : reaksi positif (area indurasi 10
mm atau lebih, timbul 48 72 jam setelah injeksi antigen intradermal)
mengindikasikan infeksi lama dan adanya antibody tetapi tidak
mengindikasikan penyakit sedang aktif
4. Chest X ray : dapat memperlihatkan infiltrasi kecil pada lesi awal di bagian
paru paru bagian atas, deposit kalsium pada lesi primer yang membaik atau
cairan pada effuse. Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat dapat
mencakup area berlubang dan fibrous.
5. Histologi atau culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine, dan CSF,
biopsi kulit) : positif untuk mycobacterium tuberkulosa
6. Needle biopsy of lung tissue : positif untuk granuloma TB, adanya sel sel
besar
7. Elektrolit : mungkin normal tergantung dari lokasi dan beratnya infeksi,
misalnya hiponatremia mengakibatkan retensi air, mungkin ditemukan pada TB
paru kronik lanjut.
8. ABGs : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat, dan sisa kerusakan paru
9. Bronchografi : pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan paru karena TB
10. Tes darah : lekositosis, LED meningkat
11. Tes fungsi paru : VC menurun, dead space meningkat, TLC meningkat dan
menurunya saturasi oksigen yang merupakan gejala sekunder dari
fibrosis/infiltrasi parenkim paru dan penyakit pleura.
1.7.1 Pemeriksaan diagnostik TB pada anak - anak
sistem skoring : sistem ini mempermudah penegakan diagnostic TB pada anak
yang meliputi pemeriksaan tuberculin (uji mantoux) dan kontak erat dengan
pasien dewasa TB menular mempunyai skor (nilai) tertinggi 3.

Parameter 0 1 2 3 Skor
Kontak TB Tidak jelas - Laporan BTA (+)
keluarga,
BTA(-)/BTA
tidak
jelas/tidak
tau
Uji tuberkulin Negatif - - Positif(10mm atau
(mantoux)
5mm pada
imunokompromais)
Berat - BB/TB<90% Klinis gizi -
badan/keadaan atau buruk atau
gizi BB/U<80% BB/TB<70%
atau
BB/U<60%
Demam yang - 2 minggu - -
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik - 3 minggu - -
Pembesaran - 1 cm, lebih - -
kelenjar limfe dari 1 KGB,
koli, axilla, tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan - Ada - -
tulang/sendi pembengkaka
panggul, n
lutut,falang
Foto thoraks Normal/kelaina Gambaran - -
n tidak jelas sugestif
(mendukung)
TB
Skor Total (maksimal 13)
Keterangan :
- Gejala TB anak sesuai dengan parameter sistem skoring
- Pertimbangan dokter untuk mendapatkan terapi TB anak pada skor < 6 bila
ditemukan skor 5 yang terdiri dari kontak BTA positif disertai dengan 2 gejala
klinis lainya pada fasyankes yang tidak tersedia uji tuberculin.

Uji tuberkulin bukan merupakan pemeriksaan penentu utama, untuk


menegakkan diagnostik TB anak. Selain itu, pasien anak dengan jumlah skor 6
dapat didiagnosis, harus ditatalaksana sebagai pasien TB, dan mendapat OAT
(obat anti tuberculosis). Beberapa keadaan klinis khusus pada pasien, memerlukan
pemeriksaan lebih lanjut di fasilitas pelayanan kesehatan rujukan. Misalnya,
ditemukan gibbus atau koksitis TB juga tanda bahaya TB saraf pusat, yaitu kejang,
kaku kuduk, dan penurunan kesadaran. Selain itu, juga adanya tanda kegawat lain
misalnya, sesak nafas atau pada pemeriksaan foto rontgen polos dada atau
thoraks menunjukkan gambaran efusi pleura, miller, atau kavitas.

Pada sistem skoring, beberapa parameter memerlukkan penjelasan khusus.


Kontak dengan pasien pasien dewasa TB BTA (+) diberi skor 3, hanya bila ada
bukti tertulis hasil laboratorium BTA dari orang dewasa sebagai sumber penularan.
Data ini dapat diperoleh dari formulir TB 01 atau hasil laboratorium. Penentu status
gizi anak dilakukan dengan parameter BB/TB atau BB/U dengan berat badan,
panjang atau tinggi badan, dan umur diukur saat pasien dating (moment opname).
Penentu status gizi untuk anak usia <5 tahun menggunakan panduan buku KIA
terbitan Kemenkes RI, sedangkan untuk anak usia >5 tahun menggunakan kurva
CDC terbitan tahun 2000. Apabila BB kurang, anak juga harus diberikan upaya
perbaikan gizi dan evaluasi selama 1 bulan.

Gejala klinis demam (2 minggu) dan batuk (3 minggu) lama, dapat bernilai
apabila tidak membaik setelah diberikan pengobatan,sesuai buku terapi di
fanyaskes. Selain itu, gambaran foto toraks yang mendukung TB dapat berupa
pembesaran kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrate,
atelectasis, konsolidasi segmental atau lobar, miller, klasifikasi dengan infiltrate
ataupun tuberkuloma. Foto toraks bukan merupakan alat diagnostic utama pada
TB anak.
Dalam sistem skoring ini, anak didiagnosis TB jika jumlah skor 6, dengan skor
maksimal 13. Anak dengan skor 6 yang diperoleh dari poin kontak dengan pasien
BTA positif dan hasil uji tuberculin positif tanpa gejala klinis, maka anak tersebut
belum perlu diberikan OAT, anak tersebut cukup dilakukan observasi atau diberi
INH profilaksis tergantung dari umur anak. Pasien usia balita yang mendapat skor
5 dengan gejala klinis yang meragukan, maka pasien tersebut dirujuk ke
fanyankes, untuk lebih di evaluasi lebih lanjut. Anak dengan skor 5 yang terdiri dari
poin kontak TB positif dengan 2 gejala klinis lain, pada fanyankes yang tersedia uji
tuberculin, maka dapat didiagnosis, diterapi, dan dipantau sebagai TB anak.
Pemantauan dilakukan selama 2 bulan terapi awal, dan apabila terdapat perbaikan
klinis, maka terapi OAT dilanjutkan sampai 6 bulan. Semua bayi dengan reaksi
cepat (<2 minggu) setelah pemberian imunisasi BCG, seharusnya dicurigai telah
terinfeksi TB, dan harus dievaluasi dengan sistem skoring TB anak. Pada anak
yang pada evaluasi bulan ke 2 tidak menunjukkan perbaikan klinis sebaiknya
diperiksa lebih lanjut adanya kemungkinan factor penyebab lain, misalnya
kesalahan diagnosis, adanya penyakit penyerta, gizi buruk, TB MDR maupun
kepatuhan berobat pasien. Anak dengan pembesaran kelenjar leher tidak selalu
menderita TB anak, pertimbangkan kemungkinan diagnosis yang lain misalnya
infeksi leher, amandel, dan keganasan. Pembesaran kelenjar leher yang
mendukung gejala TB anak bersifat tidak nyeri, multiple, diameter lebih dari 1 cm.

1.8 Penatalaksanaan
1. Promotif
a. Penyuluhan kepada masyarakat apa itu TBC
b. Pemberitahuan baik melalui spanduk/iklan tentang bahaya TBC, cara
penularan, cara pencegahan, factor resiko
c. Mensosialisasikan BCG di masyarakat
2. Preventif
a. Vaksinasi BCG
b. Menggunakan isoniazid (INH)
c. Membersihkan lingkungan tempat yang kotor dan lembab
d. Bila ada gejala gejala TBC segera ke puskesmas/ RS agar dapat
diketahui secara dini
3. Kuratif
Obat TB yang digunakan (medika mentosa) :
a. Isoniazid
INH adalah obat antituberkulosis yang efektif saat ini bersifat bakteriasid
dan sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolit aktif yaitu
kuman yang sedang berkembang dan bersifat bakteriostatik terhadap
kuman yang diam.
b. Rimfapisin
Bersifat bakteriosid pada intrasel dan ekstrasel, dapat memasuki semua
jaringan, dapat membunuh kuman semi dormand yang tidak dapat
dibunuh oleh INH.
c. Pirazinamid
Derivate dari nikotinamid berpenetrasi baik pada jaringan dan cairan tubuh
termasuk SSP, cairan serebrospinal, bakteriasid hanya pada intrasel pada
suasana asam, diresorbsi baik pada saluran pencernaan.
d. Etambutol
Jarang diberikan pada anak karena potensi toksisitasnya pada mata.
e. Streptomisin
Bersifat bakteriosid dan bakteriostatik. Kuman ekstraseluler pada keadaan
basa atau netral, jadi tidak efektif membunuh kuman intraseluler.
4. Panduan obat TB
Prinsip dasar pengobatan TB adalah minimal 2 macam obat dan diberikan
dalam waktu relative lama (6 12 bulan). Pengobatan TB dibagi dalam 2 fase,
yaitu fase intensif (2 bulan pertama) dan sisanya sebagai fase lanjutan.
Pemberian paduan obat ini ditujukan untuk mencegah terjadinya resistensi obat
dan untuk membunuh kuman intraseluler dan ekstraseluler. Sedangkan
pemberian obat jangka panjang selain untuk membunuh kuman, juga untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya relaps. Pengobatan tetap dibagi dalam
dua tahap, yakni :
a. Tahap intensif (initial) dengan memberikan 4 5 macam obat anti TB
perhari dengan tujuan mendapatkan konversi sputum dengan cepat (efek
bakterisida), menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih
lanjut, mencegah timbulnya resistensi obat.
b. Tahap lanjutan (continuation phase) dengan hanya memberikan 2 macam
obat per hari atau secara intermitten dengan tujuan menghilangkan bakteri
yang tersisa (efek sterilisasi), mencegah kekambuhan,

2. Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
1. Aktivitas
- Tanda : takhikardia, takhipnea/dyspnea, nyeri, dan sesak
- Gejala : kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, kesulitan tidur
pada malam hari atau demam malam hari, menggigil, dan atau berkeringat
2. Integritas ego
- Tanda : ansietas
- Gejala : adanya factor stress lama, perasaan tidak berdaya
3. Makan / cairan
- Tanda : turgor kulit menurun, hilang lemak subkutan
- Gejala : kehilangan nafsu makan, tidak dapat mencerna, penurunan berat
badan
4. Nyeri / kenyamanan
- Tanda : perilaku distraksi, gelisah
- Gejala : nyeri dada meningkat karena batuk berulang
5. Pernafasan
- Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, pengembangan pernafasan
tidak simetris, perkusi pekak, penurunan fremitus. Bunyi nafas :
menurun/tidak ada secara bilateral atau uniteral (effuse
pleura/pneumothoraks), sputum warna hijau/purrulen, mukoid atau bercak
carah, deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik)
- Gejala : batuk produktif atau tidak produktif

2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret yang berlebih
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif
paru, kerusakan membrane alveolar - kapiler
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan, sering batuk, anorexia
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan

2.3 Rencana Keperawatan

Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret yang
berlebih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, jalan nafas efektif

Kiriteria hasil : suara nafas vesikuler, frekuensi nafas normal (Bayi : 30 60x/menit,
anak anak : 15 30x/menit), tidak sesak dan tidak sianosis, batuk spontan.

Intervensi :
1. Kaji fungsi pernafasan seperti bunyi nafas, irama, kedalaman
R/ penurunan bunyi nafas dapat menunjukkan akumulasi secret, suara nafas
tambahan
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan dahak dan batuk efektif
R/ pengeluaran secret sulit jika secret kental, sputum berdarah, diakibatkan oleh
kerusakan paru paru
3. Ajarkan pasien teknik nafas dalam dan cara melakukan batuk efektif
R/ batuk efektif membantu pengeluaran sputum, nafas dalam membantu ventilasi
maksimal meningkatkan gerakan secret
4. Anjurkan pasien banyak minum air putih 1500 cc
R/ pemasukan tinggi cairan membantu untuk mengencerkan secret
5. Berikan posisi semifowler
R/ membantu memaksimalkan ekspansi paru dan meminimalkan upaya pernafasan
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat agen mucolitik, brochodiator,
kortikosteroid
R/ menurunkan kekentalan dan merangsang pengeluaran secret
Diagnosa 2 : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane
alveolar kapiler

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, bebas dari


distress pernafasan

Kriteria hasil : perbaikan ventilasi dan perbaikan oksigenasi jaringan adekuat dengan
gas darah dalam rentang normal

Intervensi :

1. Kaji dyspnea,takipnea, bunyi pernafasan abnormal, meningkatnya respirasi,


keterbatasan ekspansi dada
R/ TB paru menyebabkan efek luas pada paru dan bagian kecil bronkopneumonia
sampai inflamasi, difusi luas, nekrosis, efusi pleura,dan fibrosis luas. Efek
pernafasan dapat ringan sampai dyspnea berat sampai distress pernafasan
2. Evaluasi perubahan tingkat kesadaran, catat tanda tanda sianosis dan perubahan
kulit, selaput mukosa dan warna kuku
R/ akumulasi secret dapat mempengaruhi oksigenasi organ vital
3. Anjurkan untuk mengeluarkan napas dari bibir disiutkan, khususnya pasien dengan
fibrosis atau kerusakan parenkim
R/ membantu tahanan melawan udara luar untuk mencegah kolaps atau
penyempitan jalan nafas, sehingga membantu menyebarkan udara melalui paru dan
menghilangkan/menurunkan nafas pendek
4. Anjurkan untuk bedrest atau mengurangi aktivitas
R/ menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama periode penurunan
pernafasan dapat menurunkan beratnya gejala
5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen tambahan
R/ alat dalam perbaikan hipokalesemia yang dapat terjadi sekunder terhadap
ventilasi / menurunya permukaan alveolar paru
Diagnosa 3 : perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan, sering batuk, anorexia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam, nafsu makan meningkat
Kriteria hasil : menunjukkan peningkatan berat badan dan bebas dari tanda - tand
malnutrisi
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi, riwayat mual dan muntah
R/ berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi
yang tepat
2. Kaji pola diet yang disukai/tidak disukai
R/ membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan/kekuatan khusus, pertimbangan
keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet
3. Monitor intake dan output secara periodek
R/ berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan
4. Dorong pasien untuk makan sedikit tapi sering dengan makanan tinggi protein
karbohidrat
R/ memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan yang perlu/kebutuhan energy
dari makanan yang banyak menurunkan iritasi gaster
5. Kolaborasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian terapi diit
R/ memberikan perencanan diet dengan nutrisi adekuat untuk kebutuhan metabolic

Diagnosa 4 : resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selam 2 x 24 jam infeksi tidak ada
Kriteria hasil : tanda tanda infeksi tidak ada, tanda tanda vital dibatas normal
Intervensi :
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak perawatan dilakukan
R/ mengurangi resiko kontaminasi silang
2. Beriakn ruangan yang bersih dan berventilasi baik
R/ mengurangi pathogen pada sistem imundan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial
3. Observasi tanda tanda vital
R/ memberikan informasi data dasar awitan/peningkatan suhu secara berulang
ulang dari demam yang terjadi untuk menunjukkan bahwa bereaksi pada proses
infeksiyang tidak dapat disembuhkan
4. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, perhatikan batuk spasmodic kering pada
inspirasi dalam perubahan karakteristik sputum dan adanya wheezing/ronchi, DAN
lakukan isolasi pernafasan bila etiologi batuk produktif tidak diketahui
R/ kongesti atau distress pernafasan dapat mengidentifikasi perkembangan PCP
penyakit yang paling sering terjadi, TB mengalami peningkatan infeksi jamur
5. Periksa adanya luka/lokasi alat infasif, perhatikan tanda tanda infeksi/inflamasi
R/ identifikasi/perawatan awal dari infeksi sekunder dapat mencegah terjadinya
sepsis
6. Ajurkan pada pasien untuk batuk dan bersin menggunakan tissue dan membuang
pada tempat dan anjurkan untuk membuang dahak pada wadah cairan desinfektan
R/ mencegah terjadinya penularan nosokomial dari pasien keperawatan dan lainya
7. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotic, antijamur, antigen
mikroba
R/ menghambat proses infeksi beberapa obat ditagerkan untuk organisme tertentu
(sistem perusak)

Daftar pustaka

Arif Mansjoer. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aescolapius

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume 3 buku
kedokteran. Jarakarta : EGC
Pathway

Micobacterium tuberculosis

Menempel pada jalan Kuman menetap di paru - paru Inhalasi dopler


nafas
Berkembang biak di
sitoplasma makrofag
Dibersihkan makrofag
dan sillia
Masuk ke permukaan alveolar dan
parenkim paru - paru

Peradangan

Demam, malaise Konsolidasi

Hipertemia

Iritasi bronchial Lesi paru Infiltrasi ke pleura

Sputum
Perubahan menumpuk
nutrisi
Peningkatan dan
kurang
produksi Pleuritis
Bersihan
Bau dan jalan
rasa
mengental nafas
sputum
dari kebutuhan
sputum tubuh Gangguan pertukaran gas Pintu
Efusimasuk
Resiko pleurakuman
tinggi
Pemasangan infeksi
WSD
tidak efektif

S-ar putea să vă placă și