Sunteți pe pagina 1din 9

Pengaruh Bakteri Pelarut Fosfat Dan Bakteri Penambat Nitrogen terhadap

Pertumbuhan Tanaman Tomat pada Tanah Masam

Yenni Widi Astuti1), Lestanto Unggul Widodo2), Iman Budisantosa2)


1)S1 Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
2)Dosen Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Email/Nomor Telepon: flies_2801@yahoo.com/085747711890

Diterima Agustus 2013 disetujui untuk diterbitkan September 2013

Abstract
Acid soil is the dried soil which has great potential for growing of agriculture commodity but
this kind of soil has not been used optimally. The acid soil which has acidity reaction at pH<5,0 has
Al poisonous potency, less of organic material and sensitivity toward erosion, and also less of
nitrogen (N) and phosphor (P). Those problems can be solved by doing phosphate-solubilizing
bacteria and nitrogen fixing bacteria inoculation. The aims of this study were to know the effect of
phosphate-solubilizing bacteria, nitrogen fixing bacteria, and the mixture of both of them to the wet
weight, height, level of nitrogen and phosphor of tomato plants. This research was conducted
experimentally for six weeks by using completely randomized design (CRD) with 4 treatments. One
treatment is a treatment without bacteria inoculation and the other treatments used bacteria
inoculations which were phosphate-solubilizing bacteria inoculation, nitrogen fixing bacteria
inoculation, and the mixture of both of them inoculations. Data were analyzed by using analysis of
variance (ANOVA) at the 95% and 99% confidence level. The result proved the mixture of
phosphate-solubilizing bacteria and nitrogen fixing bacteria is the most effective inoculation to
improve the wet weight, height, level of nitrogen, and level of phosphor of tomato plant in acid soil.
Key Words: acid soil, phosphate-solubilizing bacteria, nitrogen fixing bacteria, tomato plant.

Abstrak
Tanah masam merupakan lahan kering yang cukup berpotensi untuk pengembangan
berbagai komoditas pertanian namun belum tertangani dengan baik. Tanah masam bereaksi
masam pH<5,0, mempunyai potensi keracunan Al, miskin kandungan bahan organik dan peka
terhadap erosi serta rendahnya kandungan unsur-unsur nitrogen (N) dan fosfor (P). Hal ini dapat
diatasi salah satunya dengan menginokulasikan bakteri pelarut fosfat dan bakteri penambat
nitrogen. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian inokulasi bakteri pelarut
fosfat, inokulasi bakteri penambat nitrogen, dan inokulasi bakteri pelarut tanah ditambah bakteri
penambat nitrogen terhadap bobot basah, tinggi, kadar nitrogen (N) serta kadar fosfor (P) tanaman
tomat. Penelitian dilaksanakan secara eksperimental selama 6 minggu, menggunakan metode
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yaitu 1 perlakuan tanpa inokulasi bakteri
serta 3 perlakuan dengan menggunakan inokulasi bakteri pelarut fosfat (BPF), inokulasi bakteri
penambat nitrogen (BPN), dan inokulasi bakteri pelarut fosfat (BPF) ditambah bakteri penambat
nitrogen (BPN), masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%. Hasil
menunjukkan bahwa bakteri pelarut fosfat (BPF) ditambah bakteri penambat nitrogen (BPN) paling
mampu dalam meningkatkan bobot basah, tinggi, kadar nitrogen (N) dan kadar fosfor (P) tanaman
tomat pada tanah masam.
Kata kunci: Tanah Masam, Bakteri Pelarut Fosfat, Bakteri Penambat Nitrogen, Tanaman Tomat.

Pendahuluan
Lahan kering merupakan tanah kering di Indonesia didominasi oleh
masam yang umumnya dapat dijumpai lahan kering bereaksi masam dan telah
pada berbagai relief, mulai dari dataran mengalami pelapukan lanjut seperti
rendah hingga dataran tinggi di ultisol, oxisol, dan inceptisol (Noor,
Indonesia (Prasetyo et al., 2006). Lahan 2006). Lahan tanah masam mempunyai
pH berkisar antara 4,2 - 4,3 yang Unsur hara fosfor (P) dan nitrogen
tergolong tanah sangat masam (N) di tanah sangat penting
(Sudaryono, 2009). ketersediaannya untuk pertumbuhan
Tanah masam pada skala besar tanaman, maka mikroorganisme seperti
telah dimanfaatkan untuk perkebunan bakteri dapat digunakan untuk
kelapa sawit, karet dan hutan tanaman meningkatkan unsur hara yang tersedia
industri, tetapi pada skala petani kendala bagi tanaman. Menurut Simanungkalit et
ekonomi merupakan salah satu al. (2006) dan Ginting et al. (2006)
penyebab tidak terkelolanya tanah ini bahwa yaitu bakteri pelarut fosfat (BPF)
dengan baik (Prasetyo et al., 2006). dan bakteri penambat nitrogen (BPN)
Tanah masam seperti ultisol diketahui dapat menyediakan P dan N
ketersediaan fosfor (P) sangat rendah agar dapat dimanfaatkan oleh tanaman.
karena difiksasi oleh Al dan Fe, serta Tujuan penelitian ini adalah
diketahui kandungan nitrogen (N) serta mengetahui pengaruh pemberian bakteri
bahan organik juga rendah (Purba, 1999; pelarut fosfat dan bakteri penambat
Adrinal et al., 2011). nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman
Pertumbuhan tanaman pada tanah tomat pada tanah masam. Manfaat
masam dipengaruhi oleh ketersediaan penelitian ini ialah untuk memberikan
unsur hara. Rendahnya ketersediaan informasi ilmiah pengembangan
unsur hara dalam tanah dapat penggunaan bakteri pelarut fosfat dan
menyebabkan rendahnya tingkat penambat nitrogen untuk meningkatkan
kesuburan tanah, hal ini akan menjadi pertumbuhan tanaman tomat pada tanah
faktor pembatas dari hasil tanaman masam.
(Tania et al., 2012). Unsur hara yang
Materi dan metode
essential untuk pertumbuhan tanaman
diantaranya fosfor (P) dan nitrogen (N) Penelitian dilaksanakan secara
(Mehrvarz dan Chaichi, 2008). eksperimental, menggunakan
Fosfor dan nitrogen secara Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
bersamaan akan mempengaruhi empat perlakuan dan empat kali
pertumbuhan tanaman pada ulangan. Perlakuan yang dilakukan
pembentukan sel-sel baru di jaringan adalah sebagai berikut 10 ml inokulum
meristematik tanaman, sehingga dapat bakteri pelarut fosfat (BPF)/polybag, 10
membantu proses pertumbuhan dan ml inokulum bakteri penambat nitrogen
perkembangan tanaman (Tania et al., (BPN)/polybag, 10 ml inokulum BPF + 10
2012). Fosfor dan nitrogen diketahui ml inokulum BPN/polybag dan tanpa
dapat meningkatkan produktivitas lahan perlakuan.
(Nurdin et al., 2009). Adanya unsur Pengamatan dilakukan terhadap
nitrogen dan fosfor juga mendukung pertumbuhan tanaman tomat dengan
proses fotosintetis sehingga fotosintat mengukur bobot basah tanaman, tinggi
yang dihasilkan semakin banyak, tanaman, kadar nitrogen dan kadar
kemudian fotosintat tersebut akan fosfor pada tanaman, serta pH tanah.
ditranslokasikan ke bagian vegetatif Penelitian dilakukan di Labora-torium
tanaman untuk digunakan membentuk Mikrobiologi Fakultas Biologi Unsoed
batang dan daun sehingga dapat Purwokerto, rumah kaca Fakultas Biologi
meningkatkan bobot kering tanaman Unsoed Purwokerto dan Laboratorium
secara keseluruhan (Gusniwati et al., Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Unsoed
2008). Purwokerto. Penelitian ini dilaksanakan
Fosfor harus ada dalam bentuk selama 5 bulan dari bulan Maret hingga
senyawa anorganik sebelum dapat Juli 2013.
diserap oleh tanaman, biasanya dalam
A. Sterilisasi alat dan bahan
bentuk ion ortofosfat seperti H2PO4-,
HPO42- (Turella, 2005). Tanaman pada Alat-alat yang terbuat dari gelas
tanah masam hanya dapat menyerap N dibungkus plastik atau kertas terlebih
dalam bentuk NO3- (Marliani, 2011). dahulu sebelum dimasukkan ke dalam
autoklaf, kemudian alat dan bahan
disterilisasi dengan menggunakan Erlenmeyer diisi aquades steril
autoklaf pada suhu 121C, selama 15-20 sebanyak 100 ml. Bakteri yang tumbuh
menit. diambil beberapa ose kemudian
dicampurkan dengan aquades steril.
B. Inokulasi bakteri pelarut fosfat
Bakteri dihitung kerapatannya hingga
Bakteri pelarut fosfat (uka.b2, mencapai 108 sel/ml menggunakan
koleksi Laboratorium Ilmu Tanah haemocytometer dengan dilihat di bawah
Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto) mikroskop. Aquades steril berisi bakteri
diinokulasikan ke dalam cawan petri disiramkan ke tanah masam yang sudah
steril yang berisi medium selektif ditanami biji tanaman sesuai dengan
Pikovskaya kemudian diinkubasi selama masing-masing perlakuan.
3-7 hari pada suhu 27oC dan yang
F. Persiapan media tanam
tumbuh (tunggal) ditanam dalam media
miring di tabung reaksi (sebagai kultur Tanah masam yang diambil pada
murni). Bakteri pelarut fosfat yang kedalaman 0-20 cm dikering udarakan
tumbuh di medium dilihat reaksi gramnya selama 7 hari kemudian disaring untuk
serta disiapkan untuk diinokulasi dan mendapatkan butiran tanah yang
diaplikasikan ke tanaman. seragam. Tanah yang telah dihaluskan
kemudian disterilkan menggunakan
C. Inokulasi bakteri penambat nitrogen
autoklaf sebanyak 2 kali, tanah
Bakteri penambat nitrogen (IL3C, kemudian dicampur dengan pupuk kimia
koleksi Laboratorium Mikrobiologi dan ditimbang 1,5 kg/ polybag.
Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto)
G. Perlakuan biji tanaman tomat
diinokulasikan pada medium NA
kemudian diinkubasi 2-7 hari pada suhu Biji sebelum ditanam terlebih
27oC dan yang tumbuh (tunggal) ditanam dahulu direndam dengan suspensi
dalam media miring di tabung reaksi bakteri selama 15 menit. Biji ditanam
(sebagai kultur murni). Koloni bakteri langsung ke dalam polybag (yang telah
yang tumbuh pada medium dilihat reaksi diberi perlakuan) sebanyak 3 biji.
gramnya serta disiapkan untuk Penanaman dilakukan dengan cara
diinokulasi dan diaplikasikan ke ditugal sedalam 3 cm, kemudian ditutup
tanaman. kembali dengan tanah.
D. Pewarnaan gram H. Pemeliharaan
Masing-masing koloni tunggal dari Setiap 1 minggu sekali dilakukan
bakteri yang diperoleh diambil satu ose penyiangan untuk memberantas rumput-
menggunakan jarum inokulasi dan dibuat rumput yang dapat menjadi gangguan
preparat ulas pada objek gelas. Kristal pada tanaman tomat. Penyiangan
violet diteteskan sebagai pewarna rumput dilakukan dengan mencabutnya,
pertama dan ditunggu sampai 1 menit. dengan hati-hati agar tidak mengganggu
Dicuci dengan aquades mengalir, larutan perakaran tanaman, sebab
mordant (lugols iodine) diteteskan dikhawatirkan akar akan ikut tercabut.
sebagai pewarna kedua dan ditunggu Penyiraman dilakukan rutin setiap sore
selama 1 menit. Larutan pemucat (etanol hari. Penyiraman dilakukan agar
96%) diberikan setetes demi setetes tanaman terhindar dari kekeringan serta
hingga etanol yang jatuh berwarna untuk menjaga kelembaban tanah.
jernih. Ulasan diberi pewarna Safranin
dan ditunggu 45 detik, kedua jenis I. Pengambilan contoh tanah dan
bakteri menunjukkan hasil gram negatif tanaman
(-) yang dicirikan dengan sel berwarna
Tanaman tomat setelah selesai
merah.
masa tanam yaitu selama 6 minggu,
E. Pembuatan inokulum bakteri pelarut diamati tingginya kemudian dicabut dan
fosfat dan bakteri penambat nitrogen ditimbang bobot basah tanaman. Masa
sebelum dan sesudah tanam sampel
tanah pada polybag diambil dan diukur kecoklatan hingga merah. Reaksi tanah
pH tanahnya. Selesai masa tanam ultisol pada umumnya masam hingga
sampel tanaman diukur kadar N dan P. sangat masam (pH 5-3,10). Menurut
Hasanudin (2003) tanah masam jenis
Analisis data
ultisol diketahui keracunan Al dan Fe.
Data yang diperoleh dianalisis
Bobot basah tanaman
menggunakan analisis ragam (ANOVA)
Hasil pengamatan terhadap bobot
pada tingkat kepercayaan 95% dan 99%.
basah tanaman pada setiap perlakuan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
disajikan pada Tabel 1. Perlakuan 10 ml
perlakuan berbeda sangat nyata pada
inokulum BPF + 10 ml inokulum
tingkat kepercayaan 99% kemudian
BPN/polybag memberikan hasil paling
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
tinggi dan berpengaruh nyata terhadap
Terkecil (BNT).
peningkatan bobot basah tanaman. Hal
ini menunjukkan bahwa kombinasi
Hasil dan pembahasan
antara kedua bakteri efektif dalam
Jenis bakteri yang digunakan meningkatkan bobot basah tanaman
dalam penelitian ini yaitu bakteri pelarut tomat dibandingkan dengan perlakuan
fosfat (BPF) dan bakteri penambat tanpa inokulasi dan perlakuan yang
nitrogen (BPN). Karakteristik bakteri hanya menggunakan satu jenis bakteri.
pelarut fosfat (BPF) yaitu bakteri gram Penggunaan satu jenis bakteri
negatif, mampu melarutkan P (Tamad et untuk menghasilkan satu unsur hara
al., 2011), dan dapat membentuk zona yang diperlukan tanaman kurang dapat
jernih di sekitar koloni BPF pada meningkatkan bobot basah dibandingkan
Pikovskaya sebagai indikator kegiatan jika kedua unsur hara tersedia. Unsur
pelarutan fosfat (Raharjo et al., 2007). nitrogen (N) berperan untuk
Morfologi BPF berwarna oranye dengan pertumbuhan terutama peningkatan
tepi rata berbentuk bulat, elevasi bobot dan membantu tanaman tumbuh
konveks, dan dengan bentuk sel kokoid secara baik (Mukti, 2009), sedangkan
gram negatif (Metasari, 2011). unsur fosfor (P) digunakan tanaman
Bakteri penambat nitrogen (BPN) untuk mengembangkan sel serta akar
yang digunakan adalah hasil isolasi dari sehingga apabila keduanya tidak
akar tumbuhan ilalang (Pangestika, tersedia cukup untuk tanaman akan
2012), memiliki karakteristik bentuk sel mengganggu peningkatan bobot basah
batang, gram negatif, oksidase positif, (Suwandi, 2009). Fosfor dan nitrogen
mampu membentuk pelikel pada sub tersedia yang dihasilkan oleh campuran
permukaan medium semi padat bakteri pelarut fosfat dan bakteri
Nitrogen-free bromthymol blue penambat nitrogen digunakan untuk
(Oedjijono et al., 2012). Morfologi bakteri meningkatkan pembentukan sel-sel baru
penambat nitrogen (BPN) yaitu bentuk di jaringan meristematik tanaman,
bulat, elevasi konveks, dengan tepi rata, sehingga membantu proses
dan bakteri dengan bentuk sel vibroid pertumbuhan dan perkembangan
gram negatif (Metasari, 2011). tanaman (Tania et al., 2012) yang
Tanah masam yang digunakan akhirnya terjadi peningkatan bobot basah
dalam penelitian ini dikategorikan dalam tanaman.
jenis tanah ultisol. Hasil analisis tanah
masam di Laboratorium Ilmu Tanah Tinggi tanaman
Fakultas Pertanian Unsoed Purwokerto, Hasil pengamatan terhadap tinggi
mempunyai pH 4,4 dengan kandungan N tanaman pada masing-masing perlakuan
dan P tersedia masih sangat rendah disajikan pada Tabel 2. Perlakuan 10 ml
serta mengandung Al. Menurut Prasetyo inokulum BPF + 10 ml inokulum
et al. (2006) tanah ultisol memiliki ciri-ciri, BPN/polybag meningkatkan tinggi
bahan induk tanah adalah batuan tanaman paling baik. Bakteri pelarut
sedimen masam dan peka terhadap fosfat (BPF) dan bakteri penambat
erosi. Ultisol umumnya berwarna kuning nitrogen (BPN) menyediakan unsur hara
secara cepat bagi tanaman. Unsur bakteri penambat nitrogen, dapat
nitrogen (N) tersedia berguna untuk meningkatkan kandungan klorofil dan
mempercepat pertumbuhan tanaman kloroplas pada daun dan proses
secara keseluruhan, khususnya batang fotosintesis juga meningkat akibatnya
(Salisbury dan Ross, 1995). Unsur fosfor pertumbuhan tanaman lebih baik.
(P) tersedia penting untuk pertumbuhan Meningkatnya fotosintesis maka akan
sel sehingga dapat memperkuat batang meningkatkan pertumbuhan dan
(Elfiati, 2005; Lastianingsih, 2008). perpanjangan sel, sehingga
Penggabungan unsur nitrogen (N) dan pertumbuhan tinggi tanaman yang
fosfor (P) tersedia bagi tanaman yang terbentuk semakin tinggi (Gusniwati et
dihasilkan bakteri pelarut fosfat dan al., 2008; Tania et al., 2012).

Tabel 1. Rataan bobot basah tanaman tomat


Table 1. Averages of wet weight of tomato plant

Perlakuan Bobot Basah Tanaman (g)


10 ml inokulum bakteri pelarut fosfat (BPF)/polybag 0,13a
10 ml inokulum bakteri penambat nitrogen (BPN)/polybag 0,18a
10 ml inokulum BPF + 10 ml inokulum BPN/polybag 0,29b
tanpa perlakuan 0,19a
Keterangan:
- BNT 0,01 = 0,078
- Angka angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf kecil yang sama tidak
berbeda nyata
pada taraf 1% uji BNT.

Tabel 2. Rataan tinggi tanaman tomat


Table 2. Average height of tomato plant

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)


10 ml inokulum bakteri pelarut fosfat (BPF)/polybag 4,39a
10 ml inokulum bakteri penambat nitrogen (BPN)/polybag 4,64a
10 ml inokulum BPF + 10 ml inokulum BPN/polybag 5,61b
tanpa perlakuan 4,52a
Keterangan:
- BNT 0,01 = 0,831
- Angka angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf kecil yang sama tidak
berbeda nyata
pada taraf 1% uji BNT.

Kadar nitrogen pada tanaman tanaman. Hal ini berarti nitrogen tersedia
lebih banyak di tanaman yang diinokulasi
Hasil analisis kadar nitrogen
bakteri. Nitrogen oleh tanaman direduksi
setelah masa tanam disajikan pada
untuk digunakan dalam pembentukan
Tabel 3. Perlakuan menggunakan
klorofil dan sintesa protein yang
inokulasi bakteri berbeda nyata dengan
dikandung dalam kloroplas (Tania et al.,
perlakuan tanpa inokulasi bakteri dalam
2012) dan dimana semakin besar
meningkatkan kadar nitrogen (N)
kandungan nitrogen (N) pada tanaman
maka akan meningkatkan pertumbuhan (Simanungkalit et al., 2006). Perlakuan
tanaman. Penambahan bahan organik yang menginokulasikan 10 ml inokulum
dapat memacu perkembangan populasi bakteri penambat nitrogen
bakteri penambat nitrogen (BPN). Hal ini (BPN)/polybag menunjukkan tidak ada
menyebabkan jumlah nitrogen yang kompetisi dengan mikroba lain dan
ditambat oleh bakteri bervariasi optimal dalam menambat nitrogen (N)
disebabkan kemampuan bakteri bersaing dibandingkan dengan perlakuan yang
dengan mikroba lain di lingkungan tanah lain.

Tabel 3. Rataan kadar nitrogen tanaman tomat


Table 3. Averages of level of nitrogen of tomato plant

Perlakuan Kadar Nitrogen (N) (%)


10 ml inokulum bakteri pelarut fosfat (BPF)/polybag 3,24b
10 ml inokulum bakteri penambat nitrogen (BPN)/polybag 3,64b
10 ml inokulum BPF + 10 ml inokulum BPN/polybag 2,96ab
tanpa perlakuan 1,96a
Keterangan:
- BNT 0.01 = 1.201
- Angka angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf kecil yang sama tidak
berbeda nyata
pada taraf 1% uji BNT.

Kadar fosfor pada tanaman perlakuan lainnya. Tanaman kemudian


menyerap fosfor untuk dioksidasi ke
Hasil analisis kadar fosfor selesai
dalam senyawa-senyawa organik dan
masa tanam pada setiap perlakuan
anorganik. Fosfor anorganik banyak
disajikan pada Tabel 4. Perlakuan 10 ml
terdapat di cairan sel sebagai komponen
inokulum BPF + 10 ml inokulum
sistem penyangga tanaman antara lain
BPN/polybag memperlihatkan
fosfolipid, fitin, gula fosfat, nukleoprotein,
peningkatkan kadar fosfor (P) tanaman
dan ATP (Salisbury dan Ross, 1995).
paling baik diikuti perlakuan 10 ml
Semakin banyak fosfor yang dihasilkan
inokulum bakteri pelarut fosfat
oleh bakteri maka memperbanyak fosfor
(BPF)/polybag. Hal ini disebabkan
anorganik di dalam tanaman yang
karena bakteri diinokulasikan
digunakan untuk meningkatkan
menghasilkan fosfor yang tersedia bagi
pertumbuhan tanaman.
tanaman cukup tinggi dibanding

Tabel 4. Rataan kadar fosfor tanaman tomat


Table 4. Averages of level of phosphor of tomato plant

Perlakuan Kadar Fosfor (P) (%)


10 ml inokulum bakteri pelarut fosfat (BPF)/polybag 0,5bc
10 ml inokulum bakteri penambat nitrogen (BPN)/polybag 0,44a
10 ml inokulum BPF + 10 ml inokulum BPN/polybag 0,69c
tanpa perlakuan 0,25a
Keterangan:
- BNT 0,01 = 0,196
- Angka angka pada kolom yang sama diikuti dengan huruf kecil yang sama tidak
berbeda nyata
pada taraf 1% uji BNT.

Premono (1994) mengemukakan Bakteri pelarut fosfat (BPF) hanya


bahwa BPF mampu meningkatkan P mampu meningkatkan kadar nitrogen (N)
terekstrak pada tanah masam sampai dan kadar fosfor (P) tanaman tomat.
50%. Bakteri pelarut fosfat juga diketahui Bakteri penambat nitrogen (BPN) hanya
mampu meningkatkan kelarutan P pada mampu meningkatkan kadar nitrogen (N)
tanah ultisol yang kondisi pH-nya rendah tanaman tomat. Bakteri pelarut fosfat
(Buntan, 1992 dalam Elfiati, 2005; (BPF) ditambah bakteri penambat
Nasution, 2006). Bakteri pelarut fosfat nitrogen (BPN) paling mampu dalam
(BPF) sangat berpengaruh nyata meningkatkan bobot basah, tinggi, kadar
terhadap peningkatan P tersedia di nitrogen (N), dan kadar fosfor (P)
tanah, selain menghasilkan asam-asam tanaman tomat pada tanah masam.
organik, bakteri pelarut fosfat (BPF) juga
menghasilkan enzim fosfatase yang Daftar Pustaka
dapat melarutkan Ca-P sehingga P
Adrinal dan Gusmini. 2011. Pengaruh
menjadi tersedia bagi tanaman (Suliasih
et al., 2007; Nasution, 2006). pupuk fosfor, molibdenum dan
pupuk kandang terhadap serapan
Nilai pH tanah hara nitrogen dan fosfor serta
pertumbuhan tanaman kacang
Nilai pH awal tanah masam tanah pada ultisol. Jerami 4 (1): 8-
sebelum perlakuan adalah 4,4. Setelah 16.
dilakukan perlakuan pada tanah masam,
Elfiati, D. 2005. Peranan mikroba pelarut
ada pH yang berubah. Nilai pH berturut-
fosfat terhadap pertumbuhan
turut dari yang paling tinggi ke yang
tanaman. e-USU Repository.
paling rendah adalah sebagai berikut
Fakultas Pertanian Universitas
perlakuan, perlakuan 10 ml inokulum
Sumatera Utara.
bakteri penambat nitrogen
(BPN)/polybag sebesar 4,79, perlakuan Ginting, R.C.B., R. Saraswati, dan E.
10 ml inokulum BPF + 10 ml inokulum Husen. 2006. Mikroba pelarut
BPN/polybag 4,61, tanpa perlakuan fosfat. Hlm 141-158 dalam R.D.M.
4,41, dan perlakuan 10 ml inokulum Simanungkalit, D.A. Suriadikarta,
bakteri pelarut fosfat (BPF)/polybag 4,38. R. Saraswati, D. Setyorini, dan W.
Perlakuan 10 ml inokulum bakteri pelarut Hartatik (Ed.). Pupuk Organik dan
fosfat (BPF)/polybag memiliki pH yang Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang
paling asam diantara yang lain. Hal ini Sumberdaya Lahan Pertanian.
berarti bakteri pelarut fosfat (BPF) tidak Bogor.
berpengaruh nyata dalam peningkatan
Gusniwati, N. M. E. Fatia dan R. Arief.
pH dan telah terjadi penurunan dari pH
2008. Pertumbuhan dan hasil
awal sebelum perlakuan (4,4 menjadi
tanaman jagung dengan
4,38). Nasution (2006) menyatakan
pemberian kompos alang-alang.
bahwa mikroorganisme pelarut fosfat
Jurnal Agronomi 12 (2): 23-27.
tidak berpengaruh terhadap peningkatan
pH tanah ultisol dan kebanyakan tidak Hasanudin. 2003. Peningkatan
dapat tumbuh dalam kondisi masam (pH ketersediaan dan serapan N dan P
4,5). Irianto et al. (2000) menyebutkan serta hasil tanaman jagung melalui
bahwa senyawa hasil degradasi inokulasi mikoriza, Azotobacter,
hidrokarbon yang bersifat asam berperan dan bahan organik pada ultisol.
pada penurunan nilai pH. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia 5
(2): 83-89.
Simpulan Irianto A. dan M. S. Komar. 2000.
Bioremediasi in vitro tanah
tercemar toluena dengan meningkatkan hasil kedelai.
penambahan Bacillus galur lokal. Makalah. Balai Pengkajian
Jurnal Mikrobiologi Indonesia 5 (2): Teknologi Pertanian Kalimantan
43-47. Selatan.
Lastianingsih, Tatik. 2008. Uji efektivitas Nurdin, Purnamaningsuh Maspeke,
fosfat alam terhadap pertumbuhan, Zulzain Ilahude, dan Fauzan
produksi dan serapan p tanaman Zakaria. 2009. Pertumbuhan dan
jagung (Zea mays L.) pada oxic hasil jagung yang dipupuk N, P,
dystrudept darmaga. Skripsi (Tidak dan K pada tanah vertisol Isimu
dipublikasikan). Fakultas Pertanian Utara Kabupaten Gorontalo. J.
Institut Pertanian Bogor. Tanah Trop. 14 (1): 49-56.
Marliani, V. P. 2011. Analisis kandungan Oedjijono, Lestanto U.W., E.K. Nasution,
hara N dan P serta klorofil tebu dan Bondansari. 2012. Pengaruh
transgenik IPB 1 yang ditanam di Azospirillum spp. terhadap
kebun percobaan Pg Djatiroto, pertumbuhan tanaman jagung (Zea
Jawa Timur. Skripsi (Tidak mays L.) dan kemampuan
dipublikasikan). Fakultas Pertanian beberapa isolat dalam
Institut Pertanian Bogor. menghasilkan IAA. Prosiding
Seminar Nasional Pengembangan
Mehrvarz, S. dan M. R. Chaichi, 2008.
Sumber Daya Pedesaan dan
Effect of phosphate solubilizing
Kearifan Lokal Berkelanjutan II:
microorganisms and phosphorus
156-163. Purwokerto, 27-28
chemical fertilizer on forage and
November.
grain quality of barely (Hordeum
vulgare L.). American-Eurasian J. Pangestika, R. 2012. Populasi
Agric. and Environ. Sci., 3 (6): 855- Azospirillum spp. pada rhizosfer
860. ilalang (Imperata cylindrica (L.)
Beauv.) yang tumbuh di lingkungan
Metasari, K. 2011. Eksplorasi bakteri
berbeda. Skripsi (Tidak
penambat nitrogen non simbiosis
dipublikasikan). Fakultas Biologi
dari tanah kawasan mangrove
Universitas Jenderal Soedirman,
Wonorejo Surabaya. Fakultas
Purwokerto.
Sains dan Teknologi Universitas
Airlangga, Surabaya. Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta.
2006. Karakteristik, potensi, dan
Mukti, B. H. 2009. Produktivitas kedelai
teknologi pengelolaan tanah ultisol
pada tanah masam diperkaya
untuk pengembangan pertanian
gambut, pupuk N, dan
lahan kering di Indonesia. Jurnal
Bradyrhizobium japonicum. Tesis
Litbang Pertanian 25 (2): 39-47.
(Tidak dipublikasikan). Program
Studi Biologi. Sekolah Pasca Premono, M. E. 1994. Jasad renik
Sarjana. Institut Pertanian Bogor. pelarut fosfat pengaruhnya
terhadap P-tanah dan efisiensi
Nasution, W. R. S. 2006 ketersediaan
pemupukan P tanaman tebu. Tesis
hara-P dan respon tanaman jagung
(Tidak dipublikasikan). Institut
(Zea mays L.) pada tanah ultisol
Pertanian Bogor.
Tambunan-A akibat pemberian
guano dan Mikroorganisme Pelarut Purba, M. 1999. Karakterisasi potensi
Fosfat (MPF). Skripsi (Tidak nitrogen pada tanah-tanah mineral
dipublikasikan). Fakultas Pertanian masam menurut uji bibit Neubauer
Universitas Sumatera Utara, untuk tanaman padi gogo. Skripsi
Medan. (Tidak dipublikasikan). Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Noor, A. 2006. Perbaikan sifat kimia
tanah lahan kering dengan fosfat Raharjo, B, A. Suprihadi, Agustina D.K.
alam, bakteri pelarut fosfat dan 2007. Pelarutan fosfat anorganik
pupuk kandang untuk oleh kultur campur jamur pelarut
fosfat secara in vitro. Jurnal Sains Suwandi. 2009. Menakar kebutuhan hara
& Matematika 15 (2): 45-54. tanaman dalam pengembangan
inovasi budi daya sayuran
Salisbury, F. B., dan C. W. Ross. 1995.
berkelanjutan. Pengembangan
Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung.
Inovasi Pertanian 2 (2): 131-147.
Simanungkalit, R.D.M., R. Saraswati,
Tamad, B. Radjagukguk, E. Hanudin,
R.D. Hastuti dan E. Husen. 2006.
dan J. Widada. 2011. Seleksi isolat
Bakteri penambat nitrogen. Hlm
bakteri pelarut fosfat (BPF) untuk
113-140 dalam R.D.M.
mengembangkan inokulum efektif.
Simanungkalit, D.A. Suriadikarta,
Biosfera 28 (2): 94-103.
R. Saraswati, D. Setyorini, dan W.
Hartatik (Ed.). Pupuk organik dan Tania, N, Astina, dan S. Budi. 2012.
pupuk hayati. Balai Besar Litbang Pengaruh pemberian pupuk hayati
Sumberdaya Lahan Pertanian, terhadap pertumbuhan dan hasil
Badan Penelitian dan jagung semi pada tanah podsolik
Pengembangan Pertanian. Bogor. merah kuning. Jurnal Sains
Mahasiswa Pertanian 1 (1): 10-15.
Sudaryono. 2009. Tingkat kesuburan
tanah ultisol pada lahan Turella, R. 2005. Kimia lingkungan
pertambangan batubara Sangatta, tanah. Modul Diklat Berjenjang.
Kalimantan timur. J. Tek. Ling 10 Departemen Pendidikan Nasional
(3): 337 346. Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Pusat
Suliasih dan Rahmat. 2007. Aktivitas
Pengembangan dan Penataran
fosfatase dan pelarutan kalsium
Guru Ilmu Pengetahuan Alam.
fosfat oleh beberapa bakteri pelarut
fosfat. Biodiversitas 8 (1): 23-26.

S-ar putea să vă placă și