Sunteți pe pagina 1din 20

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana definisi Glomerulonefritis?
1.2.2 Apa etiologi dari Glomerulonefritis?
1.2.3 Bagaimana maniestasi klinis dari Glomerulonefritis?
1.2.4 Bagaimana patofisiologi dari Glomerulonefritis?
1.2.5 Bagaimana pathway dari Glomerulonefritis?
1.2.6 Bagaimana Pemeriksaan penunjang dari Glomerulonefritis?
1.2.7 Apa saja komplikasi dari Glomerulonefritis?
1.2.8 Bagaimana penatalaksanaan dari Glomerulonefritis?
1.2.9 Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Glomerulonefritis
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan sebagai
berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui definisi Glomerulonefritis
1.3.2 Untuk mengetahui etiologi dari Glomerulonefritis
1.3.3 Untuk mengetahui maniestasi klinis dari Glomerulonefritis.
1.3.4 Untuk mengetahui patofisiologi dari Glomerulonefritis
1.3.5 Untuk mengetahui pathway dari Glomerulonefritis
1.3.6 Untuk mengetahui Pemeriksaan penunjang dari Glomerulonefritis
1.3.7 Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Glomerulonefritis
1.3.8 Untuk mengetahui komplikasi dari Glomerulonefritis
1.3.9 Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Glomerulonefritis
1.4 Manfaat
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut :
1.4.1 Manfaat bagi penulis
Memberikan pengetahuan kepada penulis mengenai asuhan
keperawatan pada penyakit Glomerulonefritis
1.4.2 Manfaat bagi Mahasiswa atau Dosen
Sebagai bahan referensi atau bahan ajar perkuliahan mengenai
asuhan keperawatan pada penyakit Glomerulonefritis
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Glomeruonefritis


Glumerulonefritis merupakan inflamasi bilateral glomerulus yang secara
khas terjadi sesudah infeksi streptokokus. Glemuronefritis akut juga dinamakan
glumerulonefrtitis poststreptokokus akut (Kowalak, 2011).

Glumerulonefritis adalah peradangan pada glomerulus. Jenis


glumerulonefritis di antaranya adalah akut, progresif cepat dan kronis (Corwin,
Patofisiologi, 2009)

Glomerulonefritis akut adalah oeradangan glomerulus secara mendadak.


Peradangan akut glemrulus terjadi akibat pengendapan kompleks antigen-antibodi
di kapiler-kapiler glumerulus . kopleks biasanya terbentuk 7-10 hari setelah
infeksi faring atau kulit oleh streptokokus (glumerulonefritis pascastreptookus)
tetapi dapat timbul setelah infeksi lain (Corwin, Patofisiologi, 2009)

Glomerulonefritis progresif cepat adalah peradangan glomerulus yang


terjadi sedemikian cepat sehingga penurunan GFR 50% dalam 3 bulan setelah
awitan penyakit. Glumeruonefritis progresif cepat dapat terjadi akibat perburukan
glumerulonefritis akut, suatu penyakit autoimun, atau sebabnya idiopatik (tidak
diketahui) (Corwin, Patofisiologi, 2009)

Glomerulonefritis kronik adalah peradangan di sel-sel glomerulus.


Kelainan ini dapat terjadi akibat glumerulonefritis akut yang tidak , membaik atau
timbul secara spontan. Glumerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun
setelah cedera dan peradangan glemurulus subklinis yang disertai oleh hematuiri
(darah dalam urine) dan teinuria (protein dalam urine) ringan (Corwin,
Patofisiologi, 2009)

2.2 Etiologi Glomerulonefritis


Penyebab glomerulusnefritis akut dan progresif cepat meliputi:

1. Infeksi streptokokus pada saluran napas atas


2. Impetigo
3. Nefropati imunglobulin A (Ig A)
4. Nefrosis lipoid

Glomerulusnefritis kronis disebabkan oleh

1. Glomerulopati membranosa
2. Glomerulosklerosis lokal
3. Glomerulonefritis progresif cepat
4. Glomerulonefrtitis pascastreptokokal
5. Sistemik lupus eritematosus
6. Sindrom Goodpasture
7. Sindrom uremik hemolitik

2.3 Manifestasi Klinis

2.4 Patofisiologi
2.5 Pathway
2.6 Pemeriksaan penunjang

2.7 Penatalaksanaan
1. Apabila kelainan disebabkan oleh glumerulonefritis pascastreptokokus
akut, maka diperlukan terapi antibiotic
2. Kerusakan glumerulus akibat proses autoimun dapat diobati dengan
kortikosteroid untuk imunosupresi
3. Pada glumerulonefritis progresif cepat dapat digunakan antikoagulan
untuk mengurangi pengendapan fibrin dan pembentukan jaringan parut
4. Control glukosa yang ketat pada penderita diabetes terbukti memperlambat
atau mengurangi progresif glumerulonefritis. Penelitian menunjukkan
inhibitor enzim pengubah-angiotensin (ACE) dapat mengurangi kerusakan
glemurulus pada penderita diabetes bahkan jika tidak terbukti adanya
hipertensi nyata
5. Inhibitor ACE dapat mengurangi kerusakan glumerulus pada individu
dengan hipertensi kronis (Corwin, Patofisiologi, 2009)
2.8 Komplikasi
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN HEPATITIS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
1. Nama : -
2. Umur : Semua umur tetapi biasanya
pada usia produktif
3. Jenis Kelamin : Bisa menyerang pada
laki-laki dan perempuan
4. Pendidikan : Tidak begitu
berpengaruh
5. Alamat : Lingkungan yang penuh
polusi dan kotor
6. Pekerjaan :
7. Agama : -
8. Suku Bangsa : Asia Fasifik lebih
banyak dari pada Eropa
9. Tgl & Jam Masuk RS : -
10. Nomor Register : -
11. Asuransi Kesehatan : -

3.1.2 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan utama
klien mengatakan nyeri perut kanan atas dan suhu tubuhnya tinggi .
2. Riwayat penyakit sekarang.
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit.

4. Riwayat penyakit keluarga


Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
3.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. Kedaan umum: biasanya kesadaran composmentis, wajah tampak
menyeringai kesakitan, konjungtiva anemis, Suhu badan meningkat.
2. Pemeriksaan TTV
S : Meningkat (Normal: 36,5-37,5oC)
TD : Menurun (Normal: 110/80-140/100 mmHg)
N : Meningkat (Normal: 60-100 x/ Menit)
RR : Normal (Normal: 16-20x/ Menit)
3. Review Of Sistem (ROS)
a. Sistem respirasi : Dada simetris, tidaknya sumbatan jalan nafas,
tidak ada gerakan cuping hidung, tidak terpasang O2, tidak ada
ronchi, whezing, stridor.
b. Sistem kardiovaskuler : Tidak ada oedema, tidak ada pembesaran
jantung, tidak ada bunyi jantung tambahan.
c. Sistem urogenital : biasanya urine berwarna gelap
d. Sistem muskuloskeletal : kelemahan disebabkan tidak adekuatnya
nutrisi (anoreksia)
e. Abdomen, biasanya pada abdomen ditemukan :
Inspeksi : abdomen ada benjolan
Auskultasi : Bising usus (+) pada benjolan
Palpasi : pada hepar teraba keras
Perkusi : hypertimpani
4. Pengkajian fungsional Gordon
a. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika
ada keluarga yang sakit maka akan segera dibawa ke pelayanan
kesehatan terdekat.
b. Pola nutrisi dan metabolik
Makan : biasanya Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis,
disebabkan mual muntah .
Minum : biasanya mengalami penurunan.
c. Pola eliminasi
BAK : biasanya urine warna gelap,encer seperti teh
BAB : biasanya diare feses warna tanah liat
d. Pola aktivitas dan latihan
biasanya tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya karena
pasien lemah terkulai di atas tempat tidur, lelah, malaise dan
membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.
e. Pola istirahat tidur
biasanya tidak bisa istirahat total seperti biasanya karena ada
nyeri pada abdomen, mialgia, atralgia, sakit kepala dan puritus.
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
biasanya sudah mengerti tentang keadaanya dan merasa harus
segera berobat
g. Pola hubungan dengan orang lain
biasanya dapat berhubungan dengan orang lain secara baik tetapi
akibat kondisinya pasien malas untuk keluar dan memilih untuk
istirahat.
h. Pola reproduksi/seksual
biasanya pola hidup/perilaku meningkatkan risiko terpejan
(contoh homoseksual aktif/biseksual pada wanita).
i. Pola persepsi diri dan konsep diri
Biasanya klien ingin cepat sembuh dan tidak ingin mengalami
penyakit seperti ini lagi
j. Pola mekanisme koping
Biasanya klien apabila merasakan tidak nyaman selalu
memegangi perutnya dan meringis kesakitan
k. Pola nilai kepercayaan/keyakinan
l. biasanya pasien yakin akan cepat sembuh menganggap ini merupakan cobaan dari Allah SWT.
m.
3.2 Analisa data & Diagnosis Keperawatan
3.2.1 Analisa Data
n. o. Analisa data p. Etiologi q. Masalah
N

r. s. DS:klien mengatakan nyeri bagian perut z. Peradangan ae. Gangguan rasa


t. DO:
1 kapsula hati nyaman nyeri
u. P: hepatomegali.
aa.
v. Q: Tumpul.
ab. Hepatomegali
w. R: bagian hipokondrium kanan.
ac.
x. S: 6-7
ad. Nyeri
y. T: Tiap waktu
af.ag. DS: klien mengatakan tidak nafsu makan. an. Hepatomegali as. Nutrisi krang
ah. DO:
2 ao. dari kebutuhan
ai. A: BB menurun
aj. B: Glukosa dalam darah menurun. ap. Perasaan tidak tubuh
ak. C: konjungtiva anemis.
nyaman
al.
aq.
am.D: Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis,
ar. Anoreksia
disebabkan mual muntah.

9
at. au. DS: klien mengatakan suhu tubuhnya meningkat. ba. Pengaruh bg. Hipertermia
av. DO:
3 alcohol, virus
aw. S : Meningkat (Normal: 36,5-37,5oC)
ax. TD: Menurun (Normal: 110/80-140/100 mmHg) hepatitis, toksin
ay. N : Meningkat (Normal: 60-100 x/ Menit)
bb.
az. RR: Normal (Normal: 16-20x/ Menit)
bc. Inflamasi pd
hepar
bd.
be. hipertermia
bf.
bh.bi. DS:klien mengatakan letih. bo. Glikogenolisis bt. Keletihan
bj. DO:
4 menurun
bk. A: BB menurun
bl. B: Glukosa dalam darah menurun. bp.
bm. C: konjungtiva anemis.
bq. Glukosa dlm
bn. D: Tidak nafsu makan, porsi makan tidak habis,
drah berkurang
disebabkan mual muntah.
br.
bs. Cepat lelah
bu.bv. DS: klien mengatakan kulitnya gatal-gatal. by. Bilirubin direk cd. Kerusakan
bw. DO:
5 meningkat integritas klit
bx. Garam empedu dalam darah meningkat,
bz.
hipertermia.
ca. Garam empedu

10
dlm drah naik
cb.
cc. pruritus
ce.cf. DS: klien mengatakan cemas karena urin gelap. ci. Garam empedu cn. Ansietas
cg. DO:
6 dlm drah naik
ch. Anoreksia, penurunan TD dan denyut nadi,
cj.
insomnia.
ck. Eksresi kdlm
urin
cl.
cm.Warna kemih
gelap
co.
3.2.2 Diagnosis Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d hepatomegali.
2. Nutrisi krang dari kebutuhan tubuh b.d Anoreksia.
3. Hipertermia b.d Inflamasi pada hepar.
4. Keletihan b.d Penurunan glukosa dalam darah.
5. Kerusakan integritas klit b.d Pruritus.
6. Ansietas b.d Warna kemih gelap.
cp.
3.3 Nursing Care Plan
cq. cr. Diagnosa cs. Rencana keperawatan ct. Rasional
cw. Tujian & kriteria cx. intervensi
No. kep.

11
hasil
cz. da. Gangguan db. NOC dc. NIC dd.
di. Setelah dilakukam 1. lakukan pengkajian nyeri secara 1. Mengidetifikasi
1. rasa
tindakan keperawatan komprehensif termasuk lokasi, karakteristik nyeri dan
nyaman
selama....klien tidak karakteristik, durasi, frekuensi, memudahkan proses atau
nyeri b.d
mengalami nyeri, kualitas dan faktor sasaran penyembuhan.
hepatome
de.
dengan kriteria hasil: presipitasinya.
gali. 2. Memberikan kenyamanan
2. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Mengenali awitan atau
meskipun pasien tidak
ketidak nyamanan.
penyebab nyeri.
dj. memintanya.
2. Melaporkan nyeri dapat
3. Ajarkan teknik 3. Mengurangi nyeri dengan
dikendalikan.
nonfarmakologis (misalnya, cara alami dan dapat
3. Menyatakan rasa nyaman
relaksasi,imajinasi,distraksi,terp dilakukan tanpa ada batasan
sstelah nyeri berkurang.
4. melaporkan pola tidur ai musik dan lain). kecuali kegiatan yang dapat
dk.
yang baik. memperburuk kesehatan
dl.
dm. pasien.
4. Berikankan informasi tentang df.
4. Memudahkan pasien dan
nyeri, seperti penyebab nyeri,
keluarga untuk menghindari
berapa lama akan berlangsung
hal-hal yang mengakibatkan
dan antisipasi ketidak
nyeri itu timbul.
nyamanan akibat prosedur.
5. Mempercepat

12
5. Menggunakan agens-agens penyembuhan.
farmakologi untuk
menggurangi atau
mengendalikan nyeri.
dn. do. Nutrisi dp. NOC dq. NIC dr.
du. Setelah dilakakukan 1. Berikan informasi tentang 1. Memotifasi klien agar
2. krang dari
tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi. mempunyai keinginan
kebutuhan
selama ............ dv. untuk makan.
tubuh b.d
2. Mengetahui perkembangan
kebutuhan nutrisi klien 2. Monitor adanya penurunan
anoreksia.
klien.
teratasi dengan criteria berat badan.
3. Dengan cara menjadwal
3. Jadwalkan pengobatan dan
hasil:
pengobatan dan waktu
tindakan tidak selama jam
1. Adanya peningkatan berat
makan akan membuat klien
makan.
badan sesuai dengan
dw. tidak bingung dan
tujuan. dx.
terganggu saat makan.
2. Berat badan ideal sesuai 4. Monitor kalori dan intake
4. Mengukur kebutuhan klien
dengan tinggi badan. nutrisi.
yang harus dipenuhi.
3. Mampu mengidentifikasi 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
5. Mempermudah agar
kebutuhan nutrisi. untuk menentukan jumlah
pemberian makanan sesuai
4. Tidak ada tanda-tanda
kalori dan nutrisi yang
dengan kebutuhan klien dan
malnutrisi.
dibutuhkan klien.
5. Tidak terjadi penurunan tidak terlalu berlebihan

13
berat badan yang derastis. ataupun kurang.
dy. dz. Hiperterm eb. NOC ec. NIC ed.
eg. Setelah dilakakukan 1. Monitor suhu sesering mungkin. 1. Memantau perkembangan
3. ia b.d
tindakan keperawatan eh. klien.
Inflamasi
2. Bila terjadi hipertermia
selama ............. 2. Monitor intake dan output.
pada
akan berisiko dehidrasi
hipertermia pada klien ei.
hepar.
akibat output cairan yang
teratasi dengan criteria ej.
ea.
berlebihan.
hasil: ek.
3. Membantu menurunkan
1. Tidak ad perubahan warna 3. Berikan anti piretik.
demam.
el.
kulit dan tidak ada pusing. 4. Membantu penurunan
4. Kelola antibiotik.
2. TTV dalam rentang normal.
em. demam apabila demam
en.
tersebut timbul dari
eo.
5. Selimuti pasien. penyakit infeksi.
5. Pemberian selimut pada
ep.
kliren akan memberikan
eq.
reaksi tubuh untuk
er.
memproduksi dingin.
6. Kompres pasien pada lipat paha
6. Pada lipat pahan dan aksila
dan aksila.
terdapat banyak pembulu
darah sehingga bila

14
dikompres pada daerah itu
akan mempercepat
penurunan demam.
es. et. Keletihan ev. NOC ew. NIC ex.
fc. Setelah dilakakukan 1. Monitor respon kardiorespirasi 1. Mengetahui batasan
4. b.d
tindakan keperawatan terhadap aktivitas (takikardi, aktivitas yang harus
penurnan
selama .............. disritmia, dispnea, diaphoresis, dihindari klien.
glukosa
kelelahan klien teratasi pucat, tekanan hemodinamik ey.
dalam
dengan criteria hasil: dan jumlah respirasi). ez.
darah.
2. Ajaran teknik dan menejemen 2. Agar klien dapat
1. Kemampuan aktivitas
eu.
aktivitas untuk mencegah beraktivitas namun tidak
adekuat
2. Mempertahankan nutrisi kelelahan. mengganggu system
fd.
adekuat kardiovaskuler dan respirasi
fe.
3. Keseimbangan aktifitas dan
3. Catat aktivitas yang dapat klien.
istirahat. 3. Memberikan informasi agar
meningkatkan kelelahan.
4. Menggunakan tehnik
ff. klien menjauhi aktivitas
energy konservasi. fg.
yang meningkatkan
5. Mempertahankan interaksi 4. Tingkatkan pembatasan bedres
kelelahan.
social. dan aktivitas.
4. Memnuhuni kebutuhan
6. Mengidentifikasi factor- fh.
fi. istirahat tidur dan juga
faktor fisik dan psikologis
fj.
memenejemen energy klien

15
yang menyebaban fk. agar tidak terbuang untuk
5. Kolaborasi dengan ahli gizi
kelelahan. hal-hal yang tidak
7. Mempertahankan tentang cara meningkatakan
bermanfaat.
kemampuan untuk intake makanan tinggi energy. 5. Dengan memberikan
konsentrasi. makanan tinggi energy akan
menambah stamina tubuh
sehingga resiko kelelahan
menurun.
fl. fm. Kerusakan fo. NOC fp. NIC fq.
1. Mengurangi
5. integritas fu. Setelah dilakukan 1. Memandikan klien dengan
perkembangbiakan bakteri
klit b.d tindakan keperawatan sabun dan air hangat.
fw. dan memberikan
Pruritus. selama. Kerusakan
fx. kenyamannan pada klien.
fn. intregritas kulit klien 2. Observasi luka dimensi, lokasi, 2. Mengidentifikasi derajat
teratasi dengan criteria karakteristik, kedalaman luka, keparahan luka.
hasil: warna cairan. fr.
3. Lakukan tehnik perawatan luka
1. Intregritas kulit yang baik 3. Mencgah terjadinya
dengan steril.
dapat komplikasi dari luka.
4. Kolaborasi ahli gizi pemberian
dipertahankan(sensasi, 4. Dalam pemberian makanan
diet TKTP, vitamin.
elastisitas, temperature, yang TKTP akan
mempercepat penyembuhan

16
hidrasi, pigmentasi). luka.
2. Tidak ada luka/lesi pada
kulit.
3. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
fv.
4. Mampu melindungiu kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.monitor
kulit akan adanya
kemerahan.
fy. fz. Ansietas gb. NOC gc. NIC gd.
gg. setelah dilakukan 1. gunakan pendekatan yang 1. Pendekatan pada klien akan
6. b.d Warna
tindakan keperawatan menenangkan. memberikan ketenangan.
kemih
2. Berikan informasi faktual 2. Pemberian informasi
selama....ansietas pada pasien
gelap.
mengenai diagnosi, tindakan tentang penyakit akan
teratasi dengan kriteria hasil:
ga.
prognosis. memberikan pengetahuan
1. klien mampu
gi.
sehingga klien tidak panik
mengidentifikasi dan gj.

17
mengungkapkan gejala gk. dengan tandagejala ataupun
gl.
cemas. tindakan yang akan
3. Dengarkan dengan penuh
2. Mengungkapkan dan
dilakukan.
perhatian.
menunjukkan tehnik 3. Dengan rasa empati pada
gm.
mengontrol cemas. gn. klien akan menumbuhkan
3. TTV dalam btas normal. go.
rasa diperhatikan atau
4. Postur tubuh, ekspresi 4. Kelola pemberian obat anti
dipedulikan.
wajah, bahasa tubuh dan cemas.
4. Membantu memberikan
aktivitas menunjukkan
ketenangan pada klien dari
berkurangnya kecemasan.
segi farmakologi.
gh.
gp. BAB 4
gq. PENUTUP
gr.
gs.
4.1 Kesimpulan
gt. Berdasarkan tinjauan pustaka pada bab sebelumnya, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
4.1.1 hepatitis adalah suatu inflamasi atau peradanagan hati yang dapat disebabkan oleh virus dan non virus, hepatitis bersifat
menular baik melalui oral atau parenteral.
4.1.2 Menurut Stephen (2010) penyebab hepatitis yaitu virus dan non-virus.
4.1.3 Manifestasi klinis yang sering muncul, yaitu Malaise, anoreksia, mual dan muntah, Nyeri tekan pada hati (Nurarif, 2015).

18
4.1.4 Patofisiologi dari hepatitis dimulai dari penyebab hepatitis masuk kedalam tubuh kemudian timbul respon peradangan
menyebabkan pembengkakan dan memblokir system drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Hal tersebut juga
menyebabkan kembalinya aliran darah dari splen ke hati sehingga menyebabkan splenomegali (Ganong, 2011).
4.1.5 Menurut Wilson (2003), penatalaksanaan pada penyakit hepatitis, yaitu bedrest terutama pada fase akut, diet disesuaikan
dengan keadaan pasien dan terapi obat, disesuaikan degan jenis hepatitisnya.
4.1.6 Menurut Ganong (2011), komplikasi yang mungkin muncul pada hepatitis persisten kronis yang berkepanjangan masa
pemulihan sampai 8 bulan dan bisa lebih parah bisa sampai terjadi karsinoma hepatoseluler primer.
4.1.7 Diagnose yang sering muncul,yaitu Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hepatomegali.
gu.
gv.
gw.
4.2 Saran
gx. Saran yang dapat kami berikan kepada para pembaca adalah agar dalam penyusunan asuhan keperawatan pada klien
dengan hepatitis didasarkan dari beberapa sumber asuhan keperawan yang terupdate, sehingga mampu mengetahui dan memahami
asuhan keperawatan yang terkini. Dengan demikian, mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan baik dan mencapai
sasaran untuk mewujudkan peran kita sebagai tenaga kesehatan yang professional.
gy.

19
gz. DAFTAR PUSTAKA
ha.
hb.Corwin, E. J. (2009). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

hc. Corwin, E. J. (2009). Patofisiologi: buku saku. Jakarta: EGC.

hd.Ganong, S. J. (2011). PATOFISIOLOGI PENYAKIT:PENGANTAR MENUJU KEDOKTERAN KLINIS. Jakarta : EGC.

he.Kowalak, J. P. (2011). Buku ajar patofisiologi. Jakata: EGC.

hf. Stephen, J. M. (2010). Patofisiolongi Penyakit : Pengantar Menuju Kedokteran Klinis. Jakarta: EGC.

hg.Widoyono. (2008). Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

hh.Wilson, S. A. (2003). Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC Emergency Arcan Buku
Kedokteran .

hi.
hj.
hk.
hl.

20

S-ar putea să vă placă și