Sunteți pe pagina 1din 21

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI DENGAN GANGGUAN


ENDOMETRITIS

Disusun Oleh :

Tingkat : 2B

Muhammad Shafiyudin 34403515011

Putri Mulya Sari 34403515103

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD)
Jln. PasirGede Raya No. 19 Telp.(0263) 267206 Fax. 270953Cianjur 4321

2016
A. PENGERTIAN ENDOMETRITIS
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding
rahim (endometrium) ditemukan di tempat lain dalam tubuh (Smeltzer, 2001).
Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di luar uterus
paling sering mengenai ovarium atau perlukaan peritoneum viseralis yang
mengantung (Ralph C. & Martin L., 2009).
Endometriosis merupakan lesi jinak dengan sel-sel yang mempunyai sel-
sel yang melapisi uterus yang tumbuh secara aberans pada rogga pelvis di luar
uterus (Diane C. & JoAnn C., 2000). Meskipun jinak, endometriosis bersifat
progresif, cenderung kambuh dan dapat menginvasi secara lokal, dapat memiliki
banyak fokus yang tersebar luas dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis
(30%). Ovarium, ligamentum sakrouterina, septum rektovaginal, dan peritoneum
pelvis lebih sering terkena namun, endometriosis dapat juga mempengaruhi
traktus intestinalis (kolon rektosigmoid) dan traktus urinarius.
Berdasarkan data dari Ralph C. & Martin L. (2009), endometriosis
menyerang 10-20% wanita yang masih mengalami menstruasi dan ditemukan
pada 30-45% wanita infertil yang menyebabkan 20% dari seluruh operasi di
bidang ginekologi serta merupakan satu-satunya penyebab perawatan inap non
kebidanan (>5%) pada waita berumur 15-44 tahun. Perbedaan utama
endometriosis remaja dan dewasa adalah hubungannya dengan kelainan
kongenital pada saluran reproduksi pasien pubertas (William M., 2005).

B. ETIOLOGO ENDOMETRITIS
Etiologinya tidak diketahui, tetapi ada beberapa mekanisme yang mungkin
berperan penting dalam pathogenesis. Mekanisme dari penyakit ini adalah
menstruasi retrograde (sel-sel endometrium bergerak mundur melalui tuba
falopii memasuki rongga abdomen) atau penyebaran melalui sistem limfatik atau
perdarahan. Jaringan yang nyasar tersebut biasanya ditemukan menempel pada
ovarium, permukaan posterior uterus, ligamentum uterosakral, ligamentum
latum, atau pada usus. Namun, banyak teori telah diusulkan untuk menjelaskan
presentasi klinis penyakit.
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitasi
transtuba pada saat menstruasi.
2. Teori metaplasia, yaitu metaplasia sela multipotensial menjadi
endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti klinis maupun
eksperimen.
3. Teori induksi, yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia
indogen menginduksi perkembangan sel peritoneal yang tidak diperesiansi
menjadi jaringan endometrium (Mansjoer, 2001: 381).
4. Teori sistem kekebalan, kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan
menstruasi tumbuh di daerah selain rahim.
5. Teori genetik, keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan
kepekaan yang tinggi terhadap endometriosis. Bahwa anak ataupun
penderita endometriosis beresiko besar mengalami endometriosis sendiri.
6. Teori Retrograde menstruation (menstruasi yang bergerak mundur) menurut
teori ini, endometriosis terjadi karena sel-sel endometrium yang dilepaskan
pada saat menstruasi mengalir kembali melalui tubake dalam rongga pelvis.
Adapun faktor risiko endometriosis meliputi:
1. Obstruksi aliran menstruasi (misalnya, anomali mullerian)
2. Paparan terhadap diethylstilbestrol di dalam uterus
3. Paparan berkepanjangan dengan estrogen endogen (misalnya, karena
menarche dini, terlambat menopause, atau obesitas)
4. Siklus menstruasi pendek
5. Berat badan lahir rendah
6. Paparan terhadap bahan kimia yang mengganggu endokrin.
Studi terhadap kembar dan keluarga menunjukkan adanya keterlibatan
komponen genetik. Konsumsi daging merah dan trans fats berhubungan dengan
peningkatan risiko endometriosis yang dikonfirmasi dengan laparoskopi, dan
makan buah-buahan, sayuran hijau, dan asam lemak n-3 rantai panjang
dikaitkan dengan penurunan risiko. Laktasi lama dan kehamilan multipel bersifat
protektif. Endometriosis dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun,
endometrioid ovarium, clear-cell karsinoma, serta kanker lainnya, termasuk
limfoma non-Hodgkin dan melanoma.

C. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY ENDOMETRITIS


1. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan penderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit seperti ini, karena adanya gen abnormal yang diturunkan dalam
tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat
mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa
gangguan seksresi estrogen dan progresteron menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis seperti ini akan tumbuh seiring dengan
peningkatan kadar estrogen dan progresteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan microorganism masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut
akan menghasilkan makrofag dan menyebabkan respon imun tubuh menurun,
dan menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring
dengan peningkatan perkembangan sel abnormal. Jaringan endometrium tumbuh
di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen endometrial tersebut
dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan
menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium adalah bagian pertama
dalam rongga pelvis yang dikenal dalam endometriosis.
Sel endometrial seperti ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa,
sehingga sel endometrial seperti ini memiliki kesempatan buat mengikuti aliran
regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstra uterin seperti ini dapat
dipengaruhi oleh siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus
endokrin, maka pada saat estrogen dan progresteron meningkat, jaringan
endometrial seperti ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi
perubahan, kadar estrogen dan progresteron lebih rendah atau berkurang.
Jaringan endometrial seperti ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di
daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvic seperti ini disebabkan karena iritasi
peritoneum dan menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah
perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi atau
perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal seperti ini akan menyebabkan
nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan terkait, nyeri
saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba falopii. Adhesi di
uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
falopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae buat membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya
infertilisasi pada endometriosis.
Pada intinya, endometriosis berespon seperti endometrium normal, jadi
ikut menebal, melepaskan diri, dan sebagainya seperti selama siklus haid biasa,
termasuk perdarahan. Pada ovarium, beruba endometrium (kista yang dilapisi
endometrium yang berfungsi). Bila berdarah ke dalam, isi kista tampak berwarna
coklat disebut kista coklat. Bila perdarahan ke luar akan timbul perlengketan-
perlengketan dalam rongga peritoneum.
Penyebab kondisi ini belum jelas, namun ada 2 teori yaitu menstruasi
retrograd dan metaplasia. Teori menstruasi retrograd mengatakan bahwa selama
menstruasi ada endometrium yang memasuki tuba uterine dan akhirnya masuk
ke rongga pelvis. Teori metaplasia mengatakan bahwa terdapat sisa epitel
ambrional yang belum berdiferensiasi sampai menarke. Jaringan inilah yang
berespon terhadap estrogen dan progresteron sebagaimana endometrium.

2. Pathway
D. ANATOMI ENDOMETRITIS
Endometrium adalah lapisan dalam dinding kavum uteri yang berfungsi
sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi. Selama siklus haid, jaringan
endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika
tidak ada pembuahan/ implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar
berupa darah/ jaringan haid.
Jika ada pembuahan/ implantasi, endometrium dipertahankan sebagai
tempat konsepsi. Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-
hormon ovarium. Di dalam lapisan Endometrium terdapat pembuluh darah yang
berguna untuk menyalurkan zat makanan ke lapisan ini. Saat ovum yang telah
dibuahi (yang biasa disebut fertilisasi) menempel di lapisan endometrium
(implantasi), maka ovum akan terhubung dengan badan induk dengan plasenta
yang berhubung dengan tali pusat pada bayi.
Pada suatu fase dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka kurpus
luteum akan berhenti memproduksi hormon progesteron dan berubah menjadi
korpus albikan yang menghasilkan sedikit hormon diikuti meluruhnya lapisan
endometrium yang telah menebal, karena hormon estrogen dan progesteron telah
berhenti diproduksi. Pada fase ini, biasa disebut menstruasi atau peluruhan
dinding rahim.

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda umum adanya endometriosis adalah nyeri pelvis yang parah. Dapat
muncul sesekali atau konstan, dan biasa berkaitan dengan siklus menstruasi si
penderita. (Andi Priyatna, 2009)
Gejala paling umum yang menjadi ciri khas kasus endometriosis adalah :
(VitaHealth, 2007)
1. Nyeri yang sangat hebat di bagian perut dan sekitar panggul yang terjadi
sebelum atau awal dari siklus haid (75% kasus), sehingga membuat pasien
tidak berdaya (pingsan), tetapi tidak sampai mengancam nyawa. Lokasi
nyeri di daerah panggul sering berhubungan dengan lokasi dari lesi
endometriosis. Bila endometriosis telah menyerang indung telur, rasa nyeri
tersebut mungkin berlanjut hingga akhir siklus haid, dan semakin parah
sakitnya berhubungan dengan perkembangan penyakitnya.
2. Nyeri sendi kalau ditekan (fibromyalgia), yang disertai dengan kelelahan
sehingga membuat tidak nyaman.
3. Sakit sewaktu melakukan hubungan intim atau biasa disebut disperunia
(32% kasus). Sangat umum terjadi pada penderita dengan sebaran
endometriosis berlokasi pada jaringan di belakang rahim dan dinding
panggul, serta permukaan dasar panggul dan ligamen pada daerah tersebut
(ligamen uterosakral). Semakin dalam penetrasi pada saat hubungan
seksual, rasa sakit pun akan semakin berat.
4. Perdarahan dari anus sewaktu buang air besar, yang mungkin terasa sangat
sakit, disebabkan tumbuhnya implan endometrium pada usus besar (colon),
atau pada saluran kencing bila kasus endometriosisnya sudah parah.
5. Gangguan pra-haid dan perdarahan pada rahim. Gangguan siklus haid
berupa bercak-bercak menjelang haid dan perdarahan rahim yang tidak
seharusnya terjadi. Kurangnya frekuensi ovulasi, tidak teratur, atau
jumlahnya tidak cukup adalah gejala umum yang juga mungkin dialami
penderita endometriosis. Namun, gangguan-gangguan tersebut kurang
spesifik, karena pada penderita yang parah pun sering kali fungsi sel
telurnya masih normal.
6. Terjadi rasa sakit pada waktu buang air kecil, yang kadang-kadang disertai
darah di dalam urin. Hal ini terjadi karena implan tersebut menekan organ
tubuh yang membawa kotoran ke luar (kandung kemih, usus, dan anus)
7. Masalah infertilitas (kemandulan) akibat penyempitan dan tersumbatnya
saluran indung telur, sehingga menghalangi sel telur sampai di rahim.
Dalam hal ini terindikasi bahwa prevalensi endometriosis 3x lebih tinggi
pada wanita yang tidak subur dibandingkan dengan wanita yang subur pada
umumnya. Namun, berbagai pendapat menyatakan ada begitu banyak faktor
penyebab infertilitas, dan bahkan banyak pasien endometriosis yang
kemudian masih tetap bisa mengalami kehamilan.
8. Sebagai tambahan, wanita penderita endometriosis bisa mengalami gejala
yang menyerupai gangguan saluran pencernaan (gastrointestinal) dan
kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome) yang dialami lebih dari 20%
penderita endometriosis di Amerika Serikat.
9. Gangguan fase luteal (luteinized unruptured fillice syndrome), pasien
mampu berovulasi, tetapi bisa keluar dari ovarium. Hal ini pada beberapa
kasus menjadi penyebab terjadinya kemandulan.

Gejala-gejela biasanya berupa nyeri pelvis, infertilitas, dan perdarahan


abnormal : (Ralph Benson, 2008)
1. Nyeri Pelvis
Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan ciri khas
nyeri bersifat kronis dan berulang, timbul sebagai dismenore didapat atau
sekunder. Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam sebelum menstruasi dan mereda
beberapa saat setelah timbul menstruasi. Namun rasa tidak nyaman dapat terjadi
selama seluruh interval menstruasi. Nyeri ditandai dengan nyeri konstan,,
biasanya pada pelvis atau punggung bawah (sakrum). Namun nyeri mungkin
unilateral atau bilateral dan dapat menyebar ke tungkai bawah atau selangkang.
Jika dibandingkan dengan dismenore primer, nyeri pelvis lebih konstan dan
jarang timbul di bagian garis tengah tubuh. Gejala-gejala pelvis lainnya adalah
kejang yang berat, rasa berat pada panggul dan tekanan pada pelvis.
Dapat terjadi gejala-gejala saluran cerna, tanpa diketahui apakah disertai
keterlibatan usus besar atau tidak, misalnya nyeri perut siklik, konstipasi
intermiten, diare, nyeri saat defekasi, dan adanya darah dalam feses. Gejala-
gejala saluran kemih meliputi gangguan frekuensi miksi, disuri, hematuri
perimenstruasi atau hidronefrosis. Penetrasi dalam saat hubungan seks dapat
menimbulkan nyeri hebat (dispareunia) yang dapat berlangsung selama 1-2 jam.
Gejala-gejala yang tidak lazim pada saat menstruasi pernah dilaporkan : kejang
(implantasi di sistem saraf pusat) dan hemotoraks atau hematemesis (implantasi
di paru)
2. Infertilitas
Endometriosis didiagnosis hampir 2x lebih sering pada wanita infertil
dibanding wanita ferrtil. Karena itu endometriosis harus dicurigai pada setiap
kasus infertilitas.
3. Perdarahan Abnormal
Perdarahan abnormal, tidak berhubungan dengan anovulasi, terjadi pada
15-20% wanita dengan endometriosis. Gambaran yang khas adalah perdarahan
berupa bercak pramenstruasi atau menoragi atau keduanya.
Trias gejala klinis endometriosis : (Ida Bagus, 2001)
1. Dismenore
2. Dispareunia
3. Infertilitas

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG ENDOMETRITIS


1. Diagnosa klinis
Anamnesa
Keluhan utama dari endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik kronis yang
disertai dengan infertilitas juga merupakan masalah klinis utama pada
endometriosis. Emdometrium pada organ tertentu dapat menimbulkan efek yang
sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Riwayat pada keluarga sangat penting untuk diketahui karena penyakit
endometriosis bersifat diwariskan. Keturunan pertama memiliki resiko tujuh kali
lebih besar untuk mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih mungkin
berkembang pada saudara perempuan monozigot daripada dizigot. Rambut dan
nevus displastik telah diperlihatkan berhubungan dengan endometriosis.
2. Pemeriksaan fisik umum
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal
siklik pada daerah organ non ginekologi. Pemeriksaan dilakukan guna mencari
penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas dan dalam. Endometrioma pada
parut pembedahan bisa berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat
menyerupai lesi lain seperti granuloma, abses dan hematom.
3. Pemeriksaan fisik ginekologik
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak didapatkan
kelainan. Lesi pada endometriosis terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan
inspekulo, sementara pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada 43,1%
penderita. Ada kaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita
nyeri pelvik kronik. Paling umum, tanda positif ditemukan pada pemeriksaan
bimanual dan rektovaginal.
Hasil pemeriksaan fisik yang normal tidak menyingkirkan diagnosis
endometriosis, pemeriksaan pelvik sebagai pendekatan non bedah untuk
diagnosis endometriosis dapat dipakai pada endometrioma ovarium.gejala, tanda
fisis dan pemeriksaan bimanual dapat digunakan.

KEMUNGKINAN
KELOMPOK GABUNGAN GEJALA
ENDOMETRITIS (%)
Nyeri haid
1 Tumor >22 atau nudol 89,09
Infertilitas
Nyeri haid
2 65,45
Tumor >22 atau nudol
Nyeri haid
3 60,00
Infertilitas
Tumor >22 atau nudol
4 52,73
Infertilitas
4. Dignosa pencitraan
Pencitraan berguna untuk memeriksa penderita endometriosis terutama
jika dijumpai massa pelvis atau adxena seperti endometrioma. Ultrasonografi
pelvis secara transabdominal (USG-TA), transvaginal (USG TV) atau secara
transrektal (TR), CT Scan dan pencitraan resonansi magnetik telah digunakan
secara nir-infasif untuk mengenali implan endometriosis yang besar dan
endometrioma. Tetapi hal ini tak dapat menilai luasnya endometriosis.
Bagaimanapun, cara-cara tersebut masih penting untuk menetapkan sisi lesi atau
menilai dimensinya yang mungkin bermanfaat untuk menentukan pilihan teknik
pembedahan yang akan dilakukan.
5. Diagnosa laparoskopi
Dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen, yang pada
banyak kasus sering dijumpai jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis.
Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman
derajat pigmentasi dan fibrosis di sekelilingnya. Warna hitam disebabkan oleh
timbunan hemosiderin dari serpih haid yang terperangkap, kebanykan invasi ke
peritoneum berupa lesi-lesi atpikal tak berpigmen berwarna merah atau putih.
Diagnosa endometriosis secara visual pada laparoskopi tak selalu sesuai
dengan pemastian histopatologi meski penderitanya mengalami nyeri pelvik
kronik. Endometriosis yang didapat dari laparoskopi sebesar 36%, ternyata
secara histopatologi hanya terbukti 18% dari pemeriksaan histopatologi.

WARNA LESI AKTIVITAS BIOLOGIS MAKNA KLINIS


Sangat tervaskularisasi dan Stadium dini
proliferatif; aktivitas produksi endometriosis
Merah
prostaglandin F 2 alpha sama
dengan lesi hitam.
Sedikit sekali tervaskularisasi, Lesi yang sembuh atau
metabolik tidak aktif, jaringan laten kurang nyeri
Hitam
fibrosa. dibandingkan lesi hitam
atau merah
Aktivitas produksi Stadium lanjut
prostaglandin F 2 alpha sama endometriosis (76-93%
Putih
dengan lesi merah. terpastikan secara
histopatologis)

Dua hal yang harus diperhatikan pada saat dilakukan laparoskopi adalah

a) Pemeriksaan USG terhadap ovarium pralaparoskopi, misal hanya bagian


permukaan ovarium yang terlihat dengan laparoskokpi, sehingga
keberadaan endometrioma ovarium sering luput.
b) eluruh permukaan ovarium harus terlihat dengan ara memutar ovarium,
agar fossa ovarika dan bagian yang tersembunyi dapat terlihat.
6. Biopsi
Pada pemeriksaan histopatologis dapat dijumpai endometriosis yang
menyebuk dalam makrofag yang termuati hemosiderin dapat dikenal pada 77%
bahan biopsi endometriosis. Seara histopatologis, endometriosis ada beberapa
bentuk (distrofik, glanduler, stroma, ataupun diferensiasi progresif. Diagnosa
pasti endometriosis dapat dibuat hanya dengan laparoskopi dan pemeriksaan
histopatologis, yang menampilkan nkelenjar-kelenjar endometrium dan stroma.
7. Stadium endometriosis
Penentuan stadium endometriosis sangat penting dilakukan terutama untuk
menerapkan cara pengobatan yang tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan.
Namun stadium ini tidak memiliki kolerasi dengan derajat nyeri, keluhan pasien,
maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau infertilitas. Hal ini dapat
dipahami karena endometriosis dapat dijumpai pada pasien yang asimptomatik.
Klasifikasi endometriosis yang digunakan saat ini adalah menurut
American Society For Reproductive Medicine yang telah di revisi pada tahun
1996 yang berbasi pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman invasi lesi, penyebaran
penyakit dan perlengketan.
Penentuan stadium atau keterlibatan endometriosis didasarkan pada
system nilai bobot (weighted point system). Sebaran nilai-nilai tersebut telah
ditetapkan secara sembarang. Untuk menjamin penilaian yang sempurna,
inspeksi pelvis hendaknya dilakukan searah jarum jam atau berlawanan. Catat
jumlah, ukuran, dan letak susunan endometriosis, bengkak (plak),
endometrioma, dan atau perlekatan. Pada stadium 1 (minimal), bobot : 1 5 ;
stadium 2 (ringan), bobot : 6-15 ; stadium 3 (Sedang), bobot 16-40 ; stadium 4
(berat), bobot > 40.
8. CA125
CA 125 merupakan suatu glycoprotein dengan berat molekul tinggi yaitu
200.000 Dalton yang biasa digunakan untuk marker tumor pilihan pada tumor
epithel ovarium. Antigen CA 125 dihasilkan oleh epitel yang berasal dari epitel
coelom (sel mesothelial pleura, pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran
muller (tuba, endometrium, dan endoserviks). Permukaan epitel ovarium fetus
dan dewasa tidak menghasilkan CA 125 kecuali kista inklusi, permukaan epitel
ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler.
Pada kelainan ginekologi yang jinak, peningkatan kadar CA 125
ditemukan pada endometriosis, penyakit radang panggul, myoma uteri, abses
tubo ovarial dan TB multiviseral. Pada awal kehamilan juga dapat dijumpai
peningkatan CA 125.
Hubungan antara endometriosis dengan peningkatan kadar CA 125 sudah
dikemukakan sejak tahun 1980-an, dimana peningkatan ini terjadi karena
konsentrasi yang lebih tinggi dari ektopik endometrium. CA 125 dihasilkan juga
oleh ektopik endometrium dibanding eutopik endometrium. CA 125 dihasilkan
juga oleh ektopik endometrium. Selama siklus haid normal, ektopik
endometrium adalah sumber utama dari produksi dan sekresi CA 125 ke dalam
rongga kelenjar dan pembuluh darah sehingga pada beberapa wanita dapat
dijumpai peningkatan CA 125 selama menstruasi berlangsung, baik yang
mengalami endometriosis maupun yang tidak. Hal ini mungkin disebabkan oleh
refluks endometrium menstrual ke rongga peritoneum.
CA 125 meningkat pada endometriosis lanjut, sehingga lebih baik sebagai
penapisan bagi diagnosis endometriosis sedang hingga berat (stadium 3 san 4).
Kegunaannya terbatas untuk menasah endometriosis minimal ringan, karena
kepekaan teranya rendah.

G. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas klien
Nama :
Tempat tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Suku :
Bangsa :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
Diagnosa medis :
b. Identitas penanggung jawab
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
Hubungan dengan pasien :

c. Keluhan utama
Ny T mengeluh mengalami nyeri abdomen kuadran kiri dan
nyeri pelvis berat dan nyeri saat bersenggama.
d. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan nyeri saat menstruasi dan bersenggama.
Menstruasi biasanya banyak dari hari pertama sampai hari
keempat dan menstruasi berlangsung hingga 8 hari, setiap
hari klien ganti pembalut lebih dari lima kali.
e. Riwayat kehamilan dan kelahiran : -
f. Riwayat kesehatan dahulu
Nyeri saat awal menstruasi dirasakan klien sejak berusia 18
tahun.
g. Head To Toe
Kepala, mata, kuping, hidung dan tenggorokan :
1) Kepala:
Bentuk : Normal, tidak ada pembengkakan
Keluhan : Tidak ada keluhan
2) Mata:
Kelopak mata : Kulit kelopak mata normal
Gerakan mata : Deviasi normal dan mistagmus
Konjungtiva : Normal
Sklera : Normal
Pupil : Reflek cahaya normal
3) Hidung:
Reaksi alergi : Tidak ada alergi
Sinus : Tidak ada nyeri tekan sinus
4) Mulut dan Tenggorokan:
Gigi geligi : Normal
Kesulitan menelan : Tidak ada
5) Dada dan Axilla
Mammae : Membesar ( ) ya ( )
tidak
Areolla mammae : Normal
Papila mammae : Normal
Colostrum :-
6) Pernafasan
Jalan nafas : Normal
Suara nafas : Normal
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan: -
7) Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical: Takikardi
Irama : normal teratur
Kelainan bunyi jantung: -
8) Abdomen
Mengecil :-
Linea & Striae :-
Luka bekas operasi: -
Kontraksi :-
Lainnya sebutkan : Nyeri pada abdomen
9) Genitourinary
Perineum : Normal
Vesika urinaria : Oliguri
10) Ekstremitas (Integumen/Muskuloskletal)
Turgor kulit : Normal
Warna kulit : Normal
Kontraktur pada persendian ekstremitas: Tidak ada
Kesulitan dalam pergerakan: Tidak ada kesulitan

H. ANALISA DATA

N
DATA ETIOLOGI MASALAH
O
1 DS: Endometriosis Nyeri
Klien mengeluh sakit
Peningkatan
pada perut bagian kiri
respon thd FH
bawah pada saat
dan LSH
menstruasi dan nyeri

pelvis berat Menstruasi
DO:
Klien memegangi perut Kontraksi otot-otot
bagian kiri bawahnya rahim
sambil menunjukan
ekspresi kesakitan
2 DS: Endometriosis Syok
Menstruasi yang dialami
Hipovolemik
Pendarahan per
klien biasanya banyak
vagina masif saat
dari hari pertama sampai
menstruasi
hari keempat dan
berlangsung lebih dari 8
hari
DO:
Setiap hari klien ganti
pembalut lebih dari 4 kali
3 DS: Endometriosis Gangguan pola
Klien mengaku nyeri saat
seksual
Nyeri pada pelvis
berhubungan seksual
dengan suaminya.
DO:
Skala nyeri 4
4 DS : Endometriosis Gangguan citra
Klien mengaku rendah
tubuh
Adhesi di tuba
diri karena tidak bisa
fallopii
hamil.

DO:
Gerakan spontan
Klien merasa lelah dan
ujung-ujung
lemah dan lebih memilih
fimbriae
bekerja sepanjang hari.

Gerakan ovum ke
uterus lambat

Ovum tertahan di
saluran ekstra
uterine

Infertil

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium
dan endometriosis saat menstruasi.
2. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan massif
pervaginam saat menstruasi.
3. Gangguan pola seksual berhubungan dengan rasa nyeri saat
melakukan hubungan seksual
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan infertile

J. RENCANA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
O KEPERAWATAN
1 Nyeri akut Tupan : 1. Bantu pasien 1. Memodifikasi
berhubungan Setelah menemukan reaksi fisik dan
dengan peluruhan dilakukan posisi nyaman psikis terhadap
endometrium dan tindakan nyeri
2. Bantu untuk
2. Meningkatkan
endometriosis keperawata
melakukan
relaksasi,
saat menstruasi. n selama
tindakan
membatu
DS: 124 jam
relaksasi,
Klien mengeluh untuk
nyeri klien
distraksi,
sakit pada perut memfokuskan
bagian kiri bawah akan massage perhatian, dan
pada saat berkurang dapat
menstruasi dan Tupen : membantu
nyeri pelvis berat Selama 8 meningkatkan
DO:
jam nyeri kemampuan
Klien memegangi
dapat koping
3. Pantau/catat
perut bagian kiri 3. Untuk
teratasi
karakteristik
bawahnya sambil mendapatkan
nyeri (respon
menunjukan indikator nyeri
verbal, non
ekspresi kesakitan
verbal, dan
respon
4. Untuk
hemodinamik)
mendapatkan
klien
4. Kaji lokasi nyeri sumber nyeri
dengan
memantau
5. Nyeri
lokasi yang
merupakan
ditunjukan oleh
pengalaman
klien
5. Kaji intensitas subyektif klien
nyeri dengan dan metode
menggunakan skala
skala 0-10 merupakan
metode yang
mudah serta
terpercaya
6. Kolaborasi untuk
pemberian menentukan
analgetik dan intensitas nyeri
6. Analgesik
midol
tersebut
bekerja
7. Tunjukan sikap menghambat
menerima sintesa
respon nyeri prostaglandin
klien dan akui dan midol
nyeri yang sebagai
klien rasakan relaksan uterus
7. Ketidak
percayaan
orang lain
membuat klien
tidak toleransi
terhadap nyeri
sehingga klien
merasakan
nyeri semakin
meningkat
2 Syok hipovolemik Tupan : 1. Anjurkan pada 1. Menghemat
berhubungan Setelah klie untuk penggunaan
dengan dilakukan bedrest oksigen dan
perdarahan tindakan energi
2. Tinggikan kaki
2. Agar aliran
massif selama
pasien (posisi
darah didaerah
pervaginam saat 124 jam
syok)
ekstremitas
menstruasi. perdarahan
bisa mengalir
DS: tidak
ke arah
Menstruasi yang menyebabk
3. Pantau TTV, jantung
dialami klien an syok
palpasi nadi 3. Membatu
biasanya banyak hipovolemi
perifer mengidentifika
dari hari pertama k
si indikasi awal
sampai hari Tupen :
4. Kolaborasi shock
keempat dan Selama 8 4. Mengembalika
dengan dokter
berlangsung lebih jam n cairan
untuk
dari 8 hari perdarahan elektrolit
pemberian
DO: dapat
cairan IV : RL,
Setiap hari klien teratasi
RA, Normosal
ganti pembalut
lebih dari 4 kali
3 Gangguan pola Tupan : 1. Kaji riwayat 1. Mengkaji
seksual Setelah seksual dalam riwayat seksual
berhubungan dilakukan kehidupan klien
dengan rasa nyeri tindakan pasien dan digunakan
saat melakukan selama periksa untuk
hubungan seksual 124 jam hubungan menetukan
DS: klien dapat dengan tindakan
Klien mengaku melakukan pasangan keperawatan
nyeri saat hubungan seksualnya
2. Dengan
2. Berikan
berhubungan seksual
memberikan
informasi
seksual dengan dengan
informasi
terhadap
suaminya. nyeri
pasien dapat
berubahnya
DO: terantisipas
mengetahui
pola
Skala nyeri 4 i
penyakitnya
seksualitas
Tupe :
akibat penyakit
Selama 8 3. Terapis dapat
yang diderita
jam nyeri membantu
3. Perawat
berhubunga memulihkan
berkolaborasi
n seksual kebiasaan klien
dengan terapis
dapat serta
perencanaan
teratasi melatihnya
modifikasi
untuk kembali
perilaku untuk
normal
membantu
pasein yang
berhasrat
menurunkan 4. Memposisikan
perilaku klien dan
seksual yang keluarga
berbeda sebagai
4. Health
support system
education pada
klien dan
pasangannya
4 Gangguan citra Tupan : 1. Bina hubungan 1. Klien dengan
tubuh Setelah saling percaya mudah
berhubungan dilakukan dengan klien mengungkapka
dengan infertile tindakan n masalahnya
DS : selama hanya kepada
Klien mengaku 124 jam 2. Dorong klien orang yang
rendah diri karena citra diri untuk dipercaya
2. Meningkatkan
tidak bisa hamil. klien akan mengekspresik
DO: kewaspadaan
meningkat an perasaan,
Klien merasa lelah diri klien dan
Tepen : pikiran, dan
dan lemah dan membantu
Selama 8 pandangan
lebih memilih perawat dalam
jam citra tentang dirinya
bekerja sepanjang 3. Diskusikan penyelesaian
diri klien
3. Penyampaian
hari. dengan sistem
dapat
arti dan nilai
pendukung
meningkat
klien dari
klien tentang
sistem
perlunya
pendukung
menyampaikan
mebuat klien
nilai dan arti
merasa
klien bagi
diterima
mereka
4. Gali kekuatan
dan sumber- 4. Mengidentifika
sumber yang si kekuatan
ada pada klien klien dapat
dan dukung membantu
kekuatan klien berfokus
tersebut pada
sebagai aspek karakteristik
positif positif yang
mendukung
5. Informasikan
keseluruhan
dan diskusikan
konsep diri
dengan jujur
5. Jujur dan
dan terbuka
terbuka dapat
tentang pilihan
mengontrol
penanganan
perasaan klien
gangguan
dan informasi
menstruasi
yang diberikan
seperti ke
dapat
klinik
membantu
kewanitaan, klien mencari
dokter ahli penanganan
kebidanan terhadap
masalah yang
dihadapinya

DAFTAR PUSTAKA

Alam, S. & Hardibroto, I. 2007. Endometriosis. Jakarta: Gramedia


Pustaka Utama

Bedaiwy Mohamed A, Liu James. 2010. Pathophysiology,


diagnosis, and surgical management of endometriosis: A
chronic disease. SRM e-journal Vol. 8, No. 3 , 18 september
2014

Benson, Ralph C. dan Martin L. Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri


& Giekologi Edisi 9. Jakarta: EGC.

Doenges & Marilynn, E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta:


EGC

Dr. Salma. 14 Oktober 2010. http://majalahkesehatan.com/5-


jenis-gangguan-menstruasi-haid/ diakses pada Sabtu, 13
September 2014 pukul 16.17 WIB

Giudice Linda C. 2010. Endometriosis. N Engl J Med


2010;362:2389-98.

S-ar putea să vă placă și