Sunteți pe pagina 1din 15

12 Juni 2010

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

DEFINISI
Luka bakar adalah kerusakan jaringan permukaan tubuh disebabkan oleh panas pada suhu tinggi
yang menimbulkan reaksi pada seluruh sistem metabolisme (Buku Penuntun Diet edisi baru)
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia, dan petir
yang mengenai mukosa, dan jaringan yang lebih dalam ( Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001 )
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak mata dengan suhu tinggi seperti api, air
panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan suhu renadah (frost bite).
[kapita selekta jilid 2]

EPIDIMIOLOGI
Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang
mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar
telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai
disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya. Di
Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk
injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan
injuri yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada
semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita,
terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).

ETIOLOGI
Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi :
Luka Bakar Termal . Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak
dengan api, cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Luka Bakar Kimia. Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit
dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan
yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia dapat terjadi
misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan
militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar kimia.
Luka Bakar Elektrik. Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari
energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya
kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh.
Luka Bakar Radiasi. Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Kecelakaan kerja
2. Pemakaian kosmetik berbahan kimia berbahaya
3. Kelalaian saat bekerja
4. akibat berjemur

PATOFISIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas
dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan
menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi,
denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab ( burning agent ).
Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.
Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak
dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat-
tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar
56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat
ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan luka bakar.

KLASIFIKASI
Fase Luka Bakar
A. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman
gangguan airway (jalan nafas), brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi).
Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun
masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca
trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut. Pada fase
akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang
berdampak sistemik.
B. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel
luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
C. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi
organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang
hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar
diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan keseriusan luka, yakni :
1. Berdasarkan penyebab
Luka bakar karena api
Luka bakar karena air panas
Luka bakar karena bahan kimia
Laka bakar karena listrik
Luka bakar karena radiasi
Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat I
- Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
- Tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari
- Tidak dijumpai bulae
- Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
- Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari

b. Luka bakar derajat II


- Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses
eksudasi.
- Dijumpai bulae.
- Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
- Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
masih utuh.
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
Derajat II dalam (deep)
- Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar
masih utuh.
- Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi
lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami
kerusakan.
Tidak dijumpai bulae.
Kulit yang terbakar berwarna putih hingga merah, coklat atau hitam
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a. Luka bakar mayor
- Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
- Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
- Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
- Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
- Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

c. Luka bakar minor


Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
- Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-
anak.
- Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
- Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
- Luka tidak sirkumfer.
- Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
Luas Luka Bakar :
Dewasa : Hukum 9 (Rule Of Nine(s)) atau anak Table Lund & Bowder
- Permukaan kepala : 9 %
- Permukaan pinggang : 9 %
- Permukaan setiap lengan: 9 %
- Permukaan paha : 9 %
- Permukaan dada : 9 %
- Permukaan betis : 9 %
- Permukaan perut : 9 %
- Perineum & genital : 9 %
- Permukaan punggung : 9 %
- Telapak tangan : 1 %
Bayi : Rumus 10
Anak : Rumus 10-15-10

2. Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder
sebagai berikut
LOKASI USIA (Tahun)
0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASA
KEPALA 19 17 13 10 7
LEHER 2 2 2 2 2
DADA & PERUT 13 13 13 13 13
PUNGGUNG 13 13 13 13 13
PANTAT KIRI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PANTAT KANAN 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
KELAMIN 1 1 1 1 1
LENGAN ATAS KA. 4 4 4 4 4
LENGAN ATAS KI. 4 4 4 4 4
LENGAN BAWAH KA 3 3 3 3 3
LENGAN BAWAH KI. 3 3 3 3 3
TANGAN KA 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
TANGAN KI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PAHA KA. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
PAHA KI. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
TUNGKAI BAWAH KA 5 5 5,5 6 7
TUNGKAI BAWAH KI 5 5 5,5 6 7
KAKI KANAN 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
KAKI KIRI 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
GEJALA KLINIS
Beratnya luka bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan kedalaman luka:
# Luka bakar derajat I
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi merah, nyeri, sangat
sensitif terhadap sentuhan dan lembab atau membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar
akan memutih; belum terbentuk lepuhan.

# Luka bakar derajat II


Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya tampak merah atau
keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih. Jika disentuh warnanya berubah menjadi
putih dan terasa nyeri.
# Luka bakar derajat III
Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa berwarna putih dan lembut atau
berwarna hitam, hangus dan kasar. Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa
menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang terbakar melepuh dan
rambut/bulu di tempat tersebut mudah dicabut dari akarnya.
Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung saraf pada kulit telah mengalami kerusakan.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas sakit dan gelisah sampai
menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
2. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak
adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama
3. Pemeriksaan kepala dan leher
Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut setalah terkena luka bakar,
adanya lesi akibat luka bakar, grade dan luas luka bakar
Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya benda asing yang
menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata yang rontok kena air panas, bahan kimia
akibat luka bakar
Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu hidung yang rontok.
Mulut
Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena intake cairan kurang
Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan dan serumen
Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan sebagai kompensasi untuk
mengataasi kekurangan cairan
4. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak maksimal, vokal fremitus
kurang bergetar karena cairan yang masuk ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas
tambahan ronchi
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya nyeri pada area epigastrium
yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi merupakantempat pertumbuhan kuman
yang paling nyaman, sehingga potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan
kateter.
7. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru pada muskuloskleletal,
kekuatan otot menurun karena nyeri

8. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa menurun bila supplay darah
ke otak kurang (syok hipovolemik) dan nyeri yang hebat (syok neurogenik)
9. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas dan kedalaman luka).
Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder)
sebagai berikut :
Bag tubuh 1 th 2 th Dewasa
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan serum : hal ini dilakukan karena ada pada pasien dengan luka bakar mengalami
kehilangan volume
Pemeriksaan elektrolit pada pasien dengan luka bakar mengalami kehilangan volume cairan
dan gangguan Na-K pump
Analisa gas darah biasanya pasien luka bakar terjadi asidosis metabolisme dan kehilanga
protein
Faal hati dan ginjal
CBC mengidentifikasikan jumlah darah yang ke dalam cairan, penuruan HCT dan RBC,
trombositopenia lokal, leukositosis, RBC yang rusak
Elektolit terjadi penurunan calsium dan serum, peningkatan alkali phospate
Serum albumin : total protein menurun, hiponatremia
Radiologi : untuk mengetahui penumpukan cairan paru, inhalas asap dan menunjukkan faktor
yang mendasari
ECG : untuk mengetahui adanya aritmia

PROGNOSIS

Pemulihan tergantung kepada kedalaman dan lokasi luka bakar.


Pada luka bakar superfisial (derajat I dan derajat II superfisial), lapisan kulit yang mati akan
mengelupas dan lapisan kulit paling luar kembali tumbuh menutupi lapisan di bawahnya.
Lapisan epidermis yang baru dapat tumbuh dengan cepat dari dasar suatu luka bakar superfisial
dengan sedikit atau tanpa jaringan parut. Luka bakar superfisial tidak menyebabkan kerusakan
pada lapisan kulit yang lebih dalam (dermis).

Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis. Lapisan epidermis yang baru tumbuh
secara lambat dari tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis di dalam daerah yang
terluka. Akibatnya, pemulihan berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan parut.
Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami pengkerutan, sehingga menyebabkan
perubahan pada kulit dan mengganggu fungsinya.
Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paru-paru biasanya akan pulih tanpa
menimbulkan masalah. Luka yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut
dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi jalannya makanan di dalam kerongkongan
dan menghalangi pemindahan oksigen yang normal dari udara ke darah di paru-paru.

TERAPI / TINDAKAN PENANGANAN


Medikasi
Antibiotika ( bila < 6 jam) diberikan Sefalosporin generasi III
Analgetika
Antasid (H2 blocker ) , untuk mencegah stress ulcer
ATS / Toxod
Sekitar 85% luka bakar bersifat ringan dan penderitanya tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Untuk membantu menghentikan luka bakar dan mencegah luka lebih lanjut, sebaiknya lepaskan
semua pakaian penderita. Kulit segera dibersihkan dari bahan kimia (termasuk asam, basa dan
senyawa organik) dengan mengguyurnya dengan air.
Penderita perlu dirawat di rumah sakit jika:
- Luka bakar mengenai wajah, tangan, alat kelamin atau kaki
- Penderita akan mengalami kesulitan dalam merawat lukanya secara baik dan benar di rumah
Penderita berumur kurang dari 2 tahun atau lebih dari 70 tahun
- Terjadi luka bakar pada organ dalam.

Luka bakar ringan


Jika memungkinkan, luka bakar ringan harus segera dicelupkan ke dalam air dingin. Luka bakar
kimia sebaiknya dicuci dengan air sebanyak dan selama mungkin.
Di tempat praktek dokter atau di ruang emergensi, luka bakar dibersihkan secara hati-hati dengan
sabun dan air untuk membuang semua kotoran yang melekat. Jika kotoran sukar dibersihkan,
daerah yang terluka diberi obat bius dan digosok dengan sikat. Lepuhan yang telah pecah
biasanya dibuang. Jika daerah yang terluka telah benar-benar bersih, maka dioleskan krim
antibiotik (misalnya perak sulfadiazin).
Untuk melindungi luka dari kotoran dan luka lebih lanjut, biasanya dipasang verban.
Sangat penting untuk menjaga kebersihan di daerah yang terluka, karena jika lapisan kulit paling
atas (epidermis) mengalami kerusakan maka bisa terjadi infeksi yang dengan mudah akan
menyebar. Jika diperlukan, untuk mencegah infeksi bisa diberikan antibiotik,

Untuk mengurangi pembengkakan, lengan atau tungkai yang mengalami luka bakar biasanya
diletakkan/digantung dalam posisi yang lebih tinggi dari jantung.
Pembidaian harus dilakukan pada persendian yang mengalami luka bakar derajat II atau III,
karena pergerakan bisa memperburuk keadaan persendian.
Mungkin perlu diberikan obat pereda nyeri selama beberapa hari. Pemberian booster tetanus
disesuaikan dengan status imunisasi penderita.

Luka bakar berat


Luka bakar yang lebih berat dan membahayakan nyawa penderitanya harus segera ditangani,
sebaiknya dirawat di rumah sakit. Kepada korban kebakaran biasanya diberikan oksigen melalui
sungkup muka (masker) untuk membantu menghadapi efek dari karbon monoksida (gas beracun
yang sering terbentuk di lokasi kebakaran). Di ruang emergensi, dilakukan pemeriksaan terhadap
fungsi pernafasan, luka lainnya di tubuh serta dilakukan pengobatan untuk menggantikan cairan
yang hilang dan untuk mencegah infeksi. Untuk mengobati luka bakar yang berat kadang
digunakan terapi oksigen hiperbarik, dimana penderita ditempatkan dalam ruangan khusus yang
mengandung oksigen bertekanan tinggi.
Jika terjadi cedera pada saluran udara dan paru-paru akibat kebakaran, untuk membantu fungsi
pernafasan bisa dipasang sebuah selang yang dimasukkan ke dalam tenggorokan.
Selang tersebut perlu dipasang jika cedera menimpa wajah atau jika pembengkakan pada
tenggorokan menyebabkan terganggunya fungsi pernafasan. Jika tidak terjadi gangguan pada
sistem pernafasan maka yang perlu dilakukan hanya memberikan oksigen tambahan melalui
sungkup muka. Setelah daerah yang terluka dibersihkan, lalu dioleskan krim atau salep antibiotik
dan dibungkus dengan verban steril.
Verban biasanya diganti sebanyak 2-3 kali/hari. Luka bakar yang luas sangat rentan terhadap
infeksi berat karena itu biasanya diberikan antibiotik melalui infus. Mungkin perlu diberikan
booster tetanus.
Luka bakar luas bisa menyebabkan hilangnya cairan tubuh, karena itu untuk menggantikannya
diberikan cairan melalui infus. Luka bakar dalam bisa menyebabkan mioglonulinuria, yaitu suatu
keadaan dimana protein mioglobulin dilepaskan dari otot yang rusak dan menyebabkan
kerusakan ginjal. Jika tidak segera diberikan cairan yang memadai, bisa terjadi kegagalan
ginjal.Kulit yang terbakar akan membentuk permukaan yang keras dan tebal yang disebut eskar,
yang bisa menyebabkan terhalangnya aliran darah ke daerah tersebut. Untuk mengurangi
ketegangan pada jaringan yang sehat dibawahnya, biasanya dilakukan eskarotomi (pemotongan
eskar). Jika luasnya tidak lebih dari uang logam 50 sen dan terjaga kebersihannya, luka bakar
yang dalampun bisa pulih dengan sendirinya. Tetapi jika lapisan kulit dibawahnya mengalami
kerusakan yang luas, biasanya perlu dilakukan pencangkokkan kulit (skin graft).
Bagian kulit yang sehat bisa berasal dari tubuh penderita sendiri (autograft), dari donor hidup
maupun dari kulit orang yang sudah meninggal (allograft), atau dari mahluk lain selain manusia
(xenograft, biasanya babi karena kulitnya paling mirip dengan kulit manusia. Autograft sifatnya
permanen, tetapi skin graft dari donor (baik manusia maupun hewan) sifatnya sementara, yaitu
hanya melindungi daerah yang terbakar pada saat tubuh melakukan penyembuhan sendiri dan
10-14 hari kemudian akan ditolak oleh tubuh. Biasanya perlu dilakukan terapi fisik dan terapi
okupasional untuk meminimalkan jumlah jaringan parut dan untuk mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi dari daerah yang terbakar. Secepat mungkin dipasang bidai untuk menjaga agar
persendian tetap bisa digerakkan sehingga otot dan kulit tidak menjadi kaku dan memendek.
Bidai dipasang sampai terjadi pemulihan yang luas.Sebelum dilakukan skin graft, persendian
yang terkena dilatih terlebih dahulu sehingga kemampuan geraknya meningkat. Setelah graft
ditempelkan, biasanya dilakukan pembidaian selama 5-10 hari untuk memastikan bahwa graft
telah terpasang sebagaimana mestinya. Penderita harus mengkonsumsi sejumlah kalori dan gizi
yang cukup yang diperlukan untuk proses pemulihan.Jika usus tidak berfungsi akibat cedera atau
pembedahan berulang, zat gizi biasa diberikan melalui infus.
Diperlukan waktu yang lama untuk pemulihan luka bakar yang berat, kadang sampai bertahun-
tahun, karena itu penderita bisa mengalami depresi berat sehingga dukungan moril sangat
diperlukan dari orang-orang di sekelilingnya.

PENATALAKSANAAN
1. Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar. Ini
meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi :
Untuk luka bakar termal ( api ), berhenti, berbaring, dan berguling. tutup individu dengan
selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil. Berikan kompres dingin untuk menurunkan
suhu dari luka. ( es atau air dingin menyebabkan cedera lanjut pada jaringan yang terkena )
Untuk luka bakar kimia ( cairan ), bilas dengan air dalam jumlah banyak untuk menghilangkan
kinia dari kulit. Untuk luka bakar kimia ( bedak ), sikat bedak kimia dari kulit kemudian bilas
dengan air.
untuk luka bakar listrik matikan sumber listrik pertama-tama sebelum berusaha untuk
memisahkan korban dengan bahaya
2. Prioritas kedua adalah menciptakan jalan nafas yang efektif, untuk klien denagn kecurigaan
cedera inhalasi berikan oksigen dilembabkan 100% melalui masker 10 l/mnt. Gunakan intubasi
endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas darah arteri menunjukkan
hiperkapnia berat meskipun dengan O2 suplemen
3. Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan volume plasma
secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan diberikanpada delapan jam pertama pasca
luka bakar dan setengahnya lagi diberikan selama 16 jam kemudian. Tipe-tipe cairan yang
digunakan melipuit kristaloid seperti larutan ringer laktat dan atau seperti koloid seperti albumin
atau plasma. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat dua atau tiga dengan luas > 25
% atau lien tidak dapat minum. Terapi cairan dihentikan bila masukan oral dapat menggantikan
parenteral. Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan cairan pada penderita
luka bakar yaitu :
@ cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
1.Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
2.Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai monitoring pemberian
lakukan penghitungan diuresis.
@ cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada
hari pertama dihitung dengan rumus = % luka bakar X BB (kg) X 4cc. Separuh dari jumlah
cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama
terutama diberika elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi hiponatremi. Untuk hari
kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian hari pertama.
4. Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar :
Pembersihan dan pemberian krim antimikroba topikal seperti silver sufadiazin ( silvadene )
Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologis ( tandur kulit ) khususnya pada
luka bakar ketebalan penuh.

II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa keperawatan :
1. Perubahan pada volume cairan : kekurangan berhubungan dengan luka bakar luas
2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau
leher.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kehilangan integritas kulit yang
disebabkan oleh luka bakar
4. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh,
kemungkinan kontraktur sekunder terhadap luka bakar ketebalan penuh
5. Nyeri berhubungan dengan cedera luka bakar
6. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar melingkari
ekstremitas atau luka bakar listrik dalam
7. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keadaan
hipermetabolisme dan kesembuhan luka.

Rencana keperawatan
1. Perubahan pada volume cairan : kekurangan berhubungan dengan luka bakar luas
Intervensi
1. Awasi tanda-tanda vital
2. Awasi haluaran urine dan berat jenis
3. Pertahankan pencatatan kumulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan.
4. Timbang berat badan setiap hari
5. Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma dan membantu mencegah
komplikasi
6. Awasi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, elektrolit)
Rasional
1. Memberikan pedoman untuk pengantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
2. Secara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran urine.
3. Mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan
4. Penggantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan perubahan selanjutnya
5. resusitasi cairan menggantikan kehilangan cairan/elektrolit,plasma,albumin
6. Kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit

2. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap
atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau
leher.
Intervensi
Untuk cedera inhalasi asap :
1. Pantau laporan-laporan GDA dan kadar karbon monoksida serum.
2. Berikan suplemen oksigen pada tingkat yang ditentukan. Pasang atau bantu dengan selang
endotrakeal dan tempatkan pasien pada ventilator mekanis sesuai pesanan (dibuktikan dengan
hipoksia, hiperkapnia, rales, takipnea dan perubahan sensorium).
3. anjurkan pernapasan dalam dengan penggunaan spirometri insentif setiap 2 jam selama tirah
baring.
4. Pertahankan posisi semi fowler bila hipotensi tak ada.
5. Untuk luka bakar sekitar torakal, beritahu dokter bila terjadi dipsnea disertai dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk pembedahan-eskarotomi sesuai pesanan.
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yamg diharapkan. Inhalasi
asap dapat merusak alveoli, mempengaruhi pertukaran gas pada membran kapiler alveoli.
2. suplemen oksigen meningkatkan jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Ventilasi
mekanik diperlukan untuk pernapasan dukungan sampai pasien dapat dilakukan secara mandiri.
Intubasi endotrakeal dilakukan oleh orang yang mempunyai sertifikat dukungan hidup jantung
(ACLS), terapis pernapasan perawat anestesi atau anestesiologis.
3. Pernapasan dalam mengembangkan alveoli, menurunkan resiko atelektasis.
4. Untuk memudahkan ventilasi dengan menurunkan tekanan abdomen terhadap diafragma.
5. Luka bakar sekitar torakal dapat membatasi ekspansi dada. Mengupas kulit (eskarotomi)
memungkinkan ekspansi dada.

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kehilangan integritas kulit yang
disebabkan oleh luka bakar
Intervensi
1. Pantau :
Penampilan luka bakar (area luka bakar, sisi donor dan status balutan di atas sisi tandur bila
tandur kulit dilakukan setiap 8 jam)
Suhu setiap 4 jam
Jumlah makanan yang dikonsumsi setiap kali makan.
2. Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan nekrotik (debridement) sesuai
pesanan. Berikan mandi kolam sesuai pesanan; implementasikan perawatan yang ditentukan
untuk sisi donor, yang dapat ditutup dengan balutan vaseline atau Op site.
3. Lepaskan krim lama dari luka sebelum pemberian krim baru. Gunakan sarung tangan steril
dan berikan krim antibiotik topikal yang diresepkan pada area luka bakar dengan ujung jari.
Berikan krim secara menyeluruh di atas luka.
4. Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk dari area luka bakar, sisi donor
atau balutan sisi tandur. Dapatkan kultur luka dan belikan antibiotik IV sesuai ketentuan.
5. Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan lakukan kewaspadaan Perawatan Perlindungan
Balik untuk luka bakar luas yang mengenai area luas tubuh. Gunakan linen tempat tidur steril,
handuk dan skort untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung tangan, dan penutup kepala dengan
masker bila memberikan perawatan pada pasien. Tempatkan radio atau televisi pada ruangan
pasien untuk menghilangkan kebosanan.
6. Bila riwayat imunisasi tidak adekuat, berikan globulin imun tetanus.
7. Mulai rujukan pada ahli diet. Berikan protein tinggi, diet tinggi kalori. Berikan suplemen
nutrisi seperti ensure atau sustacal dengan atau antara makan bila masukan makanan kurang dari
50%. Anjurkan NPT (Nutrisi Parenteral Total) atau makanan enteral bila pasien tidak dapat
makan per oral.
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
2. Pembersihan dan pelepasan jaringan nekrotik meningkatkan pembentukan granulasi.
3. Antimikroba topikal membantu mencegah infeksi mengikuti prinsip aseptik melindungi pasien
dari infeksi. Kulit yang gundul menjadi media yang baik untuk kultur pertumbuhan bakteri.
4. Temuan-temuan ini menandakan infeksi. Kultur membantu mengidentifikasi patogen
penyebab sehingga terapi antibiotik yang tepat dapat diresepkan. Karena balutan sisi tandur
hanya diganti setiap 5-10 hari, sisi ini memberikan media kultur untuk pertumbuhan bakteri.
5. Kuli adalah lapisan pertama untuk mempertahankan terhadap infeksi. Teknik steril dan
tindakan perawatan perlindungan lain melindungi pasien terhadap infeksi. Kurangnya berbagai
rangsang eksternal dan kebebasan bergerak mencetuskan pasien pada kebosanan.
6. Untuk melindungi terhadap tetanus.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi yang dapat mengevaluasi paling baik status nutrisi pasien dan
merencanakan diet untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada situasi kesehatan saat ini. Nutrisi
adekuat (protein, karbohidrat, dan vitamin) adalah esensial untuk penyembuhan luka dan untuk
memenuhi kebutuhan energi. Metabolisme ditingkatkan pada luka bakar berat.

4. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh,
kemungkinan kontraktur sekunder terhadap luka bakar ketebalan penuh
Intervensi
1. Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk mengekspresikan perasaan.
Informasikan pasien tentang hasil yang diharapkan terhadap kedalaman area luka bakar.
2. Anjurkan latihan gerak aktif setiap 2 jam.
3. Anjurkan klien untuk memenuhi aktifitas kehidupan sehari hari dengan bantuan perawat
(sesuai dengan kebutuhan).
Rasional
1. Mengekspresikan perasaan membantu memudahkan koping. Pengetahuan akurat tentang hasil
yang diharapkan membantu memudahkan transisi melalui proses berduka.
2. Untuk mencegah pengencangan jaringan parut progresif dan kontraktur.
3. Melakukan aktifitas sehari-hari memberikan latihan aktif, memudahkan pemeliharaan
flesibilitas sendi dan tonus otot.

5. Nyeri berhubungan dengan cedera luka bakar


Intervensi
1. kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10).
2. pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu penghangat, penutup tubuh hangat
3. jelaskan prosedur / berikan informasi yang tepat, khususnya pada debridemen
4. dorong penggunaan teknik manajemen strees contoh relaksasi progresi, nafas dalam, dll
5. berikan analgesik (narkotik dan non narkotik ) sesuai indikasi
6. berikan aktifitas terapeutik tepat untuk usia / kondisi
berikan tempat tidur yang nyaman sesuai dengan indikasi.
Rasional
1. perubahan lokasi atau intensitas, karakter nyeri dapat mengindikasikan terjadinya komplikasi.
2. pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar dan untuk mencegah menggigil.
3. membantu menghilangkan nyeri / meningkatkan relaksasi.
4. memfokuskan kembali perhatian, meningkatan teknik relaksasi dan untuk meningkatkan rasa
kontrol.
5. menghilangkan rasa nyeri.
6. membantu mengurangi konsentrasi rasa nyeri memfokuskan kembali perhatian.
7. peninggian linen dari luka membantu mengurangi rasa nyeri.

6. Resiko tinggi terhadap kerusakan perfusi jaringan berhubungan dengan luka bakar melingkari
ekstremitas atau luka bakar listrik dalam
Intervensi
1. Untuk luka bakar melingkari ekstrimitas pantau status neurovaskuler dari ekstrimitas setiap 2
jam.
2. Pertahankan ekstrimitas bengkak di tinggikan
3. Kolaborasi dengan tim medis bila terjadi penuruan nadi, pengisian kapiler buruk / penurunan
sensasi.
Rasional
1. Untuk mengidentifikasi indikasi-indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
2. untuk meningkatkan aliran balik vena dan menurunkan pembengkakan.
3. Temuan ini menandakan kerusakan sirkulasi distal

7. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan keadaan
hipermetabolisme dan kesembuhan luka.
Intervensi
1. Pertahankan jumlah kalori ketat, timbang tiap hari.
2. Berikan makan dan makanan kecil sedikit tapi sering
3. Berikan kebersihan oral sebelum makan
4. Barikan diit TKTP dengan tambahan vitamin
5. Pastikan makanan yang disukai dan yang tidak disukai.
Rasional
1. pedoman tepat untuk pemasukan kalori
2. membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan meningkatkan masukan.
3. meningkatkan rasa dan membantu nafsu makan yang baik
4. memenuhi peningkatan kebutuhan metabolik, mempertahankan BB dan mendorong regenerasi
jaringan.
5. meningkatkan masukan dalam tubuh.

EVALUASI
DX : 1
Tak ada manifestasi dehidrasi, resolusi edema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran
urine di atas 30 ml per jam.
DX : 2
Frekuensi pernapasan 12-24 x per menit, warna kulit normal, GDA dalam rentang normal, bunyi
napas bersih, tak ada kesulitan bernapas.
DX : 3
Tak ada demam, tak ada pembentukan jaringan granulasi tetap bebas dari infeksi.
DX : 4
Mengungkapkan harapan realistis dari tindakan, mengungkapkan pernyataan positif tentang diri.
DX : 5
Menyangkal nyeri, melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
DX : 6
warna kulit normal, menyangkal kebas dan kesemutan, nadi perifer dapat diraba
DX : 7
menunjukkan pemasukan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolik dibuktikan
oleh BB stabil, dan regenerasi jaringan.
Daftar Pustaka
1. Engram, Barbara.1998.Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah Volume 3.Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif.2000.Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapis
3. Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G.2001.Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Diposkan oleh Agung Ariesti di 23.56

S-ar putea să vă placă și